BAB 1
PENDAHULUAN
masyarakat umum dengan istilah stroke adalah suatu penyakit karena kurangnya
pasokan darah ke otak. Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan
neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama
24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab
Penyakit cerebra vascular accident sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi
sebagian besar masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi
(jumlah kasus baru) kasus cerebra vascular accident yang terjadi di masyarakat.
Menurut data World Health Organization (WHO 2016) bahwa CVA merupakan
penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang paling umum dari cacat.
Sekitar 15 juta orang menderita CVA yang pertama kali setiap tahun, dengan
sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian (3,5 juta
perempuan dan 3,1 juta laki-laki). CVA merupakan masalah besar di negara –
negara berpenghasilan rendah dari pada negara berpenghasilan tinggi. Lebih dari
Preesentase kematian dini karena stroke naik menjadi 94% pada orang dibawah
kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan
2
Yogyakrta (16,9%), Sulwesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per
(PPOM), dan lain-lain. Di Indonesia, prevalensi stroke meningkat dari tahun 2007
– 2013, dimana Provinsi Jawa Timur menempati urutan tertinggi ke-4 setelah
prevalensi stroke juga terus mengalami peningkatan, dari sebanyak 0,7% pada
Peran seorang perawat salah satunya adalah memberi pendidikan dan penyedia
Infark sehingga hal ini perlu dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi
kepada pasien serta mengevaluasi kondisi kesehatan pasien atas dasar berbagai
keperawatan pada pasien Tn. E dengan Diagnosa Medis CVA Infark di Ruang 7
Untuk mengetahui lebih lanjut perawatan pada pasien dengan stroke infark
maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut terkait asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis CVA Infark di Ruang 7 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya..
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Akademisi
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis
2. Praktisi
Hasil studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
1. Metode
Studi kasus yaitu metode yang memusatkan perhatian pada satu objek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
a. Wawancara
b. Observasi
5
Data yang diambil melalui penelitian secara baik dengan pasien, reaksi,
respon pasien dan keluarga pasien sangat menerima kehadiran saya dengan
baik
c. Pemeriksaan
3. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
c. Studi Kepustakaan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam memahami dan mempelajari
studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
2. Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari:
BAB 2: Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis,
BAB 4: Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan medikal bedah tentang penyakit CVA Infark dimulai dari
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan medikal bedah tentang penyakit CVA Infark dan Konsep
penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis.
CVA Infark dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
Bagian dari otak secara garis besar terdiri dari : (Setiadi, 2016)
Berpasangan bagian atas dari otak kecil yang mengisi lebih dari setengah masa
otak. Permukaannya berasal dari bagian yang menonjol dan lekukan Cerebrum di
proses berfikir, pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi seperti kemampuan
berpikir abstrak dan nalar motoric bicara, pusat penghirup, pusat pengonrolan
b. Lobus Parientalis merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi
c. Lobus Occipitalis mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata,
nervus optikus
- Somatic sensory, area yang menerima implus dari reseptor sensori tubuh yang
terdiri dari area sensorik primer, dan visual primer, area auditori primer. Area
- Primary motor, area yang mengirim implus ke otot skeletal area primar terdapat
Terletak diantara serebrum dan otak tengah yang tersembunyi di balik hermisfer
serebral, terletak dibagian atas batang otak didepan mesenchepalon terdari dari :
a) Thalamus, berfungsi untuk stasiun pemancar bagi implus yang sampai di otak
nucleus rubra, substansia nigra dan globus palidus dari ganglia basalis
Merupakan bagian otak pendek dan terkonriksi yang menghubungkan pons dan
serebelum dan sereblum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks.
4. Otak belakang (pons) bagian otak yang menonjol kebanyakan tersusun dari
lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan
pernafasan.
Otak dilindungi oleh beberapa bagian yaitu kulit kepala, rambut, tulang tengkorak
dan kolumna vertebral dan meningeal (selaput otak ) lapisan meningeal terdiri
a. Durameter : selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat
piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi
c. Piameter : merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medulla spinalis terhadap trauma
atau gangguan dari luar. Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi
kapiler dan sekresi aktif dari epitel. Cairan serebrospinal hampir menyerupai
ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, cairan,
glukosa yang lebih kecil dan klorida yang lebih tinggi dengan PH cairan
yaitu :
c. Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari goncangan dan trauma.
d. Sebagai buffer
f. Mengalirkan bahan – bahan yang tidak diperlukan otak, seperti CO2, laktat,
Otak manusia menerima 17% dari curah jantung dan menggunakan 20% dari
Fungsi normal dari pusat kendali otak tergantung pada pasokan O2 dan nutrisi
yang cukup melalui jaringan pembuluh darah yang padat. Darah disuplai ke otak
melalui dua set pembuluh darah utama, yaitu arteri karotis kanan dan kiri serta
Arteri karotis memiliki dua divisi. Arteri karotis eksternal memasok darah ke
wajah dan kulit kepala. Arteri karotis internal memasok darah ke sebagian besar
cerebrum, bagian cerebellum, dan batang otak. Setiap penurunan aliran darah
melalui salah satu arteri karotis internal menyebabkan beberapa penurunan fungsi
otak yang dapat menyebabkan mati rasa (kebas), kelemahan, atau kelumpuhan
pada sisi tubuh yang berlawanan dengan penyumbatan arteri. Penyumbatan salah
14
satu arteri vertebral dapat menyebabkan banyak konsekuensi serius, mulai dari
2.1.2 Definisi
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.(Nurafif & Kusuma 2015)
mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak dan dapat terjadi
pada siapa saja dan kapan saja dengan Gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan cacat dalam bentuk kelumpuhan anggota badan,
thrombosis atau embolisasi yang terjadi pada satu atau lebih pembuluh darah otak
dan menyebabkan obstruksi aliran darah ke otak. Stroke iskemik akut adalah
gejala klinis defisit serebri fokal dengan onset yang cepat dan berlangsung lebih
dari 24 jam serta cenderung menyebabkan kematian. Dua penyebab utama infark
serebri yaitu thrombosis dan emboli (Gusev (2003) dalam (Gofir 2021)).
2.1.3 Klasifikasi
penyumbatan juga dapat terjadi dimanapun pada jalur pembuluh darah arteri yang
meunju otak. Stroke non hemoragik ini biasanya berupa iskemia atau emboli dan
trombosis serebral, pada kasus stroke jenis ini tidak mengalami pendarahan dan
pada umunya pasien dengan kasus stroke non hemoragik memilki kesadaran yang
pada wilayah vaskular dan biasanya berlangsung kurang dari 15 menit dengan
umumnya disebabkan karena suplai darah sementara yang tidak memadai untuk
suatu wilayah fokus otak. TIA bukan suatu gangguan yang jinak dan hampir
sepertiga pasien akhirnya akan memiliki infark serebral (sekitar 20% dalam
b. Trombosis serebri
Hampir separuh insiden CVA Infark trombosis. Jenis CVA ini ditandai
dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah menuju otak.
Biasa disebut dengan serebral trombosis. Proses trombosis dapat terjadi di dua
lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah besar erat kaitannya dengan
c. Emboli serebri
16
Pasokan darah dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak adalah faktor
2. CVA Hemoragik
ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
a. Pendarahan intraserebral
Pendarahan yang terjadi didalam otak, yakni pada ganglia batang otak pada
umumnya serta pada otak kecil dan otak besar, jenis kasus ini yang meimbulkan
akibat fatal, karena sebagian pasien pada penderita kasus stroke jenis ini
diselamatkan.
b. Pendarahan subarakhnoid
yang berada di bawah otak atau diselaput otak. Perdarahan tersebut menekan
otak sehingga suplai darah ke otak berhenti. Ketika darah yang berasal dari
pembuluh darah yang bocor bercampur dengan cairan yang ada dibatang atau
17
selaput otak, maka darah akan menghalangi aliran cairan otak sehingga
penderita hidrosefalus.
darah pada otak. Hampir 70% penderita stroke hemoragik terjadi pada penderita
2.1.4 Etiologi
1. Thrombosis serebral
iskemi pada jaringan otak yang dapat menimbulkan oedem dan kongesti
disekitarnya. Thrombosis rentan terjadi pada orang tua yang sedang tidur
18
atau bangun tdur, hal ini akibatkan oleh penurunan aktivitas simpatis dan
a) Ateroklerosis
Menumpuknya lemak, kolestrol, dan zat lain didalam dan didinding arteri,
Sehingga dapat terjadi oklusi akut arteri jika gumpalan plak mengalami
perpecahan.
membahayakan tubuh.
Peradangan pada pembuluh darah arteri didalam dan disekitar kulit kepala,
d) Emboli
Kondisi ketika benda atau zat asing seperti gumpalan darah atau
2. Hemoragi
3. Hipoksia umum
4. Hipoksia setempat
vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. (Syah, Pujiyanti, and
Widyantoro 2019)
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau setelah serangan jantung
3. Kolestrol tinggi
20
penyalahgunaan obat
5. Diabetes melitus
6. Stress emosional
kolestrol.
7. Umur
Semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke, pada
peneletian yang dilakukan oleh (Selvirawati, Wahab, and Rizarullah 2020) usia
tersering yang mengalami stroke yaitu 55-64 tahun. Pasien stroke iskemik
Sedangkan pasien dengan kelompok usia 50-56 tahun sebanyak 9 orang (75,0%)
8. Jenis kelamin
and Rizarullah 2020) jumlah pasien stroke lebih banyak lakilaki yaitu sebanyak
diakibatkan oleh faktor pencetus lain seperti merokok, minum alkohol yang
9. Faktor turunan
2.1.6 Patofisiologi
Infark serebri dimulai dengan penurunan suplei darah ke area otak tertentu.
Tingkat infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan ukuran pembuluh
darah serta sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah yang dipasok oleh
pembuluh darah yang tersumbat Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua
bagian, yaitu vaskular dan metabolik. Iskemia disebabkan oleh oklusi Oklusi
vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus,
kematian jaringan otak. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
perdarahn cerebral , jika aneurisma pecah atau rupture. Oklusi vaskular yang
terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul
berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak akan mati dalam hitungan
menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-
tiba. Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa
menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel
akibat edema sitotoksik Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorhagik.
22
neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan
oleh rusaknya sawara darah otak, sehingga sel darah merah terekstravasasi dari
otot neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik, misalnya:
1) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif atau
dipelajari sebelumnya.
3. Gangguan persepsi
sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
2) Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang
4) Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
Menurut Kemenkes RI tanda dan gejala dari stroke adalah SEGERA KE RS yang
Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum
secara tiba-tiba
bicaRa pelo / tiba-tiba tidak dapat bicara / tidak mengerti kata-kata / bicara tidak
nyambung
Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya,
2.1.9 Komplikasi
1. Komplikasi yang berhubungan dengan sitem saraf meliputi edema dan kejang
epileptik
2. Terjadinya infeksi
5. Kurangnya nutrisi
6. Dampak psiko-sosial
spesifik.
4. CT scan untuk melihat secara spesifik letak edema, adanya jaringan otak yang
6. EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
2.1.11 Pencegahan
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang
berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes mellitus
dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan
antikoagulan oral, dyslipidemia dengan diet rendah lemak. Rutin melakukan cek
25
2.1.12 Penatalaksanaan
1) Posisi kepala dan badan diatas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
5) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
pemasangan NGT.
6) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraidikasi. (Mega 2021)
2.2.1 Pengkajian
a. Data Umum
Tanyakan pada pasien tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
b. Keluhan Utama
26
Keluhan utama stroke infark yang sering menjadi alasan pasien untuk meminta
muncul, apakah mendadak atau bertahap, berapa kali masalah terjadi, lokasi
gangguan yang pasti, karakter keluhan. Serangan stroke infark sering kali
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
f. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
27
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
2) B2 (Blood)
yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan
3) B3 (Brain)
3) Saraf Okulomotorius (N. III) : saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata
4) Saraf troklearis (N. IV) : saraf motorik, untuk pergerakan bola mata.
6) Saraf Abdusen (N. VI) : saraf motorik, pergerakan bola mata kesamping
keseimbangan.
9) Saraf Glosofaringeus (N. IX) : saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa.
28
10) Saraf Vagus (N. X) : saraf sensorik dan motorik, reflek muntah dan menelan.
11) Saraf Asesorius (N. XI) : saraf motorik, untuk menggerakan bahu.
12) Saraf Hipoglosus (N. XII) : saraf motorik, untuk menggerakan lidah.
4) B4 (Bladder)
postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
5) B5 (Bowel)
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
6) B6 (Bone)
paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat.
D.0017)
29
(SDKI D.0019)
D.0054)
D.0063)
g. Resiko gangguan intregitas kulit ditandai dengan tirah baring (SDKI D.0139)
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi
utk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (SIKI :
mobilitas fisik tindakan 1.06171)
berhubungan keperawatan Observasi
dengan selama 3x24 jam, 1. Identifikasi adanya nyeri atau
penurunan diharapkan keluhan fisik lainnya
massa otot mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik
(SDKI D0054) meningkat, melakukan ambulasi
dengan kriteia 3. Monitor frekuensi jantung
hasil : dan tekanan darah sebelum
1. Pergerakan memulai ambulasi
ekstremitas 4. Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot Terapeutik
meningkat 5. Fasilitasi aktivitas ambulasi
3. Rentang gerak dengan alat bantu (mis. tongkat,
(ROM) meningkat kruk)
4. Kelemahan 6. Fasilitasi melakukan
fisik berkurang mobilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
(SLKI L.05042) membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
9. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
10. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi).
4 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri :
menelan tindakan makan/minum (SIKI I.11351)
berhubungan keperawatan 1. Monitor diet setiap hatinya
dengan selama 3x24 jam, (porsi bertambah ataukah
gangguan saraf diharapkan status kurang)
kranialis menelan membaik 2. Monitor kemampuan
(SDKI D.0063) dengan kriteria menelan (dapat menelan
hasil: berapa sendok)
1. Refleks 3. Atur posisi nyaman saat
menelan membaik minum susu/air
2. Frekuensi 4. Bantu untuk meningkatkan
32
keperawatan. Pada tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
Resiko jatuh
(D.0143)
Gangguan komunikasi verbal Gangguan mobilitas
Gangguan menelan (D.0063) (D.0119) fisik (D.0054)
Resiko gangguan
intregitas kulit (D.0139)
Defisit nutrisi (D.0019)
Gambar 2.3 Kerangka Masalah CVA Infark Sumber (Ariyanti 2019) dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia dalam (PPNI, 2016)
37