Puskesmas Labuhan Haji mempunyai wilayah kerja 3 Desa dan 2 Kelurahan. Pada
Tahun 2013 terjadi pemekaran desa,yang kemudian dipecah menjadi 5 desa dan 2
kelurahan .Puskesmas Labuhan Haji adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di 5 Desa yaitu Desa Labuhan Haji, Desa Penede
Gandor, Desa Teros, Desa Banjar Sari, Desa Kertasari,dan 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Suryawangi dan Kelurahan Tanjung Sebagai unit pelaksana teknis,
13
Puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan kabupaten Lombok
Timur berdasarkan kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat (Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 128 tahun 2004) mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam sistem kesehatan nasional dan sistem kesehatan kabupaten
JARAK
NO DESA-KELURAHAN LUAS / Ha TEMPUH KE
2. Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Labuhan haji pada tahun 2018
yang dirinci perdesa dan berdasarkan penggolongan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3 : Jumlah penduduk Puskesmas Labuhan Haji yang dirinci menurut
penggolongan jenis kelamin
JUMLAH LAKI- JUMLAH
NO NAMA DESA PEREMPUAN
PENDUDUK LAKI KK
14
Peta Wilayah kerja Puskesmas Labuhan haji
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suatu penduduk sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
suatu program yang direncanakan Puskesmas karna terkait langsung dengan
daya serap/interpretasi dan kepedulian masyarakat terhadap program tersebut.
Tingakt pendidikan masyarakat yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas
Labuhan haji dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4 : Data Tingkat Pendidikan Penduduk Wilayah Puskesmas Tahun 2018
TINGKAT PENDIDIKAN
NO DESA MASTER SARJAN
SMA SMP SD TK
(S2) A (S1)
1 Labuhan Haji 25 224 860 1524 1665 422
2 Tanjung ‘21 481 929 825 704 524
3 Suryawangi 0 49 195 219 421 605
4 Teros 5 169 847 815 768 136
5 Banjarsari 10 222 669 1362 1767 556
6 Pnd.Gandor 5 332 899 1304 1460 321
7 Kertasari 0 27 86 125 556 322
16
5. Derajat Kesehatan
a. Angka Morbiditas/Kesakitan
Puskesmas Labuhan haji merupakan salah satu Puskesmas yang
ada di Lombok Timur yang terletak di pesisir pantai dengan jumlah lagun
aktif sebanyak 3 lagun tentu menjadi daerah endemis kejadian penyakit
malaria. Namun dengan program-program yang dijalankan secara kontinyu
dan berkesinambungan, sejak 4 tahun ini kasus penyakit Malaria tidak
ditemukan sehingga status daerah endemis malaria dirubah menjadi status
Pra eliminasi Malaria.
Data 10 Penyakit terbayak di Wilayah Puskesmas Labuhan Haji
Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5 :Data 10 Penyakit terbayak di Wilayah Puskesmas Labuhan Haji
NO JENIS PENYAKIT KODE ICD X JUMLAH
1 C.Cold/batuk pilek J.00 2.926
2 Influenza J.10 2.131
3 Hipertensi/darah tinggi I.10 2.004
4 Gastroenteritis/diare A.09 1.508
5 Gastritis/maag K.29.1 1.466
6 Dispepsia K.30 1.102
7 Asma J.45 1018
Diabetes Mellitus/kening E.11.0 900
8
manis
9 Nyeri Sendi M.25.5 908
10 Reumatik 831
Sumber : Data Penyakit Puskesmas Labuhan Haji tahun 2018
b. Angka Kematian
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000 kelahiran hidup. AKI
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan
waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini
maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun
dan meningkatkan peran bidan terutama bidan desa.
17
Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS-KIA) di Puskesmas Labuhan haji, pada tahun 2018
terdapat 7 kematian bayi yang disebabkan karna Aspeksia, BBLR dan
IUFD, swedangkan kasus kematian Balita dan ibu melahirkan selama tahun
2018 tidak ada kasus. Data tentang kematian secara umum dan kematian
Neonatus, Baayi, Balita dan ibu melahirkan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 6 : Data Kematian secara umum di Wilayah Puskesmas Labuhan Haji
Tahun 2018
JENIS KELAMIN
NO DESA/KELURAHAN JUMLAH
LAKI PEREMP
1 Labuhan Haji 10 26 36
2 Tanjung 12 4 16
3 Suryawangi 36 38 74
4 Teros 9 23 32
5 Banjarsari 15 13 28
6 P.Gandor 24 24 48
7 Kertasari 6 9 15
1 Labuhan Haji
1 0 0 0 1
2 Tanjung
0 0 0 0 0
3 Suryawangi
0 0 0 0 0
4 Teros
1 0 0 0 1
5 Banjarsari
0 0 0 0 0
6 Peneda Gandor
4 0 0 0 4
7 Kertasari
1 0 0 0 1
Jumlah 7 0 0 0 7
Sumber : Data Kematian Puskesmas Labuhan Haji
18
6. Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
a. Pemerintah Pusat
1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang BLUD
Dalam Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) pada Pasal 1 dijelaskan bahwa BLUD adalah sistem
yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas
dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan daerah pada umumnya.
2) Telaah Renstra Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan terdapat 2 (Dua) tujuan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019 yaitu :
1) Meningkatnya status kesehatan masyarakat;
2) Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Indikator kinerja yang ingin dicapai Kementerian Kesehatan dalam
peningkatan status kesehatan masyarakat pada semua siklus kehidupan
(continum life cycle) adalah sebagai berikut :
a) Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup;
b) Menurunnya angka kematian bayi dari 32 per 1.000 menjadi 24 per 1.000
kelahiran hidup;
c) Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%;
d) Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif;
e) Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Sasaran strategis Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Meningkatnya kesehatan masyarakat
b) Meningkatnya pengendalian penyakit
c) Meningkatnya akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan
d) Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu sedian farmasi dan alat
kesehatan
19
e) Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan
f) Meningkatnya sinergitas antar kementerian/lembaga
g) Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri
h) Meningkatnya integrasi perencanaaan, bimbingan teknis dan pemantauan
evaluasi
i) Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan
j) Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
k) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur kementerian kesehatan
l) Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi.
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan untuk mencapai tujuan dan
sasaran adalah sebagai berikut :
a) Penguatan pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)
Puskesmas dengan memperkuat fungsi Puskesmas dengan cara fokus
melaksanakan revitalisasi Puskesmas pada 5 (Lima) hal, yaitu : 1)
peningkatan SDM; 2) peningkatan kemampuan teknis dan manajemen
Puskesmas; 3) peningkatan pembiayaan; 4) peningkatan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP); dan 5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
b) Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (Continuum of Care).
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatana cakupan, mutu dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit serta pelayanan kesehatan
ibu, bayi, Balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
c) Intervensi berbasis risiko kesehatan yaitu dilaksanakannya program-
program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi,
Balita, ibu hamil, Lansia, pengungsi, keluarga miskin, kelompok-kelompok
berisiko serta masyarakat di didaerah terpencil, perbatasan, kepulauan
dan daerah bermasalah kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi :
a) Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan
lanjut usia yang berkualitas.
b) Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c) Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
e) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
f) Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan.
20
g) Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h) Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
i) Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
j) Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi.
k) Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan.
l) Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
3) Telaah Renstra Dinas Kesehatan Propinsi NTB
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam sektor kesehatan
di Propinsi NTB yaitu sebagai berikut :
a) Kesehatan ibu dan anak belum optimal, hal ini ditandai dengan 2 (Dua)
hal yaitu : 1) masih adanya kematian bayi dan ibu melahirkan, pada tahun
2017 AKB sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 82 per
100.000 kelahiran hidup; 2) masih adanya kelahiran ditolong oleh non
tenaga kesehatan.
b) Gizi masyarakat belum optimal yang ditandai dengan : 1) angka stunting
pada Balita usia 0-23 bulan tahun 2017 sebesar 7,4%, masih di atas
angka Nasional yaitu 6,9%; 2) masih ditemukan Balita gizi buruk, pada
tahun 2017 sebesar 4,3%, masih di atas angka Nasional yaitu 3,8%; 3)
masih adanya Baduta (usia 0-23 bulan) dengan status gizi sangat pendek
(wasting) sebesar 2,5%, tetapi data ini lebih rendah dari data Nasional
yaitu sebesar 3,9%.
c) Belum optimalnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular,
ditandai dengan : 1) success rate/angka keberhasilan pengobatan
tuberkulosis (TB) semua tipe sebesar 61,48%, jauh di bawah capaian
Nasional sebesar yaitu 77,57%; 2) incidence rate penyakit DBD 26,86 per
100.000 penduduk, masih di atas capaian Nasional yaitu sebesar 22,55
per 100.000 penduduk; 3) angka morbiditas pada tahun 2016 sebesar
20,81%, masih di atas capaian Nasioanl yaitu sebesar 15,18%; 4)
persentase merokok pada penduduk ≥15 tahun pada tahun 2017 sebesar
30,88%, masih di atas angka nasioanal yaitu sebesar 28,97%.
d) Akses dan mutu pelayanan kesetahatan belum optimal yang ditandai
dengan beberapa permasalahan antara lain : 1) persentase Puskesmas
yang terakreditasi masih 55%; 2) persentase RS yang terakreditasi masih
21
65,63%; 3) masih cukup rendahnya Posyandu Aktif yaitu sebesar 51,11%
(capaian Nasional sebesar 56,57%).
e) Belum semua penduduk NTB terlindungi oleh Sistem Jaminan Sosial
(71,42% pada tahun 2017).
f) Mutu dan penyebaran tenaga kesehatan belum merata, permasalahan di
antaranya adalah : 1) persentase Puskesmas dengan kecukupan dokter
kurang sebesar 35,44%; 2) persentase Puskesmas dengan kecukupan
dokter gigi kurang sebesar 40,51%; 3) persentase Puskesmas memiliki 5
jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif sebsesar 50,63%; 4) jumlah
tenaga kesehatan belum optimal, terutama di daerah terpencil.
g) Ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas pada tahun 2015 tercatat
sebesar 84,44% (Profil Kesehatan NTB, 2016) .
Isu strategis pembangunan kesehatan Provinsi NTB tahun 2019-
2023 adalah derajat kesehatan masyarakat relatif rendah dengan beberapa
indikator yaitu sebagai berikut :
a) Angka harapan hidup saat lahir masih rendah;
b) Angka kematian ibu, bayi dan Balita relatif masih tinggi;
c) Tingginya prevalensi kurang gizi dan stunting;
d) Belum meratanya fasilitas kesehatan yang terakreditasi dan terstandar;
e) Belum meratanya SDM kesehatan antar daerah;
f) Akses terhadap layanan kesehatan belum optimal;
g) Upaya promotif dan preventif masalah kesehatan belum optimal;
h) Masih relatif mudanya usia kawin pertama perempuan yaitu <21 tahun.
b. Pemerintah Daerah
1) Telaah Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur
Ada beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi di Kabupaten
Lombok Timur, yaitu sebagai berikut :
a) Kasus kematian bayi dan ibu;
b) Status gizi Balita (gizi buruk dan stunting);
c) Penyakit menular, khususnya DBD, TB dan HIV AIDS;
d) Penyakit tidak menular, terutama hipertensi dan DM;
e) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum menjadi budaya
masyarakat;
f) Jumlah, jenis dan kompetensi tenaga kesehatan belum memenuhi
kebutuhan pelayanan;
22
g) Konunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) program kesehatan belum
maksimal.
Beberapa isu strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinas
Kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Rendahnya derajat kesehatan masyarakat (masih tingginya AKB, AKI,
status gizi Balita masih rendah, angka kesakitan pada beberapa penyakit
masih tinggi);
b) Penanggulangan penyakit tidak menular dan gangguan jiwa yang masih
belum optimal;
c) Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap beban
pembiayaan kesehatan;
d) Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas serta penyebaran sumber daya
manusia kesehatan sesuai standart kebutuhan SDM kesehatan di fasilitas
kesehatan;
e) Belum optimalnya penggunaan obat yang tidak rasional dan
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan berkualitas;
f) Kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang untuk pelayanan
kesehatan masyarakat masih kurang.
Dinas Kesehatan merupakan salah satu OPD di Kabupaten Lombok
Timur yang akan dan harus mendukung terlaksananya visi dan misi Bupati
Lombok Timur, terutama misi nomor 2 (Dua) yaitu ”Meningkatkan Mutu
Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan yang Berdaya Saing dengan
Biaya Terjangkau”. Untuk mencapai misi tersebut, maka ditetapkan strategi
dan arah kebijakan Dinas Kesehatan yang dipaparkan pada tabel di bawah
ini.
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatkan Meningkatnya Peningkatan a. Menjalin kerjasama dengan
pelayanan akses dan akses dan dokter spesialis untuk
kesehatan mutu mutu melakukan kunjungan ke
yang berdaya pelayanan pelayanan Puskemas (melakukan
saing dengan kesehatan kesehatan. pekayanan kesehatan bergerak)
biaya untuk terutama di daerah terpencil.
terjangkau masyarakat b. Peningkatan kemampuan teknis
terutama dan manajemen Puskesmas
masyarakat dengan pelaksanaan akreditasi.
miskin dan c. Meningkatkan ketersediaan obat
tidak mampu yang rasional dan BMHP.
d. Peningkatan kualitas sarana,
prasarana serta pemenuhan alat
kesehatan sesuai standar.
23
e. Peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM.
24
Dalam menyikapi begitu pesatnya perkembangan teknologi di bidang
keseahatan. Puskesmas Labuhan Haji juga dituntut untuk ikut serta berperan
aktif dalam penggunaan serta kemajuan teknologi di bidang kesehatan.
Dengan adanya alat-alat pengobatan dengan tingkat kecanggihan yang
tinggi, petugas Puskesmas harus mengetahui dan menguasai bagaimana
cara menggunakan alat-alat tersebut. Alat-alat kesehatan yang membantu
tenaga dokter, perawat, bidan maupun analis dalam bekerja di Puskesmas
Labuhan Haji antara lain adalah : Section yaitu alat penghisap lendir,
oxymetri alat pengukur kandungan oksigen dalam darah, Otoscope yaitu alat
deteksi kelainan indera pendengaran, Tempra red sinar infra merah untuk
mendeteksi suhu tubuh, Tensi digital dan Tensi pegas, alat ini
mempermudah pengukuran tekanan darah pasien, Dopler alat deteksi detak
jantung janin, Untuk alat-alat laboratorium yang selama ini lebih banyak
melakukan pemeriksaan dengan cara manual saat ini sudah dilengkapi
dengan berbagai alat yang tergolong canggiah yaitu : Hematologi klinik,
Fotometri, sentrifuge, mikroskope binokuler dll. Pos pelayanan terdepan di
Puskesmas Labuhan Haji adalah loket pendaftaran, karena kemajuan
teknologi sangat membantu petugas maupun pengguna layanan
mendapatkan nomor antrean yang lebih teratur. Waktu tunggu dapat di
persingkat dan proses pelayanan menjadi lebih lancar.
Pada saat ini alat kesehatan canggih yang sudah ada di Puskesmas
Labuhan haji adalah sebagai berikut :
1) Alat EKG (Elektrokardiogram), alat untuk merekam aktivitas jantung dalam
waktu tertentu.
2) Inkubator bayi (2 buah), yaitu alat yang digunakan untuk menghangatkan
bayi yang lahir prematur.
3) Alat pemeriksaan laboratorium, yaitu Hematology Analyzer SFRI, alat
yang digunakan untuk mengukur dan memeriksa sel darah dengan
lengkap secara otomatis berdasar impendasi berkas cahaya atau aliran
listrik.
4) Alat pemeriksaan laboratorium chemistry analizer merk Mindray BS 120,
yaitu alat untuk pemeriksaan kimia darah otomatis.
Proses pemenuhan standarisasi alat kesehatan di Puskesmas
Labuhan haji belum didukung oleh adanya dana pemeliharaan dan kalibrasi
yang memadai. Puskesmas Labuhan haji dakan terus menaikkan jumlah
25
pendanaan tersebut melalui dana kapitasi dengan tujuan agar alat kesehatan
yang ada bisa lebih lama masa pakainya.
b. Teknologi Informasi Kesehatan
Seperti halnya teknologi alat kesehatan, teknologi informasi
kesehatan harus dikuasai Puskesmas pada era digital sekarang ini.
Puskesmas Labuhan haji telah menggunakan teknologi informasi digital yang
terkoneksi dengan jaringan internet. Teknologi informasi tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Mesin antrian yang terkoneksi dengan software/aplikasi, digunakan di
pelayanan di Poli Rawat Jalan.
2) Aplikasi P-Care, yaitu aplikasi milik BPJS yang digunakan untuk
pelayanan rujukan pasien BPJS, pencatatan dan pelaporan pelayanan
serta klaim pembayaran jasa pelayanan pasien BPJS.
3) Aplikasi HFIS (Health Facilities Information System), yaitu aplikasi milik
BPJS yang digunakan untuk kredensialing ketika akan memperpanjang
kerjasama dengan BPJS.
4) Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK), digunakan untuk kegiatan
pecatatan dan pelaporan hasil program/kegiatan.
5) Aplikasi ASPAK dan SIMDA, yaitu aplikasi untuk pengelolaan alat
kesehatan, sarana dan prasarana Puskesmas.
6) Aplikasi pencatatan dan pelaporan di beberapa program, sebagai berikut :
a) Aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV-AIDS) yaitu aplikasi untuk
pencatatan dan pelaporan Program HIV/AIDS dan IMS.
b) Aplikasi Siskohatkes, yaitu aplikasi Sistem Informasi Kesehatan
Jamaah Haji Indonesia.
c) Aplikasi SIGALIH (Sistem Informasi Gangguan Penglihatan), yaitu
aplikasi untuk Program Kesehatan Mata.
d) Aplikasi Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk
pencatatan dan pelaporan Program Imunisasi.
e) Aplikasi SITT (Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu), yaitu
aplikasi untuk pencatatan dan pelaporan Program Pencegahan dan
Penanggulangan TB.
f) Aplikasi STBM Smart¸ yaitu aplikasi untuk pencatatan dan
pelaporan hasil monitoring Program STBM 5 Pilar (Kegiatan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan).
26
7) Media audio visual untuk kegiatan promosi kesehatan.
Dengan adanya teknologi informasi yang baik, maka akan
memudahkan pihak manajemen dalam mengambil keputusan, karena semua
informasi dapat diterangkan dalam sistem informasi kesehatan secara
terintegtrasi
8. Peta Persaingan
Di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Haji memiliki jaringan 3 Pustu dan 6
Polindes yang mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Di samping itu terdapat juga jejaring berupa beberapa pelayanan
kesehatan swasta yang terdiri dari Klinik Swasta 1 buah, dokter Praktek Mandiri
5 buah, Perawat praktek mandiri 2 buah, Bidan Praktek swasta 3 buah,
Pengobatan Alternatif 1 buah. Disamping itu akan beroperasi Rumah Sakit
Daerah Tipe D yang akan memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan,rawat
inap dan UGD serta dilengkapi dengan tenaga dokter umum dan spesialis.
Artinya bahwa akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan semakin
baik dan akan terus berkembang seiring kebutuhan masyarakat yang makin
meningkat. Akan tetapi dari segi persaingan akan semakin ketat dalam
pemasaran layanan kesehatan.
9. Data Pelanggan Puskesmas
Data Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan UGD dan Rawat Inap Puskesmas
Labuhan Haji
27
a. Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dari Kementerian Kesehatan
merupakan Dana Alokasi Khusus(DAK) non fisik, digunakan untuk kegiatan
atau program yang bersifat promotif dan preventif.
b. Dana Kapitasi JKN dari BPJS, yang digunakan untuk :
1) Pembayaran jasa pelayanan;
2) Pengadaan alat kesehatan, obat-obatan dan BMHP;
3) Operasional pelayanan kesehatan lainnya.
c. Dana Non Kapitasi JKN dari BPJS, yang digunakan untuk pembayaran jasa
pelayanan rawat inap, persalinan, pra rujukan dan rujukan, serta digunakan
juga untuk pembelian BBM rujukan, pembelian obat-obatan dan BMHP yang
bersifat darurat jika tidak ada persediaan di GFK Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Timur.
Sedangkan anggaran dari pemerintah pusat untuk Puskesmas Labuhan haji
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan adalah DAK Afirmasi, yang digunakan
untuk :
1) Pembangunan gedung baru Puskesmas;
2) Pengadaan IPAL;
3) Pengadaan instalasi air bersih (sumur bor);
4) Pengadaan ambulance dan kendaraan roda dua untuk operasional
Puskesmas;
5) Pengadaan alat kesehatan, BMHP dan obat-obatan yang terstandar.
Dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Puskesmas Labuhan haji
mendapat anggaran berupa :
a. Dana Operasional Puskesmas (DOP), yaitu pengembalian dana retribusi
pasien umum. Dana tersebut bisa digunakan untuk jasa pelayanan dan
operasional Puskesmas.
b. Dana Jampersal, untuk pembayaran jasa pelayanan ibu bersalin di
Poskesdes dan Puskesmas. (Dana sharing Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur dengan Pemerintah Propinsi NTB). Jumlah anggaran dari pemerintah
pusat dan daerah untuk Puskesmas Labuhan haji bisa dilihat pada tabel di
bawah ini.
B Pemerintah
Daerah :
1. Dana Operasional 47.889.600 47.889.600 9.404.450 9.404.450
Puskesmas
(DOP)
2. Jampersal 28.250.000 28.250.000 14.690.000 14.690.000
Jumlah 39 12 28 79
29
Dari data tersebut jumlah pegawai Puskesmas Labuhan Haji sebanyak 79
orang terdiri dari : PNS 39 orang dan non PNS 40 orang
Tabel 12 : Data Jumlah Pegawai menurut Jenjang Pendidikan di Puskesmas
Labuhan Haji
NO JUMLAH
JENJANG PENDIDIKAN
1 Sarjana (S1) 20
2 Ahli Madya (D3) 48
3 Pendidikan D1 2
4 SMA 3
5 SMP 0
6 SD 0
TOTAL 73
3 Manajemen Keuangan 10 10
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan kinerja manajemen
pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 walapupun sama-sama dengan
kriteria kinerja baik.
3. Pencapaian Kinerja Keuangan
Sebagai salah satu FKTP milik pemerintah, Puskesmas Labuhan haji
mengelola dana yang dipergunakan untuk melaksanakan fungsi sebagai
pemberi pelayanan UKP, UKM, pelayanan pendukung medik dan kegiatan
32
manajemen. Puskesmas Labuhan haji juga merupakan salah satu sumber PAD
dari biaya retribusi pasien umum. Untuk lebih jelasnya, pendapatan/penerimaan
Puskesmas Labuhan haji selama 2 tahun bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 16 : Pendapatan Puskesmas Labuhan haji berdasarkan Sumber
Perolehan Tahun 2017-2018
34
Sedangkan pendapatan dari retribusi pasien umum, Puskesmas Labuhan haji
memperoleh pengembalian retribusi sebesar Rp. 129.021.650 pada tahun 2018
yang digunakan untuk pembayaran jasa pelayanan dan biaya operasional.
b. Keberadaan Puskesmas
Kekuatan Kelemahan
No Uraian
1 2 3 -1 -2 -3
1 Alat Medis dalam jenis dan 2
jumlah yang lengkap
2 Perawatan alat kurang -1
optimal
3 Banyak alat yang out of date -1
4 Sarana fisik lengkap 2
5 Sarana transportasi lengkap 3
6 Inventaris kantor lengkap 3
7 Ketersediaan obat lengkap 2
8 Performance fisik rawat -2
jalan masih kurang
9 Kalibrasi alat kesehatan 2
rutin dilaksanakan
10 Kebutuhan lahan terbuka 3
untuk olah raga, upacara
dan parkir memadai
37
11 Kebutuhan ruangan -1
Jumlah 0 6 12 -1 -2
Nilai 15
e. Manajemen
Kekuatan Kelemahan
No Uraian
1 2 3 -1 -2 -3
1 Pencapaian target kinerja 2
untuk semua program
belum merata
2 Manajemen perencanaan 2
berjalan baik
3 Manajemen keuangan 2
masih terkotak-kotak
4 Sistem informasi kesehatan -1
berbasis komputer belum
optimal
5 Koordinasi lintas program 2
berjalan baik
6 Dukungan sarana non 3
medis (ATK,barang
cetak,meubler) memadai
7 Sistem Reward maupun -1
funishment belum terukur
sesuai standar
Jumlah 0 2 3 -5
Nilai 0
Penilaian
No Obyek Yang Dinilai
Kekuatan Kelemahan Nilai
1 Sumber daya Manusia 19 -1 18
2 Keberadaan Puskesmas 21 0 21
3 Jenis dan mutu pelayanan 19 -3 16
4 Sarana Puskesmas 18 -3 15
5 Manajemen 5 -5 0
Jumlah 82 -12 70
2. Analisis Eksternal
a. Peluang dan Ancaman Terkait Dengan : Ekonomi
Peluang Ancaman
No Obyek Yang Dinilai
1 2 3 -1 -2 -3
1 Fluktuasi Harga bahan -1
pokok
2 Perubahan Perda Tarif 2
38
pelayanan kesehatan
3 Segmen pasar beragam -1
4 Pesatnya pembangunan 3
dan teknologi
5 Obyek wisata semakin 3
berkembang
Jumlah 0 6 -2
Nilai 4
41
lain
-
D. Isu-Isu Strategis
Isu-isu strategis Puskesmas Labuhan Haji berdasarkan analisis situasi lingkungan
eksternal dan internal adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan yang merupakan hak asasi manusia belum sepenuhnya dijadikan
investasi dalam pembangunan bangsa
2. Belum optimalnya arah pembangunan menuju Indonesia sehat dengan
beberapa indikator Yaitu :
a. Lingkungan sehat belum sepenuhnya mendukung kehidupan setiap orang
b. Masih banyak masyarakat belum berperilaku hidup bersih dan sehat
3. Derajat kesehatan masih jauh dari harapan dimana masih tingginya angka
kematian ibu, kematian bayi dan masih rendahnya usia harapan hidup
4. Adanya beban ganda dari penanggulangan penyakit yaitu makin tingginya
penyakit menular dan meningkat juga penyakit tidak menular secara signifikan
5. Banyaknya faktor yang berpengaruh yang berdampak terhadap pembangunan
kesehatan seperti krisis ekonomi global, sosial budaya, perilaku tidak sehat,
kurang perduli terhadap kesehatan.
6. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kesehatan perlu ditingkatkan baik
kompetensi maupun rasio penempatannya di masing-masing Puskesmas.
7. Sistem pengelolaan keuangan dengan mekanisme APBD berpengaruh terhadap
azas manfaat, baik terhadap pemberi pelayanan maupun yang menerima
pelayanan.
42