Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


DI PMB TRIANA FIRLYANTI SY, A.MD.KEB
DESA KARANG SARI KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2021

Oleh :
DARTI SAFITRI
1915401082

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEBIDANAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga mahasiswi Jurusan
Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang dapat menyelesaikan praktek
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal sampai dengan
penyusunan laporan di Desa Karang Sari Kecamatan Jati Agung
Lampung Selatan. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal sebagai bentuk
pertanggung jawaban kegiatan praktek yang telah dilaksanakan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih


yang tidak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :

1. Ibu Dr. Sudarmi, S.Pd., M.Kes selaku ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kebidanan Tanjung Karang
2. Ibu Nelly Indrasari, SSiT., M.Kes selaku ketua Program Studi D III
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
3. Ibu Nelly Indrasari, SSiT., M.Kes selaku Pembimbing Institusi
4. Ibu Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB selaku Pembimbing Lahan
Praktik
5. Kedua orang tua dan teman-teman saya yang memberikan
dukungan dan motivasi

Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan bagi pembaca umum dan
Mahasiswi Program Studi Kebidanan khususnya.

Bandar Lampung, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Studi Diploma III Kebidanan Tanjungkarang, merupakan
salah satu Program Studi yang ada pada Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang yang menghasilkan tenaga Ahli Madya
Kebidanan yang professional, unggul dan mandiri serta berwawasan
entrepreneur. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan deteksi dini dan
penanganan awal kegawatdaruratan pada Maternal Neonatal serta
sudah tersertifikasi dalam memberikan penanganan awal
kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Untuk mencapai tujuan tersebut,
salah satu mata kuliah yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa berupa
Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
dengan beban SKS (2 SKS).
Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
merupakan praktik klinik di lapangan yang memberikan kemampuan
kepada mahasiswa untuk melakukan penanganan awal pada
kegawatdaruratan pada kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir,
serta nifas di Pelayanan Kebidanan dan mengobservasi kelanjutan dari
penanganan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal dengan
memperhatikan aspek budaya yang didasari pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berdasarkan evidence based dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan yang berfokus pada upaya
pengambilan keputusan klinik, penanganan segera, berkolaborasi dan
konsultasi, serta pendokumentasian asuhan kebidanannya.
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan praktik ini
adalah mahasiswa mampu melakukan deteksi dini dan penanganan
awal kegawatdaruratan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
dan kode etik profesi, di dukung dengan kemampuan berkomunikasi
dan pengambilan keputusan serta memperhatikan aspek budaya yang
didasari pengetahuan, sikap, keterampilan yang berdasarkan evidence
based dan menggunakan manajemen kebidanan dibawah pengawasan
penuh pembimbing klinik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa
Praktik Mandiri Bidan (PMB). Mahasiswa juga diharuskanmembuat
laporan secara rutin dan laporan asuhan kebidanan dengan
pendokumentasian SOAP.

B. Tujuan
1. Umum
Setelah melakukan kegiatan praktik klinik kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal di lahan praktik, mahasiswa
mampu untuk melakukan penanganan awal pada keadaan kegawat
daruratan pada kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir serta masa
nifas di rumah sakit dan mengobservasi kelanjutan dari penanganan
kasus kegawat daruratan maternal dan neonatal di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berupa Praktik Mandiri Bidan (PMB) serta
pendokumentasian asuhan kebidanannya dengan menjalankan social
distancing serta protokol pencegahan covid-19.

2. Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan dengan prinsip penyelamatan


dan bantuan hidup dasar pada kasus kegawatdaruratan maternal
neonatal dengan menjalankan social distancing serta protokol
pencegahan covid-19
b. Melakukan penanganan awal pada kasus kegawatdaruratan
maternal neonatal dengan menjalankan social distancing serta
protokol pencegahan covid-19.
c. Mampu mendeteksi komplikasi yang bisa terjadi pada
kehamilan.
d. Mampu mendeteksi komplikasi yang bisa terjadi pada persalinan
dan bayi baru lahir.
e. Mampu mendeteksi komplikasi yang bisa terjadi pada pasca
persalinan.
f. Mengetahui alur sistem rujukan.
C. Metode
1. Diskusi
2. Daring
3. Luring
4. Observasi
5. Konferensi
6. Problem Solving
7. Stadi Kasus

D. Peserta Praktik
Mahasiswa tingkat III semseter V tahun akademik 2021/2022
berjumlah 147 orang.

E. Waktu dan Tempat Praktik


1. Beban studi : 2 SKS x 16 minggu x 170 menit = 5.440/60 menit =
91 jam/7 jam = 14 hari efektif.
2. Kegiatan praktik dilaksanakan di PMB TMT : 10-24 Oktober 2021.
3. Dikarenakan kondisi saat ini yang memasuki tatanan kebiasaan
baru dalam rangka pencegahan covid-19, maka kegiatan praktik
klinik kebidanan yang semestinya dilaksankan di Fasilitas
Kesehatan (Puskesmas PONED, Rumah Sakit), dialihkan ke PMB
dengan ketentuan sebagai berikut : Kegiatan praktik klinik
dilakukan selama 7 jam/ hari, sehingga hari efektif praktik menjadi
14 hari.
4. Pengambilan kasus yang diambil yang semula hanya lingkup
kegawatdaruratan menjadi kasus dalam lingkup patologi dan
kegawatdaruratan materlna neonatal.
5. Jumlah mahasiswa praktik 147 orang terdiri dari :
a. Lampung Selatan : 75 mahasiswa
b. Bandar Lampung : 72 mahasiswa

F. Tempat Praktik
Kegiatan ptaktik dilaksankan di Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.

G. Strategi
1. Persiapan
a. Melakukan penjajakan ke Prakti Mandiri Bidan (PMB)
b. Menyusun kerangka acuan praktik
c. Melakukan rapat dosen
d. Pengarahan kepada mahasiswa
e. Menyiapkan prangkat praktik (format pengkajian, loogbook
dll)
2. Pelaksanaan
a. Mahasiswa mengisi daftar hadir selama kegiatan praktik.
b. Mahasiswa aktif dalam melaksanakan kegiatan praktik.
c. Mahasiswa melakukan asuhan kebidanan dalam lingkup
patologi kebidanan dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal dengan bimbingan penuh dan ditulis dalam buku
laporan kegiatan harian dengan menjalankan social distancing
serta protokol pencegahan covid-19.
d. Mahasiswa melakukan konsuktasi dengan pembimbing klinik
tentang kasus yang akan diambil sebagai laporan kasus dan
konsultasi dengan pembimbing klinik tentang
pendokumentasian kasus dengan menggunakan SOAP.
e. Mahasiswa mehmilih satu pasien/stadi kasus (hamil,
persalinan, nifas dan BBL) dalam lingkup patologi kebidanan
dan kegawatdaruratan yang akan dijadikan laporan akhir
praktik dan di dokumentasikan dengan metode SOAP serta
dikonsulkan kepada pembimbing lahan praktik dan
pembimbing institusi (terlampir jenis-jenis studi kasus yang
dapat diambil),
f. Mahasiswa mengisi buku pencapaian praktik (loogbook) sesuai
dengan keterampilan yang dikerjakan.

3. Tindak Lanjut (setelah kegiatan praktik kebidanan


kegawatdaruratan maternal dan neonatal)
a. Mahasiswa mengumpulkan buku laporan kegiatan harian,
loogbook dab laporan studi kasus dilengkapi ceklis tindakan
(hamil, salin, nifas dan BBL) dalam lingkup patologi kebidanan
dan kegawatdaruratan kepada pembimbing institusi.
b. Mahasiswa melaporkan pencapaian target kepada pembimbing
institusi
c. Pembimbing klinik dan institusi menyerahkan hasil praktik
mahasiswa kepada bagian akademik Prodi D III Kebidanan
Tanjungkarang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

H. Penilaian
1. Penilaian diperoleh dari :
a. Penampilan klinik dengan bobot 80% meliputi :
 Pengetahuan diperoleh dari tanya jawab yang dilakukan
pada ssat proses prakrik klinik atau pada akhir kegiatan.
 Keterampilan diperoleh dari kemampuan mahasiswa dalam
melakukan keterampilan sesuai dengan asuhan yang
diberikan dan dilakukan tidak hanya sekali penilaian.
 Sikap diperoleh dari performan mahasiswa dalam
memberikan asuhan kepada klien, dan tidak hanya sekali
penilaian.
b. Laporan kegiatan dan laporan studi kasus dengan bobot 20%.
2. Batas Nilai Lulus : minimal 75-100 {3,00 (B) – 4,00 (A).

I. Sumber Dana
Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal ini menggunakan dana yang bersumber pada anggaran BLU
Program Studi Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tahun
2021.

J. Penutup
Demikianlah kerangka acuan ini dibuat sebagai pedoman dalam
melaksankan kegiatan pembelajaran Praktik Klinik Kebidanan
Kegawatdaruran Maternal Neonatal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. SEKTIO CAESAREA
1. Definisi
Sektio Cesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui insisi pada dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh dan berat janin lebih dari 500 gram
(Angsar, 2007). Dokter biasanya membuat sayatan memanjang
dengan arah horizontal tepat di atas tulang kemaluan. Metode
persalinan ini biasanya dilakukan saat ibu hamil melahirkan
dirumah sakit, bukan saat ibu melahirkan dirumah. Operasi caesar
biasanya dilakukan sekitar minggu ke – 39, atau ketika dokter
menyarankan anda untuk menjalankan operasi. Biasanya, dokter
akan menganjurkan persalinan atau operasi ceasar bila kehamilan
yang berisiko.
Kehamilan dan persalinan dengan riwayat sektio cesarea
sebelumnya akan mendapat risiko terjadinya morbiditas dan
mortalitas yang meningkat terutama berhubungan dengan parut
uterus (Wirakusumah, 2008). Selain itu berdasarkan penelitian
epidemiologik baik di rumah sakit rujukan (RSU dr.Sutomo) dan di
luar rumah sakit didapatkan berbagai macam masalah kesehatan
ibu hamil yang tercakup ke dalam dua puluh faktor risiko yang
menggolongkan kehamilan dengan bekas sektio cesarea ke dalam
kelompok faktor risiko I atau ibu dengan risiko tinggi sehingga
persalinannya harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang
memadai dan ibu dengan kehamilan bekas sektio caesarea
menjalani rujukan dini berencana (Rochjati, 2008).

2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak primi para tua
disertai kelainan disproporsi sefalo pelvik (janin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, gangguan perjalan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya.
b. Etiologi yang berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif &
Hardhi, 2015).

3. Patofisologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin
menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan dan
akhirnya harus dilakukan tindakan Sectiocaesarea,bahkan sekarang
Sectiocaesarea manjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng,
2010).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan
menyebabkan pasien mengalami mobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.

4. Faktor penyebab terjadinya Sectio Caesarea


a. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
Cephalopelvic Disproportion (CPD) absolut merupakan
suatu kondisi tidak seimbang antara ukuran janin yang terlalu
besar dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga
tidak dapat dilakukan persalinan pervaginam.
b. Pre-eklamsi - Eklamsia
Preeklamsi merupakan hipertensi yang timbul setalah usia
kehamilan 20 minggu dan sertai dengan proteinurea. Eklamsia
merupakan preeklamsi yang disertai dengan kejang – kejang dan
atau tanpa koma.indikasi sectio caesarea dilakukan apabila
terjadi preeklamsia berat.
c. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Pecah ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal yang fisiologis sedangkan ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur menandakan adanya beberapa hal
misalnya adanya infeksi yang berasal dari vagina.

d. Partus Lama
Partus lama disebut sebagai kegagalan kemajuann proses
persalinan, persalinan memanjang, kegagalan dilatasi serviks,
atau kegagalan penurunan kepala janin.
e. Bekas Sektio Caesarea
Sektio Caesarea ulangan dilakukan pada indikasi seksio
sesarea sebelumnya yang bersifat absolut misalnyasefalopelvik
dispropotion absolut yaitu kondisi klinis ketika janin terlalu
besardibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga
tidak dapat dilakukan persalinan per vaginam (Norwitz, 2006).
Setiap ibu hamil dengan bekas sektio caesarea haruslah
melakukan pemeriksaan antenatal sma seperti pada kahamilan
normal, yang harus difokuskan pada pemeriksaan adalah hal-hal
berikut :
- Menentukan usia kehamilan, besar janin, dan letak janin
dalam rahim (terutama pada kehamilan trimester III)
- Menilai keadaan parut luka dari operasi sebelumnya dan
menilai adanya kemungkinan komplikasi pada pembedahan
yang lalu
- Jenis irisan uterus
- Setiap ibu dengan bekas sektio caesarea harus melahirkan di
rumah sakit dengan fasilitas kesehatan yang memadai
terutama kasus persalinan dengan parut uterus
(Wirakusumah, 2008).

Sistem Rujukan untuk Kehamilan dengan Bekas Sektio Caesarea


Secara operasional sistem rujukan pada bidang obstetrik yaitu
suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu berupa interaksi dua arah
timbal balik antara bidan desa, bidan, dan dokter puskesmas
dipelayanan kesehatan dasar.
Pada kehamilan dengan bekas seksio sesarea karena ada potensi
gawat darurat obstetri misalnya berupa perdarahan, hipertensi,
preeklamsi, dan eklamsi (Rachimhadhi, 2008), atau berupa penyulit
dalam kehamilan misalnya kelainan letak atau presentasi, postterm
dengan pelvik skor rendah, plasenta previa, atau distosia (Achadiat,
2004), maka jenis rujukannya berupa rujukan terencana yaitu
rujukan dini berencana.

5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea
adalah :
a. Komplikasi Pembiusan
b. Perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea
c. Syok Perdarahan
d. Obstruksi Usus
e. Gangguan Pembekuan Darah
f. Cedera Organ Abdomen seperti Usus
g. Ureter
h. Kandung Kemih
i. Pembuluh Darah

6. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetricatau medis memerlukan
observasi ketat setelah resiko Sectio Caesarea. Perawatan ibu
meliputi :
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diatas (15 menit). Pastikan
kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan
jumlah lokea.
c. Pertahankan keseimbangan cairan.
d. Pastikan analgesa yang adekuat.
e. Penggunaan anelgesa epidural secara kontinu sangat berguna.
f. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio
Caesarea, misalnya kondisi medis seperti diabetes.
g. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada
koontraindikasi.
h. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan sesuai dengan
keadaan dan jawab pertanyaan pertanyaan pasien.
i. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca
melahirkan guna memastikan penyembuhan total, mendiskusikan
kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan
untuk kondisi medisnya, (Fraser, 2012).
B. BBLR
1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru
lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres
European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun
definisi sebagai berikut :

1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan


masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa
kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293
hari)
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan
mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

World Health Organization (WHO) pada tahun 1961


menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya
kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight
infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas
dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat
badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi
tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas
bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Klasifikasi
BBLR :

1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematur

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37


minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang
Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan
(NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa
Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

2. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran
premature. Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-
lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:

a) Faktor Ibu
1. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
2. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
3. Keadaan social
1) Golongan social ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
4. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
b) Faktor janin
1. Hidramnion
2. Kehamilan ganda
3. Kelainan kromosom
c) Faktor lingkungan
1. Tempat tinggal dataran tinggi
2. Radiasi
3. Zat-zat racun.

3. Komplikasi Pada BBLR

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan


lahir rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada
bayi baru lahir diantaranya:

1. Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia


neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
2. Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
3. Termoregulasi: Hipotermia
4. Hipoglikemia simtomatik

4. Penatalaksanaan
a) Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
b) Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek
sedikit demi sedikit
2. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet
3. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/ sonde fooding

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui


karena refleks menghisapnya masih lemah.Untuk bayi demikian
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan
pada bayi dengan pipa lambung atau pipet.Dengan memegang kepala
dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau
selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:

a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang


cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a) Berat lahir 1750-2500 gram


1. Bayi sehat
1) Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternative cara pemberian minum.

2. Bayi sakit
1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan
intravena hanya selama 24 jam pertama
3) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
4) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui
pipa lambung: Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
5) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah
stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan
dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b) Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
1. Membersihkan jalan napas
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
4. Memberikan obat mata
5. Membungkus bayi dengan kain hangat
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah

7. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara


1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang
dihangatkan terlebih dahulu
2) Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat
dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-
buli panas atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau
botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada
disebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka
bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus dalam
keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain
yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan
air panas kembali.
8. Suhu lingkungan bayi harus dijaga
1) Kamar dapat masuk sinar matahari
2) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi
9. Badan bayi harus dalam keadaan kering
10. Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
11. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
12. Ukur suhu tubuh dengan berkala
13. Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah:
1) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
14. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
15. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga
lainnya
16. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan
kamar untuk menyusui

c) Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
1. Terapi
1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu 2)
2. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodic
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat
badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.

Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui


perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
a. Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
d. Tes perkembangan Denver development screening test (DDST)
e. Awasi adanya kelainan bawaan
f. Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a) Membersihkan jalan napas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
d) Perawatan bayi sehari-hari:
 Memandikan
 Perawatan tali pusat
 Pemberian ASI Dll
g. Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin

Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada


perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk
ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke rumah sakit.

C. ROBEKAN JALAN LAHIR


1. Definisi
Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir
vagina, selaput darah, serviks, septum rektovaginalis akibat dari
tekanan benda tumpul. Robekan jalan lahir selalu memberikan
perdarahan dalam jumlah bervariasi banyaknya. Sumber
perdarahan dapatberasal dari perineum, vagina, serviks dan
robekan uterus, perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan
robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteli atau
pecahnya pembuluh darah vena.
Laserasi spontan pada vagina atau perineum biasanya
terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan
meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali.
Jalin kerjasama untuk mengatur kecepatan kelahiran bayi dan
mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat
saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm membuka vulva karena
pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat
melewati introitus dan perineum mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan, bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat
atau bernafas dengan cepat pada waktunya.

2. Derajat Robekan
Derajat robekan perineum dibagi menjadi 4 yaitu derajat I, II, III,
IV, yaitu sebagai berikut :
Derajat I : Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina,
dan kulit perineum tepat dibawahnya.
Derajat II : Robekan derajat II meliputi mukosa vagina, kulit
perineum, otot perineum.
Derajat III : Robekan derajat ketiga meluas sampai pada mukosa
vagina, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna.
Derajat IV : Robekan derajat ketiga meluas sampai pada mukosa
vagina, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani
eksterna dan dinding rektum anterior.
3. Faktor Penyebab Robekan Jalan Lahir
1. Usia ibu lebih tua saat melahirkan yakni diatas 35 tahun
2. Pernah mengalami robekan vagina pada persalinan
sebelumnya
3. Mempunyai perineum yang lebih pendek
4. Tenaga ibu saat proses persalinan berjalan panjang atau harus
mengejan terlalu lama
5. Bayi lahir dengan posisi posterior, atau kepala dibawah dan
menghadap ke perut ibu
6. Faktor Janin bayi dalam kandungan berukuran besar, berat
badan mencapai lebih dari 3,5 kilogram
7. Waktu dilakukan Episiotomi
8. Penggunaan Oxytocin

4. Perawatan Luka Jahitan


1. Pengertian Perawatan Luka Perineum
perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial dan spritual) dalam
rentang sakit sampai dengan sehat. Perineum adalah daerah
antara kedua belah paha yang dibatasi vulva dan anus. Jadi
perineum adalah pemenuhan kebutuhan menyehatkan daerah
antara paha dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa
antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ
genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
2. Tujuan Perawatan Luka Perineum
a) Untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva,
perineum, maupun didalam uterus
b) Untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum)
c) Untuk kebersihan perineum dan vulva
d) Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas,bila daerah
vulva dan perineum tidak bersih mudah terjadi infeksi pada
jahutan perineum, saluran vagina dan uterus.
3. Waktu Perawatan Luka Perineum
a) Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu dapat melepas pembalut, kemungkinan
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, maka diperlukan penggantian pembalut,
demikian pula pada perineum ibu.
b) Setelah BAK dan BAB
Kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni dan sisa
sisa kotoran pada rektum dan sekitar anus, akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum.
c) Cara Perawatan Luka Perineum
1. Persiapkan meliputi siapkan air, sabun dan washlap,
handuk kering bersih, pembalut ganti, dan celana dalam
bersih.
2. Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokan
perlahan washlap yang sudah ada busa sabun tersebut
keseluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut rasa nyeri,
bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor
akan menempel pada luka jahitan dan menjadi temapat
kuman berkembang biak.
3. Bilas dengan air bersih dan ulangi sekali lagi sampai
yakin bahwa luka benar benar bersih.
4. Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman serta
celana dalam yang bersih dari bahan katun.
5. Menyarankan ibu untuk segera mengganti pembalut jika
terasa darah penuh.
6. Konsumsi makanan bergizi dan berproteiun tinggi agar
luka jahitan cepat sembuh. Bisa dari telur, ikan, ayam,
daging, tahu dan tempe.
7. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa
seizin dokter atau bidan.
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung

SURAT KETERANGAN
PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Darti Safitri
NIM : 1915401082
Semester : V (lima)

Menyatakan telah mengambil kasus terhadap :


Nama : Ny. C
Umur : 30 tahun
Kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada Ibu Hamil dengan
Malposisi Sectio Caesarea

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB Darti Safitri


ASUHAN KEBIDANAN FATOLOGI PADA IBU HAMIL
TERHADAP NY. C G2P1A0 USIA KEHAMILAN 37 MINGGU 4 HARI
DENGAN INDIKASI MALPOSISI SECTIO CAESAREA
DI PMB TRIANA FIRLYANTI SY, A.MD.KEB

Anamesa Oleh : Darti Safitri


Tanggal : 15 Oktober 2021
Waktu : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB

A. SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. Cici Andriani : Tn. Ardianto
Umur : 30 tahun : 31 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Buruh
Alamat : Jl. P Senopati Dusun 3B Karang Sari Jati Agung

2. Anamnesa
Keluhan Utama : Ny. S mengatakan merasa kram dibawah perut.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut dalam sehari
Warna : Merah segar
Sifatnya : cair dan ada gumpalan

Desminore : Tidak

4. Riwayat Perkawinan
Status Menikah : Sah
Menikah ke : 2 (kedua)
Lama Pernikahan : ± 5 tahun

5. Riwayat Obstetri
Hami Persalinan Nifas
l ke Tahun UK Jenis Penolong Komplikasi J BB P Laktas komplikasi
persalinan K B i
1 2017 Aterm SC Dokter Partus K ♂36 3600J 50 Ya -
Lama
Hamil Sekarang

6. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


Ibu mengatakan menggunakan kondom setiap kali berhubungan.

7. Riwayat Hamil Sekarang


HPHT : 25 Januari 2021
TP : 01 November 2021
ANC Pertama : UK 7 minggu
UK : 37 minggu 4 hari
Tempat : PMB Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB
Banyaknya : 7 kali

6. Status Imunisasi TT
TT 1 : SD
TT 2 : SD
TT 3 : Catin
TT 4 : Hamil pertama
TT 5 : Hamil sekarang (UK 24 minggu )

7. Gerakan fetus pertama kali dirasakan usia kehamilan 16 minggu


8. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun, seperti asma, jantung, hipertensi, DM, HIV/AIDS namun
memiliki riwayat SC serta HbsAg reaktif (+).

9. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a. Nutrisi
Frekuensi Makan : 2-3 kali makan porsi sedang dengan nasi,
lauk pauk,Sayur dan terkadang buah
Frekuensi Minum : 6-7 gelas perhari dengan air putih
terkadang susu
b. Eliminasi
BAK : 6-7 kali sehari
Warna : Kuning jernih
BAB : 1 kali sehari
Konsistensi : Padat
Warna : Kuning

c. Aktivitas
Pola istirahat dan tidur : 7-8 jam per hari
Mobilisasi : Ibu berbaring dan miring kiri
Pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah
Olahraga : Terkadang
Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari dan menggosok
Gigi setiap mandi serta mengganti
pakaian dalam setiap habis mandi.
Seksualitas : Sesuai kebutuhan

d. Riwayat Psikososial Spritual


Ibu mengatakan merasa cemas dengan proses persalinan, suami dan
keluarga selalu memperhatikan keadaan Ibu. Ibu juga tidak
menganut adat istiadat yang bertentangan dengan kesehatan.

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
DJJ : ± 144 x/m
Tinggi Badan : 157 cm
BB Sebelum Hamil : 68 kg
BB Sesudah Hamil : 78 kg
LILA : 33 cm
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 20x/m
N : 82x/m S : 36,5 °C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih, berwarna hitam dan sedikit rontok
Wajah : Tidak ada oedema
Mata : Sclera putih bersih, Konjungtiva merah muda
Hidung : Sistematis tidak ada polip dan sinus
Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada caries gigi dan gusi berwarna merah muda.
Telinga : sistematis, bersih dan tidak ada pengeluaran.
b. Kepala
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar jugularis : Tidak ada pembendungan
c. Leher
Jantung : Normal, terdengar bunyi lupdup
Paru-paru : Normal, tidak terdengar suara wheezing dan
ronkhie
d. Payudara
Pembesaran : Ya, kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol, kanan dan kiri
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Hiperpigmentasi : Ya, pada aerola mamae
e. Abdomen
Luka pasca operasi : Ya ada
Pembesaran : Ya, memanjang
Benjolan : Tidak ada
Linea : Ya ada
Acites : Tidak ada
Kontraksi : Baik
Luka parut : Ya ada
f. Palpasi Absomen
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, pada bagian
fundus teraba bulat, lunak dan tidak
melenting (Bokong janin).
Leopold II : Pada bagian kiri Ibu teraba tekanan keras
datar dan memanjang (punggung janin),
pada bagian kanan teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas)
Leopold III : Pada bagian bawah perut Ibu teraba bagian
Bulat, keras dan Melenting serta sulit
digerakkan (Kepala janin).
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen)
Penurunan :-
TFU. MC.Donald : 33 cm
TBJ : {(TFU-n x 155)}
{(33 – 12) x 155}
(21 x 155)
3.255 gram
DJJ : + 144x/m
HIS :-
Punctum maximum : ± 3 jari dibawah pusat sebelah kanan
g. Punggung dan Pinggang
Posisi Pinggang : Lordosis
Nyeri pinggang : Tidak ada
h. Ekstramitas
Ekstramitas Atas
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Estramitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek Patela : (+) kanan (+) kiri
i. Anogenetal
Perineum : Normal, utuh
Vulva dan Vagina : Bersih, tidak ada benjolan, tidak
ada bengkak dan nyeri
Pengeluaran Pervaginam : Lendir bercampur darah
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
j. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,2 gd/dL
HBsAg : Reaktif (+)
Proteun Urin : Negatif (-)

C. ANALISA
Diagnosa Ibu : Ny. C usia usia kehamilan 37 minggu 4 hari G2P1A0
Diagnosa Janin : Tunggal, hidup intrauteri, presentasi kepala
Masalah : Ibu memiliki riwayat kehamilan SC, serta memiliki
HbsAg reaktif (+)

D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan inform consent dan dukungan emosional terhadap ibu dan
keluarga.
Ibu dan keluarga sudah mengerti.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu
dan janin baik.
Ibu merasa senang bahwa kondisinya baik.
3. Melakukan pemeriksaan HbsAg dan hasilnya dinyatakan positif/reaktif,
dan Ny. C sebelumnya kehamilan pertama memiliki riwayat SC. Pada
tingkat kegawatdaruratan pelayanan kesehatan menyarankan untuk
melakukan rujukan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab.
Ibu sudah mengerti.
4. Menentukan tempat rujukan yang mempunyai wewenang dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan pasien.
Ibu sudah menyiapkan tempat rujukan.
5. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga. Kaji ulang rencana
rujukan, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, hasil
pemeriksaan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Ibu sudah menyiapakan dokumen rujukan.
6. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju ibu.
Ibu sudah mengerti
7. Persiapan ibu (BAKSOKUDO)
Ibu sadah mengerti dan akan menyiapakan persiapan rujukan.
8. Tindak lanjut pasien dirujuk.
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Darti Safitri


NIM : 1915401082
Judul kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada Ibu Hamil Terhadap
Ny.C G2P1A0 Usia Kehamilan 37 Minggu 4 Hari dengan
Malposisi Sectio Caesarea
Pembimbing : Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB

NO Tanggal Topik yang Dikonsulkan Saran Paraf


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Darti Safitri


NIM : 1915401082
Judul kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada Ibu Hamil Terhadap
Ny.C G2P1A0 Usia Kehamilan 37 Minggu 4 Hari dengan
Malposisi Sectio Caesarea
Pembimbing : Nelly Indrasari, SSiT., M.Kes

NO Tanggal Topik yang Dikonsulkan Saran Paraf


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung

SURAT KETERANGAN
PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Darti Safitri
NIM : 1915401082
Semester : V (lima)

Menyatakan telah mengambil kasus terhadap :


Nama : Bayi. Ny. S
Umur : 24 tahun
Kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada BBL dengan Indikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Praktik Mahasiswa

Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB Darti Safitri


ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI. NY. S G2P1A0 USIA KEHAMILAN 37 MINGGU
DENGAN INDIKASI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI PMB TRIANA FIRLYANTI SY, A.MD.KEB

Anamesa Oleh : Darti Safitri


Tanggal : 11 Oktober 2021
Waktu : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB

A. SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama : By Ny. S
Tanggal Lahir : 11 Oktober 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (dua)

Identitas Orang Tua


Ibu Ayah
Nama : Ny. Sri Hidayani : Tn. Jumanto
Umur : 24 tahun : 37 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP : SD
Pekerjaan : IRT : Wiraswasta
Alamat : JL. Raya Trikora Dusun Pal Putih 1, Karang
Anyar, Jati Agung, Lampung Selatan

2. Anamnesa
Keluhan Utama : By Ny. S aterm dengan Berat Badan Lahir Rendah.

3. Riwayat Kehamilan ini


Riwayat Obstetri : P2A0
Keluhan Yang Dialami Ibu : Mulas pada bagian perut hingga ke
pinggang

4. Riwayat Penyakit
Perdarahan : Tidak ada
Preeklamsi/Eklamsi : Preeklamsi

5. Kebiasaan Waktu Hamil


Obat-obatan/Jamu : Tidak
Merokok : Tidak

6. Riwayat Persalinan Sekarang


Jenis : Spontan Pervaginam
Ditolong Oleh : Bidan
Jam/Tanggal Lahir : 10.10 WIB/11 Oktober 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 2100 gram
Panjang Badan : 45 cm
Keadaan BBL : Bayi menangis, tonus otot lemah, anus (+)

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Bayi menangis, tonus otot lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : N : 110 x/m
R : 40 x/m
S : 36,8°C
Berat Badan : 2100 gram
Panjang Badan : 45 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, tidak terdapat benjolan dan luka, tidak
mengalami pembengkakan
b. Muka : Tidak terdapat oedema, tidak pucat
c. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik
d. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluran secret
f. Mulut : Tidak sianosis, tidak palatoskizis
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi, tidak ada pengeluaran
h. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
i. Abdomen :Simetris, mengalami pembesaran, teraba keras,
bising usus
j. Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora, uretaria (+)
k. Ekstremitas : Tidak ada polidaktilis dan sidaktilis pada jari-jari
tidak oedema
l. Anus : (+) terbuka
C. ANALISA
Diagnosa : Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menganamnesa pasien atau orangtua bayi
2. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil
3. Melakukan pemeriksaan bayi dan menghisap mulut dan hidung bayi
dan meletakkan bayi dibawah lampu 60 watt dengan jarak 60 cm,
membungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih. Mengatur
posisi bayi dengan kepala ekstensi menggunakan kain yang
mengganjal pada bahu bayi, segera lakukan penilaian pada frekuensi
jantung, pernafasan, dan warna kulit, pemasangan oksigen, dan
tindakan resusitasi
4. Menimbang berat badan bayi dan mengukur panjang badan bayi
Berat Badan : 2100 gram Panjang Badan : 45 cm
5. Memberikan suntikan vitamin k dan salf mata
6. Membuat pendokumentasian SOAP
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Darti Safitri


NIM : 1915401082
Judul kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada BBL Terhadap By.Ny. S
G2P1A0 Usia Kehamilan 37 Minggu dengan Indikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pembimbing : Triana Firlyanti SY, A.MD.KEB

NO Tanggal Topik yang Dikonsulkan Saran Paraf


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Darti Safitri


NIM : 1915401082
Judul kasus : Asuhan Kebidanan Patologi pada BBL Terhadap By.Ny.S
G2P1A0 Usia Kehamilan 37 Minggu dengan Indikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Pembimbing : Nelly Indrasari, SSiT., M.Kes

NO Tanggal Topik yang Dikonsulkan Saran Paraf

Anda mungkin juga menyukai