Anda di halaman 1dari 51

CASE BASED DISCUSSION

“UNSTABLE ANGINA PECTORIS”

Oleh :

Nadia Siska Agustini (017.06.0056)

Pembimbing :

dr. I Gusti Ayu Suryawati, M.Biomed, Sp. JP, FIHA

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI SMF INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
AL-AZHAR MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “Unstable Angina Pectoris”. Laporan kasus ini
disusun untuk memenuhi penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian SMF Interna.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya banyak memperoleh


bimbingan, petunjuk, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu izinkan
penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. I Gusti Ayu Suryawati, M.Biomed, Sp. JP, FIHA selaku pembimbing
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
Case Based Discussion
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 21 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

BAB II Laporan Kasus 3


2.1 Identitas Pasien 3
2.2 Anamnesis 3
2.3 Pemeriksaan Fisik 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang 8
2.5 Asessment 12
2.6 Penatalaksanaan 12
2.7 Planning Diagnostik 12
2.8 Monitoring 13
2.9 Follow Up Ruangan 13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 26
3.1 Unstable Angina Pectoris 26
BAB IV PENUTUP 46
4.1 Kesimpulan 46
DAFTAR PUSTAKA 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acute Coronary Sindrome (ACS) merupakan kegawatan jantung yang
terjadi karena adanya ruptur atau erosi dari plak aterosklerosis yang memiliki
gambaran berupa angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris/UAP),
infark miokardium akut (IMA) baik dengan peningkatan segmen ST (ST
segmen elevation myocardial infarction/ STEMI) maupun tanpa peningkatan
segmen ST (non ST segmen elevation myocardial infarction/NSTEMI).
Penyebab dari Sindrom Koroner Akut ini adalah trombus tidak oklusif pada
plak yang sudah ada, obstruksi dinamik (spasme koroner atau vasokonstriksi),
obstruksi mekanik yang progresif, inflamasi dan/atau infeksi, faktor atau
keadaan pencetus. (PERKI, 2018)
Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment
elevation myocardial infarction).
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST
segment elevation myocardial infarction)
3. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP: unstable angina pectoris)

Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika


terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten
disertai kadar troponin normal pada UAP dan peningkatan troponin pada
NSTEMI.

Secara internasional, informasi yang kuat didokumentasikan untuk


penyakit jantung koroner dan untuk miokard akut infarction (AMI) dengan
EKG dan enzim / penanda spesifik karakteristik. The American Heart Associ-

1
ation memperkirakan 1,1 juta infark miokard terjadi di Amerika Serikat saja
dan 40% darinya pasien akan mati. Sekitar setengah dari kematian terjadi
sebelum pasien menerima perawatan medis. Di antara sindrom koroner akut
non-ST elevasi segmen (NSTEACS) adalah UA dan NSTEMI (Fernandes
Silvia., et al. 2017)

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


- Nama : IBGAS

- Tanggal lahir : 16 – 04 -1969

- Usia : 52 tahun

- Jenis Kelamin : Laki-laku

- Status Perkawinan : Menikah

- Agama : Hindu

- Tanggal MRS : 09 September 2021

- Alamat : Limk. Br. Pande

- No RM : 207479

- Ruang : Cempaka

2.2 Anamnesa
a. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dalam keadaan sadar diantar keluarga ke IGD RSUD


Bangli dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri menyebar ke lengan kiri
dan punggung sejak  1 hari SMRS. Keluhan terjadi pada pukul 22.00
malam pada saat istirahat yang dirasakan terus menerus disertai rasa mual
yang hilang timbul. Menurut pasien, sebelum keluhan terjadi pasien

3
melakukan aktivitas mengepel lantai di sore hari, kemudian keluhan nyeri
dada muncul pada malam harinya. Sebelumnya pasien mengalami keluhan
serupa dan sudah pernah mendapatkan perawatan di Rumah sakit dan
pengobatan rawat jalan dengan keluhannya yang sama  2 tahun yang lalu.
Keluhan pasien di peringan dengan beristirahat dan diperberat jika
melakukan aktifitas. Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, muntah,
sakit kepala, sesak nafas, DOE (-), PND (-), nyeri dada, nyeri perut, dan
riwayat bengkak pada ekstremitas disangkal oleh pasien

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat penyakit jantung : Coroner Artery Disease  2

tahun

- Riwayat hipertensi : (-)

- Riwayat kencing manis :Diabetes Militus Tipe II


terkontrol

- Riwayat Penyakit Ginjal : Acute Kidney Injury

- Riwayat Asma : (-)

- Riwayat Maag : (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat hipertensi : (-)

- Riwayat kencing manis : (-)

- Riwayat penyakit jantung : (-)

- Riwayat penyakit asma : (-)

e. Riwayat Sosial :

- Merokok (-)

4
- Minum alkohol (-)

f. Riwayat alergi : tidak ada

g. Riwayat pengobatan :

- Bisoprolol 1x2,5 mg

- Clopidogrel 1x75 mg

- Spironolacton 1x25 mg

- Fenofibrat 1x300

- Ramipril 1x5 mg

- Metformin 3x500 mg

- Glimepiride 1x2 mg

2.3 Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Lemah

 Kesadaran : Composmentis

 GCS : E4V5M6

 Tanda vital

- TD : 100/70 mmHg

- Nadi : 68x/menit

- RR : 20x/menit

- Suhu : 360C

- SpO2 : 95% (dalam IGD)

- BB : 78 kg

5
- TB : 167 cm

- IMT : 28 kg/m2

Status Generalis dan Lokalis

 Kepala : Normocephali, kerontokan rambut (-)


 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil
(+/+) Isokor
 Telinga : Serumen (-/-), discharge (-/-)
 Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-/-), deviasi septum nasi (-/-),
nafas cuping hidung (-), mukosa hiperemis (-/-)

 Mulut : Mukosa bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil dan faring

hiperemis (-), T1/T1

 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran


kelenjar

tiroid (-), JVP normal (5+2 cmH2O), deviasi trakea (-)

 Pemeriksaan Thorax Cor

- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak

- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm di ICS 5 linea

midclavicular sinistra

- Perkusi

Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra

Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra

Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra

Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternali sinistra


- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-),

6
gallop (-)

 Pemeriksaan Thorax Pulmonal

- Inspeksi : Normochest, simetris kanan dan kiri,

retraksi dinding dada (-).

- Palpasi : Fremitus vocal normal antara kanan dan

kiri, pergerakan dinding dada simetris

kanan dan kiri, nyeri tekan (-).


- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.

- Auskultasi

Vesikuler Rhonki Wheezing

++ -- --
++ -- --
++ -- --

 Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : abdomen datar, distensi (-), asites (-),


warna

kulit merata
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal (9x/menit)

- Perkusi : Timpani diseluruh dinding abdomen

+ + +

+ + +

7
+ + +

- Palpasi : Nyeri tekan

- - -

- - -

- - -

 Ekstremitas

- Akral hangat :

+ +

+ +

- Edema

- -

- -

- Eritema palmaris (-)

- Clubbing Finger (-)

- CRT < 2 detik

2.4 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Darah Lengkap (09-09-2021)
Hematologi Nilai Satuan Nilai rujukan Keterangan

WBC 11.1 109/L 3,5 – 10,0 High

8
LYM% 32.0 % 20,0 – 50,0 Normal
LYM 3.5 109/L 0,5 – 5,0 Normal
MID% 4.5 % 2,0 – 15,0 Normal
MID 0.6 109/L 0,1 – 1,5 Normal
GRAN% 63.5 % 35,0 – 80,0 Normal
GRAN 7.0 109/L 1,2 – 8,0 Normal
RBC 4.54 1012/L 3,50 – 5,50 Normal
HGB 12.3 g/dl 11,5 – 16,5 Normal
HCT 37.8 % 35,0 – 55,0 Normal
MCV 83.2 FL 75,0 – 100,0 Normal
MCH 27.0 Pg 25,0 – 35,0 Normal
MCHC 32.5 g/dl 31,0 – 38 Normal
RDW% 10.4 % 11,9 – 16,0 Low

RDWa 56.1 Fl 30,0 – 150,0 Normal


PLT 344 109/L 100 – 400 Normal
MPV 8.7 Fl 8,0 – 11,0 Normal
PDWa 11.9 Fl 0,1 – 99,9 Normal
PCT 0.30 % 0,01 – 9,99 Normal

b. Pemeriksaan Analisa Elektrolit (09-09-2021)


Pemeriksaan Hasil Referensi Satuan Keterangan
Rentang Nilai
Kalium (K) 4,41 3,5 – 5,5 mmol/L Normal
Natrium (Na) 135,5 136 – 145 mmol/L Normal
Chlorida (Cl) 107,5 96-108 mmol/L Normal
Normalized Ionezed 1,25 1,05 – 1,35 mmol/L Normal
Calcium (nCa)
Total Calcium (Tca) 2,51 2,10 – 2,70 mmol/L Normal

c. Pemeriksaan Kimia Darah (08-09-2021)

9
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan

Creatinine 2,61 0.6-1.1 mg/dL High

Glucose 105 75-115 mg/dL Normal

Urea UV 49 10-50 mg/dL Normal

CK-MB 6 mg/dL Normal

d. Rapid Antigen SARS CoV-2 (09-09-2021)

Parameter Hasil Nilai Rujukan

Antigen SARS CoV-2 Negatif Negatif

e. EKG (09-09-2021)

- Irama: sinus rythm, reguler

- Heart rate: 65×/menit

- Axis: normoaxis

- Gelombang P: durasi 0,08 detik; amplitude 0,08 mV


- Interval PR: 0,20 detik (normal)

- Kompleks QRS: durasi 0,04 detik sempit, morfologi normal tidak ada
hipertrofi ventrikel kanan dan kiri

- Segmen ST: isoelektrik

10
- Gelombang T: durasi 0,12 detik (normal)

- Gelombang U: tidak ada

- Kesan: sinus rhytm reguler, normoaxis, segmen ST isolektrik (EKG


dalam batas normal)

f. Pemeriksaan Foto Thorax AP (09-09-2021)

Interpretasi :

- Corakan bronchovascular kesan normal

- Tidak tampak bercak berawan, cavitas, kalsifikasi maupun


fibrosis di apex

- Cor ratio kesan normal

- Aorta tidak dilatasi

- Kedua sinus lancip dan diagfragma kesan baik

- Tulang kesan intak

11
Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto thorax ini

2.5 Assesment

1. Unstable Angina Pectoris


- dd NSTEMI
2. Diabetes Militus Tipe II (terkontrol)
3. Acute Kidney Injury ec prerenal dd renal

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD Penatalaksanaan Lanjutan (ruang
Cempaka)
- IVFD NS 12 tpm - IVFD NS 12 tpm
- O2 Nasal Kanul 2 lpm - Lovenox 1x 0,4 cc (SC)
- Lovenox 1 x 0,6 cc (SC)
- Acetosal 1x80 mg (PO)
- ISDN drip 2 mg/jam
- Clopidogrel 1x75 mg (PO)
- Acetosal 1x 160 mg (PO)
- Bisoprolol 1x2,5 mg (PO)
- Clopidogrel 1x 300 mg (PO)
- Diazepam 3x5 mg (PO)
- Bisoprolol 1x2,5 mg (PO)
- ISDN 1x5 mg/hari k/p
- Diazepam 3x5 mg (PO)
- Simvastatin 0-0-20 mg (PO)
- Simvastatin 0-0-20 mg
- Laxandine 3x10 cc (PO)
(PO)

- Laxandine 3x10 cc (PO)


Th/ Interna
- Asam Folat 2x1 mg (PO)
- Metformin 3x500 mg (PO)
- Glimepiride 1x2 mg (PO)

12
2.7 Planning Diagnostik
 Darah lengkap
 Kimia darah : BUN, Sc, GDS
 CK-MB
 EKG
 Foto thorax
 Rapid antigen SARS CoV-2

2.8 Monitoring

- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

- Elektrolit balance

- EKG tiap hari

- Tanda-tanda perdarahan

2.9 Follow Up

1. Jumat , 10 September 2021

Keluhan: nyeri dada kiri (+), nyeri perut bagian atas (+)
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: Composmentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital:

a. TD: 98/60 mmHg (MAP: 72,6)

b. N: 80×/menit

13
c. RR: 20×/menit

d. SpO2: 97%

e. Suhu: 36℃

f. CM: 850 cc, CK: 1600 cc

Pemeriksaan Fisik:

a. Kepala: normocephali

b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas (-/-),
deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).

d. Mulut dan gigi : gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah
kotor (-), tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering
(-), sianosis perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)

f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran


kelenjar tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor

- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris


anterior sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris
anterior sinistra.
- Perkusi:

Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra

Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra

Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra


Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra

- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (-), Gallop (-)

14
h. Thorax: Pulmo

- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas


tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.

- Auskultasi:

--
-- ++
--
-- ++
--
-- ++

Vesikuler Rhonki Wheezing

i. Abdomen

- Inspeksi: Abdomen datar, warna kulit merata

- Auskultasi : bising usus (+)

- Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani

- Palpasi: distensi (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-),


splenomegali (-)
j. Ekstremitas

- Akral hangat
+ +
+ +

15
- Edema
- -
- -

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Profil Lipid (10 September 2021)

Tipe Hasil Nilai Keterangan


Sample rujukan
Chol HDL 41,5 40-80 Normal
Direct mg/dL
Chol LDL 84 mg/dL 0-150 Normal
Direct
Cholesterol 176 mg/dL 0-200 Normal
Triglycerides 323 mg/dL 0-150 Tinggi

b. Pemeriksaan Kimia Darah (10 September 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Keterangan


rujukan
Glukosa 196 75-115 Normal
Darah (22.00)
Sewaktu
Glukosa 111 75-115 Normal
Darah (06.00)
Sewaktu

16
c. Pemeriksaan Enzim Jantung

Nama Test Hasil Nilai Keterangan


rujukan
Troponin I < 1.5 ng/L < 19.00 Normal

d. EKG (10 September 2021)

- Irama: sinus rythm, reguler

- Heart rate: 60×/menit

- Axis: left axis deviation (LAD)

- Gelombang P: durasi 0,04 detik; amplitude 0,04 mV


- Interval PR: 0,16 detik (normal)

- Kompleks QRS: durasi 0,04 detik sempit, morfologi normal


tidak ada hipertrofi ventrikel kanan dan kiri

- Segmen ST: isoelektrik


- Gelombang T: T inversi pada lead II, III, aVF

- Gelombang U: tidak ada

- Kesan: sinus rhytm reguler, left axis deviation, segmen ST


isolektrik, gelombang T inversi pada lead II,III,aVF

17
menunjukan lokasi iskemia miokard inferior

Diagnosis:

1. Unstable Angina Pektoris

2. DM Tipe II

3. AKI ec prerenal

Terapi:

- IVFD NS 12 tpm

- Asetosal 1x80 mg

- Bisoprolol 1×2,5 mg

- Clopidogrel 1x75 mg

- ISDN 5 mg (sl) k/p

- Laxandin 1x10 cc

- Simvastatin 0-0-20 mg

- Lovenox 1x0,4 cc (Sc)

- Asam folat 2x1 mg (PO)

- Omeprazole 2x20 mg (PO)

- Ondansetron 3x4 mg (PO)

- Metformin 3x500 mg (PO)

- Glimepiride 1x2 mg (PO)

- Diet DM 1700 kkal + 40 gr protein

Monitoring:

18
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

2. EKG tiap hari

3. Elektrolit balance

4. Tanda-tanda perdarahan

Planning:

1. Blood sugar 22.00-06.00

2. Sabtu , 11 September 2021

Keluhan: nyeri dada kiri membaik, nyeri perut bagian atas (+)
Keadaan umum: lemah
Kesadaran: Composmentis
GCS: E4V5M6
Tanda vital:

a. TD: 110/70 mmHg (MAP: 72,6)

g. N: 80×/menit

h. RR: 20×/menit

i. SpO2: 97%

j. Suhu: 36℃

k. CM: 850 cc; CK: 1400 cc

Pemeriksaan Fisik:

a. Kepala: normocephali

b. Mata: anemis (-/-), ikterik (-/-), reflek pupil (+) isokor, edema
palpebral (-).
c. Hidung: discharge (-/-), nafas cuping hidung (-), deformitas

19
(-/-), deviasi septum nasi (-), mukosa hiperemis (-/-).

d. Mulut dan gigi : gigi: mukosa pucat (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
tonsil dan faring hiperemis (-), mukosa bibir kering (-), sianosis
perioral (-), carries gigi (-).
e. Telinga: discharge (-), kelainan kongenital (-)

f. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar


tiroid (-), JVP (5+3) cmH2O, deviasi trakea (-)
g. Thorax: Cor

- Inspeksi: Ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea axilaris


anterior sinistra.
- Palpasi: Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris
anterior sinistra.
- Perkusi:

Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra

Batas kiri jantung : ICS 5 linea axilaris anterior sinistra

Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra


Batas pinggang jantung : ICS 3 linea midclavicula sinistra

- Auskultasi: S1, S2 tunggal reguler, murmur (-), Gallop (-)


i. Thorax: Pulmo

- Inspeksi: Normochest, simetris kanan dan kiri, gerakan nafas


tertinggal (-), massa (-), tanda peradangan (-)
- Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
tidak ada nyeri tekan
- Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru.

- Auskultasi:

--
--
--

20
Vesikuler Rhonki Wheezing
-- ++
-- ++
-- ++

j. Abdomen

- Inspeksi: Abdomen datar, warna kulit merata

- Auskultasi : bising usus (+)

- Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani

- Palpasi: distensi (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-),


splenomegali (-)
k. Ekstremitas
- Akral hangat
+ +
+ +

- Edema
- -
- -

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Kimia Darah (11 September 2021)

Tipe Hasil Nilai Keterangan

21
Sample rujukan
Creatinine 1,75 0,6-1,1 High
mg/dL
Urea UV 38 mg/dL 10-50 Normal
Glucose 121 mg/dL 75-115 High
puasa
HbA1c 8,0 % 4-6,5 High

b. Pemeriksaan Kimia Darah (11 September 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Keterangan


rujukan
Glukosa dua 176 (08.47) 75-150 High
JPP

c. EKG (11 September 2021)

- Irama: sinus rythm, reguler

- Heart rate: 60×/menit

- Axis: left axis deviation (LAD)

- Gelombang P: durasi 0,04 detik; amplitude 0,04 mV

22
- Interval PR: 0,20 detik (normal)

- Kompleks QRS: durasi 0,04 detik sempit, morfologi normal


tidak ada hipertrofi ventrikel kanan dan kiri

- Segmen ST: isoelektrik


- Gelombang T: T inversi pada lead II, III, aVF

- Gelombang U: tidak ada

- Kesan: sinus rhytm reguler, left axis deviation, segmen ST


isolektrik, gelombang T inversi pada lead II,III,aVF
menunjukan lokasi iskemia miokard inferior

Diagnosis:

1. Unstable Angina Pektoris (H-3)

2. DM Tipe II

3. AKI ec prerenal

Terapi:

- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm

- Asetosal 1x80 mg

- Bisoprolol 1×2,5 mg

- Clopidogrel 1x75 mg

- Diazepam 3x5mg

- Lovenox 1x0,4 cc (Sc)

- ISDN 5 mg (sl) klp nyeri dada

- Simvastatin 0-0-20 mg (PO)

- Laxandin 3x10 cc

23
- Asam folat 2x1 mg (PO)

- Omeprazole 2x20 mg (PO)

- Ondansetron 3x4 mg (PO)

- Metformin 3x500 mg (PO)

- Glimepiride 1x2 mg (PO)

- Diet DM 1700 kkal + 40 gr protein

Monitoring:

5. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

6. EKG tiap hari

7. Elektrolit balance

8. Tanda-tanda perdarahan

Planning:

1. Blood sugar 22.00-06.00

Terapi Rawat Jalan

- Asetosal 1x80 mg (PO)

- Bisoprolol 1×2,5 mg (PO)

- Clopidogrel 1x75 mg (PO)

- Diazepam 3x5mg (PO)

- Laxandin 3x10 cc (PO)

- ISDN 5 mg (sl) klp nyeri dada

24
- Simvastatin 0-0-20 mg (PO)

- Asam folat 2x1 mg (PO)

- Metformin 3x500 mg (PO)

- Glimepiride 1x2 mg (PO)

25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Unstable Angina Pectoris

a. Definisi

Unstable Angina Pectoris adalah nyeri atau rasa ketidak nyamanan di dada
yang terjadi saat istirahat atau aktivitas minimal yang berlangsung > 20
menit, dan lambat laun dapat berubah menjadi nyeri yang hebat atau
bertambah berat terus menerus (PERKI 2018)

b. Etiologi

Unstable Angina Pectoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversible


dan sementara akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan suplai oksigen miokardium. Hal ini terjadi bila:

1. Kebutuhan oksigen miokardium meningkat misalnya karena kerja


fisik keras atau aktifitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak,
2. Faktor aliran darah coroner berkurang misalnya aterosklerosis,
spasme.
3. Kebuthan oksigen miokardium meningkat akibat kerusakan
mikardium atau hipertensi diastolik (Hendriarto S.H., 2015)

c. Klasifikasi

Klasifikasi unstable angina pectoris menurut Canadian Cardiovascular


Society Classification System (Cohen M, at al. 2015)

26
Kelas Definisi

I Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina, seperti


berjalan, menaiki tangga. Angina terjadi dengan aktivitas
fisik yang berat, cepat atau lama pada saat kerja.
II Terjadi sedikit keterbatasan dalam melakukan aktivitas bias.
Angina terjadi ketika berjalan atau menaiki tangga dengan
cepat, berjalan mendaki, berjalan atau menaiki tangga
setelah makan, pada saat dingin, pada saat ada angin, dalam
keadaan stes emosional, atau selama beberapa jam setelah
bangun. Angina terjadi ketika berjalan lebih dari dua blok
dan menaiki lebih dari satu anak tangga biasa dengan
kecepatan normal dan dalam kondisi normal.
II Aktivitas fisik biasa terbatas secara nyata. Angina terjadi
ketika berjalan satu sampai dua blok dan menaiki satu anak
tangga dalam kondisi normak dengan kecepatan normal.
IV Aktivitas fisik tanpa ketidak nyamanan tidak mungkin
dilakukan , gejala angina dapat timbul ketika beristirahat.

d. Patofisiologi

Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia

27
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).

Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh


darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis
dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung
(miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan
kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk,
ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak
plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus,
dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi
Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia,
tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA
pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Hendriarto Satoro H.,
2015)

e. Diagnosis
Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard
non ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang
dapat disertai dengan perubahan EKG spesifik, dengan atau tanpa
peningkatan marka jantung. Jika marka jantung meningkat, diagnosis
mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
Strategi awal dalam penatalaksanaan pasien dengan NSTEMI dan UAP
adalah perawatan dalam Coronary Care Units, mengurangi iskemia yang
sedang terjadi beserta gejala yang dialami, serta mengawasi EKG, troponin
dan/atau CKMB (PERKI, 2015).

 Anamnesis

28
 Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada
yang tipikal (angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen).
Keluhan angina tipikal berupa rasa tertekan./ berat daerah
retrosternal menjalar ke lengan kiri, leher, rahang area
interskapular, bahu atau epigastrium, sering disertai keringat
dingin, mual/muntah, nyeri abdominal, sesak nafas atau sinkop
yang dapat berlangsung intermiten (dalam beberapa menit) atau
persisten (>20 menit).
 Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di
daerah penjalaran angina tipikal yaitu gangguan pencernaan, sesak
nafas yang tidak dapat diterangkan atau rasa lemah yang sulit
diuraikan.
 Keluhan atipikal lebih sering dijumpai pada pasien usia muda (25-
40 tahun) atau usia lanjut (>75 tahun), wanita, penderita diabetes,
gagal ginjal menahun, datau demensia.
 Walaupun keluahan angina atipikal dapat muncul saat istirahat,
keluhan ini patut dicurigai sebagai angina ekuivalen jika
berhubungan dengan aktivitas, terrutama pada pasien dengan
riwayat penyakit jantung koroner (PJK).
 Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika pada keluhan ditemukan
karakteristik sebagai berikut:
1) Pria
2) Mempunyai penyakit aterosklerosis non-koroner (penyakit
arteri perifer/ karotis)
3) Mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark
miokard, bedah pintas koroner, atau IKP
4) Mempunyai faktor risiko : usia, hipertensi, merokok,
dislipidemia, diabetes militus, riwayat PJK dini dalam
keluarga (PERKI, 2015).

 Gambaran Klinis

29
1) Keluhan yang paling sering dijumpai adalah awitan baru atau
perburukan sesak nafas saat aktivitas
2) Angina atipikal berulang pada seseorang yang mempunyai riwayat
PJK, tertama infark miokard berpeluang besar merupakan
presentasi dari SKA (PERKI, 2015).

 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus


iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan
diagnosis banding.

1) Jika ditemukan tanda-tanda regurgutasi katup mitral akut,


hipotensi, diaforesis,ronkhi basah halus atau edema paru
meningkatkan kecurigaan terhadap SKA
2) Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga (S3), ronkhi basah
halus, dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk
mengidentifikasi komplikasi iskemia (PERKI, 2015).

 Pemeriksaan Penunjang

1) EKG (Elektrokardiogram)

Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis


pertama. EKG yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan
UAP antara lain :

 Depresi segmen ST, ST elevasi transien, inversi gelombang T,


gelombang T yang datar, gelombang T-pseudo normalization,
atau EKG normal
 Kriteria ST depresi: depresi segmen ST > 0.05 mV pada 2 atau
lebih sadapan yang berpasangan berbentuk horizontal atau
downsloping

30
Tabel 1. Lokasi infark berdasarkan sadapan EKG

Lokasi Infark Sadapan dengan Arteri


Deviasi Segmen ST Koroner
Septum V1, V2 LAD
Anterior V3, V4 LAD
Lateral V5, V6 LCX
Inferior II, III, aVF PDA
Antero-septal V1,V2,V3,V4 LAD
Antero-Lateral I, aVF, V3, V4, V5,V6 LAD, LCX
Anterior- Ekstensif I, aVF, V1-V6 LAD, LCX
High- Lateral I, aVF, V5, V6 LCX
Posterior V7-V9 LCX, PDA
Ventrikel kanan V3R-V4R RCA
Keterangan

 LAD : left anterior dencending artery


 LCX : Left circumflex
 RCA : right coronary artery
 PDA : posterior descending artery (percabangan dari RCA)
(PERKI, 2015).

2) Pemeriksaan Biomarker Jantung


Pemeriksaan biomarker jantung akan melengkapi hasil
penilaian klinis dan pemeriksaan EKG dalam menegakkan diagnosis
serta menentukan stratifikasi risiko dan tatalaksana pasien dengan
NSTEMI. Pada semua pasien dengan dugaan NTEMI dan UAP
harus dilakukan pengukuran biomarker jantung. Troponin jantung
merupakan biomarker yang lebih spesifik dan sensitif untuk

31
mendeteksi cardiomyeocyte injury dibandingkan dengan CK-MB
dan mioglobin.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan biomarker jantung
yang lebih sensitif dan spesifik, maka direkomendasikan
pemeriksaan hs-cTn (high sensitivity cardiac troponin).
Pada NSTEMI terdapat peningkatan enzim jantung
sedangkan pada UAP tidak dijumpai peningkatan enzim jantung.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus
dikumpulkan di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula
darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal,
dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda
terapi SKA.
4) Pemeriksaan Foto Polos Dada
Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,
identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.
5) Pemeriksaan Non-Invasif
a) Pemeriksaan Ekokardiografi Transtorakal
Pemeriksaan Ekokardiografi Transtorakal saat istirahat dapat
memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan
berguna untuk menentukan diagnosis banding. Hipokinesia
dan akinesia segmental dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat
iskemia dan menjadi normal saat iskemia menghilang. Selain
itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta, kardiomiopati,
hipertrofik atau diseksi aorta dapat di deteksi melalui
pemeriksaan ekokardiografi.
b) Stress test
Dapat menyingkirkan diagnosis banding PJK obstruksi pada
pasien-pasien tanpa rasa nyeri, EKG istirahat normal, dan
marker jantung yang negatif.
c) Multislice Cardiac CT (MSCT)

32
Dapat digunakan untuk menyingkirkan PJK sebagai penyebab
nyeri pada pasien dengan kemungkinan PJK rendah sampai
menengah, dan jika pemeriksaan troponin dan EKG tidak
meyakinkan.
6) Pemeriksaan Invasif (Angiografi koroner)
Angiografi koroner dapat memberikan informasi mengenai
keberadaan dan tingkat keparahan PJK sehingga dianjurkan segera
untuk tujuan diagnostik pada pasien dengan risiko tinggi dan
diangnosis banding yang tidak jelas. Penemuan angiografi yang khas
antara lain eksentrisitas, batas yang ireguler, ulserasi, penampakkan
yang kabur, dan filling defect yang mengesankan adanya trombus
intrakoroner (Fernandes Silvia, et al. 2017)

Gambar 1. Guidline NSTEMI 2015


f. Stratifikasi Risiko
Tujuan stratifikasi risiko adalah untuk menentukan strategi penanganan
selanjutnya (konservatif atau invasif) pada NSTEMI dan UAP. Beberapa cara
stratifikasi risiko yang digunakan pada NSTE-ACS (PERKI, 2015)
1) Skor TIMI (Thrombolysis in Myocardial Infarction)

33
Stratifikasi TIMI telah divalidasi untuk prediksi kematian 30 hari
dan 1 tahun pada berbagai spektrum SKA termasuk APTS/NSTE-ACS
(PERKI, 2015).
Parameter Skor
Usia > 65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor risiko * 1
Angiografi koroner sebelumnya menunjukan 1
stenosis >50%
Penggunaan Aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 1
jam terakhir
Deviasi ST > 1 mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1
*Faktor risiko : hipertensi DM, merokok, riwayat dalam keluarga,
dislipidemia

Tabel 2. Stratifikasi risiko berdasarkan skor TIMI


Skor TIMI Risiko Risiko kejadian kedua
0-2 Rendah < 8,3%
3-4 Menengah < 19,9%
5-7 Tinggi  41%

2) Skor GRACE (Global registry of acute coronary events)


Klasifikasi ini ditujukan untuk memprediksi mortalitas saat perawatan di
rumah sakit dan dalam 6 bulan terakhir setelah keluar dari rumah sakit
(PERKI, 2015).
Prediktor Skor Prediktor Skor
Usia Kreatinin (mmol/L)
<40 tahun 0 0 – 34 2
40 – 49 18 35 – 70 5

34
50 - 59 36 71 -105 8
60 - 69 55 106 – 140 11
70 – 79 73 141 – 176 14
80 91 177 – 353 23
 354 31
Gagal jantung berdasarka
Laju Denyut Jantung (x/menit) KILLIP
< 70 0 I 0
70 – 89 7 II 21
90 – 109 13 III 43
110 – 149 23 IV 64
150 – 199 36
>200 46
Tekanan darah sistolik Henti jantung 43
(mmHg) saat tiba di RS
< 80 63 Peningkatan 15
80 – 99 58 marka jantung
100 – 119 47
120 – 139 37 Deviasi segmen 30
140 – 159 26 ST
160 – 199 11
>200 0

Tabel 3. Stratifikasi risiko kematian berdasarkan skor GRACE


Prediksi kematian dirumah sakit
Skor  108 Risiko rendah (risiko
kematian < 1%)
109-140 Risiko kematian menengah (1-
3%)
> 140 Risiko kematian tinggi (>8%)
Prediksi kematian dalam 6 bulan setelah keluar dari rumah

35
sakit
Skor  88 Risiko rendah (risiko
kematian < 3%)
Skor 89-118 Risiko kematian menengah (3-
8%)
Skor >118 Risiko tinggi (>8%)

3) Skor CRUSADE
Prediktor Skor Prediktor Skor
Hematokrit awal % Jenis kelamin
< 31 9 Laki -laki 0
31 – 33,9 7 Perempuan 8
34 – 36,9 3
37 – 39,9 2
 40 0
Tanda gagal
jantung saat
Kreatinin klirens, mL/menit datang
 Tidak 0
 Ya 7

15 39 Riwayat
>15 - 30 35 penyakit
>30 – 60 28 vaskular
>60 – 90 17 sebelumnya
>90 – 120 7  Tidak 0
>120 0  Ya 6
Diabetes
Laju denyut jantung (x/menit)  Tidak 0
 Ya 6

 70 0 Tekanan darah

36
71 – 80 1 sistolik, mmHg
81 – 91 3  90 10
91 – 100 6 91-100 8
101 – 110 8 101-120 5
111 – 120 10 121-180 1
121 11 181-200 3
201 5

Tabel 4. Stratifikasi risiko perdarahan berdasarkan skor CRUSADE


Skor CRUSADE Tingat Risiko Risiko Perdarahan
1 – 20 Sangat rendah 3.1%
21 – 30 Rendah 5.5%
31 – 40 Moderat 8.6%
41 – 50 Tinggi 11.9%
>50 Sangat tinggi 19.5%

g. Penatalaksanaan NSTE-ACS
Farmakologi NSTE-ACS
 Anti Iskemia
1) Beta Bloker
Indikasi
 Penyekat beta direkomendasikan bagi pasien UAP atau
NSTEMI, terutama jika terdapat hipertensi dan/atau
takikardia, dan selama tidak terdapat indikasi kontra.
 penyekat beta oral hendaknya diberikan dalam 24 jam
pertama. Penyekat beta juga diindikasikan untuk semua
pasien dengan disfungsi ventrikel kiri selama tidak ada
indikasi kontra.
 Pemberian penyekat beta pada pasien dengan riwayat

37
pengobatan penyekat beta kronis yang datang dengan
SKA tetap dilanjutkan kecuali bila termasuk klasifikasi
Kilip ≥III.

Kontraindikasi
 Pasien gangguan konduksi atrio-ventrikuler yang
signifikan
 Asma brokial & disfungsi akut ventrikel kiri
Sediaan
Atenolol 50-200 mg/hari
Carvedilol 2x 6,25 mg/hari, titrasi sampai maksimum
2x25 mg/hari
Metoprolol 50-200 mg/hari
Bisoprolol 1,25- 10 mg/hari
Propanolol 2x20 – 80 mg/hari

2) Nitrat
 Nitrat oral atau intravena efektif menghilangkan
keluhan dalam fase akut dari episode angina (Kelas I-
C).
 Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri
dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual
setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian,
setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat
intravena jika tidak ada indikasi kontra.
 Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang
persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam
pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat
intravena tidak boleh menghalangi pengobatan yang
terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta

38
atau angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I)
 Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah
sistolik <90 mmHg atau >30 mmHg di bawah nilai
awal, bradikardia berat (<50 kali permenit), takikardia
tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan

Sediaan
Isosorbid  Sublingual : 2,5-5 mg/hari (dapat di
dinitrate ulang hingga 3x)
(ISDN)  Oral : 15-80 mg/hari dibagi 2-3 dosis
 Intravena : 1,25 – 5 mg/jam
Isosorbide  Oral : 2x20 mg/hari
mononitrate  Oral (slow release) : 120-240 mg/hari
Nitroglicerin  Sublingual : tablet 0,3 – 1,5 mg
 IV : 5-200 mcg/menit
Bisoprolol 1,25- 10 mg/hari
Propanolol 2x20 – 80 mg/hari

3) Calcium Channel Blocker

Rekomendasi :

 CCB dihidropiridin direkomendasikan untuk mengurangi


gejala bagi pasien yang telah mendapatkan nitrat dan
penyekat beta.
 CCB non-dihidropiridin direkomendasikan untuk pasien
NSTEMI dengan indikasi kontra terhadap penyekat beta.
 CCB nondihidropiridin (long-acting) dapat dipertimbangkan
sebagai pengganti terapi penyekat beta.
 CCB direkomendasikan bagi pasien dengan angina
vasospastik.

39
 Penggunaan CCB dihidropiridin kerja cepat (immediate-
release) tidak direkomendasikan kecuali bila dikombinasi
dengan penyekat beta.

Sediaan
Verapamil 180-240 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Diltiazem 120-360 mg/hari dibagi 3-4 dosis
Nifedipine GITS 30-90 mg/hari
(long acting)
Amlodipine 5-10 mg/hari

 Anti Platelet

Rekomendasi :

 Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda


indikasi kontra dengan dosis loading 150-300 mg dan
dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk
jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan
yang diberikan
 Penghambat reseptor ADP perlu diberikan bersama
aspirin sesegera mungkin dan dipertahankan selama 12
bulan kecuali ada indikasi kontra seperti risiko
perdarahan berlebih

- Ticagrelor direkomendasikan untuk semua pasien


dengan risiko kejadian iskemik sedang hingga
tinggi (misalnya peningkatan troponin) dengan
dosis loading 180 mg, dilanjutkan 2x90 mg/hari.

40
- Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang
tidak bisa menggunakan ticagrelor. Dosis loading
clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 1x75
mg/hari. Pada pasien dengan rencana dilakukan
strategi invasif, dosis loading Clopidogrel yang
direkomendasikan 600 mg.

 PPI (sebaiknya bukan omeprazole) diberikan bersama


DAPT (dual antiplatelet therapy - aspirin dan
penghambat reseptor ADP) direkomendasikan pada
pasien dengan riwayat perdarahan saluran cerna atau
ulkus peptikum, dan perlu diberikan pada pasien
dengan beragam faktor risiko seperti infeksi H. pylori,
usia ≥65 tahun, serta konsumsi bersama dengan
antikoagulan atau steroid

Sediaan
Aspirin  Dosis loading : 150-300 mg
 Dosis pemeliharaan : 75-100
mg/hari
Ticagrelor  Dosis loading : 180 mg
 Dosis pemeliharaan : 2x90 mg/hari
Clopidogrel  Dosis loading : 300 mg
 Dosis pemeliharaan : 75 mg/hari

 Anti Koagulan

Rekomendasi :

 Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua


pasien yang mendapatkan terapi antiplatelet.
 Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko

41
perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-
keamanan agen tersebut
 Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil
keamanan berbanding risiko yang paling baik. Dosis
yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara
subkutan
 Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan
untuk pasien dengan risiko perdarahan rendah apabila
fondaparinuks tidak tersedia.
 Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-
70 detik atau heparin berat molekul rendah (LMWH)
lainnya (dengan dosis yang direkomendasikan)
diindaksikan apabila fondaparinuks atau enoksaparin
tidak tersedia

Sediaan
Fondaparinux 2,5 mg subkutan/hari
Enoxaparin 1 mg/kg 2x/hari
 Inj. 20 mg/0,2 ml : Lovenox
 Inj. 40 mg/0,4 ml : Lovenox
 Inj. 60 mg/0,6 ml : Lovenox
Heparin tidak  Bolus I.V : 60 U/kg, dosis
trafraksi maksimal 4000 U
(UFH)  Infus I.V : 12 U/kg selama 24-48
jam dengan dosis maksimal 1000
U/jam target aPTT 1,5 – 2x kontrol

 ACE Inhibitor / Angiotensi Receptor Blocker

Rekomendasi :

42
 Inhibitor ACE diindikasikan penggunaan untuk jangka
panjang, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri
≤40%, pasien diabetes mellitus, hipertensi, atau
penyakit ginjal kronik (PGK)
 ARB diindikasikan bagi pasien infark mikoard yang
intoleran terhadap inhibitor ACE

Sediaan ACE Inhibitorr


Captopril 2-3 x 6,25 – 50 mg/hari
Ramipril 2,5- 10 mg/hari dalam 1atau 2 dosis
Lisinopril 2,5- 20 mg/hari dalam 1 dosis
Enalapril 5 – 20 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
Sediaan ARB
Candesartan 1x16 mg/hari
Valsartan 2x80 mg/hari

 Statin

Rekomendasi :

 Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa


mempertimbangkan modifikasi diet, inhibitor
hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase
(statin) harus diberikan pada semua penderita
UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang telah
menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat
indikasi kontra.
 Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai
sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan sasaran
terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL <100

43
mg/

Sediaan
Rosuvastatin 10 – 20 mg/hari
Atorvastatin 20 – 40 mg/hari

Non Farmakologi NSTE-ACS


1) Pemberian Oksigen
Terapi pemberian oksigen dimulai saat nyeri terjadi. Oksigen yang
dihirup akan meningkatkan tekanan perfusi koroner sehingga
meningkatkan oksigenasi pada jaringan jantung yang iskemik atau
memperbaiki ketidak seimbangan oksigen di miokardium. Terapi
oksigen dilakukan sampai nyeri berkurang.
2) Membatasi Aktivitas Fisik
Istirahat merupakan cara paling efektif untuk membatasi aktivitas fisik.
Pengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada umumnya akan
mempercepat penghentian nyeri (PERKI, 2018)

Managemen Jangka Panjang dan Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder penting dilakukan karena kejadian iskemik
cenderung terjadi dengan laju yang tinggi setelah fase akut. Beberapa
pengobatan jangka panjang yang direkomendasikan adalah:

1) Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien.


2) Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan
kecuali bila risiko perdarahan tinggi
3) Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan
kolesterol LDL <70 mg/dL.

44
4) Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi
sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤40%)
5) ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40%
dan yang menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK,
kecuali diindikasikontrakan
6) ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
7) Antagonis aldosteron disarankan pada pasien post infark miokard yang
sudah mendapatkan ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35%
dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal
yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL
pada wanita) atau hiperkalemia
8) Selain rekomendasi di atas, pasien juga disarankan menjalani perubahan
gaya hidup terutama yang terkait dengan diet dan berolahraga teratur
(PERKI, 2018)

BAB IV
PENUTUP

45
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


Tn. IBGAS usia 52 tahun datang ke IGD RSU Bangli tanggal 9
September 2021 dengan keluhan nyeri dada kiri. Berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan pasien terdiagnosis Unstable Angina Pectoris. Selain
itu, pasien juga mengalami Diabetes Militus tipe II dan AKI ec
prerenal. Dari diagnosis tersebut, pasien mendapatkan terapi
penanganan untuk UAP dan pemberian terapi penurunan glukosa darah
untuk kondisi DM tipe II. Pasien mendapatkan perawatan di rumah
sakit selama 3 hari dan dipulangkan dengan kondisi yang sudah
membaik/stabil dan mendapatkan pengobatan lanjutan untuk
mencegah terjadinya kekambuhan maupun sebagai pencegahan
sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

46
Amsterdam EA, Wenger NK, Brindis RG, Casey DE Jr, Ganiats TG, Holmes DR
Jr, Jaffe AS, Jneid H, Kelly RF, Kontos MC, Levine GN, Liebson PR,
Mukherjee D, Peterson ED, Sabatine MS, Smalling RW, Zieman SJ;
ACC/AHA Task Force Members. 2016. AHA/ACC guideline for the
management of patients with non-ST-elevation acute coronary syndromes:
executive summary: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.
Circulation. 130(25):2354-94.

Cohen M, Demers C, Gurfinkel EP, Turpie AG, Fromell GJ, Goodman S, et al.,
2015. A comparison of low-molecular-weight heparin with unfractionated
heparin for unstable coronary artery disease. Efficacy and Safety of
Subcutaneous Enoxaparin in Non-Q-Wave Coronary Events Study Group. N
Engl J Med.337(7):447-52.

Fernandes Silvia FM., Pereira Pesaro AE., Franken Marcelo., Mauricio W., 2017.
Acute Management of Unstable Angina and Non-ST Segmen Elevation
Myocardial Infraction. Journal Medicine, Volume 13 No.3 : 456-61. Hospital
Israelita Albert Einstein, Sao Paulo : Brazil

Hendriarto Satoro H., 2015. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Jurnal


Anestesiologi Indonesia. Nomor 3, Volume 6. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

PERKI, 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi ke Empat.


Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi ke Tiga.


Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

Stub D, Smith K, Bernard S, Bray JE, Stephenson M, Cameron P, Meredith I,


Kaye DM; AVOID Study. A randomized controlled trial of oxygen therapy in

47
acute myocardial infarction Air Verses Oxygen In myocarDial infarction
study (AVOID Study). Am Heart J. 2012;163(3):339-45.e1.

48

Anda mungkin juga menyukai