Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
DARTI SAFITRI
1915401082
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Studi Diploma III Kebidanan Tanjungkarang, merupakan
salah satu Program Studi yang ada pada Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang yang menghasilkan tenaga Ahli Madya
Kebidanan yang professional, unggul dan mandiri serta berwawasan
entrepreneur. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan deteksi dini dan
penanganan awal kegawatdaruratan pada Maternal Neonatal serta
sudah tersertifikasi dalam memberikan penanganan awal
kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Untuk mencapai tujuan tersebut,
salah satu mata kuliah yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa berupa
Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
dengan beban SKS (2 SKS).
Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
merupakan praktik klinik di lapangan yang memberikan kemampuan
kepada mahasiswa untuk melakukan penanganan awal pada
kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir,
serta nifas di Pelayanan Kebidanan dan mengobservasi kelanjutan dari
penanganan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal dengan
memperhatikan aspek budaya yang didasari pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berdasarkan evidence based dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan yang berfokus pada upaya
pengambilan keputusan klinik, penanganan segera, berkolaborasi dan
konsultasi, serta pendokumentasian asuhan kebidanannya.
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan praktik ini
adalah mahasiswa mampu melakukan deteksi dini dan penanganan
awal kegawatdaruratan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan kode etik profesi, di dukung dengan kemampuan berkomunikasi
dan pengambilan keputusan serta memperhatikan aspek budaya yang
didasari pengetahuan, sikap, keterampilan yang berdasarkan evidence
based dan menggunakan manajemen kebidanan dibawah pengawasan
penuh pembimbing klinik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa
Praktik Mandiri Bidan (PMB). Mahasiswa juga diharuskanmembuat
laporan secara rutin dan laporan asuhan kebidanan dengan
pendokumentasian SOAP.
B. Tujuan
1. Umum
Setelah melakukan kegiatan praktik klinik kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal di lahan praktik, mahasiswa
mampu untuk melakukan penanganan awal pada keadaan kegawat
daruratan pada kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir serta masa
nifas di rumah sakit dan mengobservasi kelanjutan dari penanganan
kasus kegawat daruratan maternal dan neonatal di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berupa Praktik Mandiri Bidan (PMB) serta
pendokumentasian asuhan kebidanannya dengan menjalankan social
distancing serta protokol pencegahan covid-19.
2. Khusus
D. Peserta Praktik
Mahasiswa tingkat III semseter V tahun akademik 2021/2022
berjumlah 147 orang.
F. Tempat Praktik
Kegiatan ptaktik dilaksankan di Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.
G. Strategi
1. Persiapan
a. Melakukan penjajakan ke Prakti Mandiri Bidan (PMB)
b. Menyusun kerangka acuan praktik
c. Melakukan rapat dosen
d. Pengarahan kepada mahasiswa
e. Menyiapkan prangkat praktik (format pengkajian, loogbook
dll)
2. Pelaksanaan
a. Mahasiswa mengisi daftar hadir selama kegiatan praktik.
b. Mahasiswa aktif dalam melaksanakan kegiatan praktik.
c. Mahasiswa melakukan asuhan kebidanan dalam lingkup
patologi kebidanan dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal dengan bimbingan penuh dan ditulis dalam buku
laporan kegiatan harian dengan menjalankan social distancing
serta protokol pencegahan covid-19.
d. Mahasiswa melakukan konsuktasi dengan pembimbing klinik
tentang kasus yang akan diambil sebagai laporan kasus dan
konsultasi dengan pembimbing klinik tentang
pendokumentasian kasus dengan menggunakan SOAP.
e. Mahasiswa mehmilih satu pasien/stadi kasus (hamil,
persalinan, nifas dan BBL) dalam lingkup patologi kebidanan
dan kegawatdaruratan yang akan dijadikan laporan akhir
praktik dan di dokumentasikan dengan metode SOAP serta
dikonsulkan kepada pembimbing lahan praktik dan
pembimbing institusi (terlampir jenis-jenis studi kasus yang
dapat diambil),
f. Mahasiswa mengisi buku pencapaian praktik (loogbook) sesuai
dengan keterampilan yang dikerjakan.
H. Penilaian
1. Penilaian diperoleh dari :
a. Penampilan klinik dengan bobot 80% meliputi :
Pengetahuan diperoleh dari tanya jawab yang dilakukan
pada ssat proses prakrik klinik atau pada akhir kegiatan.
Keterampilan diperoleh dari kemampuan mahasiswa dalam
melakukan keterampilan sesuai dengan asuhan yang
diberikan dan dilakukan tidak hanya sekali penilaian.
Sikap diperoleh dari performan mahasiswa dalam
memberikan asuhan kepada klien, dan tidak hanya sekali
penilaian.
b. Laporan kegiatan dan laporan studi kasus dengan bobot 20%.
2. Batas Nilai Lulus : minimal 75-100 {3,00 (B) – 4,00 (A).
I. Sumber Dana
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal ini menggunakan dana yang bersumber pada anggaran BLU
Program Studi Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tahun
2021.
J. Penutup
Demikianlah kerangka acuan ini dibuat sebagai pedoman dalam
melaksankan kegiatan pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan
Kegawatdaruran Maternal Neonatal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. SEKTIO CAESAREA
1. Definisi
Sektio Cesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui insisi pada dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh dan berat janin lebih dari 500 gram
(Angsar, 2007). Dokter biasanya membuat sayatan memanjang
dengan arah horizontal tepat di atas tulang kemaluan. Metode
persalinan ini biasanya dilakukan saat ibu hamil melahirkan
dirumah sakit, bukan saat ibu melahirkan dirumah. Operasi caesar
biasanya dilakukan sekitar minggu ke – 39, atau ketika dokter
menyarankan anda untuk menjalankan operasi. Biasanya, dokter
akan menganjurkan persalinan atau operasi ceasar bila kehamilan
yang berisiko.
Kehamilan dan persalinan dengan riwayat sektio cesarea
sebelumnya akan mendapat risiko terjadinya morbiditas dan
mortalitas yang meningkat terutama berhubungan dengan parut
uterus (Wirakusumah, 2008). Selain itu berdasarkan penelitian
epidemiologik baik di rumah sakit rujukan (RSU dr.Sutomo) dan di
luar rumah sakit didapatkan berbagai macam masalah kesehatan
ibu hamil yang tercakup ke dalam dua puluh faktor risiko yang
menggolongkan kehamilan dengan bekas sektio cesarea ke dalam
kelompok faktor risiko I atau ibu dengan risiko tinggi sehingga
persalinannya harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang
memadai dan ibu dengan kehamilan bekas sektio caesarea
menjalani rujukan dini berencana (Rochjati, 2008).
2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak primi para tua
disertai kelainan disproporsi sefalo pelvik (janin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, gangguan perjalan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya.
b. Etiologi yang berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif &
Hardhi, 2015).
3. Patofisologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin
menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan dan
akhirnya harus dilakukan tindakan Sectiocaesarea,bahkan sekarang
Sectiocaesarea manjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng,
2010).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan
menyebabkan pasien mengalami mobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
d. Partus Lama
Partus lama disebut sebagai kegagalan kemajuann proses
persalinan, persalinan memanjang, kegagalan dilatasi serviks,
atau kegagalan penurunan kepala janin.
e. Bekas Sektio Caesarea
Sektio Caesarea ulangan dilakukan pada indikasi seksio
sesarea sebelumnya yang bersifat absolut misalnyasefalopelvik
dispropotion absolut yaitu kondisi klinis ketika janin terlalu
besardibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga
tidak dapat dilakukan persalinan per vaginam (Norwitz, 2006).
Setiap ibu hamil dengan bekas sektio caesarea haruslah
melakukan pemeriksaan antenatal sma seperti pada kahamilan
normal, yang harus difokuskan pada pemeriksaan adalah hal-hal
berikut :
- Menentukan usia kehamilan, besar janin, dan letak janin
dalam rahim (terutama pada kehamilan trimester III)
- Menilai keadaan parut luka dari operasi sebelumnya dan
menilai adanya kemungkinan komplikasi pada pembedahan
yang lalu
- Jenis irisan uterus
- Setiap ibu dengan bekas sektio caesarea harus melahirkan di
rumah sakit dengan fasilitas kesehatan yang memadai
terutama kasus persalinan dengan parut uterus
(Wirakusumah, 2008).
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea
adalah :
a. Komplikasi Pembiusan
b. Perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea
c. Syok Perdarahan
d. Obstruksi Usus
e. Gangguan Pembekuan Darah
f. Cedera Organ Abdomen seperti Usus
g. Ureter
h. Kandung Kemih
i. Pembuluh Darah
6. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetricatau medis memerlukan
observasi ketat setelah resiko Sectio Caesarea. Perawatan ibu
meliputi :
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diatas (15 menit). Pastikan
kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan
jumlah lokea.
c. Pertahankan keseimbangan cairan.
d. Pastikan analgesa yang adekuat.
e. Penggunaan anelgesa epidural secara kontinu sangat berguna.
f. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio
Caesarea, misalnya kondisi medis seperti diabetes.
g. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada
koontraindikasi.
h. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan sesuai dengan
keadaan dan jawab pertanyaan pertanyaan pasien.
i. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca
melahirkan guna memastikan penyembuhan total, mendiskusikan
kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan
untuk kondisi medisnya, (Fraser, 2012).
B. BBLR
1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru
lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun
definisi sebagai berikut :
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematur
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan
(NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NLB- KMK )
2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran
premature. Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-
lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
a) Faktor Ibu
1. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
2. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
3. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
4. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
b) Faktor janin
1. Hidramnion
2. Kehamilan ganda
3. Kelainan kromosom
c) Faktor lingkungan
1. Tempat tinggal dataran tinggi
2. Radiasi
3. Zat-zat racun.
4. Penatalaksanaan
a) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
b) Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek
sedikit demi sedikit
2. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet
3. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/ sonde fooding
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
2. Bayi sakit
1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama
3) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
4) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung: Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
5) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b) Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
1. Membersihkan jalan napas
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
4. Memberikan obat mata
5. Membungkus bayi dengan kain hangat
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah
c) Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
1. Terapi
1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu 2)
2. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodic
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.
2. Derajat Robekan
Derajat robekan perineum dibagi menjadi 4 yaitu derajat I, II, III,
IV, yaitu sebagai berikut :
Derajat I : Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina,
dan kulit perineum tepat dibawahnya.
Derajat II : Robekan derajat II meliputi mukosa vagina, kulit
perineum, otot perineum.
Derajat III : Robekan derajat ketiga meluas sampai pada mukosa
vagina, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna.
Derajat IV : Robekan derajat ketiga meluas sampai pada mukosa
vagina, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani
eksterna dan dinding rektum anterior.
3. Faktor Penyebab Robekan Jalan Lahir
1. Usia ibu lebih tua saat melahirkan yakni diatas 35 tahun
2. Pernah mengalami robekan vagina pada persalinan
sebelumnya
3. Mempunyai perineum yang lebih pendek
4. Tenaga ibu saat proses persalinan berjalan panjang atau harus
mengejan terlalu lama
5. Bayi lahir dengan posisi posterior, atau kepala dibawah dan
menghadap ke perut ibu
6. Faktor Janin bayi dalam kandungan berukuran besar, berat
badan mencapai lebih dari 3,5 kilogram
7. Waktu dilakukan Episiotomi
8. Penggunaan Oxytocin
SURAT KETERANGAN
PENGAMBILAN STUDI KASUS
Mengetahui,
A. SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. Cici Andriani : Tn. Ardianto
Umur : 30 tahun : 31 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Buruh
Alamat : Jl. P Senopati Dusun 3B Karang Sari Jati Agung
2. Anamnesa
Keluhan Utama : Ny. S mengatakan merasa kram dibawah perut.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut dalam sehari
Warna : Merah segar
Sifatnya : cair dan ada gumpalan
Desminore : Tidak
4. Riwayat Perkawinan
Status Menikah : Sah
Menikah ke : 2 (kedua)
Lama Pernikahan : ± 5 tahun
5. Riwayat Obstetri
Hami Persalinan Nifas
l ke Tahun UK Jenis Penolong Komplikasi J BB P Laktas komplikasi
persalinan K B i
1 2017 Aterm SC Dokter Partus K ♂36 3600J 50 Ya -
Lama
Hamil Sekarang
6. Status Imunisasi TT
TT 1 : SD
TT 2 : SD
TT 3 : Catin
TT 4 : Hamil pertama
TT 5 : Hamil sekarang (UK 24 minggu )
c. Aktivitas
Pola istirahat dan tidur : 7-8 jam per hari
Mobilisasi : Ibu berbaring dan miring kiri
Pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah
Olahraga : Terkadang
Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari dan menggosok
Gigi setiap mandi serta mengganti
pakaian dalam setiap habis mandi.
Seksualitas : Sesuai kebutuhan
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
DJJ : ± 144 x/m
Tinggi Badan : 157 cm
BB Sebelum Hamil : 68 kg
BB Sesudah Hamil : 78 kg
LILA : 33 cm
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 20x/m
N : 82x/m S : 36,5 °C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih, berwarna hitam dan sedikit rontok
Wajah : Tidak ada oedema
Mata : Sclera putih bersih, Konjungtiva merah muda
Hidung : Sistematis tidak ada polip dan sinus
Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada caries gigi dan gusi berwarna merah muda.
Telinga : sistematis, bersih dan tidak ada pengeluaran.
b. Kepala
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar jugularis : Tidak ada pembendungan
c. Leher
Jantung : Normal, terdengar bunyi lupdup
Paru-paru : Normal, tidak terdengar suara wheezing dan
ronkhie
d. Payudara
Pembesaran : Ya, kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol, kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Hiperpigmentasi : Ya, pada aerola mamae
e. Abdomen
Luka pasca operasi : Ya ada
Pembesaran : Ya, memanjang
Benjolan : Tidak ada
Linea : Ya ada
Acites : Tidak ada
Kontraksi : Baik
Luka parut : Ya ada
f. Palpasi Absomen
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian
fundus teraba bulat, lunak dan tidak
melenting (Bokong janin).
Leopold II : Pada bagian kiri Ibu teraba tekanan keras
datar dan memanjang (punggung janin),
pada bagian kanan teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas)
Leopold III : Pada bagian bawah perut Ibu teraba bagian
Bulat, keras dan Melenting serta sulit
digerakkan (Kepala janin).
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen)
Penurunan :-
TFU. MC.Donald : 33 cm
TBJ : {(TFU-n x 155)}
{(33 – 12) x 155}
(21 x 155)
3.255 gram
DJJ : + 144x/m
HIS :-
Punctum maximum : ± 3 jari dibawah pusat sebelah kanan
g. Punggung dan Pinggang
Posisi Pinggang : Lordosis
Nyeri pinggang : Tidak ada
h. Ekstramitas
Ekstramitas Atas
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Estramitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek Patela : (+) kanan (+) kiri
i. Anogenetal
Perineum : Normal, utuh
Vulva dan Vagina : Bersih, tidak ada benjolan, tidak
ada bengkak dan nyeri
Pengeluaran Pervaginam : Lendir bercampur darah
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
j. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,2 gd/dL
HBsAg : Reaktif (+)
Proteun Urin : Negatif (-)
C. ANALISA
Diagnosa Ibu : Ny. C usia usia kehamilan 37 minggu 4 hari G2P1A0
Diagnosa Janin : Tunggal, hidup intrauteri, presentasi kepala
Masalah : Ibu memiliki riwayat kehamilan SC, serta memiliki
HbsAg reaktif (+)
D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan inform consent dan dukungan emosional terhadap ibu dan
keluarga.
Ibu dan keluarga sudah mengerti.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu
dan janin baik.
Ibu merasa senang bahwa kondisinya baik.
3. Melakukan pemeriksaan HbsAg dan hasilnya dinyatakan positif/reaktif,
dan Ny. C sebelumnya kehamilan pertama memiliki riwayat SC. Pada
tingkat kegawatdaruratan pelayanan kesehatan menyarankan untuk
melakukan rujukan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
Ibu sudah mengerti.
4. Menentukan tempat rujukan yang mempunyai wewenang dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan pasien.
Ibu sudah menyiapkan tempat rujukan.
5. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga. Kaji ulang rencana
rujukan, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, hasil
pemeriksaan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Ibu sudah menyiapakan dokumen rujukan.
6. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju ibu.
Ibu sudah mengerti
7. Persiapan ibu (BAKSOKUDO)
Ibu sadah mengerti dan akan menyiapakan persiapan rujukan.
8. Tindak lanjut pasien dirujuk.
LEMBAR KONSULTASI
SURAT KETERANGAN
PENGAMBILAN STUDI KASUS
Mengetahui,
A. SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama : By Ny. S
Tanggal Lahir : 11 Oktober 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (dua)
2. Anamnesa
Keluhan Utama : By Ny. S aterm dengan Berat Badan Lahir Rendah.
4. Riwayat Penyakit
Perdarahan : Tidak ada
Preeklamsi/Eklamsi : Preeklamsi
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Bayi menangis, tonus otot lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : N : 110 x/m
R : 40 x/m
S : 36,8°C
Berat Badan : 2100 gram
Panjang Badan : 45 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, tidak terdapat benjolan dan luka, tidak
mengalami pembengkakan
b. Muka : Tidak terdapat oedema, tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik
d. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluran secret
f. Mulut : Tidak sianosis, tidak palatoskizis
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada pengeluaran
h. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
i. Abdomen :Simetris, mengalami pembesaran, teraba keras,
bising usus
j. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora, uretaria (+)
k. Ekstremitas : Tidak ada polidaktilis dan sidaktilis pada jari-jari
tidak oedema
l. Anus : (+) terbuka
C. ANALISA
Diagnosa : Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah.
D. PENATALAKSANAAN
1. Menganamnesa pasien atau orangtua bayi
2. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil
3. Melakukan pemeriksaan bayi dan menghisap mulut dan hidung bayi
dan meletakkan bayi dibawah lampu 60 watt dengan jarak 60 cm,
membungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih. Mengatur
posisi bayi dengan kepala ekstensi menggunakan kain yang
mengganjal pada bahu bayi, segera lakukan penilaian pada frekuensi
jantung, pernafasan, dan warna kulit, pemasangan oksigen, dan
tindakan resusitasi
4. Menimbang berat badan bayi dan mengukur panjang badan bayi
Berat Badan : 2100 gram Panjang Badan : 45 cm
5. Memberikan suntikan vitamin k dan salf mata
6. Membuat pendokumentasian SOAP
LEMBAR KONSULTASI