Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN FIELD TRIP

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL KEPERAWATAN SELF CARE


OREM PADA TN. S DENGAN GANGGUAN SISTEM HEPATOBILIER
(KOLESISTITIS) DI RUANG NAIM

Oleh :
MARYUDELLA AFRIDA
20151050014

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 2


BAB I................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................................... 3
B. DEFINISI KOLESISTITIS .................................................................................................. 4
C. ETIOLOGI KOLESISTITIS ................................................................................................ 5
D. PATOFISIOLOGI KOLESISTITIS ..................................................................................... 5
E. MANIFESTASI KLINIS ...................................................................................................... 6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................................................... 7
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 8
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 12
I. DISCHARGE PLANNING ................................................................................................ 19
BAB II ............................................................................................................................................ 20
PERENCANAAN PENGELOLAAN PASIEN ............................................................................. 20
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................... 20
B. PATHWAY PASIEN ......................................................................................................... 33
C. ANALISIS DATA .............................................................................................................. 33
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................. 34
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 35
F. RENCANA EVALUASI .................................................................................................... 39
BAB III ........................................................................................................................................... 41
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 41
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 43

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan ditujuan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
dalam kondisi sehat maupun sakit. Pelayanan keperawatan didasarkan pada kiat-kiat
ilmu keperawatan yang pada praktiknya dilandasi dengan teori-teori keperawatan.
Penerapan praktek keperawatan akhir-akhir ini terus berkembang. Asuhan
keperawatan akan dapat dirasakan oleh masyarakat selaku penerima jasa
keperawatan. Salah satu teori yang sedang dikembangkan adalah teori keperawatan
Dorothea E.Orem yaitu teori Self-Care (Munawaroh, 2013).
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap
orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori
ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri). Orang dewasa dapat merawat diri
mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk
memenuhi aktivitas self care mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan,
yaitu: Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal,
Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan): Health
deviation self care requisites Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa
asumsi, yaitu: human being (Kehidupan manusia), perkembangan manusia dan
integritas fungsional.

Salah satu permasalahan yag sering menjadi fokus dalam keperawatan adalah
masalah kegawatdaruratan traktus biliaris. Kegawatdaruratan pada traktus biliaris
yang utama diantaranya adalah kolesistitis akut, kolangitis ascenden, dan pankreatitis
akut. Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu yang terjadi paling sering karena
obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu. Kurang lebih 90% kasus kolesistitis
melibatkan batu pada duktus sitikus (kolesistitis kalkulus) dan sebanyak 10%
termasuk kolesistitis akalkulus.

Kira-kira 10-20% penduduk Amerika memiliki batu empedu, dan sepertiganya


berkembang menjadi kolesistitis akut. Kolesistektomi untuk kolik bilier rekuren atau
3
kolesistitis akut adalah prosedur penatalaksanaan bedah utama yang dilakukan oleh
ahli bedah umum, dan kurang lebih 500.000 operasi dilakukan per tahunnya.

Insidensi terjadinya kolesistitis meningkat seiring pertambahan usia. Penjelasan


secara fisiologis untuk peningkatan insidensi tersebut belum ada. Peningkatan
insidensi pada laki-laki usia lanjut dikaitkan dengan perubahan rasio androgen-
estrogen.

Perempuan penderita kolesistitis 2-3 kali lebih banyak daripada laki-laki, sehingga
lebih banyak perempuan yang menderita kolesistitis. Peningkatan kadar progesteron
selama kehamilan dapat menyebabkan stasis cairan empedu, sehingga penyakit
kandung empedu meningkat kejadiannya pada wanita hamil. Sedangkan, kolesistitis
akalkulus lebih sering terjadi pada laki-laki usia lanjut.

Meskipun telah ditemukan berbagai modalitas terapeutik untuk kolesistitis namun


penyakit ini masih memiliki tingkat morbiditas dan tingkat mortalitas yang cukup
tinggi terutama pada pasien lanjut usia.

Dari pemaparan diatas maka perlunya kita sebagai perawat melakukan pengkajian
secara komprehensif sehingga dapat menyusun rencana keperawatan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan pasien sehingga masalah egawatdaruratan ini dapat teratasi engan
baik.

B. DEFINISI KOLESISTITIS

Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat
dibagi menjadi:

1. Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu kandung empedu


yang berada di duktus sistikus.
2. Kolesistitis akalkulus, yaitu kolesistits tanpa adanya batu empedu.
Berdasarkan onsetnya, kolesistitis dibagi menjadi kolesistitis akut dan kolesistitis
kronik. Pembagian ini juga berhubungan dengan gejala yang timbul pada kolesistitis
akut dan kronik. Pada kolesistitis akut, terjadi inflamasi akut pada kandung empedu
dengan gejala yang lebih nyata seperti nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
Sedangkan, kolesistitis kronik merupakan inflamasi pada kandung empedu yang
timbul secara perlahan-lahan dan sangat erat hubugannya dengan litiasis dan gejala
yang ditimbulkan sangat minimal dan tidak menonjol.

4
C. ETIOLOGI KOLESISTITIS

Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan
iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus sistitis dapat
menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti
kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak
lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat
cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan
kandung empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi
penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM (Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer).

D. PATOFISIOLOGI KOLESISTITIS
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan
empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara
mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang
dihasilkan oleh sel hati. Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke
kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan
empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan
oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat.
Kolesitisis dapat dikelonpokkan menjadi dua bagian dari segi mekanisme
terjadinya. Salah satunya adalah kolesitisis kalkulus (inflamasi kandung empedu
akibat obstruksi oleh batu empedu). Adanya stasis empedu dalam kandung
empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan
pengendapan unsur tersebut. Pengendapan unsur tersebut dapat membentuk batu
empedu yang menyumbat saluran keluar empedu. Akibatnya getah empedu akan
tertahan dalam kandung empedu akan menimbulkan reaksi kimia, terjadi otolisis
serta edema, dan pembuluh darah dalam empedu akan terkompresi sehingga suplai
vascular terganggu. Sehingga terjadilah perubahan metabolis yang terganggu
berakibat pada iskemia dan nekrosis mukosa kandung empedu yang dapat
menyebabkan infeksi kandung empedu yang menimbulkan nyeri pada koliesistisis
akut. Jika hal tersebut tidak ditangani maka sebagai konsekusnsinya dapat terjadi
gangren yang dapat disertai perforasi kantong empedu (pecah), atau bisa terbentuk
fistula (saluran) antara kandung empedu dan usus, serta kemungkinan septikemia
sebagai akibat dari peradangan lanjutan pada kolesistisis kronik. (Brunner &
Suddarth. 2001)
Sedangkan pada kolesitisis akalkulus (inflamasi kandung empedu akut tanpa
adanya obtruksi batu empedu), dapat timbul diduga setelah tindakan bedah mayor,
5
trauma berat atau luka bakar. Fakor lainnya yang berkaitan dengan kolesitesis ini
mencakup obstruksi diktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bacterial pada
kandung empedu. Kolesitsesis skalkulis ini diperkirakan terjadi akibat perubahan
cairan dan elektrolit serta aliran daerah regional dan sirkulasi visceral misalnya pada
kasus akibat infeksi primer bacterial pada kandung empedu, bakteri dapat
mengeluarkan endotoksin yang mampu menghapuskan respon kontraktil ke CCK,
menyebabkan kandung empedu menjadi stasis sehingga getah empedu terkonsentrasi
tetap stagnan di lumen kadung empedu. (Brunner & Suddarth.2001)

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala untuk kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas serta
kenaikan panas tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan
dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisi teraba masa
kandung empedu, nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
leukosistesis serta kemungkinan peninggalan serum transaminase dan fostatase alkali.
Menurut Price (2005) sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak
memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran
empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus
koledokus. Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau
kronis.
1. Gejala Akut
a. Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan
atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan.
b. Nyeri 30-60 menit pasca krandial kuadran kanan atas.
c. Rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan
d. Penderita dapat berkeringat banyak dan gelisah.
e. Nausea dan muntah sering terjadi
f. Leukositosis
g. Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu
dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus
koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di
bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning.
Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada
kulit.
h. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal

6
akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai
oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.
2. Gejala kronis
Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi
beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Pasien sering memiliki
riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang
berlangsung lama. Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya
terjadi adalah:
a. Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atas
b. Pucat biasanya dikarenakan kurangnya fungsi empedu
c. Pusing akibat racun yang tidak dapat diuraikan
d. Demam
e. Urine yang berwarna gelap seperti warna the
f. Dispepsia yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan-makanan
berlemak
g. Nausea dan muntah
h. Berkeringat banyak dan gelisah
i. Koledokolitiasis (tidak menimbulkan gejala pada fase tenang)
j. Terjadi otolisis serta edema.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya radang pada kandung empedu atau kolesistitis
adalah:
1. Darah lengkap:
a. Leukositosis sedang (akut), bilirubin dan amilase serum: meningkat.
b. Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT); LDH; agak meningkat
alkaline fosfat dan 5-nukletiaseyang menandakan adanya obstruksi bilier.
c. Kadar protrombin: Menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus
menurunkan absorbsi vitamin K.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan
besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu
ekstra hepatic. Nilai kepekatan dan ketetpatan USG mencapai 90 95%.
3. Skintigrafi saluran empedu
Mempergunakan zat radioaktif HIDA atau ggn TC6 Iminodiaretic acid
mempunyai niai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah.
Terlihatnya gambaran duktus koledokus tenpa adanya gambaran kandung empedu

7
pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong
kolesistitis akut.
4. Pemeriksaan CT scan abdomen.
Kurang sensitive dan biayanya mahal tapi mampu memperlihatkan adanya abses
perikolestik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
Selain itu CT scan abdomen ini juga dapat menyatakan kista kandung empedu,
dilatasi duktus empedu, dan membedakan antara ikterik obstruksi/non obstruksi.
5. Kolangeopankreatografi retrograd endoskopik
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanualas duktus koledukus melalui
deudenum.
6. Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Merupakan pembeda gambaran dengan flouroskopi anatara penyakit kantung
empedu dan kanker pankreas ( bila terdapat ikterik).
7. Kolesistogram (untuk kolesistitis kronis)
Menyatakan batu pada sistem empedu.
8. Scan hati (dengan zat radioaktif)
Menunjukan obstruksi percabangan bilier.
9. Foto abdomen (multiposisi)
Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batuempedu, kalsifikasi dinding
atau pembesaran kandung empedu.
10. Foto dada (Thorax)
Menunjukan pernapasan yang menunjukkan penyebaran nyeri.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas Klien : Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan,
nama ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir.
Masalah ini biasanya di alami oleh wanita dengan usia lebih dari 40 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : sakit perut sisi kanan atas, nyeri yang berpindah-
pindahmenjalar kadang sampai pundak, mual, muntah, perut terasa
kembung, kulit berwarna kuning (apabila batu empedu menghalangi
saluran empedu), suhu badan tinggi (demam).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data dapat diperoleh dari kronlogis kejadian sampai muncul masalah dan
keluhan utama, misalnya:

8
a) Bagaimana gejalanya ? (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus atau
hilan timbul)
b) Tempat dan sifat gejala (menjalar, menyebar, berpindah-
pindah, atau menetap).
c) Berat ringannya keluhan dan perkembangannya (menetap, cenderung
bertambah, atau berkurang).
d) Berapa lama keluhan berlangsung?
e) Kapan dimulainya?
f) Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk meringankan.
Pasien yang mengalami kolesistisis mengalami nyeri perut kanan atas
yang dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan. Selain itu pasien
juga mengalami mual, muntah, kembungdan bersendawa.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pemakaian obat-obatan (jenis obat, dosis obat dan cara
pemakaian)
b) Pengalaman masa lalu tentang kesehatan : riwayat sakit dengan
gejala yang sama, pengalaman perawatan di rumah sakit, pengalaman
tindakan bedah ( operasi ), pengalaman kecelakaan, dll.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Data mengenai penyakit menular atau menurun yang dimiliki keluarga
seperti TBC, Diabetes, Hipertensi
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Dapatkan data mengenai lingkungan rumah tempat tinggal pasien
sekarang.
a) Apakah sedang terjadi wabah penyakit di lingkungan rumah
tempat tinggal pasien?
b) Apakah merupakan daerah industri (rawan polusi)?
c) Lingkungan yang kurang sehat?
d) Kondisi rumah (ventilasi, jendela, kamar mandi /
MCK) yang memadai?
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji keadaan umum pasien : meliputi kesan secara umum pada keadaan
sakit termasuk ekspresi wajah (meringis, grimace, lemas) dan posisi
pasien. Kesadaran yang meliputi penilaian secara kualitatif (kompos
mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, koma) dapat juga
menggunakan GCS. Lihat juga keadaan status gizi secara umum (kurus,
9
ideal, kelebihan berat badan)
2) Kaji kondisi fisik pasien: pemeriksaan tanda-tanda vital, adanya
kelemahan hingga sangat lemah, takikardi, diaforesis, wajah pucat dan
kulit berwarna kuning, perubahan warna urin dan feses.
3) Kaji adanya nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau
bahu kanan, mual dan muntah, gelisah dan kelelahan. Palpasi pada organ
hati, limpa, ginjal, kandung kencing untuk memeriksa ada atau tidaknya
pembesaran pada organ tersebut.
4) Integumen : periksa ada tidaknya oedem, sianosis, icterus, pucat,
pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan atas.
5) Kaji perubahan gizi-metabolik: penurunan berat badan, anoreksia,
intoleransi lemak, mual dan muntah,dispepsia, menggigil,demam,
takikardi, takipnea, terabanya kandung empedu.
6) Ekstremitas : Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Fisik B6
1) B1 : Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai nafas
pendek dan tertekan.
2) B2 : Takikardi, demam, resiko perdarahan karena kekurangan vitamin K.
3) B3 : Nyeri pada perut kanan atas menyebar ke punggung atau bahu kanan,
gelisah.
4) B4 : Urine gelap pekat.
5) B5 : Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, feses warna
seperti tanah liat.
6) B6 : Kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus).
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksan kesehatan
Pola hidup sehat pasien yang menderita kolesistitis harus ditingkatkan
dalam meningkatkan status kesehatannya, perawatan, dan tatalaksana
hidup sehat. Keluarga juga perlu untuk terus melakukan perawatan selain
tim kesehatan guna meningkatkan kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pola nutrisi pasien dengan kolesistitis terganggu, hal ini dikarenakan
pasien mengalami mual, muntah dan kembung sehingga pasien mengalami
resiko perubahan nutrisi.
3) Pola eliminasi
Pola eliminasi pada pasien dengan kolesistitis mengalami gangguan
10
yang ditandai dengan urine yang berwarna pekat dan gelap serta feses
yang berwarna seperti tanah liat.
4) Pola aktivitas
Pasien dengan kolesistitis mengalami perubahan pola aktivitasnya. Hal ini
dikarenakan pasien mengalmi nyeri perut kanan atas serta adanya
perubahan nutria yang menyebabkan kelemahan. Perubahan pola nutrisi
juga dapat mempengaruhi aktivitasnya.
5) Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat pada pasien kolesistitis juga mengalami gangguan karena
nyeri yang dirasakan.
6) Pola kognitif dan persepsi sensori
Pola ini mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga terhadap penyakit
yang diderita klien
7) Pola konsep diri
Bagaimana persepsi keluarga dan pasien terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
8) Pola hubungan-peran
Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam perawatan dan memberi
dukungan serta dampingan pada pasien dengan kolesistitis.
9) Pola seksual-seksualitas
Apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi sosial. Pada pasien kolesistitits mengalami gangguan
dalam reproduksi karena nyeri yang dirasakan.
10) Pola mekanisme koping
Keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat sembuh bagi pasien
kolesistitis.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada pasien kolesistitis
dapat sembuh dengan cepat

11
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA

No. Problem Etiologi Simptom


1. Gangguan rasa nyaman : Duktus dan inflamasi. DO: Pasien terlihat
nyeri. Meringis menahan rasa
nyeri di perut kanan atas.

DS: Pasien mengatakan


nyeri di perutnya.

2. Perubahan nutrisi : Mual, muntah, DO: Pasien terlihat lemah


Kurang dari kebutuhan karena sering mual dan
tubuh. dyspepsia,, nyeri, muntah.
pembatasan masukan.
DS: Pasien mengatakan
sering muntah-muntah dan
merasa mual serta
badannya merasa lemah.
3. Resiko tinggi Mual, muntah. DO: Pasien terlihat lemas
kekurangan volume dan sering muntaj-muntah.
cairan.
DS: Pasien mengatakan
seringmuntah-muntah dan
merasamual.
4. Kurang pengetahuan Kurang terpapar DO: Pasien terlihat
kebingungan dengan
tentang penyakit. informasi. keadaannya kini.

DS: Pasien mengatakan


tidak mengetahui apa-apa
mengenai penyakitnya kini.

12
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
KEPERAWATAN
HASIL

1 Nyeri b/d proses Tujuan: 1. Pantau tingkat 1. Tingkat dan intensitas nyeri
inflamasi kandung dan intensitas merupakan data dasar yang
empedu,obstruksi Setelah dilakuk nyeri. dibutuhkan perawat sebagai
/spasme duktus, an perawatan 2. Ajarkan pedoman pengambilan
iskemia jaringan selama , klien teknik intervensi, sehingga
/nekrosis melaporkan relaksasi setiap perubahan
nyeri berkurang (nafas dalam) yang terjadi harus
atau hilang. Kli 3. Beri kompres terus dipantau.
en dapat hangat (hati- 2. Teknik relaksasi (nafas dalam)
mengkompensa hati dengan dapat membantu menurunkan
si nyeri dengan klien yang ketegangan otot,menurunkanm
baik mengalami ediator stress seperti
Kriteria Hasil: perdarahan) katekolamin dan menigkatkan
4. Beri posisi endorphin yang
1. Skala nyeri yang nyaman dapat membantu
0-4 5. Kondisikan untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Grimace (-) lingkungan 3. Kompres hangatdapat memberi
3. Gerakan yang tenang kan efek vasodilator
melokalisir di sekitar dan relaksasi otot
nyeri (-) klien sehingga dapat
4. Gerakan 6. Catat repons digunakan sebagai
bertahan terhadap obat terapi penurun
(defensife) dan laporkan ketegangan yang
pada daerah bila nyeri dapat berpengaruh terhadap
nyeri (-) tidak hilang. penurunan nyeri. Namun harus
5. Klien tenan 7. Kolaborasi diperhatikan penggunaannya
g pemberian pada pasiendengan perdarahan.
analgesik 4. Posisi yang nyaman membantu
sesuai menurunkan ketegangan otot.
program Posisi tidur yang salah dapat
terapi. mencetuskan kekakuan otot
yang mengakibatkan
rasa nyaman terganggu.
5. Kondisi lingkungan
yang tenang dapat membantu
menurunkan
tingkat stress klien
sehingga dapat mempengaruhi
respon klien terhadap nyeri.
6. Nyeri berat yang tidak hilang
dapat menunjukkan adanya
komplikasi
7. Analgesik berfungsi untuk

13
melakukan hambatan pada
sensor nyeri sehingga sensasi
nyeri pada klien berkurang.

2. Resiko tinggi Tujuan: 1. Monitor 1. Memberikan informasi tentang


kekurangan pemasukan status cairan / volume sirkulasi
volume cairan b/d Keseimbangan dan dan kebutuhan penggantian
kehilangan cairan cairan adekuat pengeluaran cairan.
melalui gaster, Kriteria hasil: cairan 2. Muntah berkepanjangan,
muntah distensi 2. Awasi aspirasi gaster dan pembatasan
dan hipermotilitas 1. Dibuktikan belanjutnya pemasukan oral dapat
gaster, dan oleh tanda mual/muntah, menimbulkan defisit natrium,
gangguan vital stabil kram kalium dan klorida.
pembekuan darah, 2. Membran abdomen,keja 3. Mempertahankan
peningkatan mukosa ng ringan, keseimbangan cairan dalam
metabolisme lembab kelemahan tubuh
3. Turgor kulit 3. Anjurkan 4. Protrombin darah menurun dan
baik, cukup minum waktu koagulasi memanjang
4. Pengisian 4. Kaji bila aliran empedu terhambat,
kapier baik, pendarahan meningkatkan resiko hemoragi.
5. Eliminasi yang tidak 5. Membantu dalam proses
urin normal biasa evaluasi volume cairan
6. Tidak ada contohnya 6. Mempertahankan volume
muntah pendarahan sirkulasi dan memperbaiki
pada ketidakseimbangan.
gusi,mimisan,
petekia,
melena
5. Kaji ulang
pemeriksaan
laboraturium
6. Beri cairan
IV, elektrolit,
dan vit. K

3 Resiko tinggi Tujuan: 1. Berikan 1. Perawatan oral


gangguan perawatan dapat mencegah
pemenuhan nutrisi Klien memenuh oral teratur. ketidaknyamanan karena mulut
: kurang dari i 2. Catat berat kering, bibir pecah dan bau
kebutuhan tubuh kebutuhan nutri badan saat tidak sedap yang dapat
b/d mual, muntah, si harian sesuai masuk dan menurunkan nafsu makan
gangguan dengan tingkat bandingkan klien.

14
pencernaan lemak, aktivitas dan dengan saat 2. Berat badan merupakan data
dispepsi, intake kebutuhan berikutnya yang diperlukan perawat untuk
yang tidak adekuat metabolik 3. Kaji distensi mengevaluasi perkembangan
abdomen, terapi nutrisi klien
Kriteria hasil: berhati-hati, sehingga perawat dapat
1. Klien dapat menolak menyesuaikan terhadap
menjelaskan gerak kebutuhan intervensi.
tentang 4. Pemeriksaan 3. Menunjukkan
pentingnya laboratorium/ ketidaknyamanan berhubungan
nutrisi bagi Hb- Ht- dengan gangguan pencernaan,
klien elektrolit- nyeri
2. Bebas dari Albumin. 4. Nilai laboratorium
tanda 5. Jelaskan merupakan data
malnutrisi tentang yang diperlukan perawat untuk
3. Mempertaha pengontrolan mengevaluasi
nkan berat dan keberhasilan atau keefektifan
badan stab pemberian intervensi sehingga
4. Nilai konsumsi perawat dapat menentukan
laboratoriu karbohidrat, intervensi yangsesuai bagi klie
m lemak n.
normal (Hb, (makanan 5. Pendidikan pada klien perlu
Albumin) rendah lemak dilakukan agar klien
dapat dadapadapat
mencegah klien mengerti danpaham tenta
serangan pada ngintervensi
klien dengan yangdilakukan perawatsehingd
kolelitiasis iharapkan dapat bersikap
dan adaptif.
kolesistitis), 6. Pembatasan lemak
protein, menurunkan rangsangan pada
vitamin, kandung empedu dan nyeri
mineral dan 7. Ahli gizi dapat
cairan yang menghitung kalori
adekuat. yang dibutuhkan klien menurut
6. Anjurkan aktivitas yang dilakukan klien,
mengurangi sehingga diharapakan jumlah
makanan asupan kalori yang
berlemak dan dikonsumsi klien
menghasilkan dapat memenuhi
gas kebutuhan harian,
7. Konsultasikan tidak kekurangan dan tidak
dengan ahli berlebihan.
gizi untuk 8. Kondisi tegang
menetapkan dapat menurunkan
kebutuhan nafsu makan klien,
kalori harian istirahat dapat mengurangi
dan jenis ketegangan klien
makanan yang sehingga dapat
sesuai bagi membantu klien dalam
klien. meningkatkan nafsu makan.

15
8. Anjurkan 9. Makan terlalu
klien istirahat banyak dalam satu waktu dapat
sebelum menyebabkan distensi lambung
makan, yang berakibat
9. Tawarkan ma ketidaknyamanan
kan sedikit bagi klien sehingga
namun sering. nafsu makan klien
10. Batasi asupan makin menurun.
cairan saat 10. Asupan cairan berlebih saat
makan. makan menyebabkan distensi
11. Sajikan lambung yang mengakibatkan
makanan ketidaknyamanan.
dalam 11. Makanan yang sudah dingin
keadaan menyebabkan rasa yang kurang
hangat. menyenangkan
12. Kolaborasi bagi klien sehingga
cairan IV menurunkan nafsu
makan klien.
12. Cairan glukosa IVdapat diberik
an apabila pasien benar-
benar tidak mendapatkan
asupan per-oral,
cairan glukosa IV juga dapat
menyediakan kalori
bagi klien sehingga klien tidak
mengalami kekurangan nutrisi.

4 Kurang 1. Pasien 1. Beri 1. kecemasan pasien semakin


pengetahuan b.d mampu penjelasan bekurang dengan informasi
kurangnya mengetahui pada pasien dari perawat
informasi konsep tentang 2. koordinasi dengan perawat dan
penyakit. kolesistitis. tim medis lain akan
2. Pasien 2. Kaji ulang memberikan prognosis yang
mampu prognosis, baik untuk masalah pasien
menerapkan diskusikan 3. salah dosis dan pemberian obat
pola yang perawatan dan akan memperparah kesehatan
telah pengobatan. pasien
dijelaskan. 3. Kaji ulang
program obat
dan efek
samping.

16
RENCANA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI

1. Nyeri b/d proses inflamasi 1. Memantau tingkat dan intensitasnyeri.


kandung empedu, obstruksi / 2. Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
spasme duktus, iskemia 3. Memberikan kompres hangat (hati-hati
jaringan/nekrosis dengan klien yang mengalami perdarahan)
4. Memberikan posisi yang nyaman
5. Mengkondisikan lingkungan yangtenang di
sekitar klien
6. Mencatat repons terhadap obat dan laporkan
bila nyeri tidak hilang.
7. Mengkolaborasi pemberian analgesik sesuai
program terapi.

2. Resiko tinggi kekurangan 1. Memonitor pemasukan dan pengeluaran cairan


volume cairan b/d kehilangan 2. Mengawasi belanjutnya mual/muntah, kram
cairan melalui gaster, abdomen,kejang ringan, kelemahan
muntah distensi dan 3. Menganjurkan cukup minum
hipermotilitas gaster, dan 4. Mengkaji pendarahan yang tidak biasa
gangguan pembekuan darah, contohnya pendarahan pada gusi,mimisan,
peningkatan metabolisme petekia, melena
5. Mengkaji ulang pemeriksaan laboraturium
6. Memberi cairan IV, elektrolit, dan vit. K

3. Resiko tinggi gangguan 1. Memberikan perawatan oral teratur.


pemenuhan nutrisi: kurang dari 2. Mencatat berat badan saat masuk dan
kebutuhan tubuh b/d mual, bandingken dengan saatberikutnya
muntah, gangguan pencernaan 3. Mengkaji distensi abdomen, berhati-hati,
lemak,dispepsi, intake yang menolak gerak
tidak adekuat 4. Memeriksakan laboratorium/Hb- Ht-elektrolit-
Albumin.
5. Menjelaskan tentang pengontrolan dan
pemberian konsumsi karbohidrat, lemak
(makanan rendah lemak dapat mencegah
serangan pada klien dengan kolelitiasis dan
kolesistitis), protein, vitamin, mineral dan
cairan yang adekuat.
6. Menganjurkan mengurangi makananberlemak
dan menghasilkan gas
7. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk
menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis
makanan yang sesuai bagi klien.
8. Menganjurkan klien istirahat sebelummakan,
9. Menawarkan makan sedikit namunsering.

17
10. Membatasi asupan cairan saat makan.
11. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat.
12. Mengkolaborasi cairan IV

4. Kurang pengetahuan b.d 1. Memberikan penjelasan padapasien


kurangnya informasi tentangkolesistitis.
2. Mengkajiulangprognosis, diskusikan
perawatan dan pengobatan.
3. Mengkajiulangprogram obat dan efek
samping.
4. Menganjurkan pasienmenghindari makanan,
minuman

RENCANA EVALUASI

No. Diagnos Evaluasi


a
1. Gangguan rasa nyaman: S: Pasien mengatakan sudah tidak
nyeri merasa nyeri lagi di bagian perut
berhubungan dengan kanan atasnya.
duktus dan inflamasi.

O: Pasien sudah tidak menunjukkan


ekspresi nyerinya lagi.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari S: Pasien mengatakan sudah tidak


kebutuhan tubuh berhubungan merasa mual dan muntah-muntah
dengan mual, muntah, lagi.
dyspepsia, nyeri, pembatasan
masukan. O: Pasien terlihat sudah tidak muntah
lagi dan tidak menunjukkan ekspresi
mual lagi.

A: Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

3. Resiko tinggi kekurangan S: Pasien mengatakan sudah tidak mual


\

18
volume cairan dan muntah lagi.
berhubungan dengan mual,
muntah. O: Pasien terlihat lebih segar dan tidak
menunjukkan ekspresi mual dan
muntah lagi.

A:Masalah teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

I. DISCHARGE PLANNING
1. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit yang dialami
dan potensi terjadinya komplikasi lanjutan berupa kolangitis.
2. Berikan instruksi ke klien atau anggota keluarga mengenai perawatan lanjutan, tanda-tanda
adanya infeksi, rawat jalan dan jadwal perawatan berikutnya.
3. Ingatkan pasien untuk meminum obat-obatan harian yang diperlukan untuk proses
penyembuhan, serta jelaskan tujuan, dosis, jadwal, tindakan pencegahan, interaksi obat
dengan dan potensial efek samping.
4. Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, pembatasan aktivitas dan perawatan
kesehatan tindak lanjut.
5. Ajarkan klien cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang diperlukan untuk perawatan
di rumah (Black, 1997)
6. Beri tahu klien untuk melakukan diet rendah lemak dan menghindari makanan berlemak
tinggi seperti susu, gorengan, alpukat, mentega dan cokelat. Anjurkan minum cairan yang
adekuat sedikitnya 2-3 L/hari.

19
BAB II

PERENCANAAN PENGELOLAAN PASIEN

A. PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 23 Mei 2016


Nomor Kamar : 215 Bed 1
Medical Record :
Pengkajian rawat hari ke- : 2

I. IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S Nama : Ny. S
Usia : 54 th 1 bl 10 hr Usia : 50 th
Jenis Kelamin : Laki - laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Alamat : Blendukan RT 11/24
Nogotirto
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA No.Telepon :-
Status Perkawinan : Menikah Hubungan dengan pasien : Istri
Alamat : Blendukan RT 11/24 Nogotirto
No. Telepon :-

Susunan Keluarga (Genogram) :

Tn. X dgn Asma

Ny. S 50 th

Tn. S 54 th

20
I. SELF CARE
1. HEALTH DEVIATION SELF CARE REQUISITES (PENYIMPANGAN KESEHATAN
DALAM SELF CARE)
a. Pengkajian umum
Penampilan umum : Lemah
Bentuk proporsi tubuh : Sedikit Bungkuk
b. Riwayat Penyakit dan Kesehatan
Keluhan Utama : Tn. S mengatakan perutnya sakit sekali
O : setiap saat (1-2 menit)
P : cholecystitis
Q : semengkrang
R : area epigastrik
S : 7 (1-10)
T : minum promag
U : aktivitas terganggu, hingga ketika tarik nafas panjang sakit
sekali rasanya
V : ingin segera operasi supaya nyeri nya hilang
Riwayat Penyakit Sekarang : Sekitar pertengahan April 2016 Tn. S merasakan sakit di
perutnya, oleh Tn. S dikira sakit maag biasa sehingga Tn. S
minum promag dan sakit di perut sedikit berkurang. Namun
semakin hari sakit di perut Tn. S semakin parah, hingga pada
tanggal 26 Mei 2016 Tn. S merasakan mual, muntah (hanya air
yang keluar), kram otot, dan nyeri hebat di bagian perut.
Sehingga pada malam harinya keluarga membawa Tn. S ke RS
PKU Muhammadiyah Gamping, masuk IGD dilakukan
pemeriksaan USG dan di diagnosa Cholecystitis harus segera
dilakukan operasi, kemudian Tn. S dirawat di bangsal Naim
kamar 215 bed 1.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Tn. S mengatakan mempunyai penyakit maag. Dalam
kesehariannya Tn. S merokok 3 bungkus / hari dan Tn. S suka
sekali minum kopi, dalam sehari bisa lebih dari 5 gelas kopi.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Di dalam keluarga Tn. S ada yang menderita asma yaitu
bapak dari Tn. S, namun tidak ada yang menderita Hepatitis
ataupun lainnya.
Riwayat pengobatan :
- Antikoagulan : Tidak ada
- Kortikosteroid : Tidak ada
- Antihistamin : Tidak ada
- Antiplatelet : Tidak ada
- Lain-lain : Tn. S mengatakan sering sekali minum obat warung seperti
Pilkita, Bodrex, Promag

21
Analisa : pada saat dilakukan pengkajian Tn. S mengeluh nyeri di area epigastrik, nyeri ynag
dirasakan cukup mengganggu
Masalah Keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera biologis (infeksi pada duktus cystitis)

2.UNIVERSAL SELF CARE REQUISITES


TINDAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMENUHAN PERAWATAN DIRI
SECARA UMUM)
a. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Frekuensi : 24 x/menit
Irama Nafas : Teratur
Pola Nafas : Takipneu
Suara Nafas : Vesikuler
Sesak Nafas : Tidak
Sumbatan Jalan Nafas : Tidak ada
Bau Nafas : Tidak
Gangguan Pernafasan : Tidak ada
Otot Bantu Pernafasan : Perut
Bentuk Dada : Tidak Normal Jelaskan Asimetris
Alat bantu nafas : Jelaskan pasien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Alergi debu :-
Alergi udara :-
Pemeriksaan laboratorium : Nilai Rujukan :

a. Eritrosit : 4,07 jt/mm3 a. Eritrosit : 4.4 5.9 juta/ul


b. MCV : 130,5 jt/mm3 b. MCV : 80 100 fl
c. MCH : 32,9 jt/mm3 c. MCH : 22 34 pg
d. MCHC : 32,8 jt/mm3 d. MCHC : 32 36 g/dl
e. Hb : 12, 4 gr/dl e. Hb : 12.0 17.0 g/dl
f. Hematokrit : 4, 07% f. Hematokrit : 36 52 %
g. Leukosit : 14,7 rb/uL g. Leukosit : 4 10 rb/uL
h. Trombosit : 385 rb/uL h. Trombosit : 150 450 rb/uL
i. GDS : 91 mg/dl i. GDS : 70 140 mg/dl
j. PPT : 14,2 j. PPT : 11.0 170 detik
k. APTT : 42,55 k. APTT : 23 45 detik

Analisa : Tn. S mengeluh tidak bisa bernafas secara maksimal jika inspirasi maksimal
Tn. S akan merasakan nyeri yang sangat di area episgastrik, sehingga Tn. S bernafas
dengan bantuan perut. Dalam hal ini pola nafas pada Tn. S memang bermasalah, namun
pola nafas pada Tn. S dikarenakan nyeri epigastriknya, jika nyerinya teratasi maka pola
nafas pada Tn. S juga akan teratasi. Selain itu pada hasil laboratorium leukosit Tn. S
menunjukkan peningkatan, hal ini merupakan tanda adanya proses infeksi di duktus
sistikis Tn. S.

22
Masalah keperawatan : Resiko Infeksi b/d supresi respon inflamasi (peningkatan
leukosit)
b. Sirkulasi
Tekanan Darah : 96/65 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Capillary Refill Time : < 3 detik
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
Distensi Vena Jugularis : Tidak ada
Analisa : dari pemeriksaan vital sign Tn. S hasil tekanan darah 96/65 mmHg ini
termasuk rendah, menurut Tn. S biasanya jika di lakukan pemeriksaan tekanan darah
nilainya berkisar 110 mmHg. Hal ini dikarenakan saat dilakukan pemeriksaan tekanan
darah Tn. S sedang puasa
Masalah keperawatan : Tidak ada

c. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Intake Output Cairan sebelum sakit Intake Output cairan selama sakit
a. Intake : 2000 cc/hari Saat dilakukan pengkajian Tn. S
b. Jenis cairan : sedang puasa untuk persiapan operasi
1. Air putih : 1000 cc/hari pada jam 15.00 WIB, Tn. S terpasang
2. Kopi : > 5 gelas/hari Infus Ringer Laktat 20 tpm
c. Output :
Turgor kulit : sedang
Kelembapan Kulit : Tidak lembab
Suhu Kulit : Hangat, Ket :. 37 C
Warna Kulit : Sawo Matang
Tekstur Kulit : Kering
Terpasang Infus : Ya
Penggunaan Diuretik : Tidak
Gangguan Cairan : Tidak ada Gangguan Elektrolit
Rumus Kebutuhan Cairan : 2 cc/kgBB/jam
Analisa : Tn. S mempunyai kebiasaan buruk untuk intake cairan yaitu mengkonsumsi opi
> 5gelas/hari, dibandingkan air putih yang dikonsumsi setiap hari sebenarnya asupan
cairan pada Tn. S kurang, namun Tn. S tidak ada keluhan dehidrasi seperti : kulit kering,
merasa haus terus menerus, mukosa bibir kering, sering berkunang kunang
berkurangnya output urin
Masalah Keperawatan : tidak ada
d. Pemeliharaan Kebutuhan Makan dan Nutrisi
Intake Output nutrisi sebelum sakit Intake Output nutrisi selama sakit
a. Pola makan : tidak teratur 1 3 Saat dilakukan pengkajian Tn. S
kali/hari sedang puasa untuk persiapan operasi
b. Nafsu makan : kurang baik pada jam 15.00 WIB
c. Porsi makan : tidak habis

23
d. Jenis makanan :
1. Sering mengkonsumsi mie instan
2. Tn. S jarang konsumsi sayuran
karena tidak suka sayur terutama
bayam, karena takut asam urat
e. Alergi makanan : udang

Berat Badan : SMRS 49 kg MRS 49 kg


Tinggi Badan : 160 cm
IMT : 19,41 kg/m2
Nilai Normal :
Gizi Kurang : < 18
Gizi Baik : 19- 25
Gizi Lebih : 26 30
Obesitas : > 30
Kesimpulan : gizi baik
Mulut : Bersih
Lidah : Bersih
Gigi dan Gusi : Normal
Bibir : Normal
Mukosa Mulut : Lembab
Bentuk Abdomen : Normal
Adanya Luka operasi : Tidak
Nyeri Abdomen : Tidak
Perilstatik Usus : 5-35 x/mnt
Gangguan Makan : Tidak ada
Kesulitan Menelan : Tidak
Nyeri Saat Menelan : Tidak
Kebiasaan Mengunyah : < 32 kali

Analisa : Tn. S mempunyai pola makan yang tidak teratur ditambah dengan sering
konsumsi mie instan dan tidak suka sayuran. Sehingga bisa disimpulkan Tn. S
mempunyai anggapan yang salah mengenai konsumsi sayuran
Masalah keperawatan : Defisiensi Pengetahuan b/d kurang informasi (nutrisi yang baik)
e. Pemeliharaan Kebutuhan Eliminasi
Pola eliminasi sebelum sakit Pola eliminasi selama sakit
a. Frekuensi BAB : 1x/hari a. Frekuensi BAB : 1x/hari
b. Konsistensi : jika Tn. S minum air putih b. Konsistensi : lembek
yang banyak dalam sehari BAB nya c. Warna : kuning
lunak, namun jika minumnya kurang d. Bau : bau feses
BAB nya keras e. Frekuensi BAK : 4 5 x/hari
c. Warna : kuning kecoklatan f. Bau : sangat tidak enak seperti

24
d. Bau : bangkai bangkai
e. Frekuensi BAK : 4 5 x/hari g. Warna : kuning seperti teh
f. Bau : sangat tidak enak h. Nyeri saat BAK : saat BAK Tn. S
g. Warna : merah masih merasa panas
h. Nyeri saat BAK : Saat BAK Tn. S
merasa tidak puas, terasa panas
Hasil Laboratorium Urine : P
Nilai Rujukan :
a. Warna : kuning a. Warna : jernih-kuning
b. Kekeruhan : jernih b. Kekeruhan : jernih
c. Berat jenis : 1.015 c. Berat jenis : 1.005 1.030
d. Protein urin : (+) d. Protein urin : negatif
e. Reduksi glukosa urin : ( - ) e. Reduksi glukosa urin : negatif
f. Bilirubin urin : (-) f. Bilirubin urin : negatif
g. Urobilinogen : normal (-) g. Urobilinogen : normal (-)
h. Ph : 6,0 h. Ph : 7,38 7,46
i. Keton : (-) i. Keton : negatif
j. Nitrit / bakteri : (-) j. Nitrit / bakteri : negatif
k. Leukosit gelap : 0-3 plp k. Leukosit gelap : 0-3 plp
l. Leukosit pucat : 2-4 sel/lpb l. Leukosit pucat : 0-5 sel/lpb
m. Eritrosit sedimen : 1-2 sel/lpb m. Eritrosit sedimen : 0-10 sel/lpb

Analisa : pola eliminasi Tn. S pada dasarnya tidak ada gangguan, hanya saja keluhan BAK
yang panas selama di rumah sakit dan adanya penurunan Ph urin Tn. S, namun dari hasil
lab juga tidak ada tanda tanda yang mengarah ke infeksi saluran kemih.
Masalah keperawatan : tidak ada

f. Pemeliharaan Keseimbangan Aktivitas dan Istirahat


Pola aktivitas sebelum sakit Pola aktivitas selama sakit
a. Aktivitas sehari hari : bertani dan a. Aktivitas sehari hari : hanya
kerja dengan sistem shift berbaring dan duduk di tempat
b. Olahraga : tidak pernah tidur
c. Gang. Pada sistem pernafasan dan b. Olahraga : tidak pernah
kardiovaskuler: tidak ada c. Gang. Pada sistem pernafasan dan
kardiovaskuler: tidak ada, hanya
merasa sesak karena menahan
nyeri di perut

Pengkajian Aktifitas :
Ektremitas Atas
Atrofi ekstremitas atas : Tidak
Kelainan ekstremitas atas : Simetris
Oedema : Tidak
Adanya deformitas : Tidak
Nyeri sendi : Tidak
Ekstremitas bawah
Atrofi ekstremitas bawah : Tidak

25
Kelainan ekstremitas bawah : Simetris
Oedema : Tidak
Adanya deformitas : Tidak
Nyeri Sendi : Tidak
Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Kekuatan Otot : Ka Ki Ekstremitas Atas
Ka Ki Ekstremitas Bawah
( ) 5 ; Pasien mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh, mampu
melawan gaya gravitasi dengan tahanan penuh (normal).
( ) 4 ; Pasien mampu menggerakkan persendian dengan melawan gaya gravitasi,
mampu melawan dengan tahanan sedang (Baik).
( ) 3 ; Pasien hanya mampu melawan gaya gravitasi (sedang).
( ) 2 ; Pasien tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakan pasif) (buruk).
( ) 1 ; Kontraksi otot dapat dipalpasi tetapi tanpa gerakan persendian (sedikit).
( ) 0 ; Tidak ada kontraksi otot (tidak ada).

Analisa : Tn. S tidak mengalami kesulitan saat beraktivitas sebelum maupun selama sakit,
Tn. S hanya merasakan tidak bisa nafas dalam karena menahan nyeri di perutnya sehingga
Tn. S hanya tiduran atau duduk ditempat tidur saja
Masalah keperawatan : tidak ada

Pengkajian Istirahat :
Di Rumah Di Rumah Sakit
Waktu tidur : Siang : Tn. S jarang tidur siang Waktu tidur : Siang : -
Malam : 22.00 23.00 Malam : 22.00 01.00
Jumlah Jam tidur : Jumlah Jam Tidur : 3 jam
Tn. S jumlah jam tidur tidak tentu, karena pasien bekerja
Dengan shift malam

Masalah di RS : Sering bangun jika merasa nyeri tetapi pasien merasa lebih mempunyai
banyak waktu tidur dibandingkan dengan sebelum sakit hal ini disebabkan oleh
kesibukan pekerjaan klien
Kepuasan tidur (apakah pasien merasa puas setiap kali bangun tidur?) : Ya

Analisa : karena sistem kerja Tn. S adalah shift pagi, sore dan malam membuat jam tidur
Tn. S tidak teratur, namun walaupun hanya tidur selama 3 jam Tn. S merasa puas ketika
bangun tidur. Saat di rumah sakit Tn. S merasa waktu tidurnya lebih sering walaupun
terkadang bangun karena nyeri di perutnya, jika nyerinya teratasi maka Tn. S tidak ada
masalah dengan nyerinya dan Tn. S merasa cukup tidurnya di rumah sakit
Masalah keperawatan : tidak ada

26
g. Kemampuan Perawatan Diri :
Skala Kebutuhan Aktivitas Menurut Indeks Barthel
No. Dengan Mandiri
Kriteria
bantuan
Skor
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau 10 15
sebaliknya
3. Personal toilet ( cuci muka, menyisir rambut, 0 5
menggosok gigi)
4. Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian, menyeka 5 10
tubuh, menyiram)
5. Mandi 0 5
6. Jalan di permukaan datar 10 15
7. Naik turun tangga 5 10
8. Mengenakan pakaian 5 10
9. Kontrol Bowel (BAB) 5 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10
Jumlah 50 100

Keterangan :
a) Mandiri : 100
b) Partial : 55 95
c) Total : 50

Analisa : Walaupun Tn. S merasakan sakit di perutnya mengganggu namun Tn. S bisa
melakukan aktivitas secara mandiri
Masalah keperawatan : tidak ada

3. DEVELOPMENTAL SELF CARE REQUISITES


a. Pola Nilai Kepercayaan
Pelaksanaan Ibadah : Tidak Rutin
Analisa : Tn. S jarang melakukan sholat 5 waktu walaupun sudah tahu itu merupakan
kewajiban
Masalah keperawatan : Hambatan Religiositas b/d krisis spiritual

b. Pola Peran Hubungan dan Komunikasi


Hubungan dengan orang lain : Baik
Sistem pendukung : Keluarga
Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : tidak ada
Apakah dapat pasien berinteraksi dengan orang lain : Ya
Apakah pasien memiliki hubungan yang baik dengan : Ya
27
tetangga dan masyarakat?
Analisa : dalam menjalani kehidupan Tn. S memiliki hubungan dengan keluarga dan
mampu beradaptasi dengan baik
Masalah keperawatan : tidak ada

c. Pola Koping
Masalah Utama : Penyakit
Kehilangan perubahan peran yang : Tidak
terjadi sebelumnya
Apakah pasien merasa kecewa : Tidak Jelaskan: pasien mengatakan sakit itu
datangnya dari Allah
dengan keadaannya saat ini?
Kemampuan adaptasi : Tn. S mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah
sakit, hal ini dibuktikan bahwa Tn. S tidak merasa terganggu dengan lingkungan, selain
itu Tn. S tidak mempermasalahkan keadaan sakitnya.
Analisa : walaupun Tn. S jarang melakukan ibadah sholat 5 waktu, Tn. S menganggap
sakitnya ini sebagai sebuah cobaaan dari Allah swt
Masalah Keperawatan : tidak ada
d. Reproduksi
Genetalia Pria
Mampu ereksi dan orgasme : Ya
Andropouse : Tidak
Masalah keperawatan : tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik secara Sistemik (Head to Toe)


1) Kulit
Warna kulit : sawo matang
Distribusi rambulit kulit rata
Turgor kulit baik, kulit lembab, teraba hangat
2) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, distribusi warna rambut hitam dan putih, kulit kepala bersih
Mata : pupil isokor kanan-kiri, konjungtiva tak anemis
Telinga : bentuk telinga tidak ada kelaianan, terdapat sedikit serumen
Hidung : tidak teraba deformitas pada tulang hidung, distribusi rambut hidung rata, tidak
ada polip dan bersih
Mulut : membran mukosa lembab
3) Leher
Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
4) Tengkuk
28
Tidak ada kaku kuduk
5) Pemeriksaan Fisik Dada
a) Inspeksi
Paru kanan dan kiri tampak tak simetris
b) Perkusi
Saat di palpasi antara paru kanan dan kiri tidak simetris
c) Palpasi
Redup di semua lapang paru
d) Auskultasi
Suara nafas vesikuler
6) Pemeriksaan Fisik Abdomen

Nyeri area epigastrik

a) Inspeksi
Abdomen Tn. S tampak menegang
b) Auskultasi
Peristaltik 12x / menit
c) Perkusi
Hipertimpani
d) Palpasi
Ada nyeri tekan di area epigastrik, Murphy sign (+), terdapat ascites, redup di kuadran
kanan bawah

Analisa : adanya nyeri di area epigastrik dan saat inspeksi abdomen tampak
menegang sebagai perlindungan diri Tn. S terhadap nyeri yang dirasakan
Masalah Keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera biologis (infeksi pada duktus
cystitis)

7) Ekstremitas
a) Atas

29
Pergerakan tangan kanan-kiri bebas, jumlah jari lengkap, terpasang infus di tangan
kiri
b) Bawah
Pergerakan kaki kanan-kiri bebas, jumlah jari lengkap
5 5

5 5
5. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Tn. S mengatakan jika ada anggota keluragnya yang sakit beli obat di apotek terlebih
dahulu, jika tidak ada perubahan dalam kondisi baru di bawa ke Rumah Sakit
2) Pola hubungan
Tn. S dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga selalu terbuka, begitu juga dalam
pengambilan keputusan, sehingga dalam keluarga Tn. S terjalin hubungan yang harmonis

3) Koping atau toleransi stres


Tn. S mengatakan jika ada masalah di dalam keluarga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan NY. S, kemudian baru di diskusikan dengan anak - anaknya

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya


Tn. S dan keluarga sudah paham mengenai penyakit yang di derita Tn. S, karena sudah
dijelaskan oleh dokter dan memahami kenapa harus segera dilakukan operasi pada Tn. S.
Namun Tn. S dan keluarga belum memahami bagaimana cara perawatan post operasi
nanti dan nutrisi yang baik.

5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Tn. S menyatakan tidak ada makhluk yang sempurna, tetapi Tn. S sangat
bersyukur dengan bentuk tubuh dan kondisi fisiknya saat ini
b) Harga Diri
Tn. S menganggap dirinya adalah kepala keluarga tetapi Tn.S tidak menuntuk
harus selalu dipandang tinggi dalam keluarganya. Menurut Tn.S saling
menghargai dalam keluarga adalah pilihan terbaik

c) Peran Diri

30
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan bertanggungjawab dalam
menafkahi keluarga sedangkan pengambilan keputusan tidak selalu bergantung
pada Tn. S karena pola komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi dua
arah dan siapa saja boleh mengambil keputusan dengan syarat dapat
dipertanggungjawabkan
d) Ideal Diri
Tn. S berharap bisa segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa. Tn. S
menganggap sakitnya hanya sebagai ujian dari Allah
e) Identitas Diri
Tn. S merasa sangat puas dengan pekerjaannya sebagai satpam dan buruh tani.
Tn.S juga merasa dihargai oleh keluarga, saudara dan lingkungan sekitar.
6) Seksual
Tn. S mengatakan sudah jarang berhubungan suami istri dengan Ny. S walaupun
Ny. S belum menopause

7) Nilai
Tn. S mengatakan Sholat yang dilakukan belum 5 waktu. Tn. S juga meyakini
bahwa dengan mengingat Allah swt di dalam hati sudah sama halnya dengan sholat

Analisa :
a) Walaupun dokter sudah menjelaskan mengenai kondisi Tn. S namun Tn. S dan
keluarga belum memahami kenapa sakitnya bisa terjadi dan bagaimana perawatan
post operasi nanti
b) Tn. S sudah memahami bahwa sholat 5 waktu itu wajib bagi umat islam namun
selama ini belum dilakukan 5 waktu, dan mempunyai keyakinan yang kurang benar
soal ibadah sholat 5 waktu
Masalah Keperawatan :
a) Defisiensi Pengetahuan b/d kurang informasi (mengenai penyakit dan perawatan post
operasi)
b) Hambatan Religiositas b/d krisis spiritual

b. Aspek Lingkungan Fisik


Keluarga Tn. S tinggal di wilayah pedesaan, dengan ventilasi di dalam rumah sangat
cukup. Namun di belakang rumah Tn. S terdapat tempat pembuangan sampah warga,
Ny. S selalu membersihkan area tersebut dengan membakar sampah-sampahnya.

31
I. Pemeriksaan Radiologi
Hari/tgl Jenis Pemeriksaan Interpretasi
18 Mei USG Abdomen Atas dan Telah dilakukan pemeriksaan USG upper lower
2016 Bawah abdomen dengan klinis Cholecystitis acut, hasil :
Hepar : ukuran dan echostruktur normal,
permukaan licin, sudut lobus sinistra lancip,
sistema bilier dan vaskuler intrahepatal tak
prominen, tampak lesi hipoechoic inhomogen
di lobus dextra, tepi licin, bentuk bulat,
ukuran kl 3,8 cm x 4,6 cm
Lien : ukuran dan echostruktur normal, tak
tampak massa/nodul
VF : ukuran normal, dinding menebal ukuran
kl 3,4 mm, tak tampak massa/batu
Pankreas : ukuran dan echostruktur normal,
tak massa/nodul
Ren dextra dan sinistra : ukuran dan
echostruktur normal, SPC tak melebar, tak
tampak massa/batu
VU : terisi cairan optimal, dinding licin,
menebal kl 4,5 mm, tak nampak massa/batu
Prostats : tampak dan echostruktur normal,
tak tampak massa/kalsifikasi
Kesan :
Massa hipoechoic inhomogen di lobus dextra
hepar
Cholecystitis acut
Gastritis kronis
Cystitis acut
Saran :
CT scan abdomen
23 Mei Rontgen Thorax Thorax Dewasa S CR
2016 Pulmo dan Besar COR normal
EKG Sinus ritme
23 Mei
2016

II. Terapi Obat


Hari/tgl Obat Dosis dan satuan Rute
23 Mei Ceftriaxon 1 gr/12 jam IV
2016 Infus RL 20 tpm IV

32
B. PATHWAY PASIEN

C. ANALISIS DATA
NO ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH
1. Data Subjektif : Agen cedera biologis Nyeri akut
(infeksi duktus
Tn. S mengatakan
cystitis)
perutnya sakit sekali
O : setiap saat (1-2 menit)
P : cholecystitis
Q : semengkrang
R : area epigastrik
S : 7 (1-10)
T : minum promag
U : aktivitas terganggu,
hingga ketika tarik nafas
panjang sakit sekali rasanya
V : ingin segera operasi
supaya nyeri nya hilang

Data Objektif :
Tn. S tampak menahan
nyeri dengan duduk tegak
Abdomen Tn. S tampak
menegang
TD : 96/65 mmHg
Nadi : 96 x/m
RR : 24 x/m
2. Data Subjektif : Kurangnya informasi Defisiensi
mengenai : nutrisi Pengetahuan
Tn. S mengatakan tidak
yang baik, proses
suka sayuran terutama
perawatan post
bayam karena takut
operasi dan penyakit
terkena asam urat dan
lebih suka makan mie
instan
Tn. S dan keluarga
mengatakan dokter sudah
menjelaskan bahwa
penyakitnya harus segera
di operasi, namun
mengenai prognosis

33
penyakit dan perawatan
post operasi belum
dijelaskan
Data Objektif :
Tn. S tampak ragu ragu
menjawab saat ditanya
mengenai kebiasaan
makan
Keluarga dan Tn. S
tampak bingung saat
ditanya mengenai
perawatan post oerasi
3. Data Subjektif : Krisis spiritual Hambatan
Religiositas
Tn. S mengatakan
beragama islam
Tn. S mengatakan jarang
melakukan sholat 5 waktu
Tn. S mengatakan bahwa
dengan mengingat Allah
swt di dalam hati sudah
merupakan ibadah
Data Objektif :
Tn. S tampak enggan
ketika ditanya soal sholat
4. Data Subjektif : - Supresi respons Risiko Infeksi
inflamasi
Data Objektif :
(peningkatan leukosit)
Leukosit : 14,7 rb/uL
Dari hasil USG di
dapatkan adanya cystitis
akut dan cholecystitis akut

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut b/d agen cedera biologis (infeksi duktus cystitis)
2. Defisiensi Pengetahuan b/d Kurangnya informasi mengenai : nutrisi yang baik, proses
perawatan post operasi dan penyakit
3. Hambatan Religiositas b/d krisis spiritual
4. Resiko Infeksi b/d Supresi respons inflamasi (peningkatan leukosit)

34
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/
DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
Tgl/ Jam
Selasa 24 Nyeri Akut b/d agen cedera Pain Management
NOC :
Mei 2016 biologis (infeksi duktus cystitis)
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
ditandai dengan : Pain Level
Jam 14.00 komperhensif meliputi : lokasi, karakteristik,
WIB Data Subjektif : Pain Control durasi, frekuensi, ualitas dan faktor presipitasi
Tn. S mengatakan perutnya Comfort Level 2. Observasi rekasi nonverbal dari
sakit sekali ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan
O : setiap saat (1-2 menit) keperawatan selama ... x 24 jam nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
P : cholecystitis dapat teratasi dengan kriteria hasil : mengetahui pengalaman nyeri pasien
Q : semengkrang
Mampu mengontrol nyeri (tahu 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
R : area epigastrik penyebab nyeri, mampu 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
S : 7 (1-10) menggunakan teknik nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
T : minum promag nonfarmakologi untuk mengurangi kebisingan
U : aktivitas terganggu, hingga nyeri, mencari bantuan)
6. Lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
ketika tarik nafas panjang sakit Melaporkan nyeri berkurang dari farmakologi dan interpersonal)
sekali rasanya skala 7 menjadi 5 dengan
V : ingin segera operasi supaya menggunakan manajemen nyeri 7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri nya hilang Mampu mengenali nyeri (skala, 8. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan
intensitas,frekuensi dan tanda tindakan nyeri tidak berhasil
Data Objektif : nyeri)

Tn. S tampak menahan nyeri Menyatakan rasa nyaman setelah


dengan duduk tegak nyeri berkurang

Abdomen Tn. S tampak


menegang
TD : 96/65 mmHg
Nadi : 96 x/m
RR : 24 x/m

35
Selasa 24 Defisiensi Pengetahuan b/d Teaching : disease process
NOC ;
Mei 2016 kurangnya informasi mengenai :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
nutrisi yang baik, perawatan post Knowledge : disease process
Jam 14.00 pasien tentang proses penyakit yang spesifik
operasi dan proses penyakit
WIB Knowledge : health behaviour 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
ditandai dengan :
Setelah dilakukan tindakan bagaimana hal ini berhubungan dengan
Data Subjektif :
keperawatan selama ... x 24 jam anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Tn. S mengatakan tidak suka diharapkan pengetahuan pasien terkait 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
sayuran terutama bayam karena penyakitnya dapat bertambah dengan muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
takut terkena asam urat dan kriteria hasil :
lebih suka makan mie instan 4. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan
Pasien dan keluarga menyatakan cara yang tepat
Tn. S dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
dokter sudah menjelaskan kondisi, prognosi dan program 5. Sediakan informasi pada pasien tentang
bahwa penyakitnya harus segera pengobatan kondisi, dengan cara yang tepat
di operasi, namun mengenai
Pasien dan keluarga mampu 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
prognosis penyakit dan mungkin diperlukan untuk mencegah
melaksanakan prosedur yang
perawatan post operasi belum komplikasi di masa yang akan datang atau
dijelaskan secara benar
dijelaskan proses pengontrolan penyakit
Data Objektif : Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang 7. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
Tn. S tampak ragu ragu dijelaskan perawat/tim kesehatan untuk melaporkan pada pemberi perawatan
menjawab saat ditanya lainnya kesehatan, dengan cara yang tepat
mengenai kebiasaan makan 8. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
Keluarga dan Tn. S tampak komunitas lokal, dengan cara yang tepat
bingung saat ditanya mengenai
perawatan post operasi

36
Selasa 24 Hambatan Religiositas b/d krisis Increasing Religion Ritual
NOC :
Mei 2016 spiritual ditandai dengan :
1. Identifikasi keinginan pasien terhadap ekspresi
Spiritual Health
Jam 14.00 Data Subjektif : keagamaan (beribadah sholat 5 waktu,
WIB Setelah dilakukan tindakan berpuasa)
Tn. S mengatakan beragama
keperawatan selama ... x 24 jam
islam 2. Dukung penggunaan dan partisipasi dalam
diharapkan pasien tidak hambatan
ritual keagamaan yang biasa dilakukan
Tn. S mengatakan jarang dalam beribadah dengan kriteria hasil :
melakukan sholat 5 waktu 3. Perlakukan individu dengan rasa hormat dan
Pasien mampu meningkatkan bermartabat
Tn. S mengatakan bahwa kualitas keyakinannya
dengan mengingat Allah swt di 4. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
Pasien mampu untuk berdoa berbagai sistem kepercayaan dan pandangan
dalam hati sudah merupakan
ibadah Pasien mampu untuk beribadah dunia
(sholat 5 waktu) 5. Koordinasikan dan sediakan transportasi ke
Data Objektif :
tempat ibadah
Tn. S tampak enggan ketika ditanya
soal sholat 6. Eksplorasi alternatif untuk beribadah
7. Dorong diskusi mengenai minat terhadap
keagamaan
8. Dengarkan dan kembangkan perasaan
mengenai waktu untuk beribadah
9. Rujuk pada penasehat keagamaan sesuai
pilihan pasien

37
Selasa 24 Resiko Infeksi b/d supresi respon Infection Protection
NOC :
Mei 2016 inflamasi (peningkatan leukosit)
1. Monitor hitung granulosit, leukosit
ditandai dengan : Knowledge : Infection control
Jam 14.00
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
WIB Data Subjektif : - Risk Control
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang
Data Objektif : Setelah dilakukan tindakan beresiko
keperawatan selama ... x 24 jam
Leukosit : 14,7 rb/uL 4. Dorong masukan nutrisi yang cukup
pasien terbebas dari resiko infeksi
Dari hasil USG di dapatkan dengan kriteria hasil : 5. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
adanya cystitis akut dan
Menunjukkan kemampuan untuk sesuai resep
cholecystitis akut
mencegah timbulnya infeksi 6. Berikan antibiotik bila perlu
Jumlah lekosit dalam batas normal
(4 10 rb/uL)

38
F. RENCANA EVALUASI

NO. DIAGNOSA EVALUASI


1 Nyeri Akut b/d agen cedera biologis (infeksi duktus S : Tn. S mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi di bagian perut kanan
cystitis) atasnya.
O:
a) Tn. S menyatakan mampu mengontrol nyeri post operasi (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
b) Tn. S dapat melaporkan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 5 dengan
menggunakan manajemen nyeri
c) Tn. S mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda
nyeri)
d) Tn. S menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
A: Masalah nyeri akut pada Tn. S teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Defisiensi Pengetahuan b/d kurangnya informasi
S : Tn. S dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
mengenai : nutrisi yang baik, perawatan post operasi
prognosis dan program pengobatan pada pasien dengan kolesistitis
dan proses penyakit
O:
a) Tn.S dan keluarga mampu melaksanakan prosedur terkait penyakit yang
dijelaskan secara benar
b) Tn. S dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
A : Masalah defisiensi pengetahuan pada Tn. S teratasi
P : Intervensi dihentikan

39
3 Hambatan Religiositas b/d krisis spiritual S : Tn. S mampu menjelaskan makna ibadah dan melakukannya dengan
rutin
O:
a) Tn S mampu meningkatkan kualitas keyakinannya
b) Tn. S mampu untuk berdoa
c) Tn. S menyatakan sudah melaksanakan sholat 5 waktu
A : Massalah hambatan Religiusitas pada Tn. S teratasi
P : Intervensi dihentikan
4 Resiko Infeksi b/d supresi respon inflamasi S : tidak terjadi infeksi pada tn. S
(peningkatan leukosit)
O:
a) Tn. S menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
b) Jumlah lekosit pada Tn. S dalam batas normal (4 10 rb/uL)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.

40
BAB III

PEMBAHASAN

41
KESIMPULAN

KESIMPULAN

1. Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan dan demam.
2. Berdasarkan penyebabnya, kolesistitis terbagi menjadi kolesititis kalkulus dan
akalkulus. Berdasarkan onsetnya, terbagi menjadi kolesistitis akut dan kronik.
3. Diagnosis kriteria untuk kolesititis dapat digunakan berdasarkan Tokyo guidelines.
4. Terapi kolesistitis meliputi istirahat saluran cerna, diet rendah lemak, pemberian
analgesik, pemberian antibiotik profilaksis, dan terapi pembedahan berupa
kolesistektomi.
5. Pemberian terapi lebih awal dan adekuat berperan dalam mencegah terjadinya
komplikasi kolesistitis seperti gangren, empiema, emfisema, perforasi kandung
empedu, abses hati, peritonitis, dan sepsis.

SARAN

1. Perlunya pengenalan dan pemahaman tanda dan gejala kolesistitis yang lebih baik
sehingga diagnosis kolesistitis dapat ditegakkan lebih cepat dan tepat.
2. Perlunya pemberian terapi yang adekuat dan tepat sesuai dengan kondisi pasien
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi dan mencegah terjadinya
komplikasi kolesistitis

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati


S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.
2. Steel PAD, Sharma R, Brenner BE, Meim SM. Cholecystitis and Biliary Colic in
Emergency Medicine. [Diakses pada: 1 Juni 2011]. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1950020-overview.
3. Bloom AA, Amin Z, Anand BS. Cholecystitis. [Diakses pada: 1 Juni 2011]. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol 1. Edisi
keempat. Jakarta: EGC, 1994.
5. Shojamanesh H, Roy PK, Patti MG. Acalculous Cholecystitis. [Diakses pada: 1 Juni
2011]. http://emedicine.medscape.com/article/187645-overview.
6. Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Yoshida M, Mayumi T, Sekimoto M et al.
Background: Tokyo guidelines for the management of acute cholangitis and cholecystitis.
J Hepatobiliary Pancreat Surgery 14; 2007. p. 1-10.
7. Vogt DP. Gallbladder disease:An update on diagnosis and treatment. Cleveland Clinic
Journal of Medicine vol. 69 (12); 2002.
8. Miura F, Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Wada K, Hirota M, et al. Flowchart for the
diagnosis and treatment of acute cholangitis and cholecystitis: Tokyo Guidelinex. J
Hepatobiliary Pancreat Surgery 14; 2007. p. 27-34.
9. Khan AN, Karani J, Patankar TA. Acute Cholecystitis Imaging. [Diakses pada: 1 Juni
2011]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/365698-overview.
10. Strasberg SM. Acute Calculous Cholecystitis. N Engl J Med 358 (26); 2008.
11. Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi, ed. 6. Alumni : Bandung

12. Mitchel, Richard N. 2008. Buku saku dasar keperawatan patologis Robbins &
Cotran Ed.7. Jakarta: EGC

13. Smeltzer, S& Brunner Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

43
14. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 2. Jakarta EGC

15. Bloom A, Alan dkk. 2014. Cholecystisis.


http://emedicine.medscape.com/article/171886overview#a0104 .

44

Anda mungkin juga menyukai