Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Johar Baru


1.1.1. Keadaan Geografis

Kecamatan Johar Baru termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki


luas wilayah 237.70 Ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut
terdiri dari perumahan 195,13 Ha, kantor dan gudang 26,87 Ha, taman 4,66 Ha, lahan
tidur 3,52 Ha, dan sisanya 7,52 Ha. Secara administratif terdiri 4 kelurahan, 30 RW,
560 RT, 23.312 KK, 98 Posyandu dan 100.688 jiwa, dengan kepadatan penduduk

46.481/ km2, dengan batas wilayah :


 Utara : Jl. Letjen Suprapto Kecamatan Kemayoran

 Timur : Jl. Rawa Selatan Raya dan Jl. Mardani Kec. Cempaka Putih
 Selatan : Jl. Percetakan Negara Raya Kec.CempakaPutih
 Barat : Jl. Kramat Sentiong

Kecamatan Johar Baru terdiri dari 4 Kelurahan, yaitu :

a) Kelurahan Tanah Tinggi : 62,29 Ha

b) Kelurahan Johar Baru : 119,10 Ha

c) Kelurahan Kampung Rawa : 30,11 Ha

d) Kelurahan Galur : 26,20 Ha


Gambar 1.1 Batas Wilayah Kecamatan Johar Baru
1.1.2 Keadaan Demografi

Secara demografis penduduk di wilayah kecamatan Johar Baru sangat padat.


Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Pusat pada bulan Juli 2017, Kecamatan
Johar Baru mempunyai jumlah penduduk sebanyak 118.391 jiwa. Berikut rincian
jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Johar Baru tahun 2016.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru


Tahun 2017
No Kelurahan Jumlah Penduduk
1 Kelurahan Johar Baru 38.623 Jiwa

2 Kelurahan Kampung Rawa 21.658 Jiwa

3 Kelurahan Tanah Tinggi 40.719 Jiwa

4 Kelurahan Galur 17.391 Jiwa


Jumlah 118.391 Jiwa
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2016

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Johar Baru menurut laporan Kecamatan Johar Baru tahun 2017 adalah sebagai berikut
laki-laki 58.925 jiwa, perempuan 57.336 jiwa. Berikut rincian kepadatan penduduk
pada tiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru pada tahun 2017.
Tabel 1.2 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Johar Baru Tahun
2017
Luas Jumlah Kepadatan Penduduk
Kelurahan
(km2) Penduduk (per Ha)

Kelurahan Johar Baru 119,10 38.623 Jiwa 557

Kelurahan Kampung Rawa 30,11 21.658 Jiwa 688

Kelurahan Tanah Tinggi 63,29 40.719 Jiwa 711

Kelurahan Galur 26,20 17.391 Jiwa 663


Jumlah 237,7 118.391 jiwa 583
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2017

1.1.3 Kependudukan

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2017
No Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 5.421 5.108 10.529

2. 5-9 5.290 4.931 10.221

3. 10-14 4.440 4.205 8.645

4. 15-19 4.270 3.804 8.074

5. 20-24 4.519 4.846 9.365

6. 25-29 5.685 5.320 11.005

7. 30-34 5.782 5.377 11.159

8. 35-39 5.362 5.008 10.370

9. 40-44 4.640 4.510 9.150

10. 45-49 4.140 4.038 8.178


11. 50- 54 3.309 3.315 6.624

12. 55-59 2.463 2.607 5.070

13. 60-64 1.728 1.931 3.639

14. 65-69 1.114 1.355 2.469

15. 70-74 716 851 1.567

16. >75 560 757 1.317


Jumlah 59.439 57.936 117.402
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2017

Tabel 1.4 Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan di Wilayah


Kecamatan Johar Baru Tahun 2017
Tanah Kampung Johar
Agama Galur
tinggi Rawa Baru
Islam 44.488 23.931 16.640 111.971

Protestan 3.336 2.116 1.032 9.936

Katolik 1.987 537 154 5.428

Budha 35 24 63 501

Hindu 78 34 19 344
Jumlah 49.924 26.642 17.908 49.924
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun
2017

Tabel 1.5 Jumlah Tatanan di Wilayah Kecamatan Johar Baru Tahun 2017
Juml
TATANAN
ah
KELUR F. F. F.
NO Jumla
AHAN T T F.O
h PEMU K PE K
E ND T P .R AN
RT K
S U M T

RW
JOHAR
1 11 174 11,98 50 99 450 486 13 157
13,2
BARU 4
39

2 GALUR 7 84 7,716 67 146 745 346 35 24 9,079

KP.
3 8 104 9,531 54 51 414 264 3 73 10,3
RAWA
90
TANAH
4 14 196 13,08 80 84 282 649 23 248 14,4
TINGGI
5 51
JUML
40 558 42,31 380 1,89 1,74 74 502
AH 251 47,1
6
59
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2017

1.1.4 Sarana dan Prasarana

Wilayah Kecamatan Johar Baru memiliki sarana ibadah, sarana pendidikan,


sarana kebudayaan dan kesenian, sarana olah raga, sarana kesehatan masyarakat dan
keluarga berencana.
Sarana dan prasarana kesehatan yang yang ada saat ini banyak diminati oleh
masyarakat luas yang ada di wilayah Johar Baru dan sekitarnya, hal ini terkait dengan
lokasi dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah Johar Baru tetapi tidak
berdomisili di daerah tersebut. Agar semua dapat memperoleh kesempatan mendapat
pelayanan kesehatan yang merata dengan biaya terjangkau, maka pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, dan
dapat mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak
membedakan umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain- lain, akan
tetapi lebih diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

1.1.5 Fasilitas Kesehatan

Wilayah kerja puskesmas Kecamatan Johar Baru sangat minim fasilitas


kesehatan yang ada. Keadaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Johar Baru ini tidak
sebanding dengan jumlah .penduduk

Tabel 1.6 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Johar Baru Tahun 2016

5. Laboratorium - - 1 2 3
6. Dr.Umum Praktek 4 5 5 6 20
Dr. Spesialis
7. - 1 - 1 2
Praktek
8. Praktek 24 Jam 1 1 1 7 10
9. Bidan Swasta 6 5 4 9 24
10. Apotek - - 1 4 5

11. Posyandu 18 24 15 15 72
12. Toko Obat - 2 2 3 7
13. Drg. Praktek 1 3 2 4 10
Jumlah 32 43 33 53 161
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2016

1.2 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan Puskesmas pembina sesuai


dengan SK Gubernur tahun 1992. Puskesmas ini berada di alamat Jl.Tanah tinggi XXI
Johar Baru Jakarta Pusat. Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi 6 Puskesmas
yaitu 1 Puskesmas tingkat kecamatan, 5 Puskesmas tingkat kelurahan, 2 Puskesmas
terletak di Kelurahan Johar Baru (Johar Baru II, Johar Baru III) dan Puskesmas
Kelurahan Tanah Tinggi, Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa dan Puskesmas
Kelurahan Galur.
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah membawahi enam
Puskesmas kelurahan di empat kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Johar Baru,
yaitu:
1. Puskesmas Kelurahan Johar Baru
Puskesmas Kelurahan Johar Baru beralamat di Jl.Percetakan Negara II.

2. Puskesmas Kelurahan Galur

Puskesmas Kelurahan Galur beralamat di Jl.Kampung Rawa tengah Gg IX.

3. Puskesmas Kelurahan TanahTinggi

Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi beralamat di Jl. Tanah Tinggi Gg. VII/12.

4. Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa

Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa beralamat di Jl. Rawa Selatan 1RT 2/1.
Kel. Galur

Kel.

Tinggi
Kel. Kampung
Rawa

Kel. Johar Baru

Gambar 1.2 Peta Letak Puskesmas se- Kecamatan Johar Baru


Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1.2.1 Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Motto Puskesmas Kecamatan Johar Baru
1. Visi
Terwujudnya Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang memberikan Pelayanan
prima, berorientasi pada kepuasan menuju masyarakat sehat dan mandiri.

2. Misi Puskesmas Kecamatan Johar Baru

 Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, medis dan non medis


Puskesmas.
 Memberikan pelayanan kesehatan prima danmerata.
 Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan
 Menggalang kemitraan pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas

3. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Puskesmas Kecamatan Johar Baru bertekad memberikan pelayanan prima,


menuju masyarakat sehat yang mandiri secara berkesinambungan sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta senantiasa melakukan
perbaikan secara berkesinambugan untuk mencapai kepuasan pelanggan.Komitmen
bersama Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah “Prima Sehat Mandiri untuk
semua”.

1.2.2 Wilayah Kerja


Luas wilayah kerja Puskesmas Johor Baru adalah 237,7 km2, yang meliputi
empat kelurahan yakni Kel. Tanah Tinggi, Kel. Johar Baru, Kel. Kampung Rawa, dan
Kel. Galur.

1.2.3 Sumber Daya Manusia

Tabel. Sumber Daya Manusia pada Puskemas Johar Baru


Ketenagaan Puskesmas Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Dokter 14
Dokter Gigi 7
Bidan 15
Perawat 20
Perawat Gigi 1
Sanitarian 2
Tenaga Gizi 2
Analis Kesehatan 1
Tenaga farmasi 9
Tenaga Promkes 0
Nakes lainnya 0
Non Nakes 21
TOTAL 92
1.3 Puskesmas

1.3.1 Definisi
Pusat kejnhb sehatan masyarakat (Puskesmas) ialah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, yang mempunyai misi:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Memberdayakan masyarakat & keluarga dalam pembangunan kesehatan
3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu secara
menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan misi tersebut, Puskesmas mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
yang secara administratif berdomisili di wilayah kerjanya. Untuk dapat mencapai
misi Puskesmas diatas digunakan strategi sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
b. Mengembangkan dan menetapkan asas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
c. Meningkatkan profesionalisme petugas
d. Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai degan kewenangan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

Mengacu kepada misi dan strategi di atas, maka fungsi Puskesmas adalah
sebagai berikut:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, artinya Puskesmas
bertindak bertindak sebagai motivator, fasilitator dan memantau
terselenggaranya proses pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan,
artinya pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat tahu, mau dan mampu
menjaga serta mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri; arti
pemberdayaan keluarga yaitu menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga
sakit menjadi sehat. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, artinya
penyelenggaran pelayanan kesehatan dasar dalam upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat, meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan.

Sebagai suatu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di bidang


kesehatan, Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab di dalam wilayah
kerja tertentu, biasanya satu wilayah kecamatan atau sebagian wilayah kecamatan.
Penentuan luas wilayah kerja Puskesmas di dasarkan atas beberapa faktor yaitu:
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan geografis
c. Keadaan saran perhubungan
d. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk


mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi:
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private
goods, serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas
sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun
Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif
saja seperti di Rumah Sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi
yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat
reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar
dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan
kesehatan menjadi “Paradigma Sehat”. Dengan paradigma baru ini, mendorong
terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan
kesehatan, antara lain:
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah,
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif menjadi
investasi
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra” pemerintah
(partnership)
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization)
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.3.2 Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam
penentuan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas
ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu
Puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang lebih luas,
dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di
ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,
merupakan ”Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi
Puskesmas Kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

1.3.3 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak
membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai
meninggal.

1.3.4 Peran Puskesmas


Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang,
tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, dan pemantauan yang akurat.

1.3.5 Upaya Kesehatan Puskesmas


Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.

1.4. Program Keluarga Berencana Puskesmas Senen


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program
pemerintah dalam rangka menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan kelahiran
dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak
perempuan (kesejahteraan gender) mendorong program KB untuk memberikan
penekanan yang sama pada program kesehatan reproduksi serta peningkatan
partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu
sebagaipengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi.
Tujuan Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran
dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan
berkembang.

1.4.1. Tujuan
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Tujuannya agar:
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian pertumbuhan, meningkatkan
keikut sertaan kelestrarian ber-KB seluruh pelosok sehingga akan
menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik
terhadap peserta baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin
meratanya penggarapan terhadap generasi muda dalam kaitannya dengan
pendewasaan usia kawin dan sebagai bantuan mendukung gerakan KB
nasional di daerah, Semakin meratanya kemandirian masyarakat dalam
ikut serta memberikan pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB
(BKKBN,2014).

Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan


penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan.
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan
yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Pelayanan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang


tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat
mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang
sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).

1.4.2. Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) dan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM). Jumlah pasangan usia
subur yang menjadi 24 sasaran program ditetapkan berdasarkan survey
pasangan usia subur yang dilaksanakan sekali setiap tahun dan
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga
Berencana) di masing-masing kelurahan atau dari BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional) (BKKBN,2014).

Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran diantaranya:


1. Sasaran Primer:
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,
maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA
(kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan
sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder:
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya.Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping
itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan
kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan
strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran Tersier:
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkatpusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran
sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan
strategi advokasi (BKKBN, 2014).

1.4.3. Program dan Upaya


Program dan Upaya KB Nasional antara lain:
1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon
pengantin
2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program
9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012)

1.4.4. Ruang Lingkup


Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat
(pada saat kunjungan, posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma
dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling
untuk PUS (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012). Menyediakan dan pemasangan
alat-alat kontrasepsi, meliputi:
1. IUD
2. Pil KB
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik
5. Kondom

Kegiatan program KB di Puskesmas Kecamatan Senen meliputi:


1. Pemasangan KB IUD
2. Penyuntikan Depoprogestin 3 bulanan
3. Pil KB
4. Pemasangan Susuk KB 3 tahun
5. Kondom
6. Mengadakan penyuluhan KB tentang KB MKJP serta KBPP kepada PUS
7. Konseling KB
8. KB keliling
Akseptor KB terdiri KB aktif. KB aktif adalah akseptor yang
mengikuti KB terus menerus yang berdomisili di Kecamatan Senen (BKKBN
dan Kemenkes R.I. 2012).

1.4.5. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain (BKKBN,
2014):
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai
kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan
(provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat
yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)

Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional,


dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :

1. Tahap perluasan jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran:
a. Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih
diutamakan pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa,
Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
b. Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya.
Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan
klinik.
2. Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap
perluasan jangkauan. Tahap coveragewilayah diperluas jangkauan propinsi
luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber- KB pada kisaran
45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka
panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.
3. Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia.
Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan
pendekatan Takesra (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit
Usaha Keluarga Sejahtera).
Adapun kegiatan/cara operasional pelayana KB adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat
dalam ber KB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS).
b. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling
rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan
pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2
gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan
gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana
Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi
komplikasi dan kegagalan.
c. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah PSM ditonjolkan
(pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
d. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB,
bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan (Saifuddin A
B, 2003).

1.4.6 Macam Metode Kontrasepsi yang Ada dalam Program KB di Indonesia

1. Metode Kontrasepsi Sederhana


Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus,
metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan,
dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, dan spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasiterdapat pada
pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil
dan AKDR (Cunningham F G, Gant NF, 2009).

1.4.7 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Wilayah


Kecamatan Senen
Hasil kegiatan program KB di Puskesmas Wilayah Kecamatan Senen, meliputi:
1. Akseptor KB Aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini masih
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
2. Akseptor KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan adalah penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas
sampai 42 hari setelah melahirkan.
3. PUS 4T BerKB
Merupakan pelayanan KB yang diberikan pada Pasangan Usia Subur (PUS)
yang mempunyai keadaan “4 Terlalu” yaitu terlalu muda (<20 tahun), terlalu
tua (>35 tahun), terlalu banyak (anak >3 orang), serta terlalu dekat jarak
kehamilan (<2 tahun).
4. Akseptor KB yang Mengalami Komplikasi
Merupakan kejadian kesakitan yang tidak diharapkan yang ditimbulkan oleh
pemakaian alat atau obat kontrasepsi atau dari tindakan petugas medis.
Komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi dibagi menjadi 3 yaitu ringan,
sedang dan berat. Komplikasi ringan sampai sedang adalah gangguan
kesehatan akibat pemakaian alat dan obat kontrasepsi yang harus dilayani
lebih lanjut dan tidak perlu perawatan, sedangkan komplikasi berat adalah
gangguan kesehatan akibat pemakaian alat dan obat kontrasepsi yang harus
dilayani secara intensif, memerlukan pemeriksaan penunjang dan perawatan.
5. Akseptor KB yang Mengalami Efek Samping
Merupakan akseptor KB yang mengalami perubahan sistem, alat dan fungsi
tubuh yang timbul akibat dari penggunaan alat atau obat kontrasepsi dan tidak
berpengaruh serius terhadap peserta, bersifat sementara dan akan pulih segera
dalam jangka waktu tertentu, sebagai contoh:
 Kondom: reaksi alergi, mengurangi kenikmatan hubungan seksual
 Oral: mual, muntah, pusing kepala, nafsu makan bertambah, lesu lemah,
penurunan ASI, tekanan darah tinggi, perubahan berat badan, jerawat,
hiperpigmentasi wajah, keputihan, varises, gangguan haid.
 Suntik: tidak haid (amenorrhea), pertambahan berat badan, sakit kepala,
nyeri pinggul, tekanan darah tinggi.
 Implant: hilang tidak teraba, nyeri dada, perdarahan, bercak, nyeri kepala,
mual, pusing, gelisah.
 AKDR: perdarahan, gangguan haid, demam, menggigil, cairan vagina
yang banyak.
 Vasektomi: perdarahan, nyeri daerah luka dll.
6. Akseptor KB yang Mengalami Kegagalan
Merupakan banyaknya akseptor KB yang menjadi hamil pada saat masih
menggunakan alat kontrasepsi.
7. Akseptor KB yang Drop Out
Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

Indikator pelayanan KB :
 Tenaga
 Sarana dan prasarana
 Cakupan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai