Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air dalam 24 jam Ml/kg Berat Badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewas 2400-2600 20-30
6. Regulasi Elektrolit
Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion.
a. Kation Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi:
1) Natrium Natrium merupakan kation utama dalam CES konsentrasi normal natrium
diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke
dalam dan keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan
utama. Natrium berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran
implus, dan kontraksi otot. Fungsi utama natrium adalah untuk membantu
mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan ektrasel, dengan
menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”. Regulasi ion natrium dilakukan
dengan asupan natrium, hormon aldosteron, dan haluaran urine.
2) Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium
diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk, dan kentang. Kalium penting untuk
mempertahankan keseimbangan cairan intraseluler, mengatur keseimbangan
asam basa, serta mengatur transmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian
dengan ion kalium di tubulus ginjal.
3) Kalsium Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan
muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan thrombin.
4) Magnesium Magnesium merupakan kation kedua terbanyak di dalam intrasel.
Magnesium sangat penting untuk aktivitas enzim, eksisibilitas neurokimia dan
otot. Nilai normal magnesium adalah 1,5-2,5 mEq/lt.
b. Anion
1) Klorida Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida
berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah
95-105 mEq/l.
2) Bikarbonat Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat
di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai
normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
3) Fosfat Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya.
Selain itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat,
dan pengaturan asam- basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan
diaktifkan oleh vitamin D.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang
belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi
akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Temperatur
lingkungan Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Kondisi stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Keadaan sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
abdoment) (D.0077)
(D.0037)
C. INTERVENSI
SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI
Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
2. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan intake makanan, diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Ketidak mampuan pasien membaik dengan intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrient. kriteria hasil : 3. identifikasi makanan yang
Dibuktikan dengan : - Porsi makanan yang disukai
- Berat badan menurun dihabiskan meningkat 4. Identifikasi keburuhan kalori
minimal 10% dibawah - Diare menurun dan nutrisi
rentang ideal Kriteria - Frekuensi makan 5. Monitor asupan makanan
- Cepat kenyang setelah membaik 6. Monitor berat badan
makan - Nafsu makan membaik
- Kram/nyeri abdomen - Bising usus membaik Terapeutik
- Nafsu makan menurun 7. Berikan makanan secara
- Bising usus hiperaktif menarik dan suhu yang sesuai
- Otot pengunyah lemah 8. Berikan makanan tinggi kalori
- Otot menelan lemah dan protein
- Membrane mukosa
pucat
Edukasi
9. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang
dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu
3. D.0077 Setelah dilakukan Observasi
Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis
Edukasi
5. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan menghidari posisi
mendadak
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL)
8. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak
6. D.0037 Setelah dilakukan Observasi
Risiko ketidakseimbangan intervensi keperawatan
elektrolit berhubungan diharapkan 1. Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan 2. Monitor BB harian
dengan ketidakseimbangan
cairan elektrolit
cairan. meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil :
3. Catat intake dan hitung
- Asupan cairan belance cairan
meningkat 4. Berikan asupan cairan sesuai
- Haluaran urin kebutuhan
meningkat 5. Pasang jalur IV, jika perlu
- Edema menurun
- Asites menurun
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
diuretic
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dalam masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
PATHWAY
Gastroenteritis / Diare
Distensi
Kehilangan cairan Abdomen
Hipovolemia Agen Mual, muntah
aktif/dehidrasi
D.0023 periogenik
Nyeri Akut
Resiko Nutrisi tidak
Ketidakseimbangan D.0077 Demam adekuat
Intoleransi
elektrolit
aktivitas
Hipertermia Defisit Nutrisi
D.0037
D.0056
D.0130 D.0019
DAFTAR PUSTAKA
Haswita & Reni S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam
15.00)
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan