Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SISTEM INDERA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


GALUH CIAMIS 2011 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Rabb
seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna. Memberikan
nikmat terbesaar iman dan islan yang tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat
dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya, tabiinnya, dan seluluh umatnya yang istiqomah
mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah
SWT, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
SISTEM INDRA Penyusun menyadari bahwa Makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menguncapan terima kasih kepada: 1) Ibu Tita Juita, Dra, M.Pd, M.Kes selaku
dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini. 2) Kedua orang tua kami, serta semua
pihak yang telah memberikaan semangat, ide dan bantuannya sehingga penyusun
dapat menylesaikan Makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan
ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah tak ada gading yang tak
retak, penulis akan sangat berlapang dada dan besar hati menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah
yang selanjutnya. Ciamis , Desember 2011 Penyusun DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1 1.2
Rumusan Masalah....................................................................................... 1 1.3
Tujuan Pembahasan..................................................................................... 1 BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................................
2 A. Indera Penglihat (Mata).......................................................................... 2 B.
Indera Pendengar (Telinga)........................................................................... 6 C.
Indera Peraba (Kulit).................................................................................. 10 D.
Indera Pengecap (Lidah).................................................................................. 11 E.
Indera Pembau (Hidung)................................................................................. 11
BAB III
KESIMPULAN................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 14
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat indera adalah organ yang
berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organism memiliki
reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari
dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor diberi nama berdasarkan jenis
rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima rangsang zat
kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), aodioreseptor (penerima
rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsang fisik, seperti tekanan,
sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi
mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor.
Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam
tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia.
Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam, yaitu indera penglihat(mata),
pendengar (telinga), peraba (kulit), pengecap (lidah), dan pembau (hidung). Untuk
lebih memahami kelima eksoreseptor tersebut, maka kami akan membahasnya
dalam Sistem Indera. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja bagian-
bagian yang terdapat dalam kelima alat indera tersebut? 2. Bagaimana cara kerja
dari kelima alat indera tersebut? 1.3 Tujuan Pembahasn Dari rumusan masalah
diatas, maka tujuan pembuatan makalah adalah untuk : 1. Mengetahui bagian-
bagian yang terdapat dalam kelima alat indera tersebut. 2. Mengetahui cara kerja
dari kelima alat indera tersebut. BAB II PEMBAHASAN A. Indera Penglihat
(Mata) Mata memiliki sejumlah reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar
dan warna. Selain itu terdapat otot- otot yang berfungsi sebagai penggerak bola
mata, kotak mata, kelopak mata dan bulu mata. Gambar. Struktur mata manusia 1.
Lapisan Bola Mata Bola mata memiliki garis tengah kira- kira 2,5 cm, bagian
depannya bening. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu sklera, koroid dan
retina. a) Sklera Sklera merupakan lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat
fibrosa dan berwarna putih. Fungsi lapisan ini sebagai pelindung. Disebelah luar
sclera terdapat lapisan sel- sel ephitelium yang membentuk membrane mukosa
yang disebut konjungtiva. Lapisan konjungtiva menjaga kelembapan mata.
Lapisan sclera dibagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Kornea
berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan
berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan. Lapisan konjungtiva
tidak menutupi sclera. b) Koroid Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh
jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmem.
Letaknya disebelah dalam sclera. Dibagian depan mata, lapisan koroid
memisahkan diri dari sclera membentuk iris yang tengahnya berlubang. Lubang
itu disebut orang- orangan mata atau pupil. Sinar masuk melalui pupil.
Dibelakang iris terdapat selaput berpigmen yang memancarkan warna biru, hijau,
coklat, atau hitam. Melebar atau menyempitnya pupil diakibatkan oleh kontraksi
dan relaksasinya otot yang mengelilingi iris (otot sirkuler). Jadi iris berfungsi
sebagai diafragma. Tepat dibelakang iris terdapat badan siliaris yang tersusun atas
serabut otot sirkuler dan serabut- serabut otot yang letaknya seperti jari- jari
sebuah lingkaran. Selain itu dibelakang iris terdapat sebuah lensa cembung
(bikonveks) yang diikat oleh otot- otot lensa. Badan siliaris ini berfungsi mengikat
lensa mata. Kontraksi dan relaksasi otot sirkuler pada badan siliaris menentukan
tebal- tipisnya lensa (akomodasi). Akomodasi mata berarti memfokuskan
bayangan, sedangkan kemampuan pemfokusan objek pada jarak yang berbeda
disebut daya akomodasi. Akomodasi bertujuan agar bayangan yang terjadi jatuh
tepat pada bintik kuning. Apabila melihat objek yang letaknya jauh, lensa mata
menjadi lebih pipih, tetapi jika melihat objek yang letaknya dekat, lensa mata
menjadi lebih cembung. Pengaturan kecembungan lensa ini diatur oleh otot- otot
lensa yang melingkar (otot siliaris). Saat melihat objek yang jauh otot lensa
berelaksasi, sedangkan bila melihat objek yang dekat otot lensa berkontraksi.
Lensa mata berbentuk bikonveks. Lensa mata membagi mata menjadi dua rongga,
yaitu ruangan antara kornea denga lensa (rongga muka), dan ruangan dibelakang
lensa (rongga belakang). Kedua rongga tersebut diisi cairan kental dan transparan
seperti jeli. Rongga depan berisi aqueous humour (humor berair), sedangkan
rongga belakang berisi vitreous humour (humor bening). Kedua macam cairan
tersebut berfungsi membantu memfokuskan cahaya kedalam retina. c) Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitive
terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor (fotoreseptor). Fotoreseptor
berhubungan dengan bagian badan sel- sel saraf yang serabutnya membentyuk
urat saraf optic yang memanjang sampai ke otak. Bagian lapisan retina yang
dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otak tidak memiliki reseptor dan tidak
peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali
cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Gambar. Benda dan
bayangan pada retina Gambar. Struktur retina mata 2. Reseptor Mata Pada retina
terdapat dua macam sel reseptor (fotoreseptor), yaitu sel kerucut (sel konus) dan
sel batang (sel basilus). Jika diurutkan dari arah depan ke belakang, cahaya akan
menembus melewati kornea, aqueous humour, lensa, vitreous humour, dan lapisan
retina yang mengandung sel kerucut dan sel batang. Pada retina terdapat satu
daerah yang disebut fovea atau bintik kuning yang hanya berisi sel- sel kerucut.
Penyebaran sel kerucut dan sel batang pada retina tidak merata. Dibagian tepi
(perifer) yang paling jauh dari bintik kuning hanya berisi sel batang. Gambar.
Penampang sel batang Sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap
mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak
mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita dapat melihat dimalam hari
tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan
dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel
kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi. Sehingga berperan untuk
penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna. Gambar. Sel- sel yang
berperan dalam menghantarkan impuls cahaya 3. Kelainan pada Mata Jarak titik
dekat adalah jarak terpendek antara benda atau objek dengan mata sehingga mata
masih dapat mengenali benda itu dengan jelas. Lebih pendek lagi jaraknya, mata
sudah tidak dapat mengenali benda dengan jelas. Usia seseorang dapat
menyebabkan perubahan jarak titik dekat. Pada usia anak- anak, jarak titik dekat
pendek, tetapi dengan bertambahnya usia, jarak titik dekat semakin panjang.
Sebagai perbandingan pada usia 11 tahun jarak titik dekat sekitar 9 cm, namun
pada seseorang yang berusia 40- 50 tahun jarak titik dekat menjadi 50 cm. itulah
sebabnya orang yang berusia lanjut menjauhkan buku bacaannya apabila dia
membaca buku. Untuk menolongnya digunakan kacamata lensa cembung (+).
Berbagai macam kelainan penglihatan terjadi apabila unsur- unsur sistem optic
tidak menunjang. Macam- macam kelainan mata diantaranya sebagai berikut:
Jenis kelainan Penyebab Ditolong dengan Hipermetropia (rabun dekat) Lensa
mata tidak dapat mencembung atao bola mata terlalu pendek sehingga bayangan
benda jatuh dibelakang retina. Lensa cembung (konvergen/ positif) Miopia (rabun
jauh) Lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga
bayangan benda jatuh didepan retina. Lensa cekung (divergen/ negatif) Presbiopia
Elastisitas mata berkurang karena usia tua. Lensa rangkap (dua macam lensa)
Astigmatisme Permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak sama,
dan bayangan benda yang terbentuk tidak sama. Lensa silindris (silinder) Katarak
Lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran sehingga daya akomodasi
berkurang. Operasi Glaukoma Adanya penambahan tekanan dalam mata, karena
cairan dalam bilik anterior mata (aqueous humour) belum sempat disalurkan
keluar sehingga tegangan yang ditimbulkan dapat menyebabkan tekanan pada
saraf optik; lama- kelamaan akan menyebabkan hilangnya daya penglihatan.
Obat- obatan, operasi dengan menggunakan laser. B. Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan alat pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga
bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam. Gambar.
Struktur telinga manusia 1. Telinga luar Telinga luar terdiri atas daun telinga
damn lubang telinga luar. Daun telinga terdiri atas tulang rawan dan jaringan
fibrosa, kecuali pada ujung telinga bawah, yaitu cuping telinga, terdiri atas lemak.
Daun telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan suara yang masuk.
Saluran luar yang dekat denga lubang telinga dilengkapi dengan rambut- rambut
halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan terdapat kelenjar lilin yang
berperan menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
2. Telinga tengah Telinga tengah merupakan rongga yang berhubungan dengan
faring melalui saluran eustachius. Fungsi saluran ini menjaga keseimbangan
tekanan udara antara udara luar dengan udara didalam telinga tengah. Pada telinga
tengah terdapat membrane timpani dan tulang- tulang telinga tengah. Membrane
timpani (disebut juga dengan istilah gendang telinga) merupakan selaput yang
menerima \gelombang bunyi dan memisahkan antara telinga luar dan telinga
dalam. Tulang- tulang telinga tengah terdiri atas tiga macam, yaitu tulang
matil(malleus) yang menempel pada gendang telinga, tulang landasan (incus), dan
tulang sanggurdi (stapes). Tulang martil(bentuknya seperti matil) melekat pada
gendang telinga dan tulang sanggurdi (bentuknya enyerupai sanggurdi, tempat
pijakan kaki dalam menunggang kuda) berhubungan dengan jendela oval pada
telinga dalam. Rangkaian ketiga tulang ini berfungsi untuk mengalirkan getaran
suara dari gendang telinga menuju ke rongga telinga dalam. 3. Rongga telinga
dalam Rongga telinga dalam terdiri dari rongga yang menyerupai saluran saluran.
Rongga rongga ini disebut labirin tulang dan dilapisi dengan membrane sehingga
disebut juga labirin membrane. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian, yaitu
vestibula, koklea(rumah siput),dan tiga saluran satengah lingkaran.labirin
membrane terdiri dari utrikulus dan sakulus didalam vastibula,saluran koklea
didalam koklea,dan membrane saluran setengah lingkaran.vestibula (mengandung
utrikulus dan sakulus) dan saluran setengah lingkaran merupakan orga
keseimbangan, sedangkan koklea merupakan organ pendengar. Rumah siput atau
koklea merupakan suatu tabung yang panjangnya sekitar 3 cm dan bergelung
seperti cangkang keong srta berisi cairan limpa. Koklea tersebut berbentu saluran
melingkar yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu skala vestibuli, skala media, dan
skala timpani. Skal vestibule dan skala timpani mengandung cairan yang disebut
perilimfe. Skala media juga mengandung cairan yang disebut endolimfe. Skala
festibuli berhubungan dengan skala timpani melalui lubang kecil yang disebut
helikontrema. Skala festibuli berakhir pada jendela oval (foramen ovale),
sedangkan skala timpani berakhir pada jendela bundar. Antara skala festibuli
denga skala media terdapat membran reissner, sedangkan anrata skala media
denga skala timpani terdapat membrane basiler. Didalam skala media terdapat
suatu tonjolan yang disebut membrane tektorial yang sejajar dengan membrane
basiler. Didalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti.
Organ korti berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran
(reseptor fibrasi). Sel- sel rambut tersebut terletak di atara membrane basiler dan
membrane tektorial dasar dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan
dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Gambar.
Telinga tengah dan dalam 4. Proses mendengar Mekanisme mendengar dimulai
dengan adanya gelombang bunyi yang masuk melalui liang telinga, yang akan
menggetarkan membrane timpani. Getaran ini akan diteruskan ke dalam telinga
tengah melalui tulang- tulang pendengaran. Selanjutnya getaran di teruskan ke
telinga dalam melalui selaput jendela oval dan mengetarkan cairan perilimfe yang
terdapat di dalam skala vestibuli. Getaran cairan tersebut akan menggetarkan
membrane reissner dan menghgetarkan cairan endolimfe di dalam skala media.
Getaran cairan ini menggerakan membrane basiler yang selanjutnya
menggetarkan cairan dalam skala timpani. Pada saat membrane basiler bergetar
akan menggerakan sel- sel rambut, dan ketika se- sel rambut tersebut menyentuh
membrane tektorial terjadilah rangsangan (impuls) yang akan dikirim ke pusat
pendengar didalam otak melalui saraf sensori (saraf pendengar). Gambar. Proses
mendengar 5. Alat keseimbangan Alat ini berupa saluran setengah lingkaran dan
setiap saluran menggembung pada salah satu ujungnya yang disebut ampula. Di
dalam ampula terdapat reseptor yang berupa kelompok sel saraf sensori yang
memiliki rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah, disebut kupula.
Selain tiga saluran setengah lingkaran terdapat alat keseimbangan yuang terletak
di dalam utrikulus dan sakulus yang berupa sekelompok sel saraf yang ujungnya
berupa rambut bebas yang melekat pada otolit, yaitu bola- bola kalsium karbonat
yang ukurannya sangat kecil. Perubahan posisi kepala menyebabkan otolit
bergeser possisinya, akibatnya timbul impuls yang akan dikirim ke otak, sehingga
kita merasakan sedang miring atau tegak. Gerakan melingkar pada kepala
mengakibatkan terjadinya cairan limfe dan menggerakan otolit meskipun kita
sudah berhenti berputar. Akibatnya kita merasa pusing. Gambar. Alat- alat
keseimbangan pada telinga 6. Kelainan pada telinga Kelainan pada telinga dapat
di kelompokan menjadi dua kelompok, yaitu: Gangguan perambatan suara
Suara dari luar dapat terhambat oleh kotoran telinga, tumor dan zat-zat lain yang
menyumbat liang telinga. Selain itu, kerusakan tulang-tulang pendengaran juga
mengganggu perambatan suara. Kerusakan tulang pendengar di awali oleh gejala
telinga mendengung. Infeksi telinga juga menganggu perambatan suara. Infeksi
ini disebut otitis. Telinga tengah, yang berhubungan dengan faring, dapat
terinfeksi oleh bakteri atau virus. Lukanya menghasilkan nanah dan bau tak sedap.
Gangguan saraf pendengaran Gangguan saraf pendengaran biasanya terjadi pada
usia lanjut. Ini disebut presbikusis. Saraf penderita mengalami kemunduran
(degenerasi). Kerusakan saraf pendengaran juga dapat di akibatkan oleh
kebisingan (polusi suara) yang di sebabkan oleh suara berfrekuensi tinggi. 7.
Teknologi membantu pendengaran Teknologi yang umum dijumpai adalah
penggunakan alat bantu dengar. Hal ini di lakukan apabila proses perambatan
impuls suara tidak dapat mencapai telinga tengah, misalnya karena tulang-tulang
pendengar rusak. Pada daun telinga di pasang alat penerima suara, yang kemudian
mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut dirambatkan melalui
elektroda ke telinga dalam. Dengan demikian penderita dapat menangkap suara.
C. Indera Peraba (Kulit) Kulit merupakan indra peraba, sebab memiliki ujung-
ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, temperature
(panas dan dingin), serta rasa sakit. Sebagian reseptor terletak pada lapisan
dermis, dan ada juga yang terletak pada lapisan epidermis. Ujung-ujung saraf
tersebut ada yang terbungkus kapsul (di sebut korpuskula) dan ada yang tidak
terbungkus (di sebut ujung-ujung saraf bebas). Ujung saraf yang tergolong
korpuskula adalah korpuskula Meissner (reseptor untuk sentuhan terletak dekat
permukaan kulit), korpuskula Pacini (raseptor tekanan),dan korpuskula Ruffini
(ujung saraf peraba).Ujung saraf bebas antara lain reseptor untuk rasa sakit dan
sentuhan yang keduanya terletak di lapisan epidermis kulit, serta reseptor untuk
sentuhan yang terletak di pangkal setiap rambut. Selain itu ada pula lempeng
Merkel yang merupakan ujung saraf perasa sentuhan dan tekanan ringan. Gambar.
Kulit dan reseptor pada manusia D. Indera Pengecap (Lidah) Lidah merupakan
organ yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak tonjolan kecil yang disebut
papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar. Pada papilla lidah terdapat
indra pengecap. Pemukaan lidah di lapisi lapisan epitelium yang banyak
mengandung kelenjar lendir. Selain itu terdapat reseptor pengecap berupa kuncup
pengecap. Kumcup pengecap tersebut terdiri atas sekelompok sel sensori yang
memiliki tonjoplan seperti rambut. Kuncup pengcap dapat membedakan empat
macam rasa, yaitu manis, pahit,asam, dan asin. Letak kuncup pengecap tertentu
lebih banyak berkumpul pada daerah tertentu pada lidah. Gambar. (a) letak
kuncup pengecap tertentu pada lidah, (b) struktur kuncup pengecap E. Indera
Pembau (Hidung) Manusia mampu mendeteksi bau dengan menggunakan reseptor
yang ada di dalam hidung. Sel-sel sensori penerima rangsang gas kimia
(kemoreseptor) terdapat pada lapisan epitelium yang terletak di sebelah dorsal
rongga hidung, dan terlindung oleh lender (mukus). Di akhir setiap sensori
terdapat beberapa silia atau rambut pembau. Molekul-molekul yang larut dalam
air dan lemak yang ada di udara akan larut dalam lapisan lendir tersebut dan
menimbulkan sensasi bau. Aktifnya indra pembau di rangsang oleh gas yang
terhirup oleh hidung. Indra pembau tersebut sangat peka dan kepekaannya mudah
hilang jika di hadapkan pada bau yang sama dalam jangka waktu yang lama.
Contohnya jika kita berada dalam ruangan yang sesak dan pengap, maka kita
tidak akan segera merasakan bau yang tidak enak tersebut. Indra pembau dapat
juga menjadi lemah jika selaput lender hidung sangat kering, sangat basah, atau
membengkak. Antara indra pengecap dan pembau terdapat hubungan yang erat.
Makanan atau bahan yang lain dapat di rasakan kenikmatannya karena adanya
kerjasama antara indra pengecap dan pembau. Apabila salah satu alat itu
terganggu, maka kenikmatannya berkurang. Sebagai contoh orang yang terkena
flu (pilek) kurang dapat merasakan kenikmatan karena ujung-ujung saraf pembau
terganggu. Gambar. Struktur indera pembau BAB III KESIMPULAN Dari uraian
diatas dapat kami simpulkan sebagai berikut: 1. Indera Penglihat (Mata); memiliki
sejumlah reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Selain itu
terdapat otot- otot yang berfungsi sebagai penggerak bola mata, kotak mata,
kelopak mata dan bulu mata. Bola mata memiliki garis tengah kira- kira 2,5 cm,
bagian depannya bening. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu sklera, koroid
dan retina. 2. Indera Pendengar (Telinga) merupakan alat pendengar dan alat
keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah
dan rongga telinga dalam. 3. Indera Peraba (Kulit) merupakan indra peraba, sebab
memiliki ujung-ujung saraf sensori sebagai reseptor khusus untuk sentuhan,
tekanan, temperature (panas dan dingin), serta rasa sakit. 4. Indera Pengecap
(Lidah) merupakan organ yang tersusun atas otot. Prmukaan lidah banyak
tonjolan kecil yang disebut papilla lidah, memberi kesan lidah terkesan kasar.
Pada papilla lidah terdapat indra pengecap. 5. Indera Pembau (Hidung); aktifnya
indra pembau di rangsang oleh gas yang terhirup oleh hidung. Indra pembau
tersebut sangat peka dan kepekaannya mudah hilang jika di hadapkan pada bau
yang sama dalam jangka waktu yang lama. SISTEM INDRA Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai