DISUSUN OLEH:
KAKAK PEMBIMBING:
DARMIYANTI
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Kartika Sari
2
LEMBAR PENGESAHAN
“KOLELITHIASIS”
OLEH
Nama: Kartika Sari
TUPOKSI
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 LATAR BELAKANG
Kolelilitiasis atau batu empedu merupakan timbunan Kristal di dalam
kandung empedu. Batu empedu berbentuk lingkaran, oval, dan facet ditemukan
pada saluran empedu. Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat,
atau gabungan elemen-elemen ini. (Pierce & Neil, 2007)
Insiden batu empedu meningkat sesuai usia, karena risiko-risiko berhubungan
dengan kolelitiasis. Di As, >10% laki-laki dan 20% perempuan memiliki batu
empedu dengan usia 65 tahun. Perempuan terhitung hampir 70% dirawat di rumah
sakit dengan batu empedu, meskipun angka kematian mungkin lebih tinggi pada
laki-laki. Dua kali lebih banyak terjadi pada orang Amerika kulit putih
dibandingkan dengan orang Amerika kulit hitam, meskipun batu empedu kurang
umum pada kulit hitam, kolelitiasis menyebabkan perdarahan pada >1/3 orang
dengan anemia sel sabit. (Joyce & Jane, 2014)
Prevalensi batu empedu banyak kesamaan antara Eropa dan Amerika banyak
pengetahuan baru bahwa batu empedu kolesterol datang dari penelitian Pima
perempuan Amerika pribumi di Arizona selatan-tengah, yang kejadiannya 75%
dengan usia >25 tahun. Batu pigmen dominan di Asia dan Amerika Afrika. (Joyce
& Jane, 2014)
Gejala yang umum pada klien dengan batu empedu adalah nyeri atau kolik bilier,
yang disebabkan oleh spasme atau kram duktus bilier sebagai upaya
mengeluarkan batu, mual muntah, dan urin berwarna gelap.
Pengobatan pada klien dengan batu empedu dengan terapi nutrisi dan terapi
farmakologi. (Joyce & Jane, 2014).
1.3 TUJUAN
5
Umum : Tujuan utama dan umum penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh kakak pembimbing dalam kegiatan
PKKMB Poltekkes Tanjungpinang
Khusus :
1. Menambah pengetahuan tentang kolelithiasis
2. Untuk memahami manifestasi klinis dari kolelitiasis
3. Untuk memahami pemberian asuhan keperawatan klien kolelithiasis
1.4 MANFAAT
a. Manfaat Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan terutama pada pasien Kolelitiasis
b. Manfaat Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai saran untuk menerapkan ilmu dan
menambah wawasan dalam dalam melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap pasien Kolelitiasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh
mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol
yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
merupakan keadaan yang litogenik (Garden, 2007).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri,
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan
untuk dipakai sebagai benih pengkristalan (Hunter, 2007; Garden, 2007).
b. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu
empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun
7
umumnya selalu pada wanita.
d. Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak
hewani berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan
komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan
empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama
kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang
cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kantung empedu.
e. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
8
Gejala sakit batu empedu sangat beragam. Namun, umumnya orang yang
terserang penyakit ini akan mengalami gejala seperti:
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, jangan ragu untuk melakukan
konsultasi dengan dokter Anda.
Bhangu, 2007).
1. Batu kolesterol
70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
9
mengandung > 50% kolesterol) (Bhangu, 2007).
kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan lesitin. Ini dapat
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis batu empedu yang
10
infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan
terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini
terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi
(Townsend, 2004; Alina, 2008).
3.Batu campuran
11
Suatu alat yang mampu meneropong saluran pencernaan sekaligus
membebaskan sumbatan yang ada di saluran cerna (saluran empedu
danpankreas).
Direkomendasikan bagi pasien yang mengalami sumbatan batu empedu pada
saluran batu utama (common bile duct) dan berisiko mengalami komplikasi
seperti peradangan saluran empedu dan pankreas.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A. Grace & Neil R.Borley. (2006). At Glace Ilmu Bedah. (ed.3). Penerbit Erlangga.
14