TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
Asmia Djunishap, S.Ked
Npm. 19360045
Preseptor :
dr. Silman Hadori, Sp.Rad.,MH.Kes
TUBERKULOSIS PARU
Bandar Lampung,
Penyaji, Preseptor,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
yang berjudul ”TUBERKULOSIS PARU”.
Saya menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada dr. Silman Hadori,
Sp.Rad.,MH.Kes selaku pembimbing saya dan kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan laporan kasus ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saya menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tentunya sangat saya
harapkan. Semoga segala bantuan berupa nasehat, motivasi, masukan dan budi
baik semua pihak akan mendapat rahmat, karunia dan pahala yang diridhoi oleh
Allah SWT. Dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak,
khususnya di bagian Ilmu Radiologi.
Aamiin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien...........................................................................2
2.2 Anamnesa...................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium......................................6
2.5 Pemeriksaan Radiologi...............................................................7
2.6 Resume.......................................................................................9
2.7 Diagnosis Kerja..........................................................................10
2.8 Diagnosis Banding.....................................................................10
2.9 Penatalaksanaan.........................................................................10
2.10 Prognosis..................................................................................10
2.11Follow UP.................................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tuberkulosis..............................................................................13
BAB IV ANALISA KASUS............................................................................41
BAB V KESIMPULAN....................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULU
AN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Usia : 37 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Sinar Jati, Hajimena, Natar
Agama : Kristen
Status Pernikahan : Menikah
Kebangsaan : Indonesia
No. Rekam Medis : 15.64.16
Masuk Rumah Sakit : 02 Maret 2021
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari SMRS.
B. Keluhan Tambahan
- Batuk berdahak sejak 8 bulan yang lalu
- Lemas
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os mengeluhkan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Os juga
merasakan batuk berdahak, darah (-), nafsu makan berkurang (+),
berat badan menurun (+), lemas, demam disangkal, os sering
terbangun dan berkeringat pada malam hari. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
2
3
a. STATUS GENERALISASI
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M6 V5
Tanda Vital : - TD : 120/80 mmHg
- HR : 104 x/menit
- RR : 22 x/menit
- T : 36°C
b. STATUS LOKALISASI
1. Pemeriksaan Kepala
Mata : Konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-), RCL
-/- RCTL -/- pupil isokor 3mm/3mm.
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi(-),
deviasi septum (-), sekret (-/-).
4
2. Pemeriksaan leher
Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar
tiroid, tidak terdapat deviasa trachea. JVP 5-2
mmH2O.
3. Pemeriksaan Thorax
a) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
- Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra
dengan bunyi redup
- Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra
dengan bunyi redup
- Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis
midklavikula sinistra dengan
bunyi redup
- Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra
dengan bunyi redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
gallop(-)
5
b) Paru
Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis
maupun dinamis, retraksi otot-
otot pernapasan (-)
Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama kuat kanan
dan kiri
Perkusi : Redup dibagian apeks sampai tengah paru
kanan dan kiri
Auskultasi : Suara vesikuler (+/+), ronkhi basah(+/+),
wheezing (-/-)
c) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Darm kontur, Darm steifung disertai mual
dan muntah. massa (-), pulsasi abnormal(-)
Auskultasi : Bising usus meningkat dan metallic sound
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
d) Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan
sianosis (-/-), akral hangat (+/+), odem (-/-)
Inferior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa,
dan sianosis (-/-), akral hangat (+/+), odem
(-/-)
Alat kelamin : tidak diperiksa
6
a. Hematologi
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Normal Satua
n
1 Hemoglobin 13.7 Lk 14-18 Wn 12-16 gr/dl
2 Leukosit 16.800 4.500- 10.700 UI
3 Hit.jenis leukosit basofil 0 0-1 %
4 Hit.jenis leukosit 0 0-3 %
eosinofil
5 Hit.jenis leukosit batang 1 2-6 %
6 Hit.jenis leukosit segmen 88 50-70 %
7 Hit.jenis leukosit limfosit 9 20-40 %
8 Hit.jenis leukosit 2 2-8 %
monosit
9 Eritrosit 4,9 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10ˆ6/
ul
10 Hematokrit 40 Lk 50-54 Wn 38- 47 %
11 Trombosit 308.00 159.000-400.000 Ul
0
12 MCV 82 80-96 Fl
13 MCH 28 27-31 Pg
14 MCHC 34 32-36 g/dl
b. Kimia Darah
KIMIA DARAH
No Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Gula Darah Sewaktu 149 <200 mg/dl
4 Urea 31 10-50 mg/dl
5 Creatinin 0.7 Lk 0,6-1,1 Wn mg/dl
0,5-0,9
6 Natrium 132 135-145 nmol/I
7 Kalium 4,4 3,5-5,5 nmol/I
8 Chloride 76 96-106 mmol/l
c. Mikrobiologi
MIKROBIOLOGI
d. Pemeriksaan Radiologi
KESAN :
V. RESUME
Os datang ke RSPBA diantarkan oleh keluarganya dengan keluhan
sesak sejak 1 hari SMRS. Os juga mengeluhkan batuk berdahak namun
sulit untuk dikeluarkan dahaknya sejak 8 bulan yang lalu, nafsu makan
berkurang (+), lemas, berat badan menurun (+), os sering terbangun dan
berkeringat pada malam hari, demam disangkal. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital DBN, pada
pemeriksaan fisik paru ditemukan adanya perkusi yang redup di kedua
lapang paru disertai bunyi nafas vesikuler disertai ronkhi basah.
Pada pemeriksaan penunjang , Lab rutin ditemukan adanya
Leukosit : 16.800 ul. Pada pemeriksaan mikrobiologi BTA P didapatkan
hasil +1. pemeriksaan radiologi thorax PA didapatkan Hilus kanan dan kiri
kabur, corakan bronkovaskuler bertambah dan perbercakan lunak disertai
garis-garis keras disemua lapang paru kanan dan lapang apex sampai
tengah paru kiri. Pada radiologi menunjukan adanya KP lama duplex aktif
dan scoliosis ringan vertebre torachalis.
10
VIII. TATALAKSANA
Ivfd RL XV gtt/mnt
Codein 3x1 tab
Levofloxacine 1 x 750 mg
Azitromicin 1x1 tab
NaC 3 x 1 caps
Racik Batuk 2 3x1
Ranitidine 2x1 amp
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
11
X. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
2/03/2021 Sesak, batuk, TD: 110/80 mmHg TB Paru
- Ivfd RL XV gtt/mnt
Nafsu makan menurun Hr: 104 x/menit
dan lemas. Rr: 22 x/menit - Codein 3x1 tab
T: 36,8°C
Thoraks : - Levofloxacine 1 x 750 mg
I : statis simetris - Azitromicin 1x1 tab
P : vocal fremitus
- NaC 3 x 1 caps
P : redup
A : ronkhi basah , - Racik Batuk 2 3x1
suara vesikuler - Ranitidine 2x1 amp
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer1,4.
B. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di
Indonesia, dan sebagian besar negara-negara di dunia4. Laporan TB dunia oleh
WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai
penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan
jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000
pertahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995,
menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu
terbesar dalam kelompok penyakit infeksi3. Baik di Indonesia maupun di
dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama.
Walaupun sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh
ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas
bahkan terus berkembang 2. Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat
pada saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis yang
tidak tepat, (2) pengobatan yang tidak adekuat, (3) program penanggulangan
tidak dilaksanakan dengan tepat, (4) infeksi endemik human immuno-
deficiency virus (HIV), (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self
treatment), (7) meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang
kurang memadai4,6
14
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit TB dapat berkembang pada seseorang melalui dua cara. Yang
pertama dapat terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB
dan telah sembuh sempurna. Ketika kesehatannya menurun karena penyakit
lain seperti AIDS atau diabetes, atau karena penyalahgunaan alkohol maupun
kurangnya kepedulian terhadap kesehatan karena menjadi tuna wisma, infeksi
TB dapat menjadi penyakit TB. Pada cara ini, seseorang dapat menjadi sakit
beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah mereka menghirup kuman
TB2. Cara yang lain terjadi jauh lebih cepat. Terkadang ketika seseorang
pertama kali menghirup kuman TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri
terhadap penyakit ini. Kuman tersebut kemudian berkembang menjadi
penyakit TB aktif dalam beberapa minggu. Seseorang dengan TB aktif akan
menjadi sangat infeksius dan dapat menyebarkan TB ke orang lain2.
15
Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik,
ketika sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun
sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas
seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan
segera dimusnahkan1,2.
E. DIAGNOSA
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
tuberculin tes, pemenksaan radiologis dan bakteriologis. Diagnosis pasti TB
paru ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman Mycobacterium
tuberkulosis.
19
I. Gejala Klinis
1. Demam
2. Batuk / batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
6. Keringat malam
7. Penurunan berat badan
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa utama pada
TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB paru
pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan tanpa menunjukkan
gejala.8
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan
pada foto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
roentgen tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang -
kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis yang
terpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit tersebut
aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan tentang
aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui
kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi, proses
dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan perbandingan dengan
foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti
Pneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini bahkan
tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto roentgen adalah
suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila perlu disertai proyeksi-
21
proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak AP-lordotik dan
tekhnik-tekhnik khusus lainnya.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB,
yaitu :
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
Gambaran Radiologis TB
1. Tuberkulosis Primer
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling
sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak, tetapi
22
bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien dengan
TB primer sering menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus tidak
ditemukan kelainan, bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto
toraks.8
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih
sering terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen
anterior lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah
limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan efusi pleura. Pada paru bisa
dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah
Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer ke pleura melalui penyebaran
hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena
perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis pada anak-
anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi dibelakangnya.
23
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks PA
dan lateral
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul
reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberculosis primer,
tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari
tuberculosis sekunder7
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan segmen
apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru yang biasanya
disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang
dijumpai.
- Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu
antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.
- Infeksi jamur
- TB paru kambuh
3. Kasus defaulted atau drop out. Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
4. Kasus gagal, yaitu:
a. Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
b. Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
5. Kasus kronik / persisten adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik
6. Kasus Bekas TB, yaitu:
a. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung
b. Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologik
Pemeriksaan Laboratorium
Tuberkulosis dapat menyebabkan bertambah hanya jumlah leukosit
berkaitan dengan fungsinya sebagai pertahanan tubuh, sehingga pengendapan
darah melaju lebih cepat karena bertambahnya jumlah sel darah. Hal ini
menyebabkan volume plasma menjadi semakin tinggi. Laju endap darah jam
pertama dibutuhkan karena data ini dapat dipakai sebagai indikator tingkat
kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologi penderita sehingga dapat digunakan
untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai
28
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dirongga
pleura. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
29
Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit
yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita.
Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan
menjadi :
- Sindrom nefrotik.
- Neoplasma/tumor
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau sebesar
kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada foto
toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut’ (Snow storm
apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal, Tulang, Sendi,
Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
30
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis
berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan,
yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat
tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa
(residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang.
5. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, jumlah
limfosit masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah normal
lagi. Anemia ringan, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun
Komplikasi
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan. Obat yang dipakai:
Panduan Pengobatan :
II. Kambuh : RHZES/ IRHZE sesuai hasil uji resistensi atau 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5
RHE
- Gagal pengobatan: 3-6 kanamisin, oflosaksin, etionamid, sikloserin/ 15-18
ofloksasin, etionamid, sikloserin, atau 2 RHZES/1 RHZE/ 5 RHE
V. TB paru kronik
RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18 bulan)
VI. MDR TB
Sesuai uji reistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup.
32
BAB IV
ANALISA KASUS
BAB V
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA