REFERAT
NEUROPATI DIABETIK
PEMBIMBING:
dr. H. DENNY RAHARJONO, Sp.S
Disusun Oleh:
Ema Nuroniah
NPM 10310131
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Neuropati Diabetik adalah adanya gejala dan / atau tanda dari disfungsi
saraf dari penderita diabetes tanpa adanya penyebab lain selain diabetes mellitus
setelah dilakukan eksklusi penyebab lain. Orang dengan diabetes akan mengalami
kerusakan saraf pada seluruh tubuh dari waktu ke waktu. Pada beberapa orang
dengan kerusakan saraf tidak memiliki gejala, sedangkan pada sebagian lainnya
mungkin memiliki gejala awal seperti nyeri, kesemutan, atau mati rasa di tangan,
lengan, tungkai, dan kaki. Masalah saraf dapat terjadi pada semua sistem organ,
termasuk saluran pencernaan, jantung, dan organ seks.1
Prevalensi neuropati diabetik dalam berbagai literature sangat bervariasi.
Penelitian di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa 10 20 % pasien saat
ditegakkan DM telah mengalami neuropati. Prevalensi neuropati diabetik ini akan
meningkat sejalan dengan lamanya penyakit ini dan tingginya hiperglikemia.
Diperkirakan setelah menderita diabetes selama 25 tahun, prevalensi neuropati
diabetik akan meningkat 50%. Kemungkinan terjadinya neuropati diabetik pada
kedua jenis kelamin sama. United Kingdom Propective Diabetes Study (UKPDS)
pada tahun 1998 menemukan kejadian neuropati diabetik meningkat pada usia tua
dan ternyata 50% penderita berusia lebih dari 60 tahun.1
Neuropati diabetik dapat diklasifikasikan sebagai neuropati diabetik perifer,
neuropati diabetik otonom, neuropati diabetik proksimal, dan neuropati diabetik
fokal. Masing-masing mempengaruhi berbagai bagian tubuh dengan berbagai
manifestasi klinis.2
2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf yang disebabkan oleh diabetes
mellitus. Terdapat tiga kelompok berbeda dari saraf yang dapat dipengaruhi oleh
neuropati diabetik: saraf sensoris, yang memungkinkan orang untuk merasakan
sakit, temperature dan sensasi lainnya; saraf motorik, yang mengendalikan otototot dan memberi kekuatan serta tonus; saraf autonom, yang memungkinkan
tubuh melakukan fungsi yang tidak disadari, misalkan saja berkeringat.3
Hiperglikemi merupakan asal-usul kerusakan saraf, dan studi terbaru
menunjukkan bahwa bahkan gangguan minimal dalam glukosa darah pada orang
dengan gangguan toleransi glukosa (IGT) dapat menyebabkan pengembangan
kerusakan serabut saraf kecil dan nyeri neuropatik.4,5
Gambar 2.1 Perbedaan saraf normal dan kerusakan saraf akibat neuropati diabetic
2.2. Etiologi
Penyebab neuropati diabetik mungkin berbeda untuk setiap klasifikasinya.
Para peneliti sedang mempelajari bagaimana hiperglikemi yang terlalu lama
menyebabkan kerusakan saraf. Kerusakan saraf terjadi mungkin karena kombinasi
dari faktor-faktor:1
2015
2015
neuropati kurang parah pada individu dengan IGT, dimana terutama berdampak
pada serat kecil.
2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah untuk komplikasi mikrovaskuler,
termasuk neuropati diabetik adalah, usia tua, genetik, lamanya menderita diabetes
mellitus, dan tinggi badan. Orang yang lebih tinggi dianggap lebih rentan
mengalami neuropati diabetik karena mereka memiliki nervus perifer yang lebih
panjang. Sejak laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan perempuan, tidak
mengherankan bila laki-laki lebih sering mengalami neuropati diabetik
dibandingkan perempuan.6 Faktor risiko yang dapat dirubah untuk neuropati
diabetik termasuk hiperglikemi, hipertensi, dyslipidemia, merokok, dan konsumsi
alkohol dalam jumlah banyak.6
The European Diabetes Prospective Complications Study, sebuah studi
prospective multicenter, melaporkan bahwa berkembanganya neuropati diabetik
sangat berkorelasi dengan lamanya menderita diabetes dan kadar HbA1c. Secara
statistic, faktor risiko lain yang dilaporkan berpotensi dapat dirubah adalah kadar
kolesterol total, LDL-kolesterol dan trigliserida, indeks massa tubuh, riwayat
merokok, hipertensi, adanya mikroalbuminuria dan penyakit kardiovaskuler.6
2.5. Klasifikasi
Menurut NIDDK, neuropati diabetik dibagi menjadi:1
1. Neuropati Perifer
Neuropati perifer, disebut juga neuropati simetris distal atau sensorimotor
neuropati, kerusakan saraf di lengan dan kaki. Telapak kaki dan tungkai
cenderung akan terpengaruh sebelum tangan dan lengan. Banyak orang
dengan diabetes memiliki tanda-tanda neuropati yang dokter bisa diketahui
tetapi tidak merasakan gejala itu sendiri.
2. Neuropati otonom
Neuropati otonom mempengaruhi saraf yang mengendalikan jantung,
mengatur tekanan darah, dan control kadar glukosa darah. Neuropati
otonom juga mempengaruhi organ-organ internal lainnya, menyebabkan
2015
2015
Terdapat pula klasifikasi menurut Said, yaitu klasifikasi campuran dari temuan
klinis dan anatomi yaitu:7
1. Length-dependent diabetik polyneuropathy
a. Distal symmetrical sensory polyneuropathy
b. Large fiber neuropathy
c. Painful symmetrical polyneuropathy
d. Autonomic neuropathies
2. Focal and multifocal neuropathies
a. Cranial neuropathies
b. Limb neuropathies
c. Proximal DN of the lower limbs
d. Truncal neuropathies
3. Nondiabetik neuropathies yang sering terjadi pada penderita diabetes.
a. Pressure palsies
b. Acquired inflammatory demyelinating polyneuropathy
Kemudian menurut Thomas et al, klasifikasi diabetik neuropathy dibagi menjadi:7
1. Rapidly reversible
a. Hyperglycemic neuropathy
2. Generalized symmetrical polyneuropathies
a. Sensorimotor (kronik)
b. Acute sensory
c. Autonomic
3. Focal and multifocal neuropathies.
a. Cranial
b. Thoracolumbal radiculoneuropathy
c. Focal limb
d. Proximal motor (amyotrophy)
4. Superimposed chronic inflammatory demyelinating neuropathy
2015
Patofisiologi
Banyak teori yang dikemukan oleh para ahli tentang patofisiologi terjadinya
2015
sel menjadi terlalu tinggi, aldose reduktase juga mengurangi glukosa ke dalam
jalur sorbitol, yang mana kemudian dioksidasi menjadi fruktosa.10,11,12,13
Dalam proses mengurangi glukosa intraseluler tinggi ke sorbitol, aldose reduktase
mengkonsumsi co-faktor NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphat
hydrolase). NADPH adalah co-faktor yang penting untuk memperbaharui
intracelluler critical anti oxidant, dan pengurangan glutathione. Dengan
mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan kepekaan stress
oksidatif intraseluler. Stres oksidatif berperan utama di dalam patogenesis
neuropati diabetik perifer.10,14,15
Ada bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan peningkatan beberapa
penanda stres oksidatif seperti malondialdehide dan lipid hydroksiperoksida pada
penderita neuropati diabetik.13 Indikator kuat untuk membuktikan bagaimana
peran stres oksidatif dalam neuropati diabetik, dibuktikan
oleh beberapa
2015
2015
2015
meliputi sistem saraf sensorik, motorik dan otonom. Pada beberapa orang dengan
neuropati fokal, onset nyerinya dapat tiba-tiba dan berat.3
Gejala neuropati perifer antara lain :1
jari tangan
Kehilangan keseimbangan dan koordinasi
Mengecilnya otot-otot kaki dan tangan
Rasa tebal, kesemutan atau nyeri di telapak kaki, kaki, tangan, telapak
2.8. Pemeriksaan 13
Pemeriksaan pada neuropati diabetik yaitu pemeriksaan fisik, dimana
diperiksa tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks, dan raba halus.
Pemeriksaan kaki yang komprehensif yaitu dengan cara memeriksa kulit, apakah
ada luka atau tidak.1
2.8.1. Pemeriksaan penunjang :1
a. Pemeriksaan Laboratorium
Periksa laboratorium untuk mengetahui apakah gula darah dan HbA1c
pada diabetes tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui.3
b. Pemeriksaan Imaging
CT
mielogram
adalah
suatu
pemeriksaan
alternatif
untuk
pada
radikulopleksopati
lumbosakral
dan
neuropati
torakoabdominal.
MRI digunakan untuk menyingkirkan aneurisma intracranial, lesi
kompresi dan infark pada kelumpuhan n.okulomotorius
c. Elektromiografi (EMG)
2015
2015
2015
kontrol glikemik dimana dengan upaya menurunkan gula darah ke level yang
normal untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut; diperlukan monitoring gula
darah, pengaturan diet dan exercise. Kontrol gula darah yang ketat bisa
menurunkan resiko neuropati 60% dalam 5 tahun.19
Terapi kausatif :
NSAID
Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2
isoform disebut COX-1 dan COX-2. Berfungsi sebagai antiinflamasi. Obat
2015
2015
pada
dosis
120
mg/hari
menunjukkan
keamanan
dan
keefektifannya.20,21
Antiepileptic drugs (AED)
Pemanjangan dari saraf C nosiseptor dapat menyebabkan pengeluaran
glutamate yang bekerja pada reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) di
medulla spinalis. Aktivasi dari reseptor NMDA menyebabkan neuron pada
medulla spinalis menjadi lebih responsif, yang mengakibatkan sensitisasi
sentral. Pengaktifan itu dapat mengakibatkan sel merespon terhadap nyeri.
Maka dari itu, anti epilepsy dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri pada
neuropati karena salah satu kerja antiepilepsi adalah penurunan ekstimasi
glutamate melalui blok reseptor NMDA.20,21
AED, khususnya gabapentin dan pregabalin adalah first line pengobatan
pada neuropati. Gabapentin dibandingkan amitriptilin dari segi efek dan efek
samping lebih minimal. Efek samping yang dapat muncul adalah sedasi.20
Gabapentin merupakan suatu analog GABA yang berperan dalam metabolism
GABA.
Gabapentin
menghambat
degradasi
GABA,
yaitu
dengan
untuk ND dan juga PHN. Mekanisme kerja dari pregabalin diyakini sama
dengan gabapentin. Pregabalin, memblok Ca2+ masuk pada ujung saraf dan
mengurangi pelepasan neurotransmitter. Pada penderita ND yang nyeri, dosis
maksimum yang direkomendasikan dari pregabalin adalah 100 mg tiga kali
sehari (300mg/hari). Pada pasien dengan creatinin clearance 60 ml/min,
dosis seharusnya mulai pada 50 mg tiga kali sehari (150mg/hari) dan dapat
ditingkatkan hingga 300mg/hari dalam 1 minggu berdasarkan keampuhan dan
daya toleransi dari penderita.20,21
Obat anti-epilepsy (AED) memiliki kemampuan mengurangi eksitabilitas
membran dan menekan terjadinya impuls saraf abnormal pada neuron. Hal ini
2015
Metilkobalamin
Merupakan satu-satunya derivate aktif dari vitamin B12 yang
mempunyai efek merangsang proteosintesis sel-sel Schwann dan dengan
jalan transmetilasi dapat menyebabkan mielogenesis dan regenerasi
akson saraf dan memperbaiki transmisi sinaps. Mempromosi sintesa
fosfatidilkolin yang memperbaiki aktivitas Na-K ATPase. Dengan jalan
transmetilasi dapat menyebabkan mielogenesis dan menstimulasi
regenerasi akson saraf dan memperbaiki transmisi pada saraf. Dosis
3x250 ug metilkobalamin.20,21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM dengan
prevalensi dan manifestasi klinis amat bervariasi. Dari 4 faktor (metabolik,
vaskular, imun dan NGF) yang berperan pada mekanisme patogenik ND,
hiperglikemia berkepanjangan sebagai komponen faktor metabolik merupakan
dasar utama patofisiologi ND.
2015
2015
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan ND pada pasien DM,
yang penting ialah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah dan perawatan
kaki sebaik-baiknya. Usaha mengatasi keluhan nyeri pada dasarnya bersifat
simtomatis, dilakukan dengan memberikan obat yang bekerja sesuai mekanisme
yang mendasari keluhan tersebut. Pendekatan non farmakologis termasuk edukasi
sangat diperlukan, mengingat perbaikan total sulit bisa dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
1. National Diabetes Information Clearinghouse. Diabetic neuropathies: the nerve
damage of diabetes. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases 2009; 1-12.
2.
Huizinga
MM
and
Peltier
A.
Painful
diabetic
neuropathy:
and
Management
of
Type
Diabetes,
Second
Edition.
2015
16. Vincent AM, Russell JW, Low P, Feldman EL. Oxidative Stress in the
Pathogenesis osf Diabetic Neuropathy. Endocr Rev 2004; 25(4): 612-28.
17. Felman EL.Oxidative Stress and Diabetic Neuropathy: A New Understtanding
of an Old Problem. J Clin. Invest 2003; 111: 431-33.
18. Hoitsma E, Reulen JPH, de Baets M, Drent M, Spaans F, Faber CG. Small
fiber neuropathy: a common and important clinical disorder. J Neurol Sci
2004;227:119-30
19. Subekti I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.1902-4
20. Wibowo S, Gofir A. Farmakoterapi dalam Neurologi. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika; 2001.h.145-7
21. Gunawan SG, Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI;
2006.h.172-4, 230-3
22. Jamal GA, Carmichael H. The effect of gamma-linolenic acid on human
diabetic peripheral neuropathy: a double-blind placebocontrolled trial. Diabet Med
1990;7:319-323.
2015