LAPORAN HASIL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah
mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum
DESY AYU PERMITASARI
G2A 008 048
Disusun oleh:
Pembimbing
Penguji
Ketua Penguji
NIM
Alamat
Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT atas anugerah dan
kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan artikel dengan judul Faktor Risiko
Terjadinya Koinfeksi Tuberkulosis Pada Pasien HIV/AIDS di RSUP Dr Kariadi
Semarang". Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Bersama ini, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Diponegoro.
2. Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian.
3. dr. Muchlis A.U Sofro Sp.PD KPTI selaku pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
memberikan pengarahan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
4. Ketua penguji dan penguji ujian hasil Karya Tulis Ilmiah yang telah
membantu dan memberikan saran serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
5. Guru-guru
dan
staff
akademik
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Akhir kata, kami berharap ALLAH SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 28 Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.2
Perumusan Masalah .. 4
1.3
Tujuan Penelitian .. 4
1.4
1.4.1
1.4.2
1.5
Orisinalitas .... 5
2.2
Tuberkulosis .................... 10
2.3
2.4
3.2
3.3
Hipotesis .......... 20
3.3.1
3.3.2
4.2
4.3
4.4
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.5
4.5.1
4.5.2
4.6
4.7
4.7.1
4.7.2
4.7.3
4.8
4.9
4.10
5.2
5.3
6.2
Simpulan ................................................................................................. 51
7.2
Saran ....................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.
Grafik 2.
Grafik 3.
Grafik 4.
Grafik 5.
Grafik 6.
Grafik 7.
Grafik 8.
Grafik 9.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
ETHICAL CLEARANCE
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Identitas Mahasiswa
DAFTAR SINGKATAN
ABC
: Abacavir
AFB
AIDS
ARV
: Anti Retroviral
AZT
: Zidovudine
BAL
: Bronchoalveolar Lavage
BJH
BM
: Berat Molekul
BTA
CD4
: Cluster of Differentiation 4
CDC
CPT
CT-Scan
: Computed Tomography
ddI
: Didanosine
DNA
: Deoxyribonucleic Acid
d4T
: Stavudine
EFZ
: Efavirenz
ELISA
FDA
FDC
HAART
Hb
: Hemoglobin
HBC
HIV
HTLV III
IDV
: Indinavir
IFA
: Immunoflurescent Assay
IMS
INH
: Isoniazid
IUALTD
LAV
LPV/r
: Lopinavir / Ritonavir
LSL
MDR TB
NAA
NRTI
NNRTI
NVP
: Nevirapine
OAT
ODHA
PAP
: Peroxidase Anti-Peroxidase
PBB
PCR
PI
: Protease Inhibitor
PPOK
RIPA
: Radioimmunoprecipitation Assay
RNA
: Ribonucleic Acid
RT
: Reverse Transcriptase
SPS
TB
: Tuberkulosis
TST
: Tes Tuberkulin
TVF
: Tenofovir
UNAIDS
WHO
3TC
: Lamivudine
DAFTAR ISTILAH
AIDS
virus
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus)
Diare kronik
meningkatnya
cairan,
frekuensi
Retrovirus
yang
kekebalan
tubuh
menyerang
manusia
dan
sistem
dapat
menimbulkan AIDS
Imunokompromais
Keadaan
defisiensi
respon
imun
atau
Infeksi
yang
mikroorganisme
disebabkan
yang
biasanya
oleh
tidak
Limfadenopati
Tuberkulosis
persendian,
kulit,
usus,
ginjal,
bakteri
Mycobacterium
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
dan banyak negara di dunia.1 Menurut laporan tahunan terbaru badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations on HIV/AIDS (UNAIDS) dalam AIDS
Epidemic Update 2010, pertumbuhan secara keseluruhan dari epidemi AIDS
tampak telah stabil. Jumlah tahunan kasus infeksi baru HIV menurun sejak akhir
tahun 1990 dan kasus AIDS yang berkaitan dengan mortalitas juga telah
berkurang dikarenakan adanya peningkatan angka terapi Anti Retroviral secara
signifikan. Meskipun jumlah kasus infeksi baru telah menurun hingga 25% di Sub
Sahara Afrika, tingkat kasus infeksi baru secara keseluruhan masih tetap tinggi
dengan adanya peningkatan hingga 25% di Asia Tengah dan Eropa Timur,
sedangkan jumlah kasus HIV di daerah Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa Timur,
Asia Tengah, dan Amerika Utara tetap stabil.2
Laju penularan HIV/AIDS di dunia saat ini mencapai 16 ribu orang per
hari dan Indonesia merupakan yang tercepat di kawasan Asia.3 Menurut Ditjen
Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) Depkes
RI jumlah kasus baru HIV di Indonesia (Januari sampai dengan Maret 2012)
sebanyak 5.991 kasus, sedangkan kasus baru AIDS sebanyak 551 kasus yang
tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus HIV tertinggi tercatat pada
kelompok umur 25-49 tahun, diikuti kelompok umur 20-24 tahun, dan kelompok
umur 50 tahun. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
30-39 tahun, disusul kelompok umur 20-29 tahun dan kelompok umur 40-49
tahun.4
Penyakit HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
masyarakat dunia, karena di samping belum ditemukan obat dan vaksin untuk
pencegahan juga memiliki window period dan fase asimptomatik (tanpa gejala)
yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Pola perkembangan penyakit
HIV/AIDS seperti fenomena gunung es. Tidak ada negara yang tidak terkena
dampaknya yang dari tahun ke tahun.5 Dalam hal ini HIV/AIDS menyebabkan
krisis multidimensi, karena menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan pada
suatu negara, yakni krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
pendidikan, dan juga krisis kemanusiaan. Sebagai krisis kesehatan, HIV/AIDS
memerlukan respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan
perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.6
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merupakan virus RNA dan
termasuk dalam famili Retroviridae.6,7 AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
HIV.6 Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS sering disebut
dengan odha singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS.7 Seiring dengan
makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala-gejala
akibat infeksi oportunistik yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit serius pada orang sehat.6,8 Berbagai
karena belum pernah ada penelitian sebelumnya mengenai faktor risiko terjadinya
koinfeksi TB/HIV di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
latar
belakang
tersebut,
maka
dapat
dirumuskan
data
mengenai
faktor
risiko
terjadinya
koinfeksi
1.5 ORISINALITAS
No
1.
Judul
Peneliti
Brulio Matias de
Tuberculosis Coinfection
in a Brazilian reference
Monteiro, Roberto da
Hospital
Tahun
2008
Barbosa Grangeiro,
Cristiane Cunha Frota
2.
Manosuthi W, Chotta-
factors of mortality
napand S, Thongyen S,
among HIV/tuberculo-
Chaovavanich A,
sis-coinfected patient
Sungkanuparph S.
2006
Tuberculosis in People
Colebunders
2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
di bawah
Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Riau, dan DIY. Angka kematian
AIDS menurun dari 3,7% pada tahun 2010 menjadi 0.2% pada tahun 2012. 4
25000
21591 21031
20000
15000
10000
5000
10362
9793
7195
6048
4969
3863
5744
4162
5991
2639
2873
2947
859
551
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Gejala Minor
Berat badan turun > 10% dalam 1 Batuk menetap > 1 bulan
bulan
Diare kronik, berlangsung > 1 bulan
Dermatitis generalisata
Herpes Zooster multisegmental dan
berulang
Penurunan kesadaran
Kandidiasi orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati
Limfadenopati generalisata
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
2.3
limfonodi, sistem saraf pusat dan bakteremia) dapat timbul pada pasien defisiensi
imun stadium lanjut.21
Gambaran radiologi TB pada pasien HIV dengan CD4 > 200 sel/L sama
seperti gambaran TB pada umumnya, dengan predominansi adanya kelainan pada
lobus paru atas, infeksi kavitas, dan adanya efusi pleura. Pada pasien defisiensi
imun, (jumlah CD4 <200 sel/L), pada umumnya timbul limfadenopati
mediastinum, infeksi non-kavitas, dan tuberkulosis ekstraparu. Diperkirakan
hingga 10% pasien TB dengan infeksi HIV memiliki gambaran radiologi paru
yang normal.21
Diagnosis infeksi M. tuberculosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis sputum pasien dan kultur, pemeriksaan radiologi, histopatologis,
kultur sumsum tulang, dan pembesaran limfonodi atau hati. Pemeriksaan
spesimen sputum dengan NAA (Nucleic Acid Amplification) dapat mendiagnosis
infeksi tuberkulosis lebih cepat. Spesifitas tes NAA sangat tinggi pada cairan
tubuh lainnya, terutama dalam mendiagnosis meningitis TB dan pleural TB.21
Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah tes tuberkulin (TST)
dan Interferon-gamma release assays. DHHS merekomendasikan tes ulang
infeksi TB laten pada pasien yang jumlah CD4-nya < 200 sel/L ketika jumlah
tersebut telah mencapai 200 sel/L diikuti dengan mulainya penggunaan ARV.21
Skrining TB (paru dan ekstra paru) perlu dilakukan secara rutin untuk
setiap odha. Prosedur skrining harus standar dengan menggunakan alat skrining
(kuesioner) yang sederhana terhadap tanda dan gejala (penilaian risiko terhadap
TB). Skrining dikerjakan oleh konselor, manajer kasus atau para medis lainnya,
dan harus dilakukan pada semua odha setelah KTS (Konseling Post Test) dan
secara berkala selama pelayanan HIV termasuk sebelum memulai ART, atau
selama pemberian ART.23
Sebelum memulai ART, semua odha harus dipastikan status TB-nya, bila
ternyata juga mengidap TB atau sebaliknya maka penatalaksanaannya sesuai
Pedoman Tatalaksana TB-HIV.23
Terapi Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS sesuai dengan regimen terapi
TB seperti biasanya yang menggunakan rifampicin. Obat anti-TB lini pertama
digunakan dalam dosis dan jadwal yang sama untuk semua pasien, tanpa
memandang stadium HIV pasien tersebut.24
NNRTI
Nevirapine (NVP)
Efavirenz (EFZ)
NRTI
Abacavir (ABC)
Didanosine (ddI)
Lamivudine (3TC)
Stavudine (d4T)
Tenofovir (TFV)
Zidovudine (AZT)
PI
Indinavir (IDV)
Lopinavir / Ritonavir
(LPV/r)
Rifampicin
Rifabutin
Tidak dapat
dikombinasikan
Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 300 mg/hari
atau 300 mg 3 kali /
minggu
NVP:
Dosis
pada
umumnya
-
Dapat dikombinasikan
Rifampicin: Dosis pada
umumnya.
EFZ: 600 mg/hari
Dapat dikombinasikan
tanpa penyesuaian dosis
Tidak dapat
dikombinasikan
Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 150 mg/hari
atau 300 mg 3 kali /
minggu
IDVr: 1 g / 8 jam
Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 150 mg setiap
hari lainnya atau 150 mg 3
kali / minggu
LPV/r:
Dosis
pada
umumnya
Tidak dapat
dikombinasikan
Keterangan:
1. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI): Rifampicin
tidak dapat digunakan bersama NVP tetapi dapat dikombinasikan dengan
EFZ. Rifabutin dapat dikombinasikan dengan NVP. Jika pasien sedang
Regimen Terapi
3
2.4
1
2
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS
3.1
Kerangka Teori
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Usia
Status Pekerjaan
Status Perkawinan
Kadar Hb
Koinfeksi TB-HIV
Hitung CD4
Riwayat merokok
Penyakit penyerta :
Pneumonia
Asma
PPOK
Riwayat alkohol
Terapi ARV
Kontak dengan
Pasien TB
3.2
Kerangka Konsep
Jenis Kelamin
Usia
Status Pekerjaan
Status Perkawinan
Kadar Hb
Koinfeksi TB-HIV
Hitung CD4
3.3
Hipotesis
3.3.1
Hipotesis Umum
Riwayat merokok
Riwayat alkohol
Terapi ARV
3.3.2
Hipotesis Khusus
1. Terdapat korelasi positif antara jenis kelamin dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
2. Terdapat korelasi positif antara usia dengan terjadinya koinfeksi
Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
3. Terdapat korelasi positif antara status pekerjaan dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
4. Terdapat korelasi positif antara status perkawinan dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
5. Terdapat korelasi positif antara kadar Hb dengan terjadinya koinfeksi
Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
6. Terdapat korelasi positif antara hitung CD4 dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
7. Terdapat korelasi positif antara riwayat merokok dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
8. Terdapat korelasi positif antara riwayat alkohol dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
9. Terdapat korelasi positif antara terapi ARV dengan terjadinya
koinfeksi Tuberkulosis pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
4.2
4.3
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
case control
4.4
4.4.1
4.4.2
Populasi Terjangkau
Sampel Penelitian
4.4.4
Besar Sampel28
n1 = n2 = ( Z(2PQ) + Z[(P1Q1) + (P2Q2)] )2
(P1P2)2
P1 =
OR P2
(P1P2) + (ORP2)
P2 = Rasio prevalensi kejadian TB pada pasien HIV/AIDS tanpa faktor
risiko
P = P1 + P 2
2
Q = 1 P ; Q1 = 1P1 ; Q2 = 1P2
Z = 1,96 ; Z = 0,842
Berdasarkan rumus tersebut, maka didapatkan besar sampel sejumlah 83
sampel. Dengan rasio 1:1, maka besar sampel untuk kasus 83 dan besar sampel
untuk kontrol 83.
4.5
Variabel Penelitian
4.5.1
Variabel Bebas
1. Usia
Skala : nominal
2. Jenis kelamin
Skala : nominal
3. Status pekerjaan
Skala : nominal
4. Status perkawinan
Skala : nominal
5. Kadar Hb
Skala : nominal
6. Hitung CD4
Skala : nominal
7. Riwayat merokok
Skala : nominal
8. Riwayat alkohol
Skala : nominal
9. Terapi ARV
Skala : nominal
4.5.2
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah koinfeksi Tuberkulosis
Skala : nominal
4.6
No
1.
Variabel
Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah identitas pasien yang dapat digunakan
untuk membedakan pasien laki-laki dan perempuan sesuai
yang tercatat pada catatan medik, yang dikategorikan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
Skala
Nominal
2.
Usia
Usia adalah usia kronologis pasien, dinyatakan dalam satuan
tahun, sesuai yang tercatat pada rekam medis, yang
dikategorikan atas:
1. 15-35 tahun 2. 35 tahun
Nominal
3.
Status pekerjaan
Status perkawinan adalah status pasien berdasarkan
pekerjaannya sesuai yang tercatat pada catatan medik, yang
dikategorikan atas:
1. Bekerja 2. Tidak bekerja
Nominal
4.
Status perkawinan
Status perkawinan adalah status pasien berdasarkan riwayat
pernikahan sesuai yang tercatat pada catatan medik, yang
dikategorikan atas:
1. Kawin 2. Tidak Kawin
Nominal
5.
Kadar Hb
Kadar Hb adalah kadar hemoglobin pasien sesuai yang tercatat
dalam catatan medik dalam satuan g/dL, yang dikategorikan
atas: 1. <10 2. 10-12,49 3. 12,5
Nominal
6.
Hitung CD4
Jumlah CD4 adalah jumlah sel CD4 pasien yang tercantum
dalam hasil pemeriksaan HIV sesuai yang tercatat pada
catatan medik.
Nominal
7.
Riwayat merokok
Riwayat merokok adalah riwayat mengenai perilaku merokok
pada pasien sesuai yang tercatat pada catatan medik, yang
dikategorikan atas: 1. Ya 2. Tidak
Nominal
No
8.
Variabel
Riwayat alkohol
Riwayat alkohol adalah riwayat pasien dalam mengkonsumsi
minuman yang mengandung alkohol sesuai yang tercatat
pada catatan medik, yang dikategorikan atas:
1. Ada 2. Tidak Ada
Skala
Nominal
9.
Terapi ARV
Terapi ARV adalah metode pengobatan dengan
menggunakan terapi anti retroviral yang sangat aktif yang
ditujukan pada pasien HIV/AIDS sesuai yang tercatat pada
catatan medik, yang dikategorikan atas: 1. Ya 2. Tidak
Nominal
10.
Koinfeksi Tuberkulosis
Koinfeksi Tuberkulosis adalah salah satu infeksi oportunistik
yang terjadi pada pasien HIV/AIDS sesuai yang tercatat pada
catatan medik.
1. Ya 2. Tidak
Nominal
4.7
4.7.1
4.7.2
Jenis data
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa catatan medik.
4.7.3
Cara Kerja
Data dikerjakan dengan cara mengutip catatan medik. Data yang diambil
adalah nama, umur, nomer CM, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
riwayat merokok, riwayat alkohol, jumlah CD4, terapi ARV, Hb, gambaran
rontgen, lokasi TB, gejala, penyakit penyerta, dan riwayat pemeriksaan sputum
BTA, kemudian memindahkan data tersebut ke dalam komputer.
4.8
Alur Penelitian
Populasi Studi
Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
Sampel
Bukan Sampel
Kasus
Kontrol
TAHAP II
Pengambilan data
dari catatan medik
TAHAP III
Analisis Data
4.9
TAHAP I
komputer. Semua data yang diperoleh pertama kali akan dimasukkan dalam Excel
dan ditransfer pada program SPSS (sebuah program statistik) untuk dianalisis.
Pada penelitian ini terdapat 9 variabel terikat dan 1 variabel bebas yang kemudian
dianalisis secara univariat menggunakan chi square dan rasio odds dengan interval
kepercayaan 95%. Setelah itu data yang bermakna dianalisis dianalisis secara
multivariat dengan analisis regresi logistik.
4.10
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Waktu (Bulan)
2
1.
Penyusunan proposal
2.
3.
Revisi proposal
4.
5.
Pengumpulan dan
pengolahan data
6.
7.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
Analisa Sampel
Sampel penelitian ini adalah pasien HIV positif usia lebih dari 14 tahun
5.2
Analisa Deskriptif
Pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis lebih banyak diderita
28.9%
Laki-laki
71.1%
Perempuan
41%
15-35
tahun
59%
>35 tahun
31.48%
Bekerja
Tidak
Bekerja
68.52%
34.9%
40.0%
35.0%
30.0%
25.0%
20.0%
15.0%
10.8%
10.8%
8.4%
7.2%
6%
10.0%
5.0%
0.0%
2.7%
<10
46.6%
50.7%
10-12.49
12.5
6.3%
6.3%
<100
100-200
>200
87.3%
89.2%
100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
8.4%
20.0%
2.4%
0.0%
Paru
Milier
Ekstra Paru
55.4%
60.0%
50.0%
40.0%
31.3%
30.0%
20.0%
13.3%
10.0%
0.0%
BTA
Positif
BTA Negatif
Tidak dilakukan
20.8%
20.0%
16.7%
15.0%
10.0%
5.4%
5.0%
4.2%
0.0%
Candidiasis
Oral
Anemia
Diare Kronik
Hipoalbumin
5.3
Analisa Analitik
Untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya koinfeksi Tuberkulosis
pada pasien HIV/AIDS, maka dilakukan analisa analitik terhadap beberapa faktor
tersebut.
HIV+TB
N
Jumlah (n)
HIV
83
Signifikansi (p)
Odd Ratio
(95 % CI)
83
Jenis kelamin
Laki-laki
59
71.1
49
59.04
0.104
1.706
Perempuan
24
28.9
34
40.96
15-35 tahun
49
59.04
52
62.65
0.633
0.859
>35 tahun
34
40.96
31
37.35
Bekerja
37
68.52
31
56.36
0.190
1.685
Tidak bekerja
17
31.48
24
43.64
Kawin
68
87.2
64
85.3
0.740
1.169
Tidak kawin
10
12.8
11
14.7
<10
34
46.57
26
35.14
10-12,49
37
50.68
30
40.54
12,5
2.75
18
24.32
<100
55
87.30
45
78.95
100-200
6.35
12.28
>200
6.35
8.77
Ya
87.5
100
0.598
0.778
Tidak
12.5
Ya
83.3
100
0.296
0.455
Tidak
16.7
Ya
63
86.3
68
89.47
0.553
0.741
Tidak
10
13.7
10.53
Usia
Status pekerjaan
Status perkawinan
Kadar Hb (g/dL)
0.001
Rokok
Alkohol
Terapi ARV
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
&
Pusat
Penelitian
Kesehatan
Universitas
Indonesia
(2010)
menyebutkan bahwa tingginya kasus HIV/AIDS pada ibu rumah disebabkan oleh
faktor biologis perempuan mempunyai risiko lebih besar terkena HIV tertular dari
laki-laki (suami) yang sering melakukan hubungan seks di luar tanpa pengaman
kondom. Artikel "Advocacy to Control TB Internationally" juga menjelaskan
bahwa perempuan di negara berkembang lebih rentan terkena Tuberkulosis.30,31
Kadar Hb 10-12.49 g/dL: 50.7%, kadar Hb <10 g/dL: 46.6%, dan kadar
Hb 12.5 g/dL: 2.7%. Kadar Hb rata-rata pada pasien mencapai 9.7 g/dL, dimana
nilai tersebut di bawah batasan normal kadar Hb baik laki-laki maupun
perempuan. Hasil penelitian Chidzwere Nzou dkk di Zimbabwe juga
menunjukkan bahwa kadar Hb rata-rata pada pasien HIV koinfeksi Tuberkulosis:
9.4 g/dL.32
Pasien HIV/AIDS koinfeksi Tuberkulosis paling banyak menunjukkan
nilai hitung CD4 <100 sel/L (87.3%). Nilai hitung CD4 antara 100-200 sel/L
maupun >200 sel/L memiliki presentase 6.3 %. Rata-rata jumlah CD4: 49.17
sel/L. Penelitian Chidzwere Nzou dkk di Zimbabwe juga menunjukkan bahwa
72% jumlah CD4 pasien HIV dengan koinfeksi HIV di bawah 200 sel/L, dengan
nilai rata-rata dari jumlah CD4 pasien mencapai 104.5 sel/L. 32
Lokasi tuberkulosis terbanyak yaitu paru: 89.2%, kemudian TB milier:
8.4% dan TB ekstra paru: 2.4%. Hasil tersebut sama dengan penelitian Sarah Pett
dan Jeffrey J. Post di Australia yang menjelaskan bahwa tuberkulosis paru
terdapat pada sebagian besar pasien HIV dengan koinfeksi Tuberkulosis,
sedangkan tuberkulosis ekstra paru muncul pada pasien dengan kondisi
imunodefisiensi lebih lanjut.21
6.2
1.
Jenis Kelamin
Dari 166 sampel yang diambil, pada 83 pasien HIV/AIDS dengan
koinfeksi Tuberkulosis didapatkan 59 pasien dengan jenis kelamin lakilaki dan 24 pasien dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan pada 83
pasien HIV/AIDS tanpa koinfeksi Tuberkulosis didapatkan 49 pasien
dengan jenis kelamin laki-laki dan 34 pasien dengan jenis kelamin
perempuan.
dijelaskan
dari
perilaku,
sosioekonomi
dan
faktor
genetik.13,27
Dalam penelitian ini jenis kelamin laki-laki bukan merupakan faktor
risiko terjadinya Tuberkulosis dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan. Selain melihat perilaku sosial laki-laki yang berkaitan erat
dengan perilaku tidak sehat seperti merokok dan alkohol, artikel
"Advocacy
to
Control
TB
Internationally"
menjelaskan
bahwa
juga sering memasak dalam ruangan yang sempit menggunakan kayu dan
dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa perempuan yang memasak
dengan bahan seperti itu lebih berisiko terkena Tuberkulosis.31
2.
Usia
Dari 166 sampel yang diambil, pada 83 pasien HIV/AIDS dengan
koinfeksi Tuberkulosis didapatkan 49 pasien dengan usia 15-35 tahun dan
34 pasien dengan usia >35 tahun. Sedangkan pada 83 pasien HIV/AIDS
tanpa koinfeksi Tuberkulosis didapatkan 52 pasien dengan usia 15-35
tahun dan 31 pasien dengan usia >35 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa variabel usia tidak bermakna
secara statistik terhadap terjadinya Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS di
RSUP Dr. Kariadi Semarang (p= 0.633).
Penelitian Muhammed Taha di Ethiopia juga menunjukkan bahwa
kelompok usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya koinfeksi
Tuberkulosis, tetapi statistik penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
pasien HIV/AIDS kelompok usia 15-35 tahun baik dengan koinfeksi
Tuberkulosis maupun tidak memiliki presentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien kelompok umur >35 tahun.27
Dalam penelitian ini, variabel usia yang cenderung berhubungan tetapi
tidak bermakna secara statistik kemungkinan dapat disebabkan oleh
distribusi sampel yang homogen sehingga tidak terlihat dinamika sampel
dari aspek usia.
3.
Pekerjaan
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data pekerjaan pasien sebanyak 54, yang terdiri dari 37 pasien
bekerja dan 17 pasien tidak bekerja. Pada pasien dengan HIV/AIDS tanpa
koinfeksi Tuberkulosis diperoleh 55 data pekerjaan pasien yang terdiri dari
31 pasien bekerja dan 24 pasien tidak bekerja.
Hasil
analisis
menyatakan
bahwa
variabel
pekerjaan
tidak
4.
Status Perkawinan
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data status perkawinan sebanyak 78, yang terdiri dari 68 pasien
kawin dan 17 pasien belum kawin. Pada pasien dengan HIV/AIDS tanpa
koinfeksi Tuberkulosis diperoleh 75 data status perkawinan pasien yang
terdiri dari 64 pasien kawin dan 11 pasien belum kawin.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa variabel status perkawinan tidak
bermakna secara statistik terhadap terjadinya koinfeksi Tuberkulosis pada
pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Semarang (p= 0.740).
Pada penelitian Brulio Matias de Carvalho dkk di Brazil menjelaskan
bahwa variabel status perkawinan (belum kawin/ single) memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya koinfeksi Tuberkulosis pada
pasien HIV/AIDS. Dominansi TB lebih tinggi pada pasien dengan status
tidak kawin, yang dikaitkan dengan sosio-ekonomi seseorang, terutama
pada laki-laki yang sering berpindah tempat untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik dan lebih terpapar kontak dengan orang lain sehingga kondisi
tersebut meningkatkan probabilitas terpaparnya kuman Tuberkulosis.13
Jika dilihat pada kondisi masyarakat Indonesia, status perkawinan
seseorang yang belum menikah tidak menunjukkan bahwa individu
tersebut hanya akan tinggal sendirian menempati suatu rumah, tetapi sama
dengan masyarakat yang berstatus kawin, akan tinggal satu rumah dengan
keluarga yang lain, sehingga tetap berisiko tertular TB jika ada anggota
keluarga yang sedang terinfeksi Tuberkulosis.
5.
Kadar Hemoglobin
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data kadar hemoglobin sebanyak 73, yang terdiri dari 34 pasien
dengan kadar Hb <10 g/dL, 37 pasien dengan kadar Hb 10-12.49 g/dL dan
2 pasien dengan kadar Hb >= 12.5 g/dL. Pada pasien dengan HIV/AIDS
tanpa koinfeksi Tuberkulosis diperoleh 74 data kadar hemoglobin pasien
yang terdiri dari 26 pasien dengan kadar Hb <10 g/dL, 30 pasien dengan
kadar Hb 10-12.49 g/dL dan 18 pasien dengan kadar Hb >= 12.5 g/dL.
Hasil analisis menyatakan bahwa adanya hubungan bermakna secara
statistik
antara
kadar
hemoglobin
dengan
terjadinya
koinfeksi
pada regimen ART lini pertama zidovudine sangat penting untuk diamati
akan terjadinya Tuberkulosis pada pasien tersebut. Penelitian oleh
Tendesayi Kufa (2011) menyebutkan bahwa kadar hemoglobin di bawah
10 g/dL dapat meningkatkan kemungkinan sebesar tiga kali lipat terhadap
terjadinya Tuberkulosis yang terkonfirmasi secara bakteriologis. Penelitian
oleh Karyadi E dkk juga menjelaskan kaitan antara status gizi yang buruk
dengan kejadian Tuberkulosis di Indonesia salah satunya yaitu kadar
hemoglobin yang rendah. 27,35,36,37
6.
Hitung CD4
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data nilai hitung CD4 sebanyak 63, yang terdiri dari CD4
<100: 55 pasien, CD4 100-200: 4 pasien dan CD4 >200: 4 pasien. Pada
pasien dengan HIV/AIDS tanpa koinfeksi Tuberkulosis diperoleh 57 data
nilai hitung CD4 pasien yang terdiri dari CD4 <100: 45 pasien, CD4 100200: 7 pasien dan CD4 >200: 5 pasien.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa kadar CD4 tidak memberikan
kontribusi bermakna secara statistik terhadap terjadinya koinfeksi
Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Semarang (p=
0.442). Penelitian Muhammed Taha dkk dan beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kadar
CD4 dengan terjadinya Tuberkulosis. Penelitian oleh Tendesayi Kufa
(2011) juga menjelaskan bahwa jumlah CD4 100 sel/ L meningkatkan
7.
Rokok
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data pasien mengenai riwayat merokok sebanyak 8, yang
terdiri dari 7 pasien yang mempunyai riwayat merokok dan 1 pasien
dengan riwayat tidak merokok. Pada pasien dengan HIV/AIDS tanpa
koinfeksi Tuberkulosis diperoleh data pasien mengenai riwayat merokok
sebanyak 2, yang terdiri dari 2 pasien yang mempunyai riwayat merokok
dan tidak ada pasien dengan riwayat tidak merokok.
Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa variabel rokok tidak
bermakna secara statistik dalam terjadinya koinfeksi Tuberkulosis pada
pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang (p= 0.598). Hal
ini dapat disebabkan oleh karena jumlah sampel yang terlalu sedikit,
keterbatasan data pada catatan medik, dan adanya pasien yang menyangkal
riwayat konsumsi merokok. Pada penelitian Muhammed Taha dkk juga
didapatkan hasil yang sama, yaitu variabel rokok tidak signifikan terhadap
kejadian Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS.27
8.
Alkohol
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis, hanya
didapatkan data pasien mengenai riwayat alkohol sebanyak 6, yang terdiri
dari 5 pasien yang mempunyai riwayat konsumsi alkohol dan 1 pasien
dengan tidak ada riwayat konsumsi alkohol. Pada pasien dengan
HIV/AIDS tanpa koinfeksi Tuberkulosis diperoleh data pasien mengenai
riwayat alkohol sebanyak 6, yang terdiri dari 6 pasien yang mempunyai
riwayat konsumsi alkohol dan tidak ada pasien dengan tidak ada riwayat
konsumsi alkohol.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel alkohol tidak
bermakna secara statistik terhadap terjadinya koinfeksi Tuberkulosis di
RSUP Dr. Kariadi Semarang (p= 0.296), kemungkinan disebabkan oleh
jumlah sampel yang terlalu sedikit. Penelitian oleh Brulio Matias de
Carvalho dkk juga menunjukkan variabel alkohol tidak bermakna secara
statistik terhadap terjadinya koinfeksi Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS
di Brazil.13
9.
Terapi ARV
Pada 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis,
didapatkan data terapi ARV sebanyak 73, yang terdiri dari 63 pasien
mendapatkan terapi ARV dan 10 pasien tidak mendapatkan terapi ARV.
Pada pasien dengan HIV/AIDS tanpa koinfeksi Tuberkulosis diperoleh 76
data terapi ARV yang terdiri dari 68 pasien mendapatkan terapi ARV dan
8 pasien tidak mendapatkan terapi ARV.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa variabel terapi ARV tidak
bermakna secara statistik terhadap terjadinya koinfeksi Tuberkulosis pada
pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. Kariadi Semarang (p= 0.553). Pada
statistik penelitian Brulio Matias de Carvalho dkk di Brazil menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan ART terhadap
terjadinya Tuberkulosis. Beberapa penelitian menjelaskan adanya efek dari
HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) pada pasien HIV/AIDS.
Pengobatan
tersebut
berhasil
dalam
memperbaiki
imunitas
dan
Keterbatasan penelitian:
1. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari catatan medik yang
sebagian pengisian datanya kurang lengkap.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
1. Pada periode bulan Januari 2008- Juni 2012 terdapat 1.418 pasien
HIV/AIDS, 199 pasien HIV/AIDS koinfeksi Tuberkulosis, dan
diambil 83 pasien HIV/AIDS koinfeksi Tuberkulosis serta 83
pasien HIV/AIDS tanpa koinfeksi Tuberkulosis untuk dijadikan
sampel penelitian.
2. Dari 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis,
sebanyak 59 pasien (71.1%) dengan jenis kelamis laki-laki dan 24
pasien (28.9) dengan jenis kelamin perempuan.
3. Sebanyak 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis
dengan usia 15-35 tahun 49 orang (59%) dan 34 pasien (41%) yang
berusia >35 tahun.
4. Dari 83 pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis,
sebanyak 37 pasien (68.5%) yang bekerja dan 17 pasien (31.5%).
Jenis pekerjaan pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi Tuberkulosis
yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (10.8%), tidak
berkerja (10.8%), wiraswasta (8.4%), pegawai swasta (7.2%), dan
buruh (6%).
7.2
Saran
1. Perlu
diadakan
algoritma
skrining
Tuberkulosis
dan
tes
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
http://www.pkplkplb.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=7512.
12.
13.
De Carvalho BM, Monteiro AJ, Neto RJP, Grangeiro TB, Frota CC.
Factors related to HIV/Tuberculosis Coinfection in a Brazilian Reference
Hospital. 2008.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
Frequencies HIV-TB
Statistics
Valid
Missing
Jenis kelamin
83
0
Umur
83
0
Pekerjaan
54
29
Status
perkawinan
78
5
Kadar Hb
73
10
Hitung.CD4
63
20
Frequency Table
Jenis kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Total
Frequency
59
24
83
Percent
71.1
28.9
100.0
Valid Percent
71.1
28.9
100.0
Cumulative
Percent
71.1
100.0
Umur
Valid
15 - 35
> 35
Total
Frequency
49
34
83
Percent
59.0
41.0
100.0
Valid Percent
59.0
41.0
100.0
Cumulative
Percent
59.0
100.0
Pekerjaan
Valid
Missing
Total
Bekerja
Tidak bekerja
Total
System
Frequency
37
17
54
29
83
Percent
44.6
20.5
65.1
34.9
100.0
Valid Percent
68.5
31.5
100.0
Cumulative
Percent
68.5
100.0
Status perkawinan
Valid
Missing
Total
Kawin
Belum kawin
Total
System
Frequency
68
10
78
5
83
Percent
81.9
12.0
94.0
6.0
100.0
Valid Percent
87.2
12.8
100.0
Cumulative
Percent
87.2
100.0
Rokok
8
75
Alkohol
6
77
Terapi ART
73
10
Kadar Hb
Valid
Missing
Total
< 10
10 - 12.49
>= 12.5
Total
System
Frequency
34
37
2
73
10
83
Percent
41.0
44.6
2.4
88.0
12.0
100.0
Valid Percent
46.6
50.7
2.7
100.0
Cumulative
Percent
46.6
97.3
100.0
Hitung.CD4
Valid
Missing
Total
< 100
100 - 200
> 200
Total
System
Frequency
55
4
4
63
20
83
Percent
66.3
4.8
4.8
75.9
24.1
100.0
Valid Percent
87.3
6.3
6.3
100.0
Cumulative
Percent
87.3
93.7
100.0
Rokok
Valid
Missing
Total
Ya
Tidak
Total
System
Frequency
7
1
8
75
83
Percent
8.4
1.2
9.6
90.4
100.0
Valid Percent
87.5
12.5
100.0
Cumulative
Percent
87.5
100.0
Alkohol
Valid
Missing
Total
Ya
Tidak
Total
System
Frequency
5
1
6
77
83
Percent
6.0
1.2
7.2
92.8
100.0
Valid Percent
83.3
16.7
100.0
Cumulative
Percent
83.3
100.0
Terapi ART
Valid
Missing
Total
Ya
Tidak
Total
System
Frequency
63
10
73
10
83
Percent
75.9
12.0
88.0
12.0
100.0
Valid Percent
86.3
13.7
100.0
Cumulative
Percent
86.3
100.0
Explore
usia
Hb
CD4
Valid
N
Percent
58
69.9%
58
69.9%
58
69.9%
Cases
Missing
N
Percent
25
30.1%
25
30.1%
25
30.1%
Total
N
83
83
83
Percent
100.0%
100.0%
100.0%
Descriptives
usia
Hb
CD4
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Statistic
35.40
32.94
37.85
34.90
32.00
87.331
9.345
20
60
40
14
.779
-.041
9.7148
9.0977
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
.314
.618
.30818
10.3320
9.8473
10.1500
5.509
2.34706
1.20
17.00
15.80
2.74
-.870
4.042
49.17
27.72
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Std. Error
1.227
.314
.618
10.713
70.62
36.46
16.00
6656.426
81.587
1
385
384
39
2.603
6.657
.314
.618
Frequencies HIV-TB
Statistics
N
Valid
Missing
Pekerjaan
54
29
Sputum BTA
37
46
Frequency Table
Site
83
0
Pekerjaan
Valid
Missing
Total
Petani
Wiraswasta
Pegawai swasta
PNS/TNI/POLRI
Sopir
Pekerja lepas
Buruh
Tidak bekerja
Ibu rumah tangga
Lain-lain
Total
System
Frequency
4
7
6
2
5
3
5
9
9
4
54
29
83
Percent
4.8
8.4
7.2
2.4
6.0
3.6
6.0
10.8
10.8
4.8
65.1
34.9
100.0
Valid Percent
7.4
13.0
11.1
3.7
9.3
5.6
9.3
16.7
16.7
7.4
100.0
Cumulative
Percent
7.4
20.4
31.5
35.2
44.4
50.0
59.3
75.9
92.6
100.0
Sputum BTA
Valid
Missing
Total
+
Total
System
Frequency
11
26
37
46
83
Percent
13.3
31.3
44.6
55.4
100.0
Valid Percent
29.7
70.3
100.0
Cumulative
Percent
29.7
100.0
Site
Frequency
Valid
Paru
Ekstra paru
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
74
89.2
89.2
89.2
2.4
2.4
91.6
100.0
Milier
8.4
8.4
Total
83
100.0
100.0
Statistics
Penyakit Penyerta
N
Valid
168
Missing
0
Penyakit Penyerta
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
CMV
1.2
1.2
1.2
Hepatitis C
3.0
3.0
4.2
Toxoplasma
3.6
3.6
7.7
Syok septik
1.2
1.2
8.9
Community acquired
pneumonia
1.2
1.2
10.1
.6
.6
10.7
Odinovagi
.6
.6
11.3
Disvagia
.6
.6
11.9
Hepatitis B kronik
1.2
1.2
13.1
Candidiasis Oral
35
20.8
20.8
33.9
Paraparesis Inferior
.6
.6
34.5
Paraparesis Inferior
spastik
.6
.6
35.1
Encepalitis
.6
.6
35.7
Monoparesis Inferior
Flaksid
.6
.6
36.3
Hiponatremi
2.4
2.4
38.7
Hipokalemi
1.2
1.2
39.9
Kesadaran menurun
1.2
1.2
41.1
Trombositosis
.6
.6
41.7
Underweight
1.8
1.8
43.5
.6
.6
44.0
Anemia
28
16.7
16.7
60.7
Trombositopenia
.6
.6
61.3
Hipoalbumin
4.2
4.2
65.5
Hipokalsemi
.6
.6
66.1
Wasting
.6
.6
66.7
Gatal
.6
.6
67.3
PCP
2.4
2.4
69.6
Abses Cerebri
.6
.6
70.2
Diare kronik
5.4
5.4
75.6
HAP
.6
.6
76.2
.6
.6
76.8
Sepsis
1.2
1.2
78.0
.6
.6
78.6
Meningo encepalitis
1.2
1.2
79.8
1.2
1.2
81.0
Renal Insuficiency
.6
.6
81.5
Pneumonia
.6
.6
82.1
Dermatitis ceboroik
.6
.6
82.7
Imbalance elektrolit
1.2
1.2
83.9
Hepatic Fibrosis
.6
.6
84.5
Hepatic Sirosis
.6
.6
85.1
Kondiloma acuminata
.6
.6
85.7
Hepatitis C kronik
.6
.6
86.3
Toxoplasma cerebral
.6
.6
86.9
Hemiparesis Sinistra
Spastik
.6
.6
87.5
.6
.6
88.1
Gagal nafas
1.2
1.2
89.3
.6
.6
89.9
.6
.6
90.5
Retinitis HIV
.6
.6
91.1
Diare Acute
.6
.6
91.7
Severe Bacterial
Pneumonia
.6
.6
92.3
Candidiasis Esofageal
.6
.6
92.9
Kolelitiasis
.6
.6
93.5
Disartria
.6
.6
94.0
Efusipleura
.6
.6
94.6
.6
.6
95.2
CHF
.6
.6
95.8
.6
.6
96.4
Nefropati Diabetik
.6
.6
97.0
DM II non Obese
.6
.6
97.6
Stomatitis
.6
.6
98.2
Piuria
.6
.6
98.8
Hematemesis
.6
.6
99.4
Hepatitis B
.6
.6
100.0
168
100.0
100.0
Total
Crosstabs
N
Jenis kelamin
* Kelompok
Cases
Missing
N
Percent
Valid
Percent
166
100.0%
Total
N
.0%
Percent
166
100.0%
Jenis kelamin * Kelompok Crosstabulation
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
59
49
54.0
54.0
54.6%
45.4%
35.5%
29.5%
24
34
29.0
29.0
41.4%
58.6%
14.5%
20.5%
83
83
83.0
83.0
50.0%
50.0%
50.0%
50.0%
Count
Expected Count
% within Jenis kelamin
% of Total
Count
Expected Count
% within Jenis kelamin
% of Total
Count
Expected Count
% within Jenis kelamin
% of Total
Total
108
108.0
100.0%
65.1%
58
58.0
100.0%
34.9%
166
166.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
2.650 b
2.147
2.660
2.634
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.104
.143
.103
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.143
.071
.105
166
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.125
166
Approx. Sig.
.104
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Value
Odds Ratio for Jenis
kelamin (Laki-laki /
Perempuan)
For cohort Kelompok
= HIV TB
For cohort Kelompok
= HIV non TB
N of Valid Cases
1.706
.895
3.253
1.320
.929
1.876
.774
.574
1.044
166
Crosstabs
Umur * Kelompok
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Valid
N
Percent
166
100.0%
Total
N
Percent
100.0%
166
Umur
15 - 35
> 35
Total
Count
Expected Count
% within Umur
% of Total
Count
Expected Count
% within Umur
% of Total
Count
Expected Count
% within Umur
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
49
52
50.5
50.5
48.5%
51.5%
29.5%
31.3%
34
31
32.5
32.5
52.3%
47.7%
20.5%
18.7%
83
83
83.0
83.0
50.0%
50.0%
50.0%
50.0%
Total
101
101.0
100.0%
60.8%
65
65.0
100.0%
39.2%
166
166.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.228b
.101
.228
.226
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.633
.750
.633
.634
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.751
.375
166
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.037
166
Approx. Sig.
.633
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Value
Odds Ratio for Umur
(15 - 35 / > 35)
For cohort Kelompok
= HIV TB
For cohort Kelompok
= HIV non TB
N of Valid Cases
.859
.460
1.603
.927
.682
1.261
1.080
.786
1.483
166
Crosstabs
Valid
N
Percent
109
65.7%
Pekerjaan * Kelompok
Cases
Missing
N
Percent
57
34.3%
Total
N
166
Percent
100.0%
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Total
Count
Expected Count
% within Pekerjaan
% of Total
Count
Expected Count
% within Pekerjaan
% of Total
Count
Expected Count
% within Pekerjaan
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
37
31
33.7
34.3
54.4%
45.6%
33.9%
28.4%
17
24
20.3
20.7
41.5%
58.5%
15.6%
22.0%
54
55
54.0
55.0
49.5%
50.5%
49.5%
50.5%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.716 b
1.237
1.722
1.700
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.190
.266
.189
.192
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.237
.133
109
Total
68
68.0
100.0%
62.4%
41
41.0
100.0%
37.6%
109
109.0
100.0%
100.0%
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Value
.124
109
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.190
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Value
Odds Ratio for Pekerjaan
(Bekerja / Tidak bekerja)
For cohort Kelompok =
HIV TB
For cohort Kelompok =
HIV non TB
N of Valid Cases
1.685
.770
3.688
1.312
.859
2.005
.779
.540
1.123
109
Crosstabs
N
Status perkawinan
* Kelompok
Cases
Missing
N
Percent
Valid
Percent
153
92.2%
13
Total
N
7.8%
Percent
166
100.0%
Status perkawinan
Kawin
Count
Expected Count
% within Status
perkawinan
% of Total
Count
Expected Count
% within Status
perkawinan
% of Total
Count
Expected Count
% within Status
perkawinan
% of Total
Belum kawin
Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
68
64
67.3
64.7
51.5%
48.5%
100.0%
44.4%
10
10.7
41.8%
11
10.3
86.3%
21
21.0
47.6%
52.4%
100.0%
6.5%
78
78.0
7.2%
75
75.0
13.7%
153
153.0
51.0%
49.0%
100.0%
51.0%
49.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.110b
.009
.110
.109
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.740
.923
.740
.741
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.816
.461
153
Total
132
132.0
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.027
153
Approx. Sig.
.740
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Status
perkawinan (Kawin /
Belum kawin)
For cohort Kelompok
= HIV TB
For cohort Kelompok
= HIV non TB
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
1.169
.465
2.938
1.082
.671
1.745
.926
.594
1.443
153
Crosstabs
Kadar Hb * Kelompok
Valid
N
Percent
147
88.6%
Cases
Missing
N
Percent
19
11.4%
Total
N
166
Percent
100.0%
Kadar
Hb
< 10
10 - 12.49
>= 12.5
Total
Count
Expected Count
% within Kadar Hb
% of Total
Count
Expected Count
% within Kadar Hb
% of Total
Count
Expected Count
% within Kadar Hb
% of Total
Count
Expected Count
% within Kadar Hb
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
34
26
29.8
30.2
56.7%
43.3%
23.1%
17.7%
37
30
33.3
33.7
55.2%
44.8%
25.2%
20.4%
2
18
9.9
10.1
10.0%
90.0%
1.4%
12.2%
73
74
73.0
74.0
49.7%
50.3%
49.7%
50.3%
Total
60
60.0
100.0%
40.8%
67
67.0
100.0%
45.6%
20
20.0
100.0%
13.6%
147
147.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
14.592a
16.518
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
.001
.000
.004
df
8.466
147
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.301
147
Approx. Sig.
.001
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Kadar
Hb (< 10 / 10 - 12.49)
Crosstabs
Hitung.CD4 * Kelompok
Valid
N
Percent
120
72.3%
Cases
Missing
N
Percent
46
27.7%
Total
N
166
Percent
100.0%
Hitung.CD4
< 100
100 - 200
> 200
Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
55
45
52.5
47.5
55.0%
45.0%
45.8%
37.5%
4
7
5.8
5.2
36.4%
63.6%
3.3%
5.8%
4
5
4.7
4.3
44.4%
55.6%
3.3%
4.2%
63
57
63.0
57.0
52.5%
47.5%
52.5%
47.5%
Count
Expected Count
% within Hitung.CD4
% of Total
Count
Expected Count
% within Hitung.CD4
% of Total
Count
Expected Count
% within Hitung.CD4
% of Total
Count
Expected Count
% within Hitung.CD4
% of Total
Total
100
100.0
100.0%
83.3%
11
11.0
100.0%
9.2%
9
9.0
100.0%
7.5%
120
120.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
1.633 a
1.642
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
2
2
Asymp. Sig.
(2-sided)
.442
.440
.309
df
1.034
120
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.116
120
Approx. Sig.
.442
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Hitung.
CD4 (< 100 / 100 - 200)
Crosstabs
Rokok * Kelompok
Valid
N
Percent
10
6.0%
Cases
Missing
N
Percent
156
94.0%
Total
N
166
Percent
100.0%
Rokok
Ya
Tidak
Total
Count
Expected Count
% within Rokok
% of Total
Count
Expected Count
% within Rokok
% of Total
Count
Expected Count
% within Rokok
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
7
2
7.2
1.8
77.8%
22.2%
70.0%
20.0%
1
0
.8
.2
100.0%
.0%
10.0%
.0%
8
2
8.0
2.0
80.0%
20.0%
80.0%
20.0%
Total
9
9.0
100.0%
90.0%
1
1.0
100.0%
10.0%
10
10.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.278b
.000
.473
df
1
1
1
.250
Asymp. Sig.
(2-sided)
.598
1.000
.491
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
.800
.617
10
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Value
.164
10
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.598
Risk Estimate
Value
For cohort
Kelompok = HIV TB
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.778
.549
1.103
10
Crosstabs
Alkohol * Kelompok
Valid
N
Percent
12
7.2%
Cases
Missing
N
Percent
154
92.8%
Total
N
166
Percent
100.0%
Alkohol
Ya
Tidak
Total
Count
Expected Count
% within Alkohol
% of Total
Count
Expected Count
% within Alkohol
% of Total
Count
Expected Count
% within Alkohol
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
5
6
5.5
5.5
45.5%
54.5%
41.7%
50.0%
1
0
.5
.5
100.0%
.0%
8.3%
.0%
6
6
6.0
6.0
50.0%
50.0%
50.0%
50.0%
Total
11
11.0
100.0%
91.7%
1
1.0
100.0%
8.3%
12
12.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
1.091 b
.000
1.477
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.296
1.000
.224
.317
df
1.000
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
.500
12
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.289
12
Approx. Sig.
.296
Risk Estimate
Value
For cohort
Kelompok = HIV TB
N of Valid Cases
.455
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.238
.868
12
Crosstabs
Valid
N
Percent
149
89.8%
Cases
Missing
N
Percent
17
10.2%
Total
N
166
Percent
100.0%
Terapi
ART
Ya
Tidak
Total
Count
Expected Count
% within Terapi ART
% of Total
Count
Expected Count
% within Terapi ART
% of Total
Count
Expected Count
% within Terapi ART
% of Total
Kelompok
HIV TB
HIV non TB
63
68
64.2
66.8
48.1%
51.9%
42.3%
45.6%
10
8
8.8
9.2
55.6%
44.4%
6.7%
5.4%
73
76
73.0
76.0
49.0%
51.0%
49.0%
51.0%
Total
131
131.0
100.0%
87.9%
18
18.0
100.0%
12.1%
149
149.0
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.353b
.117
.353
df
1
1
1
.350
Asymp. Sig.
(2-sided)
.553
.732
.552
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.620
.366
.554
149
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.049
149
Approx. Sig.
.553
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Terapi
ART (Ya / Tidak)
For cohort Kelompok
= HIV TB
For cohort Kelompok
= HIV non TB
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
.741
.275
1.996
.866
.552
1.357
1.168
.679
2.009
149
NIM
: Perempuan
Alamat
Nomor Telepon
: (0282) 545491
Nomor HP
: desyayupermitasari@yahoo.com
: SD YKPP 02 CILACAP
2. SMP
: SMPN 1 CILACAP
3. SMA
: SMAN 3 BANDUNG