NEUROPATI DIABETIKUM
Oleh:
Pembimbing
2020
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan dibacakan jurnal untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ Rumah Sakit U
niversitas Sebelas Maret
dengan judul:
Neuropati Diabetikum
Oleh :
Fathia Sri Mulyani G991902020
Fauziah Nurul Laili G991902021
Muhammad Rijalullah G992003013
Pada
Hari, Tanggal:
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi sa
raf penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM).Ne
uropati diabetik merupakan komplikasi paling sering dari penyakit DM dan dap
at menyebabkan kualitas hidup pasien menurun. Data epidemiologi menyatakan
bahwa kira-kira 30% sampai 40% pasien dewasa dengan DM tipe 2 menderita
Distal PeripheralNeuropathy (DPN). DPN berkaitan dengan berbagai faktor res
iko yangmencakup derajat hiperglikemia, indeks lipid, indeks tekanan darah, du
rasi menderita diabetes dan tingkat keparahan diabetes. Kesemutan, tingling ata
u nyeri pada kaki sering merupakan gejala pertama.Langkah manajemen terhad
ap pasien adalah untuk menghentikan progresifitas rusaknya serabut saraf deng
an kontrol kadar gula darah secara baik. Mempertahankan kontrol glukosa dara
h ketat, HbA1c, tekanan darah, dan lipids dengan terapi farmakologis dan perub
ahan pola hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi sara
f penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM) (setel
ah dilakukan eksklusi penyebab lainnya). Neuropati diabetik merupakan kompli
kasi paling sering dari penyakit DM dan dapat menyebabkan kualitas hidup pasi
en menurun (Nascimento, 2016). Apabila dalam jangka yang lama glukosa darah
tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak
dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi
kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik.
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menyatakan bahwa kira-kira 30% sampai 40% pasien de
wasa dengan DM tipe 2 menderita Distal Peripheral Neuropathy (DPN). DPN be
rkaitan dengan berbagai faktor resiko yang mencakup derajat hiperglikemia, ind
eks lipid, indeks tekanan darah, durasi menderita diabetes dan tingkat keparahan
diabetes. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa kadar glukosa darah yang tid
ak terkontrol beresiko lebih besar untuk terjadi neuropati. Setiap kenaikan kadar
HbA1c 2% beresiko komplikasi neuropati sebesar 1,6 kali lipat dalam waktu 4 ta
hun.
C. Patofisiologi
D. Gejala Klinis
Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Gejala bis
a tidak dijumpai pada beberapa orang. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki
sering merupakan gejala pertama. Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris,
motorik atau otonom.
Nonpainful Painful
Thick Prickling
Stiff Tingling
Asleep Knife-like
Prickling Electric shock-like
Tingling Squeezing
Constricting
Hurting
Burning
Freezing
Throbbing
F. Allodynia, Hyperalgesia
E. Tipe
National Diabetes Information Clearinghouse tahun 2013 mengelompokkan neu
ropati diabetik berdasar letak serabut saraf yang terkena lesi menjadi:
1) Neuropati Perifer
Neuropati Perifer merupakan kerusakan saraf pada lengan dan tungkai. Bias
anya terjadi terlebih dahulu pada kaki dan tungkai dibandingkan pada tangan da
n lengan. Gejala neuropati perifer meliputi:
a) Mati rasa atau tidak sensitif terhadap nyeri atau suhu
b) Perasaan kesemutan, terbakar, atau tertusuk-tusuk
c) Nyeri yang tajam atau kram
d) Terlalu sensitif terhadap tekanan bahkan tekanan ringan
e) Kehilangan keseimbangan serta koordinasi
Gejala-gejala tersebut sering bertambah parah pada malam hari.
Neuropati perifer dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks,
terutama pada pergelangan kaki. Hal itu mengakibatkan perubahan cara berjala
n dan perubahan bentuk kaki, seperti hammertoes. Akibat adanya penekanan ata
u luka pada daerah yang mengalami mati rasa, sering timbul ulkus pada kaki pe
nderita neuropati diabetik perifer. Jika tidak ditangani secara tepat, maka dapat t
erjadi infeksi yang menyebar hingga ke tulang sehingga harus diamputasi.
2) Neuropati Autonom
Neuropati autonom adalah kerusakan pada saraf yang mengendalikan fungsi
jantung, mengatur tekanan darah dan kadar gula darah. Selain itu, neuropati aut
onom juga terjadi pada organ dalam lain sehingga menyebabkan masalah pencer
naan, fungsi pernapasan, berkemih, respon seksual, dan penglihatan.
3) Neuropati Proksimal
Neuropati proksimal dapat menyebabkan rasa nyeri di paha, pinggul, pantat
dan dapat menimbulkan kelemahan pada tungkai.
4) Neuropati Fokal
Neuropati fokal dapat menyebabkan kelemahan mendadak pada satu atau se
kelompok saraf, sehingga akan terjadi kelemahan pada otot atau dapat pula men
yebabkan rasa nyeri. Saraf manapun pada bagian tubuh dapat terkena, contohny
a pada mata, otot-otot wajah, telinga, panggul dan pinggang bawah, paha, tungk
ai, dan kaki.
Subekti (2009) mengelompokkan neuropati diabetik menurut perjalanan penyak
itnya menjadi:
1) Neuropati Fungsional
Neuropati ini ditandai dengan gejala yang merupakan manifestasi perubaha
n kimiawi. Pada fase ini belum ditemukan kelainan patologik sehingga masih be
rsifat reversible.
2) Neuropati Struktural/ Klinis
Pada fase ini gejala timbul akibat kerusakan struktural serabut saraf dan ma
sih ada komponen yang reversible.
3) Kematian Neuron/ Tingkat Lanjut
Kematian neuron akan menyebabkan penurunan kepadatan serabut saraf. K
erusakan serabut saraf biasanya dimulai dari bagian distal menuju ke proksimal,
sebaliknya pada proses perbaikan dimulai dari bagian proksimal ke distal. Sehin
gga lesi paling banyak ditemukan pada bagian distal, seperti pada polineuropati
simetris distal. Pada fase ini sudah bersifat irreversibel.
F. Diagnosis
1) Konsensus San Antonio
Penegakan neuropati diabetik dapat ditegakkan berdasarkan konsen
sus San Antonio. Pada konsensus tersebut telah direkomendasikan bahwa
paling sedikit 1 dari 5 kriteria dibawah ini dapat dipakai untuk menegakka
n diagnosis neuropati diabetika, yakni:
a) Symptom scoring;
b) Physical examination scoring;
c) Quantitative Sensory Testing (QST)
d) Cardiovascular Autonomic Function Testing (cAFT)
e) Electro-diagnostic Studies (EDS).
Pemeriksaan symptom scoring dan physical examinationscoring tel
ah terbukti memiliki sensitifitas dan spesifitas tinggi. Instrumen yang digu
nakan adalah Diabetic Neuropathy Symptom (DNS) dan skor Diabetic Neu
ropathy Examination (DNE).
4) Pemeriksaan Elektrodiagnostik
Elektromiografi (EMG) adalah pemeriksaan elektrodiagnosis untuk
memeriksa saraf perifer dan otot. Pemeriksaan EMG adalah obyektif, tak t
ergantung input penderita dan tak ada bias. EMG dapat memberi informasi
kuantitatif funsi saraf yang dapat dipercaya. EMG dapat mengetahui dener
vasi parsial pada otot kaki sebagai tanda dini neuropati diabetik. EMG ini
dapat menunjukkan kelaianan dini pada neuropati diabetik yang asimptom
atik. Kecepatan Hantar Saraf (KHS) mengukur serat saraf sensorik bermye
lin besar dan serat saraf motorik sehingga tidak dapat mengetahui kelainan
pada neuropati selektif serat bermielin kecil. Pemeriksaan KHS sensorik m
engakses integritas sel-sel ganglion radiks dorsalis dan akson perifernya. K
HS sensorik berkurang pada demielinisasi serabut saraf sensorik. KHS mot
orik biasanya lambat dibagian distal lambat, terutama bagian distal. Respo
n motorik mungkin amplitudonya normal atau berkurang bila penyakitnya
bertambah parah. Penyelidikan kecepatan hantar saraf sensorik biasanya le
bih jelas daripada perubahan KHS motorik.
G. Tatalaksana
Gambar 3. Manajemen Neuropati Diabetik
Langkah manajemen terhadap pasien adalah untuk menghentikan
progresifitas rusaknya serabut saraf dengan kontrol kadar gula darah secara
baik. Mempertahankan kontrol glukosa darah ketat, HbA1c, tekanan darah,
dan lipids dengan terapi farmakologis dan perubahan pola hidup. Komponen
manajemen diabetes lain yaitu perawatan kaki, pasien harus diajar untuk
memeriksa kaki mereka secara teratur.
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetik dibagi
menjadi 3 bagian:
1. Diagnosis sedini mungkin
2. Kendali glikemik dan perawatan kaki
3. Pengendalian keluhan neuropati/ nyeri neuropati diabetik setelah strategi
kedua dikerjakan
Perawatan umum
Perawatan pada kulit, jaga kebersihannya, terutama pada kaki, hindari
trauma pada kaki seperti menghindari pemakaian sepatu yang sempit. Cegah t
rauma berulang pada neuropati kompresi.
Pengendalian Glukosa Darah
Berdasarkan patogenesisnya, maka langkah pertama yang harus dilaku
kan ialah pengendalian glukosa darah dan monitor HbA1c secara berkala. Dis
amping itu pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin, albumin, d
an lipid sebagai komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan. Dengan men
gendalikan glukosa darah, komplikasi kronik diabetes termasuk neuropati dap
at dikurangi.
Tabel 2. Terapi Medikamentosa
Sejauh ini, selain kendali glikemik yang ketat, belum ada bukti kuat su
atu terapi dapat memperbaiki atau mencegah neuropati diabetik. Namun demi
kian, untuk mencegah timbulnya komplikasi kronik DM termasuk neuropati,
saat ini sedang diteliti penggunaan obat-obat yang berperan pada proses timb
ulnya komplikasi kronik diabetes, yaitu :
Golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbuna
n sorbitol dan fruktosa
Penghambat ACE
Neurotropin (nerve growth factor, brain-derived neurotrophic factor)
Alpha lipoic acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal hi
droksil, superoksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation
Penghambat protein kinase C
Gangliosides, merupakan komponen utama membrane sel
Gamma linoleic acid (GLA), suatu prekusor membrane fosfolipid
Aminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEs
Human intravenous immunoglobulin, memperbaiki gangguan neurologik mau
pun non neurologik akibat penyakit autoimun
Karbamazepin
Digunakan dalam neuropati perifer sebagai baris ketiga agen jika semua agen
lain gagal untuk mengurangi gejala neuropati diabetik. Merupakan antikonvul
san generasi pertama.Kombinasi dengan fenobarbital, fenitoin, atau primidon
e dapat menurunkan dosis.Kontraindikasi bila ada hipersensitivitas dan riway
at gangguan depresi sumsum tulang.
Gabapentin
Gabapentin meningkatkan kadar GABA di otak. Bila berinteraksi dengan anta
sida dapat mengurangi bioavailabilitas dari gabapentin secara signifikan.Kont
raindikasi bila ada hipersensitivitas.
4. Antiaritmia (mexilletin 150-450 mg/hari)
Edukasi
Disadari bahwa perbaikan total sangat jarang terjadi, sehingga dengan
kenyataan seperti itu, edukasi pasien menjadi sangat penting dalam pengelola
an neuropati diabetik. Target pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak aw
al, dan hindari memberi pengharapan yang berlebihan. Perlu penjelasan tenta
ng bahaya kurang atau hilangnya sensasi rasa di kaki, perlunya pemeriksaan k
aki secara berkala.
Pencegahan
1. Pemeriksaan berkala untuk glukosa darah
2. Pengendalian Glukosa Darah
3. Diet dan Olahraga teratur
Laporan Kasus: Infeksi COVID 19 yang muncul sebagai motorik neuropati perife
r
Pada 23 Maret 2020, seorang pria berusia 69 tahun datang ke Rumah Sakit
Ulster di Irlandia Utara setelah bangun dengan kelemahan tungkai bawah bilater
al tiga hari sebelum masuk rumah sakit lalu membaik dengan sendirinya. Pasien
mengalami mati rasa di kedua kakinya yang berlangsung selama berjam-jam. Pa
sien tidak memiliki sakit punggung, dan tidak ada gejala di lengan, wajah, atau
visual.Pasien membantah gejala sfingterik atau mirip flu. Ia memiliki riwayat hi
pertensi, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit paru obstruktif kronik ringan. Dua
hari sebelum masuk rumah sakit dia bisa berjalan bermil-mil. Pasien di swab di
unit gawat darurat untuk COVID 19 karena batuk kronis yang tidak berubah dan
dirawat di bangsal COVID 19. Hasil tesnya positif, sehingga penyelidikan lebih
lanjut ditangguhkan sampai dia sembuh dari COVID19 atau memburuk.
Kekuatan ototnya berkurang menjadi empat dari lima di kedua lutut, dan ke
kuatan otot lainnya normal. Tidak ada gangguan tingkat sensorik. Lutut dan per
gelangan kakinya tidak tersentak secara bilateral dan memiliki gaya berjalan ata
ksia.
Gambar 4. Hasil lab pasien
Dikutip dari : Abdelnour, L., Abdalla, M. E., & Babiker, S. (2020). COVID 19 i
nfection presenting as motor peripheral neuropathy. Journal of the Formosan M
edical Association..
Setelah suhu stabil, ia melakukan swab ulang pada 31 Maret, yang masih po
sitif, tapi ternyata negatif pada 3 April, jadi dia menjalani pemeriksaan MRI kep
ala dan seluruh tulang belakang. Hasil menunjukkan tidak ada bukti peradangan
atau demielinasi, dengan bukti dari beberapa infark lama di frontal kiri, parietal,
dan lobus oksipital. Pasien mengalami pemulihan yang lambat tetapi spontan, ke
kuatan otot dan gaya berjalannya membaik tanpa perawatan khusus dan dipulang
kan ke rumahnya sendiri pada hari ke 18 masuk rumah sakit (21 hari dari awal ti
mbul gejala).
BAB III
RINGKASAN
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf
penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM).
Manajemen terhadap pasien neuropati diabetikum adalah untuk menghentikan
progresifitas rusaknya serabut saraf dengan kontrol kadar gula darah secara
baik. Mempertahankan kontrol glukosa darah ketat, HbA1c, tekanan darah, dan
lipids dengan terapi farmakologis dan perubahan pola hidup. Komponen
manajemen diabetes lain yaitu perawatan kaki, pasien harus diajar untuk
memeriksa kaki mereka secara teratur. Diagnosis dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
DAFTAR PUSTAKA
Abdelnour, L., Abdalla, M. E., & Babiker, S. (2020). COVID 19 infection prese
nting as motor peripheral neuropathy. Journal of the Formosan Medical A
ssociation.
Lumbantobing SM. (2013) Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jak
arta : penerbit FKUI. 2013.
Nascimento OJ, Pupe CC, Cavalcanti EB. (2016). Diabetic Neurophaty. Sao Pa
ulo.
Papanas, N., & Papachristou, S. (2020). COVID-19 and diabetic foot: Will the
lamp burn bright?.
Simadibrata, M., Setiati, S., Editor. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jili
d 3. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pp.1947-5
1
Tandra, H., 2007. Komplikasi Diabetes Kronis. Segala Sesuatu yang Harus And
a Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.h:44-45