Anda di halaman 1dari 7

A.

BATU EMPEDU

1. Defenisi

Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang

membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam

kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu

(koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya.

Gambar 1. Gambaran batu dalam kandung empedu (Elsevier, 2007)

2. Anatomi kandung empedu

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak

tepat dibawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus,

korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung nya

buntu dari kandung empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari

kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung

empedu.

Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke

saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu

membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati
sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan

duktus sistikus membentuk duktus koledokus.

Gambar 2. Gambaran anatomi kandung empedu (Elsevier, 2007)

3. Epidemiologi

Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% sedangka angka

kejadian di Indonesia tidak berbeda jauh dengan negara lain di Asia

Tenggara . Peningkatan insiden batu empedu dapat dilihat dalam

kelompok resiko tinggi yang disebut ”5 F” : female (wanita), fertile

(subur) khususnya selama kehamilan, fat (gemuk), fair, dan forty (empat

puluh tahun).

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko. Namun,

semakin banyak faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk

terjadinya kolelitiasis.

4. Faktor Risiko

a. Genetik
Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Kecenderungan

membentuk batu empedu bisa berjalan dalam keluarga10. Di negara Barat

penyakit ini sering dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa

menderita batu kandung empedu. Batu empedu lebih sering ditemukaan

pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Batu empedu juga

sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.

b. Umur

Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun.

Sangat sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja,

setelah itu dengan semakin bertambahnya usia semakin besar

kemungkinan untuk mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90

tahun kemungkinannya adalah satu dari tiga orang.

c. Jenis Kelamin

Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan

perbandingan 4 : 1. Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu

kandung empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-laki.

Sementara di Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak dari pada

laki-laki.

d. Beberapa faktor lain

Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya batu empedu antara

lain: obesitas, makanan, riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan nutrisi

jangka vena yang lama.

5. Patogenesis

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang

pada saluran empedu lainnya dan diklasifikasikan berdasarkan bahan

pembentuknya. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan

sempurna, akan tetapi, faktor predisposisi yang paling penting tampaknya


adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan

empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan susunan

empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu

empedu, karena terjadi pengendapan kolesterol dalam kandung empedu.

Stasis empedu dalam kandung empedu dapat meningkatkan supersaturasi

progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi

bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan

batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus.

Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada

kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan

pembentukan batu empedu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan

pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu,

terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari empedu,

terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu, Jumlah kolesterol dalam

empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel

hepatik mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak

dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak

dalam waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu

empedu.

Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus

melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu

tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial atau

komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik empedu. Kalau batu terhenti

di dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh

striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus.
6. Patofisiologi batu empedu

1. Batu Kolesterol

Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung

jawab bagi lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar

empedu ini merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung

paling sedikit 75 % kolesterol berdasarkan berat serta dalam variasi

jumlah fosfolipid, pigmen empedu, senyawa organik dan inorganik

lain. Kolesterol dilarutkan di dalam empedu dalam daerah hidrofobik

micelle, sehingga kelarutannya tergantung pada jumlah relatif garam

empedu dan lesitin. Ini dapat dinyatakan oleh grafik segitiga (gambar

2.9), yang koordinatnya merupakan persentase konsentrasi molar

garam empedu, lesitin dan kolesterol.

Menurut Meyers & Jones, 1990 Proses fisik pembentukan batu

kolesterol terjadi dalam empat tahap:

- Supersaturasi empedu dengan kolesterol.

- Pembentukan nidus.

- Kristalisasi/presipitasi.

- Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol dan

senyawa lain yang membentuk matriks batu.

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan sekitar 10 % dari batu empedu di

Amerika Serikat. Ada dua bentuk yaitu batu pigmen murni yang lebih

umum dan batu kalsium bilirubinat. Batu pigmen murni lebih kecil (2

sampai 5 mm), multipel, sangat keras dan penampilan hijau sampai

hitam. Batu-batu tersebut mengandung dalam jumlah bervariasi

kalsium bilirubinat, polimer bilirubin, asam empedu dalam jumlah

kecil kolesterol (3 sampai 26%) dan banyak senyawa organik lain.


Didaerah Timur, batu kalsium bilirubinat dominan dan merupakan 40

sampai 60 % dari semua batu empedu. Batu ini lebih rapuh, berwarna

kecoklatan sampai hitam.

Patogenesis batu pigmen berbeda dari batu kolesterol.

Kemungkinan mencakup sekresi pigmen dalam jumlah yang

meningkat atau pembentukan pigmen abnormal yang mengendap

dalam empedu. Sirosis dan stasis biliaris merupakan predisposisi

pembentukan batu pigmen (Sarr & Cameron, 1996). Pasien dengan

peningkatan beban bilirubin tak terkonjugasi (anemia hemolitik),

lazim membentuk batu pigmen murni. Di negara Timur, tingginya

insiden batu kalsium bilirubinat bisa berhubungan dengan invasi

bakteri sekunder dalam batang saluran empedu yang di infeksi parasit

Clonorchis sinensis atau Ascaris Lumbricoides. E.coli membentuk B-

glukoronidase yang dianggap mendekonjugasikan bilirubin di dalam

empedu, yang bisa menyokong pembentukan kalsium bilirubinat yang

tak dapat larut.

3. Batu campuran

Merupakan batu campuran kolesterol yang mengandung

kalsium. Batu ini sering ditemukan hampir sekitar 90 % pada

penderita kolelitiasis. batu ini bersifat majemuk, berwarna coklat tua.

Sebagian besar dari batu campuran mempunyai dasar metabolisme

yang sama dengan batu kolesterol.


Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2000.380-4.
Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of
Surgery. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis dalam : Patofisiologi. Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC. 1995. 430-44.
Reeves CJ. Penyakit Kandung Empedu dalam : Keperawatan Medika Bedah.
Edisi Ke-1. Jakarta : Salemba Medika, 2001. 149-51.
Bhangu AA et al. Cholelitiasis and Cholesistitis dalam: Flesh and Bones of
Surgery. China: Elsevier, 2007. 123.

Anda mungkin juga menyukai