Anda di halaman 1dari 7

STATUS REFLEKSI KASUS KEPANITERAAN KLINIK KE -01

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Fakultas Kedokteran : Universitas Yarsi

Periode Kepaniteraan : Tanggal 15 Nopember s.d 21 Desember 2018

Tanggal Pemeriksaan Kasus : 7 Desember 2018

Nomor Rekam Medis Kasus : 529146

Nama / Nomor Mahasiswa : Nourma Kusuma Winawan / 1102013214

Dokter Pengampu Refleksi : dr. Herlien K, Sp. KK


I. IDENTITAS KASUS

a. No. Rekam Medik (RM) : 529146


b. Identitas / Jenis Kelamin : Nn.R / Perempuan
c. Tanggal Lahir : 17 Februari 2000
d. Umur : 18 tahun
e. Alamat : Cipinang
f. Pekerjaan : Mahasiswa
g. Hobi Khusus : Tidak ada

II. ANAMNESIS

h. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan kulit terasa panas dan perih disertai
kemerahan yang semakin melebar di daerah leher dan dahi sejak 5 hari
sebelum datang ke Poli

i. Keluhan Tambahan :
Terkadang kulit juga terasa sedikit gatal

j. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien datang ke Poli Kulit & Kelamin RS Polri dengan keluhan kulit
terasa panas dan perih disertai kemerahan yang semakin melebar di
daerah leher dan dahi sejak 5 hari sebelum datang ke Poli. Awalnya hal
tersebut dirasakan pada saat pasien bangun dari tidur, tiba-tiba kulit
terasa panas dan perih dibagian leher, terlihat 3 garis kemerahan
dibagian lehernya. Tidak lama kemudian terjadi hal yang sama dibagian
dahi. Kulit juga kadang terasa sedikit gatal namun pasien tidak
menggaruknya, hanya menekan-nekan untuk mengurangi rasa gatalnya.
Pasien sudah datang ke dokter sebelumnya dan diberikan tablet dan
salep Acyclovir, namun gejala tidak berkurang dan kemerahan malah
semakin melebar. Pasien menyangkal menggunakan krim/salep/minyak
atau bahan lainnya dibagian leher. Pasien juga tidak menggunakan
kalung. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal seperti ini.
Riwayat asma atau bersin-bersin dipagi hari juga disangkal. Konsumsi
obat-obatan sebelumnya juga disangkal.

k. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Asma (-)
Alergi obat (-)
Rhinitis alergi (-)

l. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Asma (-)
Rhinitis alergi (+) ; ayah pasien
Ayah pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
III. PEMERIKSAAN FISIK

m. Kulit (Status Dermatologik)

Tampak lesi eritem

Tampak lesi berbatas tegas,

Tampak skuama

Tampak lesi eritem berbatas tegas dengan ukuran 7x5 cm dibagian leher
kiri, tampak skuama dipinggir lesi
Tampak lesi eritem berbatas tegas dengan ukuran 3x1 cm dibagian dahi.
IV. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Iritan

V. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Atopik

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN/PENUNJANG


Test Patch

VII. PENATALAKSANAAN
n.Non Medikamentosa :
- Edukasi unutk menghindari bahan-bahan iritan, membersihkan
tempat tidru, menutup jendela untuk menghindari serangga yang
mungkin dapat menyebabkan iritan

o. Medikamentosa
 Hidrocortison cream 0,1% 2x1 hari
 Loratadin tablet 1x1 hari

p. Penulisan Resepnya (berdasarkan o diatas)

R/ Hidrocortison 0,1% Cr Tub No. I


S 2 dd u.e

R/ Loratadin tab No. X


S 1 dd tab I

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia at bonam
Ad functionam : dubia at bonam
Ad sanationam : dubia at bonam
DERMATITIS KONTAK IRITAN

Definisi
Merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi
langsung tanpa didahului proses pengenalan/sensitasi.

Etiopatogenesis
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanna dengan bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Kelainan kulit oleh bahan iritan terjadi akibat kerusakan sel secara kimiawi atau fisi.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak laoisan
tanduk, dan mengubah daya ikat kulit terhadap air.
Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit, namun
sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondriam atau
komponen inti. Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskna asam
arakidonar, diasilgliserida, platelet activating factor dan inositida. Asam arakidonat
dirubah menjadi prostaglandin dan leukotrin yang mana akan menginduksi terjadinya
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitias vaskular sehingga mempermudah
transudasi pengeluaran komplemen dan kinin. Prostaglandin dan leukotrien juga
bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk limfosir dan neutrofil, serta mengaktifasi sel
mast untuk menghasilkan histamin, prostaglandin dan leukotrin yang lain serta platelet
activating factor, sehingga terjadi perubahan vaskular
Rentetan kejadian tersebut mengakibatkan gejala peradangan klasik ditempat
terjadinya kontak dengan kelainan berupa eritem, edema, panas, nyeri, bila iritan kuar.
Bahan iritan lemah akan mengakibatkan kelianan kulit setelah kontak berulang kali,
yang dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi menyebabkan
desikasi sehingga kulit kehilangan funngsi sawarnya. Hal tersebut akan mempermudah
kerusakan sel di lapisan kulit yang lebih dalam.

Gejala Klinis
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan
kuar memberi gejala akut, sedangkan iritan lemah memberi gejala kronis. Selain itu,
juga banyak faktor yang mempengaruhi seperti faktor individu dan faktor lingkungan.
Berdasarkan penyebab dan pengaruh berbagai faktor tersebut, DKI
diklasifikasikan menjadi :
 DKI akut
Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalkanya larutan asam sulfat dan asam
hidroklorid atau basa kuat. Biasanya terjadi karena kecelakaan ditempat kerja,
dan reaksi segera timbul terbatas hanya pada tempat kontak. Kulit terasa pedih,
panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritem edema, bula, mungkin
juga nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas, dan pada umunya asimetris.
 DKI akut lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akur, tetapi baru terjadi 8 sampai
24 jam setelah berkontak. Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI akut
lambat, misalnya podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium
klorida, asam hidrofluorat. Sebagai contoh lain ialah dermtitis yang disebabkan
oleh bulu serangga (dermatitis venenata); keluhan dirasakan pedih keesokan
harinya, sebagai gejala awal terlihat eritema kemudian terjadi vesikel atau
bahkan nekrosis.
 DKI kronik kumulatif
Merupakan jenis dermatitis konyak yang paling sering terjadi. Sebagai
penyebab ialah kontak berulang dengan iritan lemah.
Gejala klasik berupa kulit kering, disertai eritema, skuama, yang lambat laun
kulit menjadi tebal (hiperkeratosis) dengan likenifikasi, yang difus. Bila kontak
terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisura). Keluhan
pasien umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak.
 Reaksi iritan
Merupakan DKI subklinis pada seseorang yang terpajan dengan pekerjaan
basah dalam beberapa bulan pertama. Kelainan kulit bersifat monomorf dapat
berupa skuama, eritema, vesikel, pustul dan erosi.
 DKI traumatik
Kelainan kulir berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi, gejala
kinis menyerupai dermatits numularis, penyembuhan berlangsung lamat, paling
cepat 6 minggu. Lokasi tersering di tangan.
 DKI non-eritematosa
Merupakan bentuk subklinis DKI, yang ditandai dengan perubahan fungsi
sawar (stratum korneum) tanpa disertai kelainan klinis
 DKI subyektif
Juga disebut DKI sensori; karena kelaianan kulit tidak terlihat, namun pasien
merasa seperti tersengat (pedih) atau terbakar (panas) setelah berkontak dengan
bahan kimia tertentu, misalnya asam laktat.

Histopatologi
Gambaran histopatologi dermatitis kontak iritan tidak khas. Pada DKI Akut,
dermis bagian atas terdapat vasodilatasi disertai sebukan sel mononuklear di sekitar
pembuluh darah. Eksositosis di epidermis siikuti spongiosis dan edema intrasel, serta
nekrosis epidermal. Pada dermatitis berat kerusakan epidermisa dapat berbentuk
vesikel atau bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrofil.

Diagnosis
Diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan
gambaran klinis. DKI akut lebih mudah diketahun karena terjadi lebih cepat sehingga
pasien pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI
kronis terjadi lebih lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas,
sehingga adakalanya selit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini
diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai.

Pengobatan
Upaya pengobatam yang terpenting pada DKI adalah menghindari pajanan
bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanin, fisis maupun kimiawi,
serta meyingkirkan faktor yang memperberat.
Apabila diperlukan, unutk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid
topikal, misalnya hidrokortison atau untuk kelianan yang kronis dapat diawali dengan
kortikosteroid dengan potensi kuat. Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat
diperlukan bagi yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya
pencegahan.
Progonosis
Bila bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai