Oleh :
Pembimbing :
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “Unstable Angina Pectoris”. Laporan kasus ini
disusun untuk memenuhi penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian SMF Interna.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ation memperkirakan 1,1 juta infark miokard terjadi di Amerika Serikat saja
dan 40% darinya pasien akan mati. Sekitar setengah dari kematian terjadi
sebelum pasien menerima perawatan medis. Di antara sindrom koroner akut
non-ST elevasi segmen (NSTEACS) adalah UA dan NSTEMI (Fernandes
Silvia., et al. 2017)
2
BAB II
LAPORAN KASUS
- Usia : 52 tahun
- Agama : Hindu
- No RM : 207479
- Ruang : Cempaka
2.2 Anamnesa
a. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri
3
melakukan aktivitas mengepel lantai di sore hari, kemudian keluhan nyeri
dada muncul pada malam harinya. Sebelumnya pasien mengalami keluhan
serupa dan sudah pernah mendapatkan perawatan di Rumah sakit dan
pengobatan rawat jalan dengan keluhannya yang sama 2 tahun yang lalu.
Keluhan pasien di peringan dengan beristirahat dan diperberat jika
melakukan aktifitas. Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, muntah,
sakit kepala, sesak nafas, DOE (-), PND (-), nyeri dada, nyeri perut, dan
riwayat bengkak pada ekstremitas disangkal oleh pasien
tahun
e. Riwayat Sosial :
- Merokok (-)
4
- Minum alkohol (-)
g. Riwayat pengobatan :
- Bisoprolol 1x2,5 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Spironolacton 1x25 mg
- Fenofibrat 1x300
- Ramipril 1x5 mg
- Metformin 3x500 mg
- Glimepiride 1x2 mg
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 68x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 360C
- BB : 78 kg
5
- TB : 167 cm
- IMT : 28 kg/m2
Mulut : Mukosa bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil dan faring
midclavicular sinistra
- Perkusi
6
gallop (-)
- Auskultasi
++ -- --
++ -- --
++ -- --
Pemeriksaan Abdomen
kulit merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)
+ + +
+ + +
7
+ + +
- - -
- - -
- - -
Ekstremitas
- Akral hangat :
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
8
LYM% 32.0 % 20,0 – 50,0 Normal
LYM 3.5 109/L 0,5 – 5,0 Normal
MID% 4.5 % 2,0 – 15,0 Normal
MID 0.6 109/L 0,1 – 1,5 Normal
GRAN% 63.5 % 35,0 – 80,0 Normal
GRAN 7.0 109/L 1,2 – 8,0 Normal
RBC 4.54 1012/L 3,50 – 5,50 Normal
HGB 12.3 g/dl 11,5 – 16,5 Normal
HCT 37.8 % 35,0 – 55,0 Normal
MCV 83.2 FL 75,0 – 100,0 Normal
MCH 27.0 Pg 25,0 – 35,0 Normal
MCHC 32.5 g/dl 31,0 – 38 Normal
RDW% 10.4 % 11,9 – 16,0 Low
9
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
e. EKG (09-09-2021)
- Axis: normoaxis
- Kompleks QRS: durasi 0,04 detik sempit, morfologi normal tidak ada
hipertrofi ventrikel kanan dan kiri
10
- Gelombang T: durasi 0,12 detik (normal)
Interpretasi :
11
Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto thorax ini
2.5 Assesment
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan Lanjutan (ruang
Cempaka)
- IVFD NS 12 tpm - IVFD NS 12 tpm
- O2 Nasal Kanul 2 lpm - Lovenox 1x 0,4 cc (SC)
- Lovenox 1 x 0,6 cc (SC)
- Acetosal 1x80 mg (PO)
- ISDN drip 2 mg/jam
- Clopidogrel 1x75 mg (PO)
- Acetosal 1x 160 mg (PO)
- Bisoprolol 1x2,5 mg (PO)
- Clopidogrel 1x 300 mg (PO)
- Diazepam 3x5 mg (PO)
- Bisoprolol 1x2,5 mg (PO)
- ISDN 1x5 mg/hari k/p
- Diazepam 3x5 mg (PO)
- Simvastatin 0-0-20 mg (PO)
- Simvastatin 0-0-20 mg
- Laxandine 3x10 cc (PO)
(PO)
12
2.7 Planning Diagnostik
Darah lengkap
Kimia darah : BUN, Sc, GDS
CK-MB
EKG
Foto thorax
Rapid antigen SARS CoV-2
2.8 Monitoring
- Elektrolit balance
- Tanda-tanda perdarahan
2.9 Follow Up
Keluhan: nyeri dada kiri (+), nyeri perut bagian atas (+)
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: Composmentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital:
b. N: 80×/menit
13
c. RR: 20×/menit
d. SpO2: 97%
e. Suhu: 36℃
Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala: normocephali
b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-),
deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
d. Mulut dan gigi : gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah
kotor (-), tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering
(-), sianosis perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
14
h. Thorax: Pulmo
- Auskultasi:
--
-- ++
--
-- ++
--
-- ++
i. Abdomen
- Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
- Akral hangat
+ +
+ +
15
- Edema
- -
- -
Pemeriksaan Penunjang
16
c. Pemeriksaan Enzim Jantung
17
menunjukan lokasi iskemia miokard inferior
Diagnosis:
2. DM Tipe II
3. AKI ec prerenal
Terapi:
- IVFD NS 12 tpm
- Asetosal 1x80 mg
- Bisoprolol 1×2,5 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Laxandin 1x10 cc
- Simvastatin 0-0-20 mg
Monitoring:
18
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
3. Elektrolit balance
4. Tanda-tanda perdarahan
Planning:
Keluhan: nyeri dada kiri membaik, nyeri perut bagian atas (+)
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: Composmentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital:
g. N: 80×/menit
h. RR: 20×/menit
i. SpO2: 97%
j. Suhu: 36℃
Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala: normocephali
b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas
19
(-/-), deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).
d. Mulut dan gigi : gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)
- Auskultasi:
--
--
--
20
Vesikuler Rhonki Wheezing
-- ++
-- ++
-- ++
j. Abdomen
- Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
- Edema
- -
- -
Pemeriksaan Penunjang
21
Sample rujukan
Creatinine 1,75 0,6-1,1 High
mg/dL
Urea UV 38 mg/dL 10-50 Normal
Glucose 121 mg/dL 75-115 High
puasa
HbA1c 8,0 % 4-6,5 High
22
- Interval PR: 0,20 detik (normal)
Diagnosis:
2. DM Tipe II
3. AKI ec prerenal
Terapi:
- Asetosal 1x80 mg
- Bisoprolol 1×2,5 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Diazepam 3x5mg
- Laxandin 3x10 cc
23
- Asam folat 2x1 mg (PO)
Monitoring:
7. Elektrolit balance
8. Tanda-tanda perdarahan
Planning:
24
- Simvastatin 0-0-20 mg (PO)
25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Unstable Angina Pectoris adalah nyeri atau rasa ketidak nyamanan di dada
yang terjadi saat istirahat atau aktivitas minimal yang berlangsung > 20
menit, dan lambat laun dapat berubah menjadi nyeri yang hebat atau
bertambah berat terus menerus (PERKI 2018)
b. Etiologi
c. Klasifikasi
26
Kelas Definisi
d. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
27
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
e. Diagnosis
Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard
non ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang
dapat disertai dengan perubahan EKG spesifik, dengan atau tanpa
peningkatan marka jantung. Jika marka jantung meningkat, diagnosis
mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
Strategi awal dalam penatalaksanaan pasien dengan NSTEMI dan UAP
adalah perawatan dalam Coronary Care Units, mengurangi iskemia yang
sedang terjadi beserta gejala yang dialami, serta mengawasi EKG, troponin
dan/atau CKMB (PERKI, 2015).
Anamnesis
28
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada
yang tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen).
Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan./ berat daerah
retrosternal menjalar ke lengan kiri, leher, rahang area
interskapular, bahu atau epigastrium, sering disertai keringat
dingin, mual/muntah, nyeri abdominal, sesak nafas atau sinkop
yang dapat berlangsung intermiten (dalam beberapa menit) atau
persisten (>20 menit).
Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di
daerah penjalaran angina tipikal yaitu gangguan pencernaan, sesak
nafas yang tidak dapat diterangkan atau rasa lemah yang sulit
diuraikan.
Keluhan atipikal lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-
40 tahun) atau usia lanjut (>75 tahun), wanita, penderita diabetes,
gagal ginjal menahun, datau demensia.
Walaupun keluahan angina atipikal dapat muncul saat istirahat,
keluhan ini patut dicurigai sebagai angina ekuivalen jika
berhubungan dengan aktivitas, terrutama pada pasien dengan
riwayat penyakit jantung koroner (PJK).
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika pada keluhan ditemukan
karakteristik sebagai berikut:
1) Pria
2) Mempunyai penyakit aterosklerosis non-koroner (penyakit
arteri perifer/ karotis)
3) Mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark
miokard, bedah pintas koroner, atau IKP
4) Mempunyai faktor risiko : usia, hipertensi, merokok,
dislipidemia, diabetes militus, riwayat PJK dini dalam
keluarga (PERKI, 2015).
Gambaran Klinis
29
1) Keluhan yang paling sering dijumpai adalah awitan baru atau
perburukan sesak nafas saat aktivitas
2) Angina atipikal berulang pada seseorang yang mempunyai riwayat
PJK, tertama infark miokard berpeluang besar merupakan
presentasi dari SKA (PERKI, 2015).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1) EKG (Elektrokardiogram)
30
Tabel 1. Lokasi infark berdasarkan sadapan EKG
31
mendeteksi cardiomyeocyte injury dibandingkan dengan CK-MB
dan mioglobin.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan biomarker jantung
yang lebih sensitif dan spesifik, maka direkomendasikan
pemeriksaan hs-cTn (high sensitivity cardiac troponin).
Pada NSTEMI terdapat peningkatan enzim jantung
sedangkan pada UAP tidak dijumpai peningkatan enzim jantung.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus
dikumpulkan di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula
darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal,
dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda
terapi SKA.
4) Pemeriksaan Foto Polos Dada
Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,
identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.
5) Pemeriksaan Non-Invasif
a) Pemeriksaan Ekokardiografi Transtorakal
Pemeriksaan Ekokardiografi Transtorakal saat istirahat dapat
memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan
berguna untuk menentukan diagnosis banding. Hipokinesia
dan akinesia segmental dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat
iskemia dan menjadi normal saat iskemia menghilang. Selain
itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta, kardiomiopati,
hipertrofik atau diseksi aorta dapat di deteksi melalui
pemeriksaan ekokardiografi.
b) Stress test
Dapat menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruksi pada
pasien-pasien tanpa rasa nyeri, EKG istirahat normal, dan
marker jantung yang negatif.
c) Multislice Cardiac CT (MSCT)
32
Dapat digunakan untuk menyingkirkan PJK sebagai penyebab
nyeri pada pasien dengan kemungkinan PJK rendah sampai
menengah, dan jika pemeriksaan troponin dan EKG tidak
meyakinkan.
6) Pemeriksaan Invasif (Angiografi koroner)
Angiografi koroner dapat memberikan informasi mengenai
keberadaan dan tingkat keparahan PJK sehingga dianjurkan segera
untuk tujuan diagnostik pada pasien dengan risiko tinggi dan
diangnosis banding yang tidak jelas. Penemuan angiografi yang khas
antara lain eksentrisitas, batas yang ireguler, ulserasi, penampakkan
yang kabur, dan filling defect yang mengesankan adanya trombus
intrakoroner (Fernandes Silvia, et al. 2017)
33
Stratifikasi TIMI telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari
dan 1 tahun pada berbagai spektrum SKA termasuk APTS/NSTE-ACS
(PERKI, 2015).
Parameter Skor
Usia > 65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor risiko * 1
Angiografi koroner sebelumnya menunjukan 1
stenosis >50%
Penggunaan Aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 1
jam terakhir
Deviasi ST > 1 mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1
*Faktor risiko : hipertensi DM, merokok, riwayat dalam keluarga,
dislipidemia
34
50 - 59 36 71 -105 8
60 - 69 55 106 – 140 11
70 – 79 73 141 – 176 14
80 91 177 – 353 23
354 31
Gagal jantung berdasarka
Laju Denyut Jantung (x/menit) KILLIP
< 70 0 I 0
70 – 89 7 II 21
90 – 109 13 III 43
110 – 149 23 IV 64
150 – 199 36
>200 46
Tekanan darah sistolik Henti jantung 43
(mmHg) saat tiba di RS
< 80 63 Peningkatan 15
80 – 99 58 marka jantung
100 – 119 47
120 – 139 37 Deviasi segmen 30
140 – 159 26 ST
160 – 199 11
>200 0
35
sakit
Skor 88 Risiko rendah (risiko
kematian < 3%)
Skor 89-118 Risiko kematian menengah (3-
8%)
Skor >118 Risiko tinggi (>8%)
3) Skor CRUSADE
Prediktor Skor Prediktor Skor
Hematokrit awal % Jenis kelamin
< 31 9 Laki -laki 0
31 – 33,9 7 Perempuan 8
34 – 36,9 3
37 – 39,9 2
40 0
Tanda gagal
jantung saat
Kreatinin klirens, mL/menit datang
Tidak 0
Ya 7
15 39 Riwayat
>15 - 30 35 penyakit
>30 – 60 28 vaskular
>60 – 90 17 sebelumnya
>90 – 120 7 Tidak 0
>120 0 Ya 6
Diabetes
Laju denyut jantung (x/menit) Tidak 0
Ya 6
70 0 Tekanan darah
36
71 – 80 1 sistolik, mmHg
81 – 91 3 90 10
91 – 100 6 91-100 8
101 – 110 8 101-120 5
111 – 120 10 121-180 1
121 11 181-200 3
201 5
g. Penatalaksanaan NSTE-ACS
Farmakologi NSTE-ACS
Anti Iskemia
1) Beta Bloker
Indikasi
Penyekat beta direkomendasikan bagi pasien UAP atau
NSTEMI, terutama jika terdapat hipertensi dan/atau
takikardia, dan selama tidak terdapat indikasi kontra.
penyekat beta oral hendaknya diberikan dalam 24 jam
pertama. Penyekat beta juga diindikasikan untuk semua
pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak ada
indikasi kontra.
Pemberian penyekat beta pada pasien dengan riwayat
37
pengobatan penyekat beta kronis yang datang dengan
SKA tetap dilanjutkan kecuali bila termasuk klasifikasi
Kilip ≥III.
Kontraindikasi
Pasien gangguan konduksi atrio-ventrikuler yang
signifikan
Asma brokial & disfungsi akut ventrikel kiri
Sediaan
Atenolol 50-200 mg/hari
Carvedilol 2x 6,25 mg/hari, titrasi sampai maksimum
2x25 mg/hari
Metoprolol 50-200 mg/hari
Bisoprolol 1,25- 10 mg/hari
Propanolol 2x20 – 80 mg/hari
2) Nitrat
Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan
keluhan dalam fase akut dari episode angina (Kelas I-
C).
Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri
dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual
setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian,
setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat
intravena jika tidak ada indikasi kontra.
Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang
persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam
pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat
intravena tidak boleh menghalangi pengobatan yang
terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta
38
atau angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I)
Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah
sistolik <90 mmHg atau >30 mmHg di bawah nilai
awal, bradikardia berat (<50 kali permenit), takikardia
tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan
Sediaan
Isosorbid Sublingual : 2,5-5 mg/hari (dapat di
dinitrate ulang hingga 3x)
(ISDN) Oral : 15-80 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Intravena : 1,25 – 5 mg/jam
Isosorbide Oral : 2x20 mg/hari
mononitrate Oral (slow release) : 120-240 mg/hari
Nitroglicerin Sublingual : tablet 0,3 – 1,5 mg
IV : 5-200 mcg/menit
Bisoprolol 1,25- 10 mg/hari
Propanolol 2x20 – 80 mg/hari
Rekomendasi :
39
Penggunaan CCB dihidropiridin kerja cepat (immediate-
release) tidak direkomendasikan kecuali bila dikombinasi
dengan penyekat beta.
Sediaan
Verapamil 180-240 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Diltiazem 120-360 mg/hari dibagi 3-4 dosis
Nifedipine GITS 30-90 mg/hari
(long acting)
Amlodipine 5-10 mg/hari
Anti Platelet
Rekomendasi :
40
- Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang
tidak bisa menggunakan ticagrelor. Dosis loading
clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 1x75
mg/hari. Pada pasien dengan rencana dilakukan
strategi invasif, dosis loading Clopidogrel yang
direkomendasikan 600 mg.
Sediaan
Aspirin Dosis loading : 150-300 mg
Dosis pemeliharaan : 75-100
mg/hari
Ticagrelor Dosis loading : 180 mg
Dosis pemeliharaan : 2x90 mg/hari
Clopidogrel Dosis loading : 300 mg
Dosis pemeliharaan : 75 mg/hari
Anti Koagulan
Rekomendasi :
41
perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-
keamanan agen tersebut
Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil
keamanan berbanding risiko yang paling baik. Dosis
yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara
subkutan
Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan
untuk pasien dengan risiko perdarahan rendah apabila
fondaparinuks tidak tersedia.
Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-
70 detik atau heparin berat molekul rendah (LMWH)
lainnya (dengan dosis yang direkomendasikan)
diindaksikan apabila fondaparinuks atau enoksaparin
tidak tersedia
Sediaan
Fondaparinux 2,5 mg subkutan/hari
Enoxaparin 1 mg/kg 2x/hari
Inj. 20 mg/0,2 ml : Lovenox
Inj. 40 mg/0,4 ml : Lovenox
Inj. 60 mg/0,6 ml : Lovenox
Heparin tidak Bolus I.V : 60 U/kg, dosis
trafraksi maksimal 4000 U
(UFH) Infus I.V : 12 U/kg selama 24-48
jam dengan dosis maksimal 1000
U/jam target aPTT 1,5 – 2x kontrol
Rekomendasi :
42
Inhibitor ACE diindikasikan penggunaan untuk jangka
panjang, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri
≤40%, pasien diabetes mellitus, hipertensi, atau
penyakit ginjal kronik (PGK)
ARB diindikasikan bagi pasien infark mikoard yang
intoleran terhadap inhibitor ACE
Statin
Rekomendasi :
43
mg/
Sediaan
Rosuvastatin 10 – 20 mg/hari
Atorvastatin 20 – 40 mg/hari
44
4) Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi
sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤40%)
5) ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40%
dan yang menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK,
kecuali diindikasikontrakan
6) ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
7) Antagonis aldosteron disarankan pada pasien post infark miokard yang
sudah mendapatkan ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35%
dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal
yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL
pada wanita) atau hiperkalemia
8) Selain rekomendasi di atas, pasien juga disarankan menjalani perubahan
gaya hidup terutama yang terkait dengan diet dan berolahraga teratur
(PERKI, 2018)
BAB IV
PENUTUP
45
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
46
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE Jr, Ganiats TG, Holmes DR
Jr, Jaffe AS, Jneid H, Kelly RF, Kontos MC, Levine GN, Liebson PR,
Mukherjee D, Peterson ED, Sabatine MS, Smalling RW, Zieman SJ;
ACC/AHA Task Force Members. 2016. AHA/ACC guideline for the
management of patients with non-ST-elevation acute coronary syndromes:
executive summary: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.
Circulation. 130(25):2354-94.
Cohen M, Demers C, Gurfinkel EP, Turpie AG, Fromell GJ, Goodman S, et al.,
2015. A comparison of low-molecular-weight heparin with unfractionated
heparin for unstable coronary artery disease. Efficacy and Safety of
Subcutaneous Enoxaparin in Non-Q-Wave Coronary Events Study Group. N
Engl J Med.337(7):447-52.
Fernandes Silvia FM., Pereira Pesaro AE., Franken Marcelo., Mauricio W., 2017.
Acute Management of Unstable Angina and Non-ST Segmen Elevation
Myocardial Infraction. Journal Medicine, Volume 13 No.3 : 456-61. Hospital
Israelita Albert Einstein, Sao Paulo : Brazil
47
acute myocardial infarction Air Verses Oxygen In myocarDial infarction
study (AVOID Study). Am Heart J. 2012;163(3):339-45.e1.
48