FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPSUS
Maret 2016
CHOLELITHIASIS
OLEH :
PEMBIMBING :
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama
Pembimbing,
CHOLELITHIASIS
( BATU EMPEDU )
A. DEFENISI
Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut
kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis1.
Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu
menyumbat duktus cysticus atau duktus choledocus. Oleh karena itu gambaran klinis
penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan
atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone)2.
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20
juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan otopsi di Amerika, batu
kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria1,2.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena
belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan
secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk
tujuan yang lain1.
C. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna, akan tetapi, faktor
predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Perubahan
susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu empedu,
karena terjadi pengendapan kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam
kandung empedu dapat meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan
pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian
dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan
mukus1,3.
Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi
yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak
absorbsi air dari empedu, terlalu banyak absorbsi garam-garam empedu dan lesitin dari
empedu, terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu, Jumlah kolesterol dalam empedu
sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis
kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah,
orang yang mendapat diet tinggi
1. Genetik
(medscape.com, 2013)
Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral
ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan
istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak
memperlihatkan inflamasi akut3,4.
Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara
30 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat
menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat
menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang
merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis3,4.
Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya
komplikasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis
akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder,
ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung empedu.
Komplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat berakibat fatal3,4.
Sebagian besar (90 95 %) kasus kolesititis akut disertai kolelitiasis dan keadaan
ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ
tersebut. Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis dan telah
sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut. Keadaan ini menyebabkan
penebalan dan fibrosis kandung empedu dan pada 15 % pasien disertai penyakit lain
seperti koledo kolitiasis, panleneatitis dan kolongitis3,4.
Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus
sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di dalam
saluran empedu (koledokolitiasis primer). Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat
bervariasi dan sulit diramalkan yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya
ikterus obstruktif yang nyata4.
Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa
menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga
timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang
tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar.
Gambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif,
kolangitis dan pankreatitis4.
F. PENATALAKSANAAN
Konservatif
a). Lisis batu dengan obat-obatan
Sebagian besar pasien dengan batu empedu asimptomatik tidak akan
mengalami keluhan dan jumlah, besar, dan komposisi batu tidak berhubungan
dengan timbulnya keluhan selama pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan
umumnya ringan sehingga penanganan dapat elektif. Terapi disolusi dengan asam
ursodeoksikolat untuk melarutkan batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu
pemberian obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.
Terapi efektif pada ukuran batu kecil dari 1 cm dengan angka kekambuhan 50 %
dalam 5 tahun1,4.
b). Disolusi kontak
Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut
kolesterol ke kandung empedu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya
adalah angka kekambuhan yang tinggi1,4.
c). Lithotripsy (Extracorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)
Lithotripsy gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun
yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya terbatas untuk pasien yang
benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL
memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksikolat1,4.
Penanganan operatif
a) Cholecystostomy
Kolesistostomi berguna untuk dekompresi dan drainase kandung empedu yang
terdistensi, mengalami inflamasi, hidropik atau purulen. Tindakan ini dapat dilakukan
pada pasien yang tidak cukup memungkinkan kondisinya untuk dilakukan operasi
abdominal. Drainase perkutaneus yang dituntun ultrasound dengan kateter pigtail
merupakan prosedur yang dipilih. Kateter dimasukkan melalui kawat penuntun yang
sebelumya telah dipasang menembus dinding abdomen, hepar, dan masuk ke dalam
kandung empedu. Dengan menggunakan kateter yang melewati hepar, resiko
terjadinya empedu yang merembes dari sekitar kateter dapat dikurangi. Kateter dapat
dilepas apabila inflamasi sudah hilang dan kondisi pasien membaik. Kandung
empedu dapat dibuang jika ada indikasi, biasanya dengan tindakan laparoskopi2,5.
3. Gall Stone Ileus. Batu empedu yang besar dapat menyebabkan nekrosis tekanan
yang menahun dan erosi ke usus yang berdekatan.
4. Fistula. Timbul jika vesicafellea menekan ke arah duodenum. Dinding
vesicafellea melekat pada duodenum, kemudian terbentuk fistula.
5. Keganasan. Akibat iritasi kronik mukosa vesicafellea. 90% pasien kanker
vesicafellea menderita choleolithiasis2,5.
H. PROGNOSIS
Kurang dari separuh pasien dengan batu empedu menjadi simptomatik. Tingkat
kematian untuk choleolithiasis elektif adalah 0,05% dengan morbiditas kurang dari 10%.
Tingkat kematian untuk choleolithiasis adalah 3-5% dengan morbiditas 30-50%. Setelah
cholesistektomy, batu bisa kembali kambuh kembali di saluran empedu1.
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN :
- Nama
: Ny. Andi Sulastri
- No. RM
: 31 73 45
- Tanggal Lahir : 10 02 1985
- Umur
: 31 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat
: Jl. Sansiasseri Kec. Sinjai Selatan
- St. Perkawinan: Menikah
- Ruangan
: Perawatan Tulip
- Masuk RS
: 06 - 03 - 2016
B. ANAMNESIS :
- Tipe Anamnesis
: Autoanamnesis
- Keluhan utama
: Nyeri perut kiri
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri perut kanan sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan memberat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
dirasakan hilang timbul, timbul terutama saat pasien duduk, dan dirasakan tembus ke
belakang. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Riwayat demam hilang timbul selama
seminggu terakhir. Riwayat nyeri ulu hati (+), riwayat kolestrol (+), riwayat hipertensi
(+).
Pasien pernah memeriksakan dirinya ke dokter di Sinjai dengan hasil USG
Choleolithiasis dan merupakan pasien rujukan dari penyakit dalam.
Riwayat penyakit dahulu
Diabetes melitus
: disangkal
Hipertensi
: (+)
Alergi
: disangkal
- Riwayat penyakit keluarga : tidak ada yang mengalami hal serupa.
C. PEMERIKSAAN FISIK :
- Keadaan umum
: Sakit sedang, kesadaran composmentis
- Tanda vital
:
o T : 110/80 mmHg
oN
: 72x/ menit
o P : 22 x/m
oS
: 36,6oC
- Status Generalis
:
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
lubang hidung.
dan Bibir tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Tenggorokan
Leher
Thoraks
trakea (-)
Inspeksi :
pada keadaan statis dan dinamis pergerakan dinding dada terlihat
simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, tidak retraksi.
Pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :
massa tumor (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), ictus cordis tidak
teraba.
Perkusi :
Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor kiri dan kanan. Batas
paru belakang kiri Th XI, batas paru belakang kanan TH X, batas
paru hepar di ICS V kanan.
Batas jantung :
Batas atas ICS III kiri
Batas kanan linea parasternalis kanan
Batas kiri linea midclavicularis kiri
Auskultasi :
Bunyi pernapasan vesicular, bunyi tambahan Wh -/- , Rh _+/-,
Abdomen
Bunyi jantung I / II murni regular, bising (-), shouffle (-), thrill (-).
Inspeksi : Abdomen datar, tidak tampak adanya massa.
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Palpasi : Teraba lemas, tidak ada defence muscular, hepar dan lien
tidak teraba, nyeri tekan abdomen (+)
Punggung
Perkusi
: Tympani (+)
Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang, scoliosis (-), dan
Ekstremitas
Alat kelamin
gibbus (-)
Tidak ada kelainan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Lokalisata
Regio Hypochondrium Dextra
- Inspeksi
: Tidak tampak kelainan
- Palpasi
: Nyeri tekan hypochondrium dextra (+)
Murphy sign (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PemeriksaanLaboratorium
Tgl. 06/03/2016
Jenis Pemerikaan
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
WBC
LED
Glukosa Sewaktu
SGOT
SGPT
Hasil
4.20x106/uL
12,6 g/dL
36,9 %
88 pl
30,1 pg
34.2 g/dl
231x 103/uL
6.0x103/mm3
58 mm/jam
126 mg/dl
49 U/L
59 U/L
Nilai Rujukan
4.505.50 x 106/uL
11 - 17 g/dL
42 52%
84-96 pl
28 34 pg
32 36 g/dl
150-400x 103/uL
5-10 103/mm3
70-140 mg/dl
<37 U/L
< 42 U/L
Ureum
Kreatinin
2. Pemeriksaan Radiologi
USG abdomen Tgl 07/03/2016
14 mg/dl
0,52 mg/dl
10-50 mg/dl
0.7-1.3 mg/dl
- Kesan : Cholelithiasis
E. FOLLOW UP
06/03
/2016
07/03
/2016
A: Choleolithiasis
08/03
/2016
Instruksi dokter:
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 1gr/12jam/IV
Urdafalk 2x1
Tunggu Hasil USG
Lapor OK
Konsul Anastesi
Inform consent
Puasa
Ceftriaxon 1gr/ pre op
A: Cholelithiasis
P: Medikamentosa
Rencana OP
F. RESUME
Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri perut kanan sejak kurang lebih 1 bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan memberat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
dirasakan hilang timbul, timbul terutama saat pasien duduk, dan dirasakan tembus ke
belakang. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Riwayat demam hilang timbul selama
seminggu terakhir. Riwayat nyeri ulu hati (+), riwayat kolestrol (+), riwayat hipertensi
(+).
Pasien pernah memeriksakan dirinya ke dokter di Sinjai dengan hasil USG
Cholelithiasis dan merupakan pasien rujukan dari penyakit dalam.BAK dan BAB baik.
Pada pemeriksaan lokalisata regio hypochondrium kanan tidak tampak adanya
kelainan, pada palpasi tidak terdapat pembesaran hepar, nyeri tekan abdomen sinistra (+).
G. DIAGNOSIS
- Diagnosis kerja
Cholelithiasis
H. LAPORAN OPERASI
Nama
: Ny. AS
Umur
: 31 thn
Tgl Operasi
: 11/03/2016
Operator
: Cholelithiasis
: Cholelithiasis
Tindakan operasi
: Cholesistectomy + Laparascopy
Laporan operasi
-
Perdarahan
Infeksi
Peritonitis
IVFD RL 20 tpm
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurman, achmad. Batu empedu. Buku ajar ilmu penyakit hati. Penerbit : sagung seto. 2010
2. Djamsuhidajat R, and Wie de Jong. Saluran Empedu dan Hati, Pakrease, Dalam: Buku Ajar
Imu Bedah. Edisi Revisi, Penerbit EGC, Jakarta. 2008
3. Guyton, Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Jakarta :
EGC.2008. hal. 908
4. Lesmana, L. Penyakit batu empedu. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Penerbit : interna
publishing. Jakarta. 2010
5. Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
6. Schwartz S, Shires G, Spencer F. 2000. Prinsip-prinsip ilmu bedah (principles
of surgery). Edisi 6. Jakarta: EGC