Mei 2017
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OSTEOARTHRITIS
Oleh:
Robert Yames C11102 089
Prisca Yuliani Suban C11108 226
Pembimbing Residen
dr. M. Ridha Maulana
Dosen Pembimbing
dr.Sri Asriany, Sp. Rad
1
HALAMAN PENGESAHAN
Konsulen Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2
DAFTAR ISI
A. Definisi ........................................................................................ 14
B. Epidemiologi…………........................................................................ 14
C. Anatomi ………………........................................................................ 15
D. Radioanatomi……………………………………………………… 18
E. Patogenesis……………………………………………………………. 19
G. Klasifikasi……………………………………………………… 24
H. Diagnosis …………………………………………………………… 25
I. Predileksi …................................................................................. 26
J. Penatalaksaan …………………………………………....………. 31
3
BAB 1
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Swasta
Kebangsaan : Indonesia
II. Anamnesis :
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak ±1 tahun yang lalu tidak disertai bengkak. Nyeri dirasakan
pasien seperti tertusuk jarum dan berdenyut-denyut sehingga pasien sulit
berjalan. Nyeri semakin memberat saat pasien beraktivitas dan sedikit
berkurang saat pasien beristirahat dan minum obat. Pasien merasa kaku dan
nyeri lutut terutama pada pagi hari setelah bangun tidur.
4
- Riwayat penyakit hipertensi tidak ada.
- Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada.
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
- Riwayat trauma tidak ada
-
III. Pemeriksaan Fisis
Nadi : 72 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan Fisis
- Kepala
Ukuran : Normocephal
- Mata
5
Pupil : Isokor 2,5 mm/2,5 mm
6
- Telinga
- Hidung
- Mulut
- Leher
- Dada
Buah dada : Simetris kira sama dengan kanan, tidak ada kelainan
- Paru
7
Batas paru belakang kanan ICS IX
- Jantung
- Abdomen
8
- Ekstremitas
b. Ekstremitas Inferior :
Dextra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi
sendi lutut (-), oedem sendi lutut (-), varus deformitas (-), nyeri gerak
(+) dan nyeri tekan (-).
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi
sendi lutut (-), oedem sendi lutut (-), varus deformitas (-), nyeri gerak
(+) dan nyeri tekan (-)
9
IV. Laboratorium
Kesan :
10
V. Radiologi
11
Hasil Foto Genu Bilateral AP/Lateral :
- Osteofite pada condylus medial et lateral dan eminentia tibia bilateral, pada
12
Kesan :
Lawrence )
- Osteoporosis senilis
VI. Diagnosis
Kellgren-Lawrence )
- Osteoporosis senilis
VII. Terapi
13
BAB 2
DISKUSI
A. Pendahuluan
1. Definisi
2. Epidemiologi
lutut dan pada foto rontgen ditemukan adanya gambaran osteofit serta
14
sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi pada pagi hari <
1. Tulang
Sendi lutut yang kompleks terdiri dari tulang paha, tibia, fibula,
dan patella. Ujung distal femur mengembang dan membentuk kondilus
lateral dan medial,yang berfungsi untuk mengartikulasikantibia dan
patella.Permukaan artikular kondilus medial lebih panjang dari depan ke
belakang daripada permukaan kondilus lateral. Di anterior, kedua
kondilusmembentuk alur femoralis atau troklea, untuk menerima patella.
Pada akhir tibia proksimal, tibial plateau, berartikulasi dengankondilus
femur. Pada tibial plateau terdapat dua concavitas dangkal yang
berartikulasidengan masing-masing kondilus femoralis dan dibagi oleh
fossa poplitea. Diantara kedua conkavitas ini, terdapat area yang
merupakan tempat menempelnya ligamen cruciatum dan membentuk
proses pertumbuhan tulang tibia.
Patella adalah tulang sesamoid (floating bone) terbesar dari tubuh.
Terletak di tendon quadricepsfemoris otot dan dibagi menjadi tiga aspek
medial dan aspek lateralyang berartikulasi dengan tulang paha. Aspek
lateral patella lebih lebardari aspek medial. Patela mengartikulasikan
kedua cekungan kondilus femoralis.
15
Gambar 3. Tibia dan Fibula (sumber: www.thesebonesofmine.com)
2. Sendi
1) Sendi lutut memberikan fleksi, ekstensi, rotasimedial, dan rotasi
lateral kaki.Sendi lutut terdiri dari tiga artikulasi, yaitu:
a) Kondilus femoralis medial berartikulasi dengan tibia kondilus
medial dan meniscus medial
b) Kondilus femoralis lateralis berartikulasi dengan tibia
kondiluslateral dan meniskuslateral
c) Permukaan patella femur berartikulasi dengan permukaan
posteriorpatela.
2) Ligamen yang menstabilkan integritas sendi lutut, yaitu:
a) Ligamen Cruciatum. Merupakan dua ligamen yang saling
menyilang satu sama lain di dalam kapsul sendi lutut. Ligamen
cruciatum anterior melekat di bawah dan di depan tibia,
kemudian di belakang melekat pada permukaan dalam dari
kondilus lateral. Ligamen cruciatum posterior, merupakan yang
terkuat diantara keduanya, melintasi belakang tibiake arah atas,
16
depan, dan medial, serta melekat pada bagian anterior dari
permukaan lateral kondilus medial femur.
b) Ligamen capsular dan ligamentum collateral. Terbagi menjadi
dua, yaitu Ligamen collateral medial dan lateral. Ligamentum
collateral medial melekat pada kondilus medial femur,
sedangkan ligamentum collateral lateral melekat pada kondilus
lateral femur dan kepala fibula.
3. Otot –otot pergerakan pada kaki:
a. Ekstensor kaki
1) Empat otot-otot paha depanfemoris (yaitu,rektusfemoris,
vastusmedialis, intermediusvastus, dan vastus lateralis) adalah
satu-satunya ekstensor pada kaki. Keempatotot-otot paha depan
femoris ini dipersarafi oleh saraf femoralis.
b. Fleksor kaki
1) Semitendinosus,semimembranosus,dan biseps femoris adalah
fleksor kaki saat berjalan. Semitendinosus, semimembranosus, dan
caput biseps femoris longus(otot hamstring) semua dipersarafi oleh
bagian tibia saraf sciatic; biceps femoris brevis dipersarafi oleh
bagian peronealumum dari saraf sciatic.
2) Otot fleksor lain pada kaki
a) Sartorius dipersarafi olehsaraf femoralis.
b) Gracilis yang dipersarafi oleh saraf obturator
c) Gastrocnemius dipersarafi oleh saraf tibialis.
c. Rotator medial kaki
Popliteus, semitendinosus, semimembranosus, sartorius, dan gracilis
adalah rotator medial kaki. Popliteus dipersarafi oleh saraf tibialis.
d. Rotator lateral kaki
Bisep femoris adalah rotator lateralis tunggal pada kaki.
e. Iliotibial band
Terletak pada bagian lateral dan terutama berfungsi sebagai penstabil
17
C. Radioanatomi Genu
18
Gambar 5. Gambaran Radioanatomi Genu Lateral
D. Patogenesis Osteoarthritis
19
proteoglikan kartilago yang penyababnya belum jelas. Jejas mekanis dan
kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena
fakor umur, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek
anatomik, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis
dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam
cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan
kondrosit, dan nyeri. Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago
yang berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks
makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair).
Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi.3
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi
dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan
membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk
mensintesis DNA dan protein seperti kolagen dan proteoglikan.Faktor yang
berperan adalah insulin- like growth faktor (IGF-1), growth hormone,
transforming growth factor (TGF- β) dan coloni stimulating factor (CSFs) .
Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan
rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1.TGF-
β memiliki efek multiple pada matriks kartilago, yaitu merangsang sintesis
kolagen dan proteoglikan dan menekan stromelisin, yaitu enzim yang
mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E2
(PGE2) dan melawan efek inhibisi sintesis PGE2oleh interleukin1 (IL-1).
Hormon lain yang mempengaruhi sintesis kartilagoadalah testosterone,
estradiol, platelet derivate growth factor (PDGF) , fibroblast growth factor,
dan kalsitonin.9
Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan
metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan
20
sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan
sendi serta mengawali suatu respons imun yang menyebabkan inflamasi
sendi.
Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini
mengakibatkan dilepasnya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan
interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral
yang dketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan
rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya
mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan
radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot
ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga
diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf
yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena
intrameduller akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling
pada trabekula dan subkondral.10
Pada batas sendi dan tulang, biasanya terjadi proses pembentukan tulang
yang berlebihan sebagai akibat dari kondrogenesis yang selanjutnya disebut
osteofit. Osteofit berasal dari precursor sel mesenkim yang berdiferensiasi
menjadi kondrosit akibat kerusakan mikrostruktur pada tulang. Osteofit
merupakan hasil respon fisiologik tulang terhadap stress mekanik dalam
jangka waktu yang lama. Sampai saat ini mekanisme molecular
pembentukan osteofit masih tidak diketahui. Namun, diyakini faktor
pertumbuhan memiliki peranan dalam pembentukan osteofit.11
Padaawal perubahan, sementara tulang rawan masih memiliki morfologis
yang utuh, peningkatan kadar air tulang rawan dan ekstrabilitas yang lebih
21
proteoglikan dan munculnya efek dalam tulang rawan. Sehingga tulang
dari tulang rawan juga dapat menambah stress pada jaringan kolagen,
trabecular dan formasi kista dan begitu juga pada terjadinya peningkatan
remodeling ..
E. Faktor Resiko
22
bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah dijumpai pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun
Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan
penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.
2) JenisKelamin
Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi
timbulnya OA pada wanita lebih tinggi dari pria, atau dengan kata lain
prevalensi OA tinggi pada wanita yang telah menopause. Ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA itu sendiri.
3) Suku Bangsa
Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat
perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan pada
kelainan kongenital dan pertumbuhan.
4) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnyaosteoarthritis. Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-
unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial padaosteoartritis.
5) Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoarthritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoarthritis pada sendi yang menanggungbeban, tetapi juga dengan
osteoarthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung
koroner,diabetes mellitus dan hipertensi.
6) Cedera Sendi (trauma), Pekerjaan dan Olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-
menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoarthritis tertentu.
23
Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera
sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
F. Klasifikasi Osteoarthritis
24
Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi jelas, sklerosis berat dan
G. Diagnosis Osteoarthritis
25
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali
terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (<100 cc), selain itu osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi.
- Perubahan Gaya Berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir
semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau pinggul
berkembang menjadi pincang. 2,13
H. Predileksi Osteoarthritis
Gambar 4.
Posisi anteroposteriorlutut menunjukkan (A) penyempitan ruang sendi, (B) adanya osteofit
26
Gambaran radiografi pada seluruh ekstremitas bawah juga berguna untuk
menunjukkan malalignment varus dan valgus. Proyeksi axial adalah posisi terbaik
untuk menilai articulatio patellofemoral. Bila kompartemen patellofemoral
terlibat, facet lateral dari patella lebih sering terpengaruh daripada facet medial
dan subluxasi patella lateral dapat diperhatikan. Perubahan osteoartritis pada
articulatio patellofemoral dapat diliat pada proyeksi lateral.
Gambar 5.
Foto lateral genu memperlihatkan kompartemen patellofemoral menyempit dan osteofitosis.
Tonjolan Parson prominen juga terlihat. Corpus intra-articular besar yang mengeras sebagai
buktinya.
27
putih)menyebabkandeformitaslututdengankerusakantulang
rawanmedialdankortekssubchondral(panah terbuka)(D) kistasubchondral(panah padat)
28
Gambar 8. Radiografi posteroanterior tangan mengalami penyempitan, osteofit dan kista
subchondral yang mempengaruhi sendi interphalang distal. Gambaran ini khas untuk osteoartritis.
Gambar 9. Radiografi anteroposterior hip menggambarkan pergeseran superior pada caput femur
(yang menunjukkan berkurangnya kartilago articular), sklerosis subchondral, osteofit prominen
dan kista engger besar pada acetabulum superior. Flattening pada aspek superior caput femur juga
terlihat.
29
4. Osteoartritis pada Pedis
Deformitas valgus sering bersama dengan osteoartritis pada sendi
metatarsofalangeal satu.
Gambar 12 . Proyeksi obliq menunjukkan penyempitan gradual dan sklerosis pada facet joint
lumbar spine.
30
Sistem penilaian MRI telah dikembangkan untuk evaluasi lutut.
Bentuk modifikasi dari skala Outerbridg esecara rutindigunakan untuk
penilaian lesi tulang rawan, khususnya berkaitan dengan cacatmendalam.
c) Pemeriksaan Laboratorium3
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (hemoglobin, leukosit, Laju Endap Darah) dalam batas normal.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga
normal. Pada OA yang disertai dengan peradangan mungkin didapatkan
penurunan viskositas, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m), dan
peningkatan protein.
I. Penatalaksanaan
31
2) Terapi farmakologis:
a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk
menghilangkan nyeri.
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf
local.
c. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS): analgetik- antiinflamasi.
Namun, penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak menyebabkan
efek samping berupa gastritis hingga ulkus peptikum.
d. Chondroprotective agent : obat- obat yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti
menggolongkannya dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs
(SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs
(DMOADs):
i) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim MMP
ii) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas
cairan synovial, diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat
ternyata memegang peranan penting dalam pembentukan matriks
tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan.
iii)Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi tuang
rawan., seperti hialuronidase, protease, elastase, dan katepsin.
iv) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung
kondroitin sulfat adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian
dari proteoglikan. Kondroitin sulfat memiliki efek: antiinflamasi,
efek metabolic terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan, dan
anti degradatif melalui hambatan enzim proteolitik
v) Vitamin C: menghambat enzim lisozim.
vi) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl
radikal yang merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan.
vii) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada
OA sehingga mampu mengurangi rasa sakit, tetapi
penggunaannya masih controversial.
32
3). Terapi bedah: jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
J. Diskusi Radiologi
33
DAFTAR PUSTAKA
34
http://radiopedia.org/articles/kellgren-and-lawrence-system-for-
classification-of-osteoarthritis-of-knee.
14. Adam. Clinical Management of Osteoarthritis.Accessed 2nd February
2015. Available from: http://www.adamondemand.com/clinical-
management-of-osteoarthritis/#.VM_LOXYRU4O.
15. Schiphof, D. 2011. Identifying Knee Osteoarthritis: Classification,
Early Recognition and Imaging. The Netherlands Organization for
Scientific Research
16. Scott Staci Greogory. 2013. Primary Osteoarthritis Imaging. Access
28 Januari 2015 Available From:
http://emedicine.medscape.com/article/392096-overview
17. Ostensen, Pettersson, Davies,M et al. 2002. The WHO Manual of
Diagnostic Imaging Radiographic: Anatomy and Interpretationof the
Musculoskeletal System. Word Health Organization
18. Ouellette, H. Tetreault, P. 2002. Clinical Radiology. MedMaster, Inc.
Miami
19. Gunderman, R. 2006. Essential Radiology : Clinical Presentation,
Pathophysiology and Imaging. Second Edition
20. NICE. Commissioning Guide: Painful Osteoarthritis of the Knee. 2013
21. Solomon Louis. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
Ninth Edition
35