Anda di halaman 1dari 14

“KOLELITHIASIS”

DISUSUN OLEH:

NAMA : KARTIKA SARI

JURUSAN : D-III Keperawatan

KAKAK PEMBIMBING:

DARMIYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN/KEBIDANAN/SANITASI

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kolelithiasis” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada program studi D-III
Keperawatan di Poltekkes Tanjungpinang. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Kolelithiasis”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kak Darmayanti


selaku ini kakak pembimbing. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Busung, 22 Juli 2020

Kartika Sari

2
LEMBAR PENGESAHAN
“KOLELITHIASIS”

OLEH
Nama: Kartika Sari

TUPOKSI

Busung, 22 Juli 2020


Mahasiswa Baru Kakak Pembimbing

Kartika Sari Darmiyanti

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................... 5
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................... 5
1.3 TUJUAN............................................................................................... 6
1.4 MANFAAT.......................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
2.1 Fase pembentukan kolelitiasis.............................................................. 7
2.2 Faktor resiko timbulnya kolelitiasis..................................................... 7
2.3 Gejala timbulnya kolelitiasis................................................................ 9
2.4 Klasifikasi atau penggolongan kolelitiasis......................................... 10
2.5 Penyembuhan kolelitiasis .................................................................. 12
BAB III PENUTUP.................................................................................. 14
3.1 KESIMPULAN................................................................................... 14
3.2 SARAN............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN

4
1.1 LATAR BELAKANG
Kolelilitiasis atau batu empedu merupakan timbunan Kristal di dalam
kandung empedu. Batu empedu berbentuk lingkaran, oval, dan facet ditemukan
pada saluran empedu. Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat,
atau gabungan elemen-elemen ini. (Pierce & Neil, 2007)
Insiden batu empedu meningkat sesuai usia, karena risiko-risiko berhubungan
dengan kolelitiasis. Di As, >10% laki-laki dan 20% perempuan memiliki batu
empedu dengan usia 65 tahun. Perempuan terhitung hampir 70% dirawat di rumah
sakit dengan batu empedu, meskipun angka kematian mungkin lebih tinggi pada
laki-laki. Dua kali lebih banyak terjadi pada orang Amerika kulit putih
dibandingkan dengan orang Amerika kulit hitam, meskipun batu empedu kurang
umum pada kulit hitam, kolelitiasis menyebabkan perdarahan pada >1/3 orang
dengan anemia sel sabit. (Joyce & Jane, 2014)
Prevalensi batu empedu banyak kesamaan antara Eropa dan Amerika banyak
pengetahuan baru bahwa batu empedu kolesterol datang dari penelitian Pima
perempuan Amerika pribumi di Arizona selatan-tengah, yang kejadiannya 75%
dengan usia >25 tahun. Batu pigmen dominan di Asia dan Amerika Afrika. (Joyce
& Jane, 2014)
Gejala yang umum pada klien dengan batu empedu adalah nyeri atau kolik bilier,
yang disebabkan oleh spasme atau kram duktus bilier sebagai upaya
mengeluarkan batu, mual muntah, dan urin berwarna gelap.
Pengobatan pada klien dengan batu empedu dengan terapi nutrisi dan terapi
farmakologi. (Joyce & Jane, 2014).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Fase pembentukan batu empedu / kolelithiasis
2. Faktor resiko terjadinya kolelithiasis
3. Gejala timbulnya kolelithiasis
4. Klasifikasi atau penggolongan kolelithiasis
5. Bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada klien batu
empedu ?

1.3 TUJUAN

5
Umum : Tujuan utama dan umum penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh kakak pembimbing dalam kegiatan
PKKMB Poltekkes Tanjungpinang

Khusus :
1. Menambah pengetahuan tentang kolelithiasis
2. Untuk memahami manifestasi klinis dari kolelitiasis
3. Untuk memahami pemberian asuhan keperawatan klien kolelithiasis

1.4 MANFAAT
a. Manfaat Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan terutama pada pasien Kolelitiasis

b. Manfaat Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai saran untuk menerapkan ilmu dan
menambah wawasan dalam dalam melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap pasien Kolelitiasis.

c. Manfaat bagi peneliti lain


Hasil penelitian ini dapat menambah refrensi bagi mahasiswa lain
dalam mengembangkan penelitian baik secara jumlah responden

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FASE PEMBENTUKAN KOLELITIASIS


Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol
merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali
batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila
perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol
turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam
media

6
yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh
mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol
yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin,
merupakan keadaan yang litogenik (Garden, 2007).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu
pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri,
fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan
untuk dipakai sebagai benih pengkristalan (Hunter, 2007; Garden, 2007).

2.2 FAKTOR RESIKO TERJADINYA KOLELITIASIS


Faktor risiko untuk kolelitiasis, yaitu:
a. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Di Amerika
Serikat, 20 % wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin
meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan:
1. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
2. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan
bertambahnya usia.
3. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.

b. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu
empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun

7
umumnya selalu pada wanita.

c. Berat badan (BMI)


Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya
BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung
empedu.

d. Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak
hewani berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan
komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan
empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama
kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang
cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kantung empedu.

e. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.

2.3 GEJALA TIMBULNYA KOLELITIASIS


Sebagian besar kasus pembentukan batuan empedu tidak menunjukkan gejala
yang khas. Gejala baru akan tampak jika ukuran batu empedu cukup besar
sehingga menyumbat saluran kantong empedu ataupun sistem pencernaan lainnya.

8
Gejala sakit batu empedu sangat beragam. Namun, umumnya orang yang
terserang penyakit ini akan mengalami gejala seperti:

 Nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas


 Sakit perut bagian tengah, di bawah tulang dada
 Nyeri punggung di antara tulang bahu Anda
 Nyeri di bahu kanan
 Demam
 BAB dempul, berwarna putih atau pucat
 Mual dan muntah
Gejala nyeri akibat penyakit satu ini dapat berlangsung selama beberapa menit
hingga berjam-jam. Biasanya kemunculan gejala jika Anda mengonsumsi
makanan tertentu dengan kadar lemak yang tinggi.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, jangan ragu untuk melakukan
konsultasi dengan dokter Anda.

Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab dan


memantapkan diagnosis. Dengan begitu, dokter akan mengetahui pengobatan
terbaik sesuai dengan kondisi Anda.

2.4 KLASIFIKASI ATAU PENGGOLONGAN KOLELITIASIS

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu

di golongkankan atas 3 (tiga) golongan (Bateson, 1991; Lesmana, 2006;

Bhangu, 2007).

1. Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari

70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang

9
mengandung > 50% kolesterol) (Bhangu, 2007).

Batu kolestrol murni merupakan hal yang jarang ditemui dan

prevalensinya kurang dari 10%. Biasanya merupakan soliter, besar, dan

permukaannya halus. Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol

bertanggung jawab bagi lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian

besar empedu ini merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung

paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi jumlah

fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan inorganik lain. Kolesterol

dilarutkan di dalam empedu dalam daerah hidrofobik micelle, sehingga

kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam empedu dan lesitin. Ini dapat

dinyatakan oleh grafik segitiga, yang koordinatnya merupakan persentase

konsentrasi molar garam empedu, lesitin dan kolesterol (Hunter, 2007).

Proses fisik pembentukan batu kolesterol terjadi dalam empat tahap:

1. Supersaturasi empedu dengan kolestrol.


2. Pembentukan nidus.
3. Kristalisasi/presipitasi.
4. Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan
senyawa lain yang membentuk matriks batu.

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis batu empedu yang

mengandung < 20% kolesterol. Jenisnya antara lain:

a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)

Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan


mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu
pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi
saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi
sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi

10
infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan
terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini
terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang terinfeksi
(Townsend, 2004; Alina, 2008).

b. Batu pigmen hitam.

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk


dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi (Lesmana, 2006).
Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada
pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam
ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis
terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril
(Doherty, 2010).

3.Batu campuran

Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%


kolesterol. Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung
kalsium. Batu ini sering ditemukan hampir sekitar 90 % pada penderita
kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat tua. Sebagian besar
dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme yang sama dengan batu
kolestrol.

2.5 PENYEMBUHAN KOLELITIASIS

Terapi tanpa obat (non-farmakologi)

 Operasi pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi)


 Direkomendasikan bagi pasien dengan Kolelitiasis berukuran besar (>3cm),
berisiko tinggi mengalami kanker kandung empedu, dan yang mengalami
gejala atau komplikasi.
 Metode ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
 Gelombang kejut untuk menghancurkan Kolelitiasis menjadi fragmen –
fragmen yang lebih kecil.
 Direkomendasikan bagi pasien dengan berat badan normal, jumlah Kolelitiasis
<3 buah, dan fungsi kandung empedu yang masih baik.
 Metode ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography)

11
 Suatu alat yang mampu meneropong saluran pencernaan sekaligus
membebaskan sumbatan yang ada di saluran cerna (saluran empedu
danpankreas).
 Direkomendasikan bagi pasien yang mengalami sumbatan batu empedu pada
saluran batu utama (common bile duct) dan berisiko mengalami komplikasi
seperti peradangan saluran empedu dan pankreas.

Terapi dengan obat (Farmakologi)


 AINS (Antiinflamasi Non Steroid) dan antispasmodik
 Fungsi : mengurangi rasa nyeri dan spasme serta merelaksasikan kandung
empedu
 Contoh obat : Ketorolac, Hyoscine Butybromide
 Kolagogum, Kolelitolitik, Hepatoprotektor
 Fungsi :
 Melarutkan batu kolesterol pada pasien dengan kandung empedu yang masih
baik.
 Menurunkan sekresi empedu oleh hati
 Memperbaiki proses pengosongan kandung empedu
 Contoh obat : Asam ursodeoksikolat
 Kriteria penggunaan
 Pasien yang memilikki batu empedu berukuran kecil dengan fungsi kandung
empedu yang masih baik.
 Penderita yang mengalami gejala – gejala atau risiko tinggi mengalami gejala
batu empedu.
 Pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan karena kondisi medis tertentu.
 Asam ursodeoksikolat dapat digunakan hingga 2 tahun dan dilanjutkan selama
3 – 4 bulan setelah batu empedu lenyap. Namun, adakalanya batu empedu
tidak dapat hancur secara sempurna dan menyebabkan kekambuhan dalam 1-5
tahun.
 ESO : diare (jarang)
 Asam ursodeoksikolat tidak meningkatka kadar kolesterol serta tidak
menyebabkan toksisitas.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu


empedu; batu ini mungkin terdapat dalam kandung empedu
(cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu)
merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam
kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu
berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor
resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut,diet tinggi lemak dan genetik.

3.2 SARAN

Dari penjelasan mengenai konsep Infeksi kolelitiasis diharapkan pembaca


dapat memahaminya, sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan
serta dapat memahami dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
diharapkan dapat menegakkan asuhan keperawatan yang profesional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pierce A. Grace & Neil R.Borley. (2006). At Glace Ilmu Bedah. (ed.3). Penerbit Erlangga.

Davey, P. (2006). At Glace Medicine. Penerbit Erlangga.

O’callaghan, C.A. (2007). At Glance Sistem Ginjal. (ed.3). Penerbit Erlangga.

Greenberg. (2007). Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. (jil.1). Penerbit Erlangga.

Joyce M.Black & Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit ELSEVIER

Diagnosis Keperawatan,(2015-2017) edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Nursing Interventions Classification, 6th Indonesian edition, (2016). Penerbit ELSEVIER.

14

Anda mungkin juga menyukai