Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG BATU EMPEDU

Di Susun Oleh : Kelompok 2 XI Farmasi


1. Dhea Alfiatun Nikmah (03)
2. Sintia Ayuk Febiyanti (08)
3. Wiji Lestari (13)
4. Maya Indri Afsari (17)

SMK NU KUNDURAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 4
D. Manfaat Masalah .................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5
A. Pengertian Batu Empedu ....................................................................................... 5
B. Pengkajian Dan Metode Diagnostic ........................................................................ 9
C. Proses Keperawatan .............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya makalah ini yang berjudul “Batu Empedu ” dapat diselesaikan sesuai
waktu yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa dan dosen
yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini sehingga menjadi lebih baik kedepannya ataupun makalah yang selanjutnya.
Kami berharap, semoga dengan makalah yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca sekalian. Amin Ya Robbal Alamin.

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kolelilitiasis atau batu empedu merupakan timbunan Kristal di dalam kandung
empedu. Batu empedu berbentuk lingkaran, oval, dan facet ditemukan pada saluran empedu.
Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, atau gabungan elemen-elemen ini.
(Pierce & Neil, 2007)
Insiden batu empedu meningkat sesuai usia, karena risiko-risiko berhubungan dengan
kolelitiasis. Di As, >10% laki-laki dan 20% perempuan memiliki batu empedu dengan usia
65 tahun. Perempuan terhitung hampir 70% dirawat di rumah sakit dengan batu empedu,
meskipun angka kematian mungkin lebih tinggi pada laki-laki. Dua kali lebih banyak terjadi
pada orang Amerika kulit putih dibandingkan dengan orang Amerika kulit hitam, meskipun
batu empedu kurang umum pada kulit hitam, kolelitiasis menyebabkan perdarahan pada >1/3
orang dengan anemia sel sabit. (Joyce & Jane, 2014)
Prevalensi batu empedu banyak kesamaan antara Eropa dan Amerika banyak pengetahuan
baru bahwa batu empedu kolesterol datang dari penelitian Pima perempuan Amerika pribumi
di Arizona selatan-tengah, yang kejadiannya 75% dengan usia >25 tahun. Batu pigmen
dominan di Asia dan Amerika Afrika. (Joyce & Jane, 2014)
Gejala yang umum pada klien dengan batu empedu adalah nyeri atau kolik bilier, yang
disebabkan oleh spasme atau kram duktus bilier sebagai upaya mengeluarkan batu, mual
muntah, dan urin berwarna gelap.
Pengobatan pada klien dengan batu empedu dengan terapi nutrisi dan terapi farmakologi.
(Joyce & Jane, 2014)

B. TUJUAN PENULISAN
Dapat mengetahui konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada klien batu empedu

C. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada klien batu empedu ?

D. MANFAAT PENULISAN
Mengembangkan ilmu keperawatan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi Cholelhitiasis (Batu Empedu)
Merupakan timbunan Kristal di dalam kandung empedu. Batu empedu berbentuk lingkaran,
oval, dan facet ditemukan pada saluran empedu. Batu empedu mengandung kolesterol,
kalsium bikarbonat, atau gabungan elemen-elemen ini. (Pierce & Neil, 2007)
Kolelitiasis merupakan keadaan terdapatnya batu pada saluran bilier. (Baradero. M &
Siswadi. Y, 2008)

2. Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu
teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung
empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalmi supersaturasi menjadi
mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu
pigmen tersusun oleh kalsium bilirubrin, yang terjadi ketika bilirubrin bebas berkombinasi
dengan kalsium.(Amin & Hardi, 2016)

3. Manifestasi Klinis
a. Mungkin tersembunyi, tidak menimbulkan nyeridan hanya dimanifestasikan dengan
gejala GI ringan.
b. Mungkin bersifat akut atau kronis dengan distres epigastrik (penuh, distensi abdomen,
dan nyeri samar pada kuadran kanan atas) dapat terjadi setelah banyak memakan
makanan gorengan atau berlemak.
c. Jika duktus sistik terobstruksi, kantung empedu menjadi terdistensi, meradang, dan pada
akhirnya terinfeksi; demam dan massa abdomen kanan atas yang menyiksa, menyebar ke
punggung atau bahu kanan dengan mual dan muntah beberapa jam setelah makan
makanan berat; gelisah, dan nyeri konstan atau nyeri kolik.
d. Ikterik yang disertai oleh gatal-gatal, pada kasus obstruksi duktus bilieris komunis, pada
sebagian kecil pasien.
e. Urine bewarna sangat gelap, feses bewarna abu-abu atau seperti tanah liat.
f. Defisiensi vitamin A,D,E,K (vitamin larut lemak)
g. (Baradero. M & Siswadi. Y, 2008)

5
4. Klasifikasi kolelitiasis
Pada kolelitiasis, kalkulus (batu empedu) biasanya terbuka di kantung empedu dari zat
padat empedu dan memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat beragam. Terdapat
dua tipe utama batu empedu: batu pigmen, yang mengandung kelebihan pigmen tak
terkonjugasi tau tak jenuh (unconjugated) didalam empedu, batu kolesterol (bentuk yang
lebih sering), sangat terjadi akibat batu empedu yang tersupersaturasi dengan kolesterol
karena peningkatan sintesis kolesterol dan penurunan sintesis asam batu empedu yang
melarutkan kolesterol. Faktor resiko untu batu pigmen mencakup jenis kelamin (wanita dua
sampai tiga kali lebih cenderung mengalami batu kolesterol) , penggunaan kontrasepsi
oral,estrogen,dan klofibrat usia (biasanya lebih dari 40 tahun), status multipara dan obesitas.
Terdapat juga peningkatan resiko yang terkait dengan diabetes penyakit saluran GI, fistula
selang T dan reseksi ileum atau pintas ileum.
Kolesititis, suatu komplikasi akut dari koletiasis adalah kondidi infeksi akut pada
katung empedu.Sebagain besar pasien koleliatiasis memiliki batu empedu (kolesititis
kalkulus).Sebuah batu empedu mengobstruksi aliran keluar empedu dan empedu di katung
empedu memulai reaksi kimia, menyebabkan edema, menganggu suplai vaskuler dan
gangren. Jika tidak adan batu empedu, kolesistitis (akalkulus) dapat terjadi setelah
pembedahan, trauma berat, atau luka bakar, atau akibat torsi, obstruksi duktus sistik,
transfuse darah multiple dan infeksi bakteri primer pada kantung empedu. Infeksi
menyebabkan nyeri , nyeri tekan dn rigiditas di abdomen kanan atas serta disertai dengan
mual dan muntah serta tanda-tanda inflamasi yang biasa. Cairan purulent di dalam kantung
empedu mengindikasi empyema pada kantung empedu. (Baradero. M & Siswadi. Y, 2008)
Kolelitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu
yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Amin & Hardi, 2016)
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkan atas 3
golongan :
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifocal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
2. Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium
bilirubinat sebagai komponen utama.
3. Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa
zat hitam yang tak terekstrasi. (Amin & Hardi, 2016)

6
5. Pemeriksaan penunjang
1. DPL : komplikasi peradangan akut, gambaran anemia hemolitik yang mendasari.
Ureum dan elektrolit.
2. LFT : pola ikteterus obstruktif.
Foto polos abdomen menunjukkan hanya 10% dari batu empedu.
3. Ultrasonografi : 90% batu empedu dapat dideteksi oleh pemeriksaan ultrasonografi.
Dapat menilai ukuran CBD dan kemungkinan terdapatnya batu empedu.
4. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan lain seperti kolesistografi oral, kolangiografi,
intravena atau scan HIDA (jika ultrasonografi tidak mungkin dilakukan, misalnya pada
pasien obesitas).
5. Endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) pasti terdapat CBD.
Memungkinkan pengangkatan batu atau pemasangan stent sebagai pintas untuk
menghindari terjadinya obstruksi akibat batu.
6. EGD : untuk menyingkirkan kemungkinan PUD sebagai penyebab gejala dari penyakit
tanpa kompilkasi.
7. (Pierce & Neil , 2007)

6. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu melibatkan beberapa faktor :
a. Empedu harus menjadi superjenuh dengan kolesterol atau kalsium
b. Larutan harus mengendap dengan cepat dari cairan sebagai kristal solid
c. Kristal harus datang bersama dan menyatu membentuk batu
Secara umum, terdapat tiga tipe batu empedu : (1) kolesterol, (2) pigmen, dan (3)
campuran. Oleh karena itu insiden pembentukan batu murni jarang, batu umumnya
diklasifikasikan oleh substansi utama.Batu kolesterol adalah tipe paling umum; insiden
meningkat dengan usia, dan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Batu biasanya halus dan
kuning keputih-putihan sampai cokelat. Batu pigmen mungkin hitam (berhubungan dengan
infeksi di dalam sistem bilier). Batu campuran mungkin kombinasi dari batu kolesterol dan
pigmen atau keduanya dengan beberapa bahan lain. Kalsium karbonat, fosfat, garam empedu,
dan palmitat merupakan unsure minor paling sering. Banyak batu empedu terbentuk di dalam
kandung empedu, tapi batu mungkin juga terbentuk di dalam duktus atau duktus hepatikdari
hati. Insiden sebenarnya tidak diketahui, namun, karena beberapa batu tidak menyebabkan
gejala dan batu lolos melalui duktus ke dalam usus tidak tercatat. Adakalanya, batu
dikeluarkan ke dalam usus kecil. Jika batu cukup besar, batu dapat menyumbatileum yang

7
sempit di bagian terminal, menyebabkan ileus batu empedu. Temuan patologis merupakan
interpretasi terbaik dari gejala klinis penyakit, yang akut atau kronis. Sejak klien menjadi
simtomatik, penatalaksanaan dan tindak lanjut merupakan hal penting untuk mencegah
perkembangan kea rah lebih berat, kadang-kadang fatal, komplikasi dari penyakit kandung
empedu. Sekitar sepertiga komplikasi ini menyebabkan perforasi, yang terjadi ketika daerah
gangren menjadi nekrotik dan empedu pecah masuk ke dalam ruang peritoneum. Angka
kematian sekitar 20% untuk peritonitis dengan distribusi sistemik pepsin. (Joyce & Jane,
2014)
7. Penatalaksanaan medis
Sasaran utama terapi medis adalah mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung
empefu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diet dan jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya engan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik atau
interview bedah. (Brunner & Suddarth, 2013)
a. Terapi nutrisi dan suportif
1. Capai dengan istirahat ,cairan IV, pengisapan nasogastric, analgesik, dan antibiotic.
2. Diet segera setelah episode biasanya berupa rendah lemak dengan protein dan
karbonhidrat tinggi di lanjutkan dengan makanan padat yang lembut, hindarii telur,
krim, babi, makanan gorengan,keju,rich dressings, sayuran pembentuk gas dan
alcohol.
b. Terapi farmakologis
1. Asam ursodeoksikolat (UDCA[urso, actigal]) dan asam kenodioksikolat (knodiol atau
CDCA [chenix]) efektif dalam melarutkan batu kolestrol primer.
2. Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kistik atau batu pigmen
bukan merupakan kandikdat untuk terapi UDCA.
c. Pengangkatan batu empedu secara non bedah
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat di keluarkan dengan
instrument lain (misalnya,katateter dan instrument yang di lengkapi keranjang di susupkan ke
saluran selang T atau vistula yang di bentuk pada saat pemasangan selang T, endoskopi
ERCP), litotripsi intrakorporeal (denyut nadi laser), atau terapi gelombang syok
estrakorporeal (litotripsi atau litotripsi gelombang syok estrakorporeal ESWl).

8
Penatalaksanaan beda Tujuan pembedaan adalah untuk meredakan gejala yang
persisten,untuk menghilangkan penyebebab kolikbilier,dan untuk mengatasi kolesistitis akut.
1. Kolesistektomi laparoskopik: dilakukan melalui insisi atau tusukan kecil yang di buat
menembus dinding abdomen di umbilicus.
2. Kolesistektomi : kantong empedu di keluarkan melalui sebuah insisi abdomen (biasanya
subkosta kanan) setelah ligase duktuskistik dan arteria.
3. Minikolesistektomi: kantong emepedu di keluarkan melalui sebuah insisi kecil
4. Kolesistostomi (beda atau perkutan): kantong empedu di buka,dan batu ,empedu, atau
drainase purulent di keluarkan.

B. Pengkajian dan metode diagnostik


1. Kolesistigram, kolngiogram arteriografi aksis seliak.
2. Laparoskopi.
3. Ultrasonografi EUS.
4. Pemindaian CT heliks dan MRI ERCP.
5. Fosfatase alkalin serum gamma-glutamil (GGT), gamma-glutamil transpeptidase
(GGTP), LDH.
6. Kadar kolesterol.

C. Proses keperawatan
Pasien menjalani kolesistektomi.
Pengkajian:
1. Kaji riwayat kesesahatan : catat riwayat merokok atau masalah pernafasan sebelumnya.
2. Kaji status pernfasan: catat pernafsan dangkal, batuk persisten, atau bunyi nafas yang
terefektif atau adventitial.
3. Evaluasi status nutrisi ( riwayat diet, pemeriksaan umum,dan hasil pemeriksaan
laboratorium).
Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut dan tidak kenyamana yang berhubunang dengan insisi bedah
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan bedah abdomen
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan drainase bilier setelah insisi bedah
4. Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidak adekuatan tubuh dengan sekresi empedu

9
5. Defesiensi pengetahuan mengenai aktivitas keperawatan diri yang berhubungan dengan
perawatan insisi ,modifikasi diet ( jika perlu),medikasi,tanda atau gejala yang dilaporkan
(demam,pendarahan,muntah)
Masalah kolaboratif atau komplikasi potensial
1. Pendarahan.
2. Gejala gastrointestinal.
Perencanaan dan tujuan
Tujuan mencakup nyeri reda, ventilasi adekuat, kulit utuh dan drainase bilier
membaik, asupan nutrisi optimal, tidak ada komplikasi dan pemahaman tentang rutinitas
perawatan diri.
Intervensi keperawatan : pascaoperasi
1. Letakkan pasien dalam posisi Flower rendah.
2. Berikan cairan IV dan lakukan pengisapan nasogastric.
3. Berikan air dan cairan lain serta diet lunak setelah bising usus kembali terdengar.
Meredakan nyeri
1. Berikan agens analgesik sesuai program.
2. Bantu pasien berpindah, bantuk, bernafas dalam, dan melakukan ambulasi sesuai indikasi.
3. Instruksi pasien untuk menggunakan bantal atau kain pengikat untuk membebat insisi.
Meningkatkan status pernafasan
1. Ingatkan pasien untuk mengambil napas dalam dan bantuk setiap jam, untuk
mengembangkan paru secara komplet dan mencegah atelectasis;tingkatkan ambulasi
sejak dini.
2. Patau pasien lansia dan obes dan mereka yang sebelumnya telah menderita penyakit paru
yang paling mungkin mengalami masalah pernafasan.
Mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan drainase bilier
1. Hubungkan slang ke wadah drainase serta fiksasikan slang untuk mencegah slang
tertekuk (tinggikan diatas abdomen).
2. Letakkan kantung drainase di dalam kantung baju pasien ketika berjalan.
3. Patau indikasi infeksi, kebocoran cairan empedu dan obstruksi drainase empedu.
4. Pantau adanya ikterik (periksa sklera).
5. Perhatikan dan laporkan nyeri abdomen di kuadran kanan atas, mual dan muntah,
drainase, feses berwarna seperti lempung, dan perubahan tanda-tanda vital.
6. Ganti balutan dengan sering, gunakan salep melindungi kulit dari iritasi.

10
7. Ukur empedu yang ditampung setiap 24 jam ; dokumentasikan jumlah, warna dan
karakter drainase.
8. Buat catatan asupan dan haluaran cairan secara cermat.
Meningkatkan status nutrisi
Dorong pasien untuk mengonsumsi diet yang rendah lemak dan tinggi karbohidrat
dan protein segera setelah pembedahan. Pada saat pulang, anjurkan pasien untuk menerapkan
diet bernutrisi dan menghindari lemak yang berlebihan ; pembatasan lemak biasanya
dilakukan dalam 4 hingga 6 minggu.
Memantau dan menangani komplikasi
1. Perdarahan : Kaji secara periodic peningkatan nyeri tekan dan rigiditas abdomen dan
laporkan; instruksikan pasien dan keluarga untuk melaporkan perubhan warna feses.
Pantau tanda-tanda vital secara ketat. Inspeksi inisisi untuk mendeteksi adanya
pendarahan.
2. Gejala gastrointestinal : Kaji kehilangan nafsu makan, mutah, nyeri, distensi
abdomen, dan peningkatan suhu tubuh ; segera laporkan dan instruksikan pasien dan
keluarga untuk melaporkan gejala dengan segera; berikan penguatan tertulis mengenai
instruksi verbal.

Meningkatkan Asuhan di Rumah dan di Komunitas


MENGAJARKAN TENTANG PERAWATAN DIRI PASIEN
1. Ajarkan tentang medikasi dan kerjanya.
2. Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada dokter mengenai gejala ikterik, urine
berwarna gelap, fese pucat, pruritus atau tanda-tanda inflamasi dan infeksi (misalnya ,
nyeri atau abdomen).
3. Intruksi pasien, secara lisan maupun tulisan, tentang perawatan slang drainase dan
laporkan ke dokter dengan segera tentang perubahan jumlah atau karateristik drainase.
4. Rujuk pasien untuk mendapatkan perawatan dirumah (home care) jika perlu.
5. Tekankan pentingnya memenuhi janji kunjungan tindak lanjut.

11
2.2.4 Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien
1. Melaporkan penurunan nyeri.
2. Menunjukkan fungsi pernafasan yang tepat.
3. Memperlihatkan integritas kulit yang normal di sekitar area drainse bilier.
4. Pulih dari intolerasi diet.
5. Tidak mengalami komplikasi.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini
mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus
choledochus (choledocholithiasis).Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan
suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea)
yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering
dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki
faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut,diet tinggi lemak dan genetik.

B. Saran
Dari penjelasan mengenai konsep Infeksi kolelitiasis beserta konsep asuhan keperawatan
diharapkan pembaca dapat memahaminya, sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan
serta dapat memahami dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat
menegakkan asuhan keperawatan yang profesional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pierce A. Grace & Neil R.Borley. (2006). At Glace Ilmu Bedah. (ed.3). Penerbit Erlangga.
Davey, P. (2006). At Glace Medicine. Penerbit Erlangga.
O’callaghan, C.A. (2007). At Glance Sistem Ginjal. (ed.3). Penerbit Erlangga.
Greenberg. (2007). Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. (jil.1). Penerbit Erlangga.
Joyce M.Black & Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit ELSEVIER
Diagnosis Keperawatan,(2015-2017) edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Nursing Outcomes Classification, 5th Indonesian edition, (2016). Penerbit ELSEVIER.
Nursing Interventions Classification, 6th Indonesian edition, (2016). Penerbit ELSEVIER.

14

Anda mungkin juga menyukai