Anda di halaman 1dari 83

B.

Definisi
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokular. ( Barbara C Long, 2000 : 262 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati optik)
yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik.
Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang
pandang sentral terkena. (Bruce James. et al , 2006 : 95)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati
saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan oleh
tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan
abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009
: 382)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. (
Anas Tamsuri, 2010 : 72 )

Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.


Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.

C. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya
disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan tekanan
intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
Umur
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Tekanan bola mata /kelainan lensa
Obat-obatan

1. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP


Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang
memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi
hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang
dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat
atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma
akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari alasan
pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada
mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena
usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut bilik
depan.
b. Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit
akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal
tersebut.
c. Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang
asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup. (Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)

2. GLAUKOMA KONGESIF AKUT


Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau
di papah. Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai
selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita
dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari
penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di
dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di
sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang
sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan
dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil
tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah
cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata
yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga mengelupas
(keratopati bulosa). (Sidarta Ilyas, 2002 : 252)

3. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA


Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum
sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai
di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat
keluar dari bola mata dengan bebas.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )

4. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.
a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang
membengkak karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan
uveitis yang kemudian mengakibatkan tekanan bola mata naik.
b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer
( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah celah trabekulum hingga outflow
akuos humor terhambat. Tumor yang berasal dari uvea karena ukuranya dapat
menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik
mata depan.
c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran
outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit
dalam luka dan karenanya bilik mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor
tidak dapat mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan
katarak kadang kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup
lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer
terhambat.
d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh
pembentukan pembuluh darah di iris.Di bagian iris perifer pembuluh darah ini
mengakibatkan perlekatan perlekatan sehingga sudut bilik mata depan
menutup.Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.
e. Galukoma Karena Kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul
pula kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma.
Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus
diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola matanya secara
berkala.
f. Glaukoma Kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor.Akibatnya kornea membesar sehingga
disebut Buftalmos atau mata sapi.
g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai
kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo
therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling
efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 )

D. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
1. GLAUKOMA PRIMER
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).
2. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
a. Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
b. Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
c. Trauma
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3. GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos).Glaukoma
yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4. GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata
nyeri.(Sidarta Ilyas, 2002 : 240-241)

E. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran
darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut
saraf pada papil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )
PATHWAYS GLAUKOMA

DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris kedepan

Cairan humor aqueous

Nyeri

TIO meningkat Glaukoma TIO


Meningkat

Gangguan saraf optik Tindakan operasi


Gangguan
persepsi
sensori
penglihatan

Perubahan penglihatan

Kurangpengetahuan

Anxietas

Perifer

Kebutaan
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

G. Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan
sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada
lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologis.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital\
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan
terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan
diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup,
sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan
bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya
menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N 1 : lebih rendah dari normal
N 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3. OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang
dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan
berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah
tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan kerusakan dini lapang pandang ditemukan para
sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)
Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer
atau sekunder.
2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut
terbuka atau tertutup.
3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan
serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera
dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat
ditemukan dalam stadium dini
5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang
disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola
mata/tekanan intraokuler/TIO.

I. Penatalaksaan Medis & Keperawatan


Penatalaksanaan Pembedahan
a. Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah
terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika
sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

Terapi farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)


Obat Efek Terhadap Glaukoma
Agen Kolinergik (Miotik)
: Merangsang reseptor kolinergik,
Pilocarpine mengkontraksikan otot-otot iris untuk
Carbachol ( Carbacel ) mengecilkan pupil dan menurunkan
tahanan terhadap aliran humor aqueous,
juga mengkontraksikan otot-otot ciliary
untuk meningkatkan akomodasi.

Kolinesterase Inhibitors Menghambat pepenghancuran


(Miotik) : Asetylchloline yang berefek sebagai
Physostigmine (Eserine) kolinergik.
Demecarlum bromide JANGAN MENGGUNAKAN OBAT
(Humorsol) KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA
Isoflurophate (Floropryl) SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan
Echotiophate Iodide tahanan pupil)
(Phospoline Iodide)

Edrenergic Beta Bloker :


Timolol meleate (Timoptic) Memblok impuls adrenergik
Betaxolol hydrochloride (Sympathetik) yang secara normal
(Betaoptic) menyebabkan mydriasis, mekanisme
Levobunolol hydrochloride yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas
(Betagan)
Agen adrenergik :
Epinephryl borate (Eppy) Menurunkan produksi humor aqueous
Epinephrine hydrochloride dan meningkatkan aliran aqueous.
(glaucom, Epifrin) JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK
Epinephrine bitatrate GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
(Epitrate, Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase
inhibitors :
Acetazolamide (Diamox) Menghambat produksi humor aqueous
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide
(Daramide)
Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik : Meningkatkan osmolaritas plasma darah,


Glycerine (Glycerol, meningkatkan aliran cairan dari humor
Osmoglyn) aqueous ke plasma
Mannitol (Osmitrol)
Urea (Ureaphil, Urevert)

J. Pencegahan
1. Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi
sedinimungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma
sudutterbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi
penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yangmemiliki
resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang
rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalaniiridotomi untuk mencegah serangan
akut.
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan
olehglaukoma, sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara
melakukan pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi
orang yang usianya di atas 40 tahun.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki
riwayatkeluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta
penderita penyakit sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan
sekali,khususnya bagi orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata
kerusakan mata yang diderita dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya
diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakitkepala berat.
2. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)
Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti
diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi
komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet
rendahgaram karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan
olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah
parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
- Mengurangi stress
- Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucomaakan
memblok pupil
- Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
- Diet rendah natrium
- Pembatasan kafein
- Mencegah konstipasi
- Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena
akanmeningkatkan TIO
- Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman
dan mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa
jatuh menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN GLAUKOMA
Kasus
Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika
ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata
dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter
spesialis mata dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang
pandang. Hasil pemeriksaan teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital
saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37 oC , Pernapasan : 20x/menit.
Ny. R tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi
dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami
kebutaan.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Glaukoma

2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra
terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca
minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi
: 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua
bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf
persepsi sensori

3) Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma
darurat)
Peningkatan air mata
4. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai
prosedur pasien rawat jalan)
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri,
perawatan / pemeliharaan rumah

2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh orbita dextra terasa
1. Tanda-tanda vital :
sakit jika ditekan TD : 150/100 mmHg
2. Klien mengeluh penglihatan kabur Nadi : 80x/menit
padahal Ny.R sudah menggunakan Suhu : 37oC
kaca minus 3 pada mata dextra dan Pernapasan : 20x/menit.
sinistra 2. Skala nyeri : 6
3. Klien mengatakan dua bulan yang
3. Klien terlihat menggunakan
lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid kacamata
4. Klien mengatakan tidak tahu
4. Klien tampak kecoklatan atau putih
kenapa dia sampai mengalami susu pada pupil (katarak)
Glaukoma 5. Klien terlihat pupil menyempit dan
5. Klien mengatakan bahwa merah / mata keras dengan kornea
mendengar informasi dari orang-orang berawan (glaukoma darurat)
bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga
6. Klien terlihat peningkatan produksi
Ny.R takut mengalami kebutaan. air mata
6. Klien mengatakan mengalami
7. Klien terlihat mual dan muntah
perubahan aktivitas biasanya akibat
gangguan penglihatan
7. Klien mengeluh mual dan muntah

3. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Pra Operasi
DS : Gangguan Gangguan penerimaan,
Klien mengeluh keluhan orbita persepsi sensori gangguan status organ
dextra terasa sakit jika ditekan penglihatan ditandai dengan
Klien mengeluh penglihatan kehilangan lapang
kabur padahal Ny.R sudah pandang progresif.
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Skala nyeri : 6
Klien tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil (katarak)
Klien terlihat pupil menyempit
dan merah / mata keras dengan
kornea berawan (glaukoma
darurat)
Klien terlihat peningkatan
produksi air mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
DS : Gangguan rasa Peningkatan tekanan
Klien mengeluh keluhan orbita nyaman : Nyeri intra okuler (TIO)
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan
kabur padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Skala nyeri : 6
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat memegangi are
kepala dan sekitar mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
DS : Ansietas Faktor fisilogis,
Klien mengatakan bahwa perubahan status
mendengar informasi dari orang- kesehatan, adanya
orang bahwa Glaukoma bisa nyeri,
buta, sehingga Ny.R takut kemungkinan/kenyataan
mengalami kebutaan. kehilangan penglihatan
Klien mengeluh keluhan orbita ditandai dengan
dextra terasa sakit jika ditekan ketakutan, ragu-ragu,
DO: menyatakan masalah
Tanda-tanda vital : tentang perubahan
TD : 150/100 mmHg kejadian hidup
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat

Klien terlihat mencemaskan


keadaan dirinya
DS : Kurang Kurang terpajan/tak
Klien mengatakan bahwa pengetahuan mengenal sumber,
mendengar informasi dari orang- (kebutuhan kurang mengingat,
orang bahwa Glaukoma bisa belajar) tentang salah interpretasi
buta, sehingga Ny.R takut kondisi, ditandai dengan
mengalami kebutaan. prognosis, dan pertanyaan, pernyataan
Klien mengeluh keluhan orbita pengobatan salah
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan
kabur padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien terlihat mencemaskan
keadaan dirinya

Post Operasi
DS : Gangguan rasa Adanya insisi bedah
Klien mengeluh juga nyeri nyaman : Nyeri
sedang pada area mata
Klien mengatakan
ketidaknyamanan setelah operasi
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
DS : Risiko tinggi Peningkatan TIO,
Klien mengeluh juga nyeri area terhadap cedera kehilangan vitreous
mata yang di operasi
Klien mengatakan kesulitan
melakukan aktivitas
Klien mengeluh takut untuk
melakukan aktivitas
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
DS : Risiko tinggi prosedur invasif
Klien mengeluh juga nyeri terhadap infeksi
sedang pada area mata yang
dibedah
Klien mengatakan
ketidaknyamanan area mata
setelah di operasi
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
Kemungkinan terdapat pus
pada area setelah operasi
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TERATASI
KEPERAWATAN DITEMUKAN
Pra Operasi
1. Gangguan persepsi 17 042013 20 042013
sensori penglihatan b.d
gangguan penerimaan
sensori, gangguan status
organ

2. Gangguan rasa 17 042013 20 042013


nyaman : Nyeri b/d
peningkatan tekanan
intra okuler (TIO) yang
ditandai dengan mual
dan muntah

3. Ansietas b/d faktor 17 042013 20 042013


fisilogis, perubahan
status kesehatan, adanya
nyeri,
kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan

4. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) 17 042013 20 042013
tentang kondisi,
prognosis, dan
pengobatan b/d kurang
terpajan/tak mengenal
sumber, kurang
mengingat, salah
interpretasi
Post Operasi
1. Gangguan rasa 18 042013 21 042013
nyaman : Nyeri b/d
adanya insisi bedah

2. Risiko tinggi terhadap 18 042013 21 042013


cedera b.d peningkatan
TIO, kehilangan vitreous

3. Risiko tinggi terhadap


infeksi b.d prosedur 18 042013 21 042013
invasif

5. INTERVENSI
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
DX HASIL
Pra Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x241. Pastikan derajat / tipe kehilangan
jam diharapkan masalah penglihatan
keperawatan Gangguan Rasional : mempengaruhi harapan masa
persepsi sensori depan pasien dan pilihan intervensi
penglihatan teratasi2. Dorong mengekspresikan perasaan
dengan kriterria hasil : tentang kehilangan / kemungkinan
- Klien mengidentifikasi kehilangan penglihatan
faktor-faktor yang Rasional : sementara intervensi dini
mempengaruhi fungsi mencegah kebutaan, pasien menghadapi
penglihatan. kemungkinan atau mengalami
- Klien mengindentifikasi pengalaman kehilangan penglihatan
dan menunjukkan pola- sebagian atau total. Meskipun kehilangan
pola alternatif untuk penglihatan telah terjadi tak dapat
meningkatkan penerimaan diperbaiki (meskipun dengan
rangsang penglihatan pengobatan), kehilangan lanjut dapat
dicegah.
3. Tunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosisi.
Rasional : mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
4. Lakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan
penglihatan, contoh , krangi kekacauan,
atur perabot, ingatkan memutar kepala ke
subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
Rasional : menurunkan bahaya kemanan
sehubungan dengan perubahan lapang
pandang / kehilangan penglihatan dan
akomodasi pupil terhdap sinar lingkungan
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :
Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine,
OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
Rasional : Obat miotik topikal ini
menyebabkan konstriksi pupil,
memudahkan keluarnya akueus humor.
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
Rasional : Menurunkan pembentukan
akueus humor tanpa mengubah ukuran
pupil, penglihatanm atau akomodasi,
catatan : Timoptic kontrainidikasi pada
adanya bradikardia atau asma
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau
jam diharapkan masalah sesering mungkin
keperawatan Gangguan Rasional : nyeri glaukoma umumnya
rasa nyaman : Nyeri sangat parah
teratasi dengan kriterria
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor
hasil : tindakan yang dapat memicu timbulnya
- Klien dapat nyeri
mengidentifikasi penyebab Rasional : penyebab munculnya nyeri
nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular
- Klien menyebutkan yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan,
faktor-faktor yang dapat mengangkat benda berat, gerakan kepala
meningkatkan nyeri tiba-tiba
- Klien mampu
3. Anjurkan klien untuk menghindari
melakukan tindakan untuk perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
mengurangi nyeri Rasional : untuk mencegah peningkatan
TIO lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat
3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji tingkat ansietas, derajat
jam diharapkan masalah pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-
keperawatan Ansietas tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
teratasi dengan kriterria Rasional : faktor ini mempengaruhi
hasil : persepsi pasin terhadap ancaman diri,
- Klien tampak rileks dan potensial sikulus ansietas dan dapat
melaporkan ansietas mempengaruhi upaya medik untuk
menurun sampai tingkat mengontrol TIO
dapat diatasi 2. Berikan infromasi yang akurat dan
- Klien menunjukkan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
keterampilan pemecahan pengwasan dan pengubahan dapat
masalah mencegah kehilangan penglihatan
- Klien menggunakan tambahan
sumber secara efekti Rasional : menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktahuan/
haraan yang akan datang dan
memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan informasi tentang pengobatan
3. Dorong pasien untuk mengakui
msalah dan mengekspresikan persaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk
pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konspesi dan
pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber / orang yang
menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
4 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan perlunya menggunakn
jam diharapkan masalah identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
keperawatan Kurang Rasional : vital untuk memberikan
Pengetahuan teratasi informasi pada perawat kasus darurat
dengan kriterria hasil : untuk menurunkan resiko menerima obat
- Klien menyatakan yang dikontraindikasikan (contoh atropin).
pemahaman kondisi,
2. Tunjukkan teknik yang benar untuk
prognosis dan pengobatan pemberian tetes mata. Izinkan pasien
- Klien mengidentifikasi mengulang tindakan
hubungan tanda/gejala Rasional : meningkatkan keefektifan
dengan proses penyakit pegobatan. Memberikan kesempatan
- Klien melakukan untuk pasien menunjukkan kompetensi
prosedur dengan benar untuk pasien menanyakan pertanyaan.
dan menjelaskan atasan
3. Kaji pentingnya mempertahankan
tindakan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari,
contoh tetes midriatik (atropin/
propantelin bromin), kelbihan pemakaian
steroid topika.
Rasional : penyakit ini dapat dikontrol,
bukan diobati, dan memeprtahankan
konsistensi program obat adalah kontrol
vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
4. Identifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh
penurunan selera makan, mual/muntah,
diare, kelemahan, perasaan mabuk,
penurunan libido, impoten, jantung tak
teratur, pingsan, GJK.
Rasional : efek samping obat/ merugikan
mempengaruhi rentang dari tak nyaman
sampai ancaman kesehatan berat. Kurang
lebih 50% pasien akan mengalami
sensitifitas/ alergi terhdap obat
parasimpatis (contoh pilokarpin) atau obat
anti kolnestrase. Maslah ini memrlukan
evaluasi medik dan kemungkinan
perubahan program terapi.
5. Dorong pasien membuat peubahan
yang perlu untuk pola hidup.
Rasional : pola hidup tenang menurunakn
respons emosi terhadap stres, mencegah
perubahan ouler yang mendorong iris
kedepan yang dapat mencetuskan
serangan akut.
6. Dorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
Rasional : dapat meningkatkan TIO
mencetuskan serangan akut. Catatan :
bila pasien tidak mengalami nyeri, kerja
sama dengan program pengobatan dan
penerimaan perubahan pola hidup sering
sulit dilanjutkan.
7. Diskusikan pertimbangan diet, contoh
caiarn adekuat makanan berserat.
Rasioanl : tindakan untuk mempertahanka
konsistensi feses untuk mengidari
konstipasi/mengejan selama defekasi.
8. Tekankan pentingnya periksa rutin.
Rasional : penting untuk mengawasi
kemajuan/ pemeliharaan penyakit untuk
memungkinkan intervensi dini dan
mencegah kehilangan penglihatan lajut.
9. Nasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi,
peningkatan fotofobia, peningkatan
lakrimasi, perubahan lapang pandang,
penglihatan kabur, kilatan sinar/ partikel
ditengah lapang pandang
Rasinal : upaya tindakan perlu untuk
mencegah kehilangan penglihatan lanjut /
komplikasi lain, contoh robek retina
10. Anjurkan anggota keluarga meeriksa
secara teratur tanda glaukoma.
Rasional : kecenderungan herediter
dangkalnya bilik anterior, menempatkan
anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.
Post Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau
jam diharapkan masalah sesering mungkin
keperawatan Gangguan Rasional : nyeri glaukoma umumnya
rasa nyaman : nyeri sangat parah
teratasi dengan kriterria
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor
hasil: tindakan yang dapat memicu timbulnya
- Klien dapat nyeri
mengidentifikasi penyebab Rasional : penyebab munculnya nyeri
nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular
- Klien menyebutkan yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan,
faktor-faktor yang dapat mengangkat benda berat, gerakan kepala
meningkatkan nyeri tiba-tiba
- Klien mampu
3. Anjurkan klien untuk menghindari
melakukan tindakan untuk perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
mengurangi nyeri Rasional : untuk mencegah peningkatan
TIO lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan apa yang terjadi padaa
jam diharapkan masalah pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
keperawatan risiko tinggi aktivitas, penampilan, balutan mata
terhadap cedera teratasi Rasional : membantu mengurangi rasa
dengan kriterria hasil : takut dan meningkatkan kerja sama dalm
- Klien menyatakan pembatasan yang dilakukan.
pemahaman aktor yang
2. Batasi pasien posisi bersandar, kepala
terlibat dalam tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
kemungkinan cedera sesuai keinginan.
- Klien menunjukkan Rasional : istirahat hanya beberapa menit
perubahan perilaku, pola sampai beberapa jam pada bedah rawat
hidup untuk menurunkan jalan atau menginap semalam bila terjadi
fakor risiko dan untuk komplikasi. Menurunkan tekanan pada
melindungi dari cedera mata yang sakit, meminimalkan risiko
- Mengubah lingkungan perdarahan atau stres pada
sesuai indikasi untuk jahitan/jahitan terbuka.
meningkatkan keamanan.3. Ambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi
Rasional : menrunkan stres pada area
operasi/menurunkan TIO
4. Dorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
Rasional : memerlukan sedikit regangan
daripada penggunakan pispot yang dapat
meningkatkan TIO
5. Dorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
Rasional : batuk meningkatkan TIO
6. Anjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh
bimbinganimajinasi, visualisasi, napas
dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
koping, menurunkan TIO
Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin
(Compazine)
Asetazolamid (Diamox)
Siklopegis contoh empirin
Rasional : diberikan untuk menurunkan
TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi
erja enzim pada produkssi akueus humor.
3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan pentingnya mencuci
jam diharapkan masalah tangan sebelum menyentuh/ mengobati
keperawatan Risiko tinggi mata
terhadap infeksi teratasi Rasional : menurnukan jumlah bakteri
dengan kriterria hasil : pada tangan, mencegah kontaminasi area
- Klien dapat operasi
meningkatkan 2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat
penyembuhan luka tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke
waktu, bebas drainase luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk
purulen, eritema dan tiap usapan, ganti balutan dan masukan
demam lensa ontak bila menggunakan.
- Klien dapat Rasional : teknik aseptik menurunkan
mengidentifikasi intervensi risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
untuk silang.
mencegah/menurunkan 3. Tekankan pentingnya tidak
risiko infeksi menyentuh/menggaruk mata yang di
operasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi
4. Observasi/diskusikan tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan, kelopak
bengkak, drainase purulen. Identifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Rasional : infeksi mata terjadi 2-3 hari
setelah prosedur dan memerlkan upaya
intervensi. Adanya ISK meningkatkan
risiko kontaminasi silang.
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau
subkonjungtiva)
Steroid
Rasional : sediaan topikal digunakan
secara profilaksis, dimana terapi lebih
agresif diperlukan bila terjadi infeksi.
Catatan : steroid mungkin ditambahkan
pada antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL. Digunakan
untuk menurunakn inflamasi.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal No.DX Implementasi dan Hasil Paraf


Pra Operasi
1 1. Memastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan
2. Mendorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
3. Menunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosisi.
4. Melakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan penglihatan,
contoh , krangi kekacauan, atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka:Pilokarpin hidroklorida
(IsoptoCarpine, OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
2 1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
3 1. Mengkaji tingkat ansietas, derajat
pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini
2. Memberikan infromasi yang akurat dan
jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengwasan dan pengubahan dapat mencegah
kehilangan penglihatan tambahan
3. Mendorong pasien untuk mengakui
msalah dan mengekspresikan persaan
4. Mengindetifikasi sumber / orang yang
menolong
4 1. Mendiskusikan perlunya menggunakn
identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
2. Menunjukkan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata. Izinkan pasien
mengulang tindakan
3. Mengkaji pentingnya mempertahankan
jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh tetes
midriatik (atropin/ propantelin bromin),
kelbihan pemakaian steroid topika.
4. Mengidentifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh
penurunan selera makan, mual/muntah,
diare, kelemahan, perasaan mabuk,
penurunan libido, impoten, jantung tak
teratur, pingsan, GJK.
5. Mendorong pasien membuat peubahan
yang perlu untuk pola hidup.
6. Mendorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
7. Mendiskusikan pertimbangan diet,
contoh caiarn adekuat makanan berserat.
8. Menekankan pentingnya periksa rutin.
9. Menasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi,
peningkatan fotofobia, peningkatan lakrimasi,
perubahan lapang pandang, penglihatan
kabur, kilatan sinar/ partikel ditengah lapang
pandang
10. Menganjurkan anggota keluarga
memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
Post Operasi
1 1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
2 1. Mendiskusikan apa yang terjadi padaa
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata
2. Membatasi pasien posisi bersandar, kepala
tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
3. Mengambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi
4. Mendorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
5. Mendorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
6. Menganjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh bimbinganimajinasi,
visualisasi, napas dalam dan latihan relaksasi.
7. Memberikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin (Compazine),
Asetazolamid (Diamox), Siklopegis contoh
empirin
3 1. Mendiskusikan pentingnya mencucui
tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata
2. Menggunakan / menunjukkan teknik yang
tepat untuk membersihkan mata dari dalam
ke luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk
tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa
ontak bila menggunakan.
3. Menekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
4. Mengobservasi / mendiskusikan tanda
terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak
bengkak, drainase purulen. Identifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
5. Memebrikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau sub
B. Definisi
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokular. ( Barbara C Long, 2000 : 262 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati optik)
yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik.
Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang
pandang sentral terkena. (Bruce James. et al , 2006 : 95)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati
saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan oleh
tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan
abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009
: 382)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan TIO,
penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas. (
Anas Tamsuri, 2010 : 72 )

Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.

C. Etiologi
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya
disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa meningkatkan tekanan
intra okuler.
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).
Umur
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Tekanan bola mata /kelainan lensa
Obat-obatan

1. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP


Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor pre-disposisi yang
memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
a. Faktor Pre-Disposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada irirs maka akan terjadi
hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan, yang
dinamakan hambatan pupil (pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit,dorongan ini akan
menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum.akibatnya akuos humor tidak dapat
atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat di salurkan keluar.terjadilah glaukoma
akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk di ingat dan di fahami karena mendasari alasan
pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini ditemukan pada
mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik trus membesar karena
usia,iris yang tebal pun di anggap merupakan faktor untukmempersempit sudut bilik
depan.
b. Faktor pencetus
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang akan
mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata depan yang memang sudah sempit
akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal
tersebut.
c. Dilatasi pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik mata depan yang
asalnya sudah sempit, akan mudah tertutup. (Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)

2. GLAUKOMA KONGESIF AKUT


Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau
di papah. Penderita sendiri memegang kepala nya karena sakit, kadang-kadang pakai
selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita
dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari
penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di
dalam dan sekitar mata. Penglihatanya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di
sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,konjungtiva bulbi yang
sangat hiperemik (kongesif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan
dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil
tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah
cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Glaukoma Absolut adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah terbengkalai
sampai buta total. Bola mata demikian nyeri, bukan saja karena tekanan bola mata
yang masih tinggi tetapi juga karena kornea mengalami degenerasi hingga mengelupas
(keratopati bulosa). (Sidarta Ilyas, 2002 : 252)

3. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA


Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan trabekulum
sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-lubang trabekulum,tetapi sampai
di dalam terbentur celah-celah trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat
keluar dari bola mata dengan bebas.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )

4. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
intraokular.
a. Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang, lensa yang
membengkak karena katarak atau karena trauma, protein lensa yang menimbulkan
uveitis yang kemudian mengakibatkan tekanan bola mata naik.
b. Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan iris bagian perifer
( sinekia ) dan eksudatnya yang menutup celah celah trabekulum hingga outflow
akuos humor terhambat. Tumor yang berasal dari uvea karena ukuranya dapat
menyempitkan rongga bola mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik
mata depan.
c. Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan
Hifema di bilik mata depan karena trauma pada bola mata dapat memblokir saluran
outflow tuberkulum. Perforasi kornea karena kecelakaan menyebabkan iris terjepit
dalam luka dan karenanya bilik mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor
tidak dapat mencapai jaringan trabekulum untuk jaringan keluar. Pada pembedahan
katarak kadang kadang bilik mata depan tidak terbentuk untuk waktu yang cukup
lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humoer
terhambat.
d. Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul oleh
pembentukan pembuluh darah di iris.Di bagian iris perifer pembuluh darah ini
mengakibatkan perlekatan perlekatan sehingga sudut bilik mata depan
menutup.Glaukoma yang ditimbulkan biasnya nyeri dan sulit diobati.
e. Galukoma Karena Kortikosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada mata, muncul
pula kasus glaukoma pada penderita yang memang sudah ada bakat untuk glaukoma.
Glaukoma yang ditimbulkan menyerupai glaukoma sudut terbuka. Mereka yang harus
diobati dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola matanya secara
berkala.
f. Glaukoma Kongesif
Glaukoma konginental primer atau glaukoma infantil.
Penyebabnya ialah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor.Akibatnya kornea membesar sehingga
disebut Buftalmos atau mata sapi.
g. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut menurapakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai
kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan cyclocryo
therapy untuk mengurangi nyeri. Setingkali enukleasi merupakan tidakan yang paling
efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.
( Sidarta Ilyas, 2002 : 259-261 )

D. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas glaukoma primer, sekunder, dan kongenital.
1. GLAUKOMA PRIMER
Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
a. Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute congestive glaukoma).
b. Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple glaucoma).
2. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata, disebabkan :
a. Kelainan lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
b. Kelainan uvea
- Uveitis
- Tumor
c. Trauma
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
- Perforasi kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren.
d. Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
e. Penyebab glaukoma sekunder lainnya
- Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan
3. GLAUKOMA KONGENITAL
Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos, hidroftalmos).Glaukoma
yang bertalian dengan kelainan kongenital lain.
4. GLAUKOMA ABSOLUT
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata
nyeri.(Sidarta Ilyas, 2002 : 240-241)

E. Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran
darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut
saraf pada papil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.
3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )
PATHWAYS GLAUKOMA

DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris kedepan

Cairan humor aqueous

Nyeri

TIO meningkat Glaukoma TIO


Meningkat

Gangguan saraf optik Tindakan operasi


Gangguan
persepsi
sensori
penglihatan

Perubahan penglihatan

Kurangpengetahuan

Anxietas

Perifer

Kebutaan
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

G. Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan
sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada
lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau neurologis.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
- Indentasi dengan tonometer schiotz
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
- Nonkontak pneumotonometri
Tonomerti Palpasi atau Digital\
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab
cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam keadaan
terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan
diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup,
sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan
bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya
menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N 1 : lebih rendah dari normal
N 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
2. GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3. OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf
optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang
dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan
berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
4. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah
tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan kerusakan dini lapang pandang ditemukan para
sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)
Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer
atau sekunder.
2. Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
sudut pembuangan humor akuos sehingga dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut
terbuka atau tertutup.
3. Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat oftalmoskop direk.
4. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan
serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga jika terdapat kerusakan dapat segera
dideteksi sebelum terjadi kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat
ditemukan dalam stadium dini
5. Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang
disebabkan oleh kerusakan saraf optik.
6. Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya tekanan bola
mata/tekanan intraokuler/TIO.

I. Penatalaksaan Medis & Keperawatan


Penatalaksanaan Pembedahan
a. Iridektomi perifer.
Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah
terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika
sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

Terapi farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)


Obat Efek Terhadap Glaukoma
Agen Kolinergik (Miotik)
: Merangsang reseptor kolinergik,
Pilocarpine mengkontraksikan otot-otot iris untuk
Carbachol ( Carbacel ) mengecilkan pupil dan menurunkan
tahanan terhadap aliran humor aqueous,
juga mengkontraksikan otot-otot ciliary
untuk meningkatkan akomodasi.

Kolinesterase Inhibitors Menghambat pepenghancuran


(Miotik) : Asetylchloline yang berefek sebagai
Physostigmine (Eserine) kolinergik.
Demecarlum bromide JANGAN MENGGUNAKAN OBAT
(Humorsol) KOLINESTERASE PADA GLAUKOMA
Isoflurophate (Floropryl) SUDUT TERTUTUP (Meningkatkan
Echotiophate Iodide tahanan pupil)
(Phospoline Iodide)

Edrenergic Beta Bloker :


Timolol meleate (Timoptic) Memblok impuls adrenergik
Betaxolol hydrochloride (Sympathetik) yang secara normal
(Betaoptic) menyebabkan mydriasis, mekanisme
Levobunolol hydrochloride yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas
(Betagan)
Agen adrenergik :
Epinephryl borate (Eppy) Menurunkan produksi humor aqueous
Epinephrine hydrochloride dan meningkatkan aliran aqueous.
(glaucom, Epifrin) JANGAN MENGGUNAKAN UNTUK
Epinephrine bitatrate GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP
(Epitrate, Mucocoll)
Dipivefrin (Propine)

Carbonic anhydrase
inhibitors :
Acetazolamide (Diamox) Menghambat produksi humor aqueous
Ethoxzolamide (Cardrase)
Dichlorhenamide
(Daramide)
Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik : Meningkatkan osmolaritas plasma darah,


Glycerine (Glycerol, meningkatkan aliran cairan dari humor
Osmoglyn) aqueous ke plasma
Mannitol (Osmitrol)
Urea (Ureaphil, Urevert)

J. Pencegahan
1. Deteksi dini
Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi
sedinimungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma
sudutterbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi
penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yangmemiliki
resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang
rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalaniiridotomi untuk mencegah serangan
akut.
- Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan
olehglaukoma, sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara
melakukan pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi
orang yang usianya di atas 40 tahun.
- Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki
riwayatkeluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta
penderita penyakit sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
- Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan
sekali,khususnya bagi orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata
kerusakan mata yang diderita dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya
diperiksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan dan sakitkepala berat.
2. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)
Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti
diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi
komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet
rendahgaram karena jika tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
3. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan
olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.
4. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah
parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :
- Mengurangi stress
- Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga glaucomaakan
memblok pupil
- Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan melebar (dilatasi)
- Diet rendah natrium
- Pembatasan kafein
- Mencegah konstipasi
- Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena
akanmeningkatkan TIO
- Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman
dan mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa
jatuh menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN GLAUKOMA
Kasus
Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika
ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata
dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter
spesialis mata dilakukan pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang
pandang. Hasil pemeriksaan teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital
saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37 oC , Pernapasan : 20x/menit.
Ny. R tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi
dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami
kebutaan.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Ny. R
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Glaukoma

2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013 dengan keluhan orbita dextra
terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca
minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan
Thyroid
Riwayat Penyakit Sekarang :
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi
: 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat masuk rumah sakit, tetapi dua
bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan saraf
persepsi sensori

3) Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah (glaukoma akut)
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma
darurat)
Peningkatan air mata
4. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
5. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai
prosedur pasien rawat jalan)
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri,
perawatan / pemeliharaan rumah

2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh orbita dextra terasa
1. Tanda-tanda vital :
sakit jika ditekan TD : 150/100 mmHg
2. Klien mengeluh penglihatan kabur Nadi : 80x/menit
padahal Ny.R sudah menggunakan Suhu : 37oC
kaca minus 3 pada mata dextra dan Pernapasan : 20x/menit.
sinistra 2. Skala nyeri : 6
3. Klien mengatakan dua bulan yang
3. Klien terlihat menggunakan
lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid kacamata
4. Klien mengatakan tidak tahu
4. Klien tampak kecoklatan atau putih
kenapa dia sampai mengalami susu pada pupil (katarak)
Glaukoma 5. Klien terlihat pupil menyempit dan
5. Klien mengatakan bahwa merah / mata keras dengan kornea
mendengar informasi dari orang-orang berawan (glaukoma darurat)
bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga
6. Klien terlihat peningkatan produksi
Ny.R takut mengalami kebutaan. air mata
6. Klien mengatakan mengalami
7. Klien terlihat mual dan muntah
perubahan aktivitas biasanya akibat
gangguan penglihatan
7. Klien mengeluh mual dan muntah

3. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
Pra Operasi
DS : Gangguan Gangguan penerimaan,
Klien mengeluh keluhan orbita persepsi sensori gangguan status organ
dextra terasa sakit jika ditekan penglihatan ditandai dengan
Klien mengeluh penglihatan kehilangan lapang
kabur padahal Ny.R sudah pandang progresif.
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Skala nyeri : 6
Klien tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil (katarak)
Klien terlihat pupil menyempit
dan merah / mata keras dengan
kornea berawan (glaukoma
darurat)
Klien terlihat peningkatan
produksi air mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
DS : Gangguan rasa Peningkatan tekanan
Klien mengeluh keluhan orbita nyaman : Nyeri intra okuler (TIO)
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan
kabur padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Skala nyeri : 6
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat memegangi are
kepala dan sekitar mata
Klien terlihat memokuskan saat
meliat sesuatu benda
Klien terlihat mengerutkan dahi
pada saat melihat
DS : Ansietas Faktor fisilogis,
Klien mengatakan bahwa perubahan status
mendengar informasi dari orang- kesehatan, adanya
orang bahwa Glaukoma bisa nyeri,
buta, sehingga Ny.R takut kemungkinan/kenyataan
mengalami kebutaan. kehilangan penglihatan
Klien mengeluh keluhan orbita ditandai dengan
dextra terasa sakit jika ditekan ketakutan, ragu-ragu,
DO: menyatakan masalah
Tanda-tanda vital : tentang perubahan
TD : 150/100 mmHg kejadian hidup
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien terlihat mencemaskan
keadaan dirinya
DS : Kurang Kurang terpajan/tak
Klien mengatakan bahwa pengetahuan mengenal sumber,
mendengar informasi dari orang- (kebutuhan kurang mengingat,
orang bahwa Glaukoma bisa belajar) tentang salah interpretasi
buta, sehingga Ny.R takut kondisi, ditandai dengan
mengalami kebutaan. prognosis, dan pertanyaan, pernyataan
Klien mengeluh keluhan orbita pengobatan salah
dextra terasa sakit jika ditekan
Klien mengeluh penglihatan
kabur padahal Ny.R sudah
menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
Klien mengatakan dua bulan
yang lalu Ny.R menderita
kelainan Thyroid
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat menggunakan
kacamata
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien terlihat mencemaskan
keadaan dirinya
Post Operasi
DS : Gangguan rasa Adanya insisi bedah
Klien mengeluh juga nyeri nyaman : Nyeri
sedang pada area mata
Klien mengatakan
ketidaknyamanan setelah operasi
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
DS : Risiko tinggi Peningkatan TIO,
Klien mengeluh juga nyeri area terhadap cedera kehilangan vitreous
mata yang di operasi
Klien mengatakan kesulitan
melakukan aktivitas
Klien mengeluh takut untuk
melakukan aktivitas
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
DS : Risiko tinggi prosedur invasif
Klien mengeluh juga nyeri terhadap infeksi
sedang pada area mata yang
dibedah
Klien mengatakan
ketidaknyamanan area mata
setelah di operasi
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37oC
Pernapasan : 20x/menit.
Klien terlihat gelisah
Klien tampak pucat
Klien memegangi area mata
yang dibedah
Kemungkinan terdapat pus
pada area setelah operasi

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TERATASI
KEPERAWATAN DITEMUKAN
Pra Operasi
1. Gangguan persepsi 17 042013 20 042013
sensori penglihatan b.d
gangguan penerimaan
sensori, gangguan status
organ

2. Gangguan rasa 17 042013 20 042013


nyaman : Nyeri b/d
peningkatan tekanan
intra okuler (TIO) yang
ditandai dengan mual
dan muntah

3. Ansietas b/d faktor 17 042013 20 042013


fisilogis, perubahan
status kesehatan, adanya
nyeri,
kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan

4. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) 17 042013 20 042013
tentang kondisi,
prognosis, dan
pengobatan b/d kurang
terpajan/tak mengenal
sumber, kurang
mengingat, salah
interpretasi
Post Operasi
1. Gangguan rasa 18 042013 21 042013
nyaman : Nyeri b/d
adanya insisi bedah

2. Risiko tinggi terhadap 18 042013 21 042013


cedera b.d peningkatan
TIO, kehilangan vitreous

3. Risiko tinggi terhadap


infeksi b.d prosedur 18 042013 21 042013
invasif

5. INTERVENSI
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
DX HASIL
Pra Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x241. Pastikan derajat / tipe kehilangan
jam diharapkan masalah penglihatan
keperawatan Gangguan Rasional : mempengaruhi harapan masa
persepsi sensori depan pasien dan pilihan intervensi
penglihatan teratasi2. Dorong mengekspresikan perasaan
dengan kriterria hasil : tentang kehilangan / kemungkinan
- Klien mengidentifikasi kehilangan penglihatan
faktor-faktor yang Rasional : sementara intervensi dini
mempengaruhi fungsi mencegah kebutaan, pasien menghadapi
penglihatan. kemungkinan atau mengalami
- Klien mengindentifikasi pengalaman kehilangan penglihatan
dan menunjukkan pola- sebagian atau total. Meskipun kehilangan
pola alternatif untuk penglihatan telah terjadi tak dapat
meningkatkan penerimaan diperbaiki (meskipun dengan
rangsang penglihatan pengobatan), kehilangan lanjut dapat
dicegah.
3. Tunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosisi.
Rasional : mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
4. Lakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan
penglihatan, contoh , krangi kekacauan,
atur perabot, ingatkan memutar kepala ke
subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
Rasional : menurunkan bahaya kemanan
sehubungan dengan perubahan lapang
pandang / kehilangan penglihatan dan
akomodasi pupil terhdap sinar lingkungan
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :
Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine,
OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
Rasional : Obat miotik topikal ini
menyebabkan konstriksi pupil,
memudahkan keluarnya akueus humor.
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
Rasional : Menurunkan pembentukan
akueus humor tanpa mengubah ukuran
pupil, penglihatanm atau akomodasi,
catatan : Timoptic kontrainidikasi pada
adanya bradikardia atau asma
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau
jam diharapkan masalah sesering mungkin
keperawatan Gangguan Rasional : nyeri glaukoma umumnya
rasa nyaman : Nyeri sangat parah
teratasi dengan kriterria
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor
hasil : tindakan yang dapat memicu timbulnya
- Klien dapat nyeri
mengidentifikasi penyebab Rasional : penyebab munculnya nyeri
nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular
- Klien menyebutkan yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan,
faktor-faktor yang dapat mengangkat benda berat, gerakan kepala
meningkatkan nyeri tiba-tiba
- Klien mampu
3. Anjurkan klien untuk menghindari
melakukan tindakan untuk perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
mengurangi nyeri Rasional : untuk mencegah peningkatan
TIO lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat
3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji tingkat ansietas, derajat
jam diharapkan masalah pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-
keperawatan Ansietas tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
teratasi dengan kriterria Rasional : faktor ini mempengaruhi
hasil : persepsi pasin terhadap ancaman diri,
- Klien tampak rileks dan potensial sikulus ansietas dan dapat
melaporkan ansietas mempengaruhi upaya medik untuk
menurun sampai tingkat mengontrol TIO
dapat diatasi 2. Berikan infromasi yang akurat dan
- Klien menunjukkan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
keterampilan pemecahan pengwasan dan pengubahan dapat
masalah mencegah kehilangan penglihatan
- Klien menggunakan tambahan
sumber secara efekti Rasional : menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktahuan/
haraan yang akan datang dan
memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan informasi tentang pengobatan
3. Dorong pasien untuk mengakui
msalah dan mengekspresikan persaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk
pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konspesi dan
pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber / orang yang
menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.
4 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan perlunya menggunakn
jam diharapkan masalah identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
keperawatan Kurang Rasional : vital untuk memberikan
Pengetahuan teratasi informasi pada perawat kasus darurat
dengan kriterria hasil : untuk menurunkan resiko menerima obat
- Klien menyatakan yang dikontraindikasikan (contoh atropin).
pemahaman kondisi,
2. Tunjukkan teknik yang benar untuk
prognosis dan pengobatan pemberian tetes mata. Izinkan pasien
- Klien mengidentifikasi mengulang tindakan
hubungan tanda/gejala Rasional : meningkatkan keefektifan
dengan proses penyakit pegobatan. Memberikan kesempatan
- Klien melakukan untuk pasien menunjukkan kompetensi
prosedur dengan benar untuk pasien menanyakan pertanyaan.
dan menjelaskan atasan
3. Kaji pentingnya mempertahankan
tindakan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari,
contoh tetes midriatik (atropin/
propantelin bromin), kelbihan pemakaian
steroid topika.
Rasional : penyakit ini dapat dikontrol,
bukan diobati, dan memeprtahankan
konsistensi program obat adalah kontrol
vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
4. Identifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh
penurunan selera makan, mual/muntah,
diare, kelemahan, perasaan mabuk,
penurunan libido, impoten, jantung tak
teratur, pingsan, GJK.
Rasional : efek samping obat/ merugikan
mempengaruhi rentang dari tak nyaman
sampai ancaman kesehatan berat. Kurang
lebih 50% pasien akan mengalami
sensitifitas/ alergi terhdap obat
parasimpatis (contoh pilokarpin) atau obat
anti kolnestrase. Maslah ini memrlukan
evaluasi medik dan kemungkinan
perubahan program terapi.
5. Dorong pasien membuat peubahan
yang perlu untuk pola hidup.
Rasional : pola hidup tenang menurunakn
respons emosi terhadap stres, mencegah
perubahan ouler yang mendorong iris
kedepan yang dapat mencetuskan
serangan akut.
6. Dorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
Rasional : dapat meningkatkan TIO
mencetuskan serangan akut. Catatan :
bila pasien tidak mengalami nyeri, kerja
sama dengan program pengobatan dan
penerimaan perubahan pola hidup sering
sulit dilanjutkan.
7. Diskusikan pertimbangan diet, contoh
caiarn adekuat makanan berserat.
Rasioanl : tindakan untuk mempertahanka
konsistensi feses untuk mengidari
konstipasi/mengejan selama defekasi.
8. Tekankan pentingnya periksa rutin.
Rasional : penting untuk mengawasi
kemajuan/ pemeliharaan penyakit untuk
memungkinkan intervensi dini dan
mencegah kehilangan penglihatan lajut.
9. Nasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi,
peningkatan fotofobia, peningkatan
lakrimasi, perubahan lapang pandang,
penglihatan kabur, kilatan sinar/ partikel
ditengah lapang pandang
Rasinal : upaya tindakan perlu untuk
mencegah kehilangan penglihatan lanjut /
komplikasi lain, contoh robek retina
10. Anjurkan anggota keluarga meeriksa
secara teratur tanda glaukoma.
Rasional : kecenderungan herediter
dangkalnya bilik anterior, menempatkan
anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.
Post Operasi
1 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau
jam diharapkan masalah sesering mungkin
keperawatan Gangguan Rasional : nyeri glaukoma umumnya
rasa nyaman : nyeri sangat parah
teratasi dengan kriterria
2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor
hasil: tindakan yang dapat memicu timbulnya
- Klien dapat nyeri
mengidentifikasi penyebab Rasional : penyebab munculnya nyeri
nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular
- Klien menyebutkan yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan,
faktor-faktor yang dapat mengangkat benda berat, gerakan kepala
meningkatkan nyeri tiba-tiba
- Klien mampu
3. Anjurkan klien untuk menghindari
melakukan tindakan untuk perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
mengurangi nyeri Rasional : untuk mencegah peningkatan
TIO lebih lanjut
4. Ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan
memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan
spasme/neyri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat
2 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan apa yang terjadi padaa
jam diharapkan masalah pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
keperawatan risiko tinggi aktivitas, penampilan, balutan mata
terhadap cedera teratasi Rasional : membantu mengurangi rasa
dengan kriterria hasil : takut dan meningkatkan kerja sama dalm
- Klien menyatakan pembatasan yang dilakukan.
pemahaman aktor yang
2. Batasi pasien posisi bersandar, kepala
terlibat dalam tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
kemungkinan cedera sesuai keinginan.
- Klien menunjukkan Rasional : istirahat hanya beberapa menit
perubahan perilaku, pola sampai beberapa jam pada bedah rawat
hidup untuk menurunkan jalan atau menginap semalam bila terjadi
fakor risiko dan untuk komplikasi. Menurunkan tekanan pada
melindungi dari cedera mata yang sakit, meminimalkan risiko
- Mengubah lingkungan perdarahan atau stres pada
sesuai indikasi untuk jahitan/jahitan terbuka.
meningkatkan keamanan.3. Ambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi
Rasional : menrunkan stres pada area
operasi/menurunkan TIO
4. Dorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
Rasional : memerlukan sedikit regangan
daripada penggunakan pispot yang dapat
meningkatkan TIO
5. Dorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
Rasional : batuk meningkatkan TIO
6. Anjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh
bimbinganimajinasi, visualisasi, napas
dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
koping, menurunkan TIO
Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin
(Compazine)
Asetazolamid (Diamox)
Siklopegis contoh empirin
Rasional : diberikan untuk menurunkan
TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi
erja enzim pada produkssi akueus humor.
3 Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan pentingnya mencuci
jam diharapkan masalah tangan sebelum menyentuh/ mengobati
keperawatan Risiko tinggi mata
terhadap infeksi teratasi Rasional : menurnukan jumlah bakteri
dengan kriterria hasil : pada tangan, mencegah kontaminasi area
- Klien dapat operasi
meningkatkan 2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat
penyembuhan luka tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke
waktu, bebas drainase luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk
purulen, eritema dan tiap usapan, ganti balutan dan masukan
demam lensa ontak bila menggunakan.
- Klien dapat Rasional : teknik aseptik menurunkan
mengidentifikasi intervensi risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
untuk silang.
mencegah/menurunkan 3. Tekankan pentingnya tidak
risiko infeksi menyentuh/menggaruk mata yang di
operasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi
4. Observasi/diskusikan tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan, kelopak
bengkak, drainase purulen. Identifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Rasional : infeksi mata terjadi 2-3 hari
setelah prosedur dan memerlkan upaya
intervensi. Adanya ISK meningkatkan
risiko kontaminasi silang.
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau
subkonjungtiva)
Steroid
Rasional : sediaan topikal digunakan
secara profilaksis, dimana terapi lebih
agresif diperlukan bila terjadi infeksi.
Catatan : steroid mungkin ditambahkan
pada antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL. Digunakan
untuk menurunakn inflamasi.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal No.DX Implementasi dan Hasil Paraf


Pra Operasi
1 1. Memastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan
2. Mendorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
3. Menunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosisi.
4. Melakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan penglihatan,
contoh , krangi kekacauan, atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka:Pilokarpin hidroklorida
(IsoptoCarpine, OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol
(Betopic)
2 1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
3 1. Mengkaji tingkat ansietas, derajat
pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini
2. Memberikan infromasi yang akurat dan
jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengwasan dan pengubahan dapat mencegah
kehilangan penglihatan tambahan
3. Mendorong pasien untuk mengakui
msalah dan mengekspresikan persaan
4. Mengindetifikasi sumber / orang yang
menolong
4 1. Mendiskusikan perlunya menggunakn
identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
2. Menunjukkan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata. Izinkan pasien
mengulang tindakan
3. Mengkaji pentingnya mempertahankan
jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh tetes
midriatik (atropin/ propantelin bromin),
kelbihan pemakaian steroid topika.
4. Mengidentifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh
penurunan selera makan, mual/muntah,
diare, kelemahan, perasaan mabuk,
penurunan libido, impoten, jantung tak
teratur, pingsan, GJK.
5. Mendorong pasien membuat peubahan
yang perlu untuk pola hidup.
6. Mendorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop
salju, menggunakan baju ketat/sempit.
7. Mendiskusikan pertimbangan diet,
contoh caiarn adekuat makanan berserat.
8. Menekankan pentingnya periksa rutin.
9. Menasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi,
peningkatan fotofobia, peningkatan lakrimasi,
perubahan lapang pandang, penglihatan
kabur, kilatan sinar/ partikel ditengah lapang
pandang
10. Menganjurkan anggota keluarga
memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
Post Operasi
1 1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau
sesering mungkin
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor
tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam
(Valium)
2 1. Mendiskusikan apa yang terjadi padaa
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata
2. Membatasi pasien posisi bersandar, kepala
tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
3. Mengambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi
4. Mendorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
5. Mendorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
6. Menganjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh bimbinganimajinasi,
visualisasi, napas dalam dan latihan relaksasi.
7. Memberikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin (Compazine),
Asetazolamid (Diamox), Siklopegis contoh
empirin
3 1. Mendiskusikan pentingnya mencucui
tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata
2. Menggunakan / menunjukkan teknik yang
tepat untuk membersihkan mata dari dalam
ke luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk
tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa
ontak bila menggunakan.
3. Menekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
4. Mengobservasi / mendiskusikan tanda
terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak
bengkak, drainase purulen. Identifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
5. Memebrikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau sub

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.


Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai