Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELETROLIT

I. KONSEP KEBUTUHAN DASAR (CAIRAN & ELEKTROLIT)


1. PENGEERTIAN
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh
bagian tubuh. (Haswita & Reni, 2017).
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam tubuh berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan dan fungsi semua sistem tubuh keseimbangan ini
dipertahankan melalui asupan dan keluaran cairan dan elektrolit, penyebarannya dalam
tubuh serta diatur melalui sistem perkemihan dan pernapasan. Keseimbangan cairan
adalah keseimbangan antara cara masukan dan keluaran cairan.

Tabel 1.1 Kebutuhan cairan berdasarkan umur dan berat badan

Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air dalam 24 jam Ml/kg Berat Badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewas 2400-2600 20-30

2. Fungsi cairan dan elektrolit


a. Fungsi air (cairan) bagi tubuh adalah
1) Pembentuk sel dan cairan tubuh. Air ditemukan di setiap sel, jaringan, dan
kompartemen tubuh.
2) Sebagai pengatur suhu tubuh. Melalui penguapan keringat di kulit dan udara
nafas, serta pelarut zat-zat dalam tubuh (zat gizi, gas, sisa metabolisme).
3) Media reaksi kimia metabolisme berlangsung. Media transportasi zat gizi dan
oksigen (gas dalam darah).
4) Air sebagai makronutrient Air terlibat dalam seluruh reaksi hidrolisis protein,
karbohidrat, dan lemak. Air juga diproduksi dari hasil metabolisme oksidatif yang
berisi substrat hidrogen.
5) Air berfungsi sebagai pelumas dan bantalan pada persendian
6) Media pengeluaran racun dan sisa metabolisme.
7) Pengaturan keseimbangan elektrolit Air menjaga volume vaskuler dan sirkulasi
darah yang berperan penting dalam fungsi seluruh organ dan jaringan tubuh.
b. Fungsi mineral (elektrolit) bagi tubuh adalah :
1) Mempetahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh
2) Komponen senyawa tubuh yang esensial
3) Sebagai katalis reaksi reaksi biologis
4) Memelihara keseimbangan air dalam tubuh
5) Transmisi impuls saraf
6) Mengatur kontraktilitas otot.
7) Pertumbuhan jaringan tubuh. (Hardinsyah, 2016)

3. Komponen utama cairan dan eletrolit


a. Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70% dari
total cairan tubuh (total body water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh
atau dari TBW. Sisanya, yaitu TBW atau 20% berat tubuh, berada di luar sel yang
disebut sebagai cairan ekstraseluler (CES).
b. Cairan ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun 30% dari total
cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisal, dan cairan
transeluler. Cairan interstisal terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah, cairan
serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya
terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan
keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal,
tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan adalah: anion dan kation.

4. Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termaksud air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang
cairan, membran, sistem transport, enzim, dan tonisitas. Serkulasi cairan dan elektrolit
terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah bergerak diseluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi. Kedua, cairan interstisal dan komponennya bergerak diantara kapiler darah
dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel.
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
a. Difusi
Difusi madalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsektrasi rendah dengan melintasi membran semipermiaber. Pada proses ini,
cairan dan elektrolit masuk melintasi membran yang memisahkan dua kompartemen
sehingga konsentrasi di kedua komparteen itu seimbang. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperature larutan.
a) Ukuran molekul. Molekul yang ukurannya lebih besar cenderung bergerak lebih
lambat dibandingkan molekul yang ukurannya kecil.
b) Konsentrasi larutar. Larutan berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat
dibandingkan larutan berkonsentrasi rendah.
c) Temperatur larutan. Semakin tinggi temperatur larutan, semakin besar kecepatan
difusinya.
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membran semi- permiabel dari area
berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini,
cairan melintasi membran untuk mengencerkan larutan yang berkonsentrasi tinggi
sampai diperoleh keseimbangan pada kedua sisi membran. Perbedaan osmotik 32 ini
salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran
molekulnya yang besar, protein tidak dapat bebas melintasi membran plasma.
Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik)
sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravascular.
c. Transport Aktif
Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membran sel melawan gradien konsentrasinya. Dengan kata lain,
transport aktif adalah gerakan pertikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosin
trifosfat (ATP), ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan
kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa
natrium-kalium.

5. Pengatur Keseimbangan dan cairan


Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik
(ADH), hormone aldosteron, prostaglin, dan glukokortikoid.
a. Rasa haus
Rasa haus adlah keinginan yang disadari terhadap kebutuhan cairan. Rasa haus
biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. osmoreseptor
yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan
osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut
dan sensai rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah
sebagai berikut:
1) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya
menghasilkan angiotesin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensai haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
3) Rasa haus dapat dapat diinduksi oleh kekeringan lokal pada mulut untuk akibat
status hiperosolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
b. Hormon ADH
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisi pada
hipofisi posterior. Stimulasi utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada
kondisi stress, trauma, pembedaha, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis
anestetik dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan
ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin karena mempunyai efek
vasokontriksi minor pada arteroil yang dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Hormon aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium
serum, dan sistem rennin-angiotensin.
d. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat dibanyak jaringan dan
berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan
motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
resorpsi natrium.
e. Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan air sehingga memperbesar
volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar
glikokortikoid mengakibatkan perubahan pada kesimbangan volume darah.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan
haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapar terjadi melalui
beberapa organ, yakni kulit, peru-paru, pencernaan, dan ginjal.
1) Kulit
Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang
asktivitas kelenjar otot, temperatur lingkuan yang tinggi, dan kondisi demam.
Pengeluaran cairan 35 melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water loss
(IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui kulit berkisar 15-20 ml/24jam atau 350-400 ml/hari.
2) Paru-paru
Meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru-paru merupakan suatu
bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas karena
pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
3) Pencernaan
Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan
setiap harinya berkisar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap
kenaikan suhu 1oC.
4) Ginjal
Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan yang utama pada tubuh. Pada
individu dewasa, ginjal mengekskresi sekitar 1500 ml/hari.

6. Regulasi Elektrolit
Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh adalah kation dan anion.
a. Kation Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi:
1) Natrium Natrium merupakan kation utama dalam CES konsentrasi normal natrium
diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke
dalam dan keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan
utama. Natrium berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran
implus, dan kontraksi otot. Fungsi utama natrium adalah untuk membantu
mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan ektrasel, dengan
menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”. Regulasi ion natrium dilakukan
dengan asupan natrium, hormon aldosteron, dan haluaran urine.
2) Kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium
diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk, dan kentang. Kalium penting untuk
mempertahankan keseimbangan cairan intraseluler, mengatur keseimbangan
asam basa, serta mengatur transmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian
dengan ion kalium di tubulus ginjal.
3) Kalsium Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan
muscle, meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan thrombin.
4) Magnesium Magnesium merupakan kation kedua terbanyak di dalam intrasel.
Magnesium sangat penting untuk aktivitas enzim, eksisibilitas neurokimia dan
otot. Nilai normal magnesium adalah 1,5-2,5 mEq/lt.
b. Anion
1) Klorida Klorida temasuk salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida
berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida adalah
95-105 mEq/l.
2) Bikarbonat Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat
di cairan ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai
normal bikarbonat adalah 22-26 mEq/l.
3) Fosfat Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat
berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga keutuhannya.
Selain itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular, metabolisme karbohidrat,
dan pengaturan asam- basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon paratiroid dan
diaktifkan oleh vitamin D.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang
belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi
akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Temperatur
lingkungan Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter
per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Kondisi stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Keadaan sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

8. MACAM-MACAM GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT


a. Hiponatremia dan hypernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak.
Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis,
serta asidosis metabolic
b. Hipokalemia dan hyperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium
tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma.
Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan
bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang.
Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan
motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis.
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l.
Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih,
malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan
gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi
e. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara khusus,
kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan,
seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala
yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan,
kekacauan mental, kram, dan pusing.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat,
dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi
akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda
dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, 48 parestesia, kelemahan otot, serta
gejala neurologis yang tersamar.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang
perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan
pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi.
Pada pasien DBD pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE
tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10
kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE tersebut
adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih adalah GE
persisten.
b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti suhu
badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun atau tidak ada, dan
kemungkinan timbul GE. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi,
Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumya misalnya gastroenteritis
akut riwayat penggunaan obat obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit gastroenteritis
4. Pola fungsi kesehatan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan, ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien (D0019)

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas

nilai normal (D.0130)

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penekanan intra

abdoment) (D.0077)

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

(D.0037)
C. INTERVENSI

SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0130 Setelah dilakukan Observasi


Hipertermia berhubungan intervensi keperawatan 1. identifikasi penyebab
dengan proses penyakit diharapkan termogulasi hipertermia
ditandai dengan suhu tubuh membaik dengan kriteria 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. hasil : 3. monitor warna dan suhu kulit
Ditandai dengan : - menggigil membaik
- suhu tubuh diatas nilai - kejang menurun Teraupetik
normal - takikardi membaik 4. longgarkan atau lepaslan
- kejang - takipnea membaik pakaian
- takikardi - suhu tubuh membaik 5. berikan cairan oral
- takipnea - suhu kulit membaik 6. lakukan kompres dingin
- kulit terasa hangat - tekanan darah 7. sesuaikan suhu lingkungan
membaik dengan kebutuhan pasien
- ventilasi membaik
Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik
2. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan intake makanan, diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
Ketidak mampuan pasien membaik dengan intoleransi makanan
mengabsorbsi nutrient. kriteria hasil : 3. identifikasi makanan yang
Dibuktikan dengan : - Porsi makanan yang disukai
- Berat badan menurun dihabiskan meningkat 4. Identifikasi keburuhan kalori
minimal 10% dibawah - Diare menurun dan nutrisi
rentang ideal Kriteria - Frekuensi makan 5. Monitor asupan makanan
- Cepat kenyang setelah membaik 6. Monitor berat badan
makan - Nafsu makan membaik
- Kram/nyeri abdomen - Bising usus membaik Terapeutik
- Nafsu makan menurun 7. Berikan makanan secara
- Bising usus hiperaktif menarik dan suhu yang sesuai
- Otot pengunyah lemah 8. Berikan makanan tinggi kalori
- Otot menelan lemah dan protein
- Membrane mukosa
pucat
Edukasi
9. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlh
kalori dan jenis nutsisi yang
dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu
3. D.0077 Setelah dilakukan Observasi
Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai hasil : nyeri
dengan : 1. Keluhan nyri 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Tampak meringis 2. Meringis menurun verbal
3. Gelisah 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Kesulitan tidur memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

4. D.0056 Setelah dilakukan Observasi


Intoleransi aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. monitor kelelahan fisik
tirah baring, kelemahan,. diharapkan toleransi 2. identifikasi kemampuan
Dibuktikan dengan : aktivitas meningkat berpartisipasi dalam aktivitas
Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : tertentu
1. Frekuensi jantung 1. kemudahan dalam
meningkat melakukan aktivitas Teraupetik
2. Sianosis sehari-hari meningkat 3. latihan gerak pasif dan aktif
3. Mengeluh lelah 2. kekuatan tubuh bagian 4. libatkan keluarga dalam
4. Merasa tidak nyaman atas dan bawah aktivitas
setelah beraktivitas meningkat
3. keluhan lelah Kolaborasi
membaik 5. anjurkan melakukan aktivitas
4. dispneu saat aktivitas secara bertahap
menurun
5. Hipovolemi b.d kehilangan Setelah dilakukan Obsevasi
cairan aktif. intervensi keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
Dibuktikan dengan : diharapkan status cairan hypovolemia (missal
1. Frekuensi nadi pasien membaik dengan frekuensi nadi meningkat,
meningkat kriteria hasil : nadi teraba lemah, tekanan
2. Nadi teraba lemah - Turgor kulit membaik darah menurun, tekanan nadi
3. Tekanan darah - Frekuensi nadi menyempit, turgor kulit
menurun membaik menurun, membrane mukosa
4. Tekanan nadi - Tekanan darah kering, volume urin
menyempit membaik menurun,haus,lemah).
5. Turgor kulit menurun - Membrane mukosa 2. Monitor intake dan output
6. Membran mukosa membaik cairan
kering - Intake cairan membaik
7. Volume urin menurun - Output urine Terapeutik
8. Hematokrit meningkat meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
5. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan menghidari posisi
mendadak

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan
isotonis (Nacl.RL)
8. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak
6. D.0037 Setelah dilakukan Observasi
Risiko ketidakseimbangan intervensi keperawatan
elektrolit berhubungan diharapkan 1. Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan 2. Monitor BB harian
dengan ketidakseimbangan
cairan elektrolit
cairan. meningkat dengan Terapeutik
kriteria hasil :
3. Catat intake dan hitung
- Asupan cairan belance cairan
meningkat 4. Berikan asupan cairan sesuai
- Haluaran urin kebutuhan
meningkat 5. Pasang jalur IV, jika perlu
- Edema menurun
- Asites menurun
Edukasi

6. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian
diuretic

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dalam masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
PATHWAY

Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor psikis Faktor infeksi


- Karbohidrat - Makanan basi - Rasa takut - Virus
- Lemak - Alergi makanan - Cemas - Bakteri
- Protein - beracun

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran cerna


terganggu atau tidak adekuat

Terdapat zat-zat Peradangan pada Gangguan


yang tidak diserap usus mortilitas usus

Tekanan ismotik Gangguan sekresi hiperperistaltik


meningkat

Sekresi air dan


Usus tidak mampu
Reabsorbsi dalam elktrolit dalam usus
menyerap makanan
usus besar terganggu mneingkat

Gastroenteritis / Diare

BAB sering dengan Nyeri epigastrium Inflamasi saluran


konsistensi encer cerna

Distensi
Kehilangan cairan Abdomen
Hipovolemia Agen Mual, muntah
aktif/dehidrasi
D.0023 periogenik
Nyeri Akut
Resiko Nutrisi tidak
Ketidakseimbangan D.0077 Demam adekuat
Intoleransi
elektrolit
aktivitas
Hipertermia Defisit Nutrisi
D.0037
D.0056
D.0130 D.0019
DAFTAR PUSTAKA

Haswita & Reni S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.
D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam
15.00)

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai