Disusun oleh :
1. Deyri Riyanda
2. Arida
3. Rhani
4. Nolivia
5. Yathe
6. Yuni
7. Desty
8. Ditya
A. LATAR BELAKANG
Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan
dengan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan (ansietas) berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. kecemasan (anisietas) adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart, 2006). Menurut Kliat dkk (2011)
Kecemasan (ansietas) adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan
terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejalagejala fisik
seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tangan gemetar.
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan
pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit kardiovaskuler, namun yang paling
umum adalah penyakit jantung koroner dan gagal jantung dikarenakan sistem
kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi, atau peredaran darah yang merupakan
bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan pengatur dan yang menyalurkan
oksigen serta nutrisi ke seluruh tubuh (Ruhyanudin, 2007, hlm. 1). Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2013, angka kematian akibat penyakit jantung
dan pembuluh darah sebanyak 17,3 juta orang tiap tahun dan diperkirakan akan
meningkat hingga mencapai angka 23,6 juta jiwa pada tahun 2030.
Upaya yang harus dilakukan oleh seorang perawat agar kecemasan ini dapat diatasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain terapi farmakologi dan non
farmakologi. Menurut Aronson & Ward (2010) terapi farmakologi seperti obat anti
cemas (anxiolytic) dapat membantu menurunkan cemas tetapi memeliki efek
ketergantungan, tindakan keperawatan terapi non farmakologi yang dilakukan
sebelumnya untuk mengurangi kecemasan yaitu terapi alternatif dan komplementer.
Terapi alternatif adalah jenis terapi modalitas yang diberikan sebagai pengganti praktek
pengobatan kedokteran konvensional sedangkan terapi komplementer adalah sejenis
terapi modalitas yang dikombinasikan dengan pengobatan kedokteran konvensional
(Nurgiwiati, 2015, hlm.1). Jenis terapi alternatif atau modalitas yang didalamnya
terdapat teknik hypnosis five fingers untuk mengurangi kecemasan pada kondisi phobia.
Hypnosis five fingers merupakan seni komunikasi verbal yang mengunakan variasi
dengan menggunakan lima jari sebagai tehnik yang bertujuan untuk menghilangkan
kecemasan. Hipnoterapi dapat mengontrol kondisi pasien dengan cara menciptakan
suatu gambaran nyata dari objek yang ditakutkan dan pasien tetap dalam kondisi rileks
dan pada akhirnya rasa takut atau cemas hilang (Nurgiwiati, hlm.45-46).
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti kegiatan EBN, diharapkan staff fungsional keperawatan mampu :
1) Memahami penurunan fungsi sistim kardiovaskuler.
2) Memahami masalah yang terjadi pada sistim kardio vaskuler terutama pada
kasus terjadinya penyumbatan arteri koronaria.
3) Memahami perawatan pasien yang mengalami gangguan sistim kardiovaskuler
terutama pada arteri koronaria melalui terapi farmakologis dan non
farmakologis.
4) Mendemonstrasikan Tekhnis Hypnosis Five Fingers Untuk Menurunkan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Kateterisasi Jantung.
C. Manfaat
A. Analisa PICO
B. Pernyataan Klinis
Apakah penerapan Hipnotis 5 jari dapat menangani masalah penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pre catheterisasi jantung di ruang Anggrek Rumah Sakit
Pertamina Balikpapan
C. Sumber Penelusuran dan Kata Kunci
Pencarian jurnal data based dalam EBN ini menggunakan engine jurnal yaitu:
1. http://www.google.co.id
2. http://scholar.google.co.id
D. Proses penulusuran jurnal dijabarkan pada table berikut ini:
Kata Kunci Sumber penelusuran
http://google.co.id http://scholar.google.co.id
Berdasarkan hasil penelusuran tersebut dipilih 3 jurnal yang relevan dengan penerapan
EBN. Kemudian diambil 1 (satu) jurnal yang dijadikan rujukan utama dalam penerapan
EBN sebagai berikut:
Jurnal Utama
1. Pengaruh Hypnosis Five Fingers Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Kateterisasi Jantung Di SMC RS Telogorejo Semarang (Felicia, 2018)
Rancangan penelitian ini menggunakan one grup pre-test post-test dengan pre
eksperimental design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 20 responden
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Uji statistik
yang digunakan adalah uji Wilcoxon.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang akan dilakukan kateterisasi jantung
pada bulan April 2018. Berdasarkan data pada tahun 2017 dalam satu tahun di ruang
THC SMC RS Telogorejo sebanyak 975 pasien PCI maupun PAC sehingga ratarata
dalam satu bulan adalah 80 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami
penurunan kecemasan, dari hasil penelitian didapatkan sebelum dilakukan terapi
hypnosis five fingers responden sebagaian besar mengalami kecemasan sedang
sebesar 90% dan setelah dilakukan terapi sebagian besar mengalami kecemasan
ringan sebesar 90%.
Jurnal Pendukung
1. Pengaruh Hipnosis 5 Jari Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sirkumsisi Di
Tempat Praktik Mandiri Mulyorejo Sukun Malang (Teofilus, 2016)
Penelitian yang di gunakan pre experimental design dengan one-group pretest-
posttest design.
Sampel penelitian semua pasien sirkumsisi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dalam
kurun waktu tertentu sesuai penentuan peneliti dengan teknik “konsekutif sampling”
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Pre test sebelum hipnosis 5 jari didapatkan
6 responden yang bersedia, (83%) 5 responden memiliki kecemasan ringan dan
(17%) 1 responden memiliki kecemasan sedang. Post test Sesudah hipnosis 5 jari
terhadap (83%) 5 responden berubah jadi tidak ada kecemasan dan (17%) 1
responden yang menunjukkan adanya pengaruh hipnosis 5 jari terhadap tingkat
kecemasan pasien sirkumsisi di tempat praktik mandiri Mulyorejo Sukun
Malangdengan nilai p 0.043 < 0.05.
2. Pengaruh Tekhnik 5 Jari Terhadap Tingkat Ansietas Klien Gangguan Fisik Yang
Dirawat Di RSU Kendal ( Kamilatur, 2017)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 64
responden dengan metode accidental sampling yang terbagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok klien yang pertama kali dirawat dan kelompok klien yang sudah
pernah dirawat.
Hasil Uji statistik dengan Uji Mann Whitney didapatkan p value pada kedua
kelompok 0,02 (p< 0,05) dengan penurunan ansietas pada kelompok klien yang
pertama kali dirawat sebesar (62,5%) dan pada kelompok klien yang sudah pernah
dirawat mengalami penurunan ansietas sebesar (22,5%), hasil penelitian menunjukan
ada pengaruh teknik 5 jari terhadap tingkat ansietas pada kelompok klien yang
pertama kali dirawat dan yang sudah pernah dirawat. Hasil penelitian ini
direkomendasikan pada klien ansietas yang sedang dirawat di Rumah sakit.
BAB III
TINJAUAN TEORI
4. Komplikasi
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang
ditemukan dibagi menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a. Komplikasi mayor/utama Komplikasi utama meliputi reoklusi akut,
miokard infark baru, pendarahan hebat di selangkangan kaki, tamponade
jantung akibat pecah atau robeknya dinding arteri koroner atau jantung
ruang dan kematian.
b. Komplikasi minor Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang
pembuluh koroner, ventrikel/atrium aritmia, bradikardi, hipotensi,
perdarahan, arteri trombus, emboli koroner. Komplikasi minor lain
adalahkehilangan darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia
pada ekstremitas tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi 14
ginjal karena media kontras, emboli sistemik dan hematoma di
selangkangan, hematoma retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula AV.
Komplikasi yang timbul pasca angiografi koroner melalui arteri arteri femoral
dipengaruhi oleh strategi untuk mengurangi komplikasi vaskuler yang terkait
dengan kateterisasi jantung melalui identifikasi faktor risiko yang terkait dan
pelaksanaan strategi pengurangan risiko. Antara ahli jantung dan perawat
memainkan peran penting dalam pengenalan dini dan pengelolaan komplikasi
ini. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu pasien merupakan aspek
penting dari perawatan selama kateterisasi jantung. Hal-hal yang dapat
meningkatkan risiko untuk pengembangan komplikasi vaskular pasca
kateterisasi jantung yaitu usia (yakni usia lebih dari 70 tahun), jenis kelamin
perempuan, sangat kurus atau gemuk tidak sehat, adanya penyakit pembuluh
darah perifer, hipertensi (PA-PSRS, 2007).
5. Teknik Anestesi
Umumnya tindakan kateterisasi menggunakan anestesi lokal, karena kita perlu
kerja sama dengan pasien saat tindakan berlangsung, tetapi pada bayi atau anak
yang tidak stabil/biru dan berpotensi terjadi kegawatan biasanya digunakan
anestesi umum (Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe, 2001).
6. Teknik Memasukkan Kateter
Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa teknik
memasukkan kateter PCA ada 2 cara yaitu
a. Perkutan atau percutaneous, seperti teknik memasang infus.
b. Cutdown atau vena seksi, yaitu membuat sayatan pada otot dan mencari
pembuluh darah kemudian melokalisasinya dan membuat tusukan pada
pembuluh darah tersebut untuk memasukkan kateter.
Teknik yang sering digunakan adalah cara perkutan karena komplikasi dari
teknik ini sangat kecil dan mudah untuk mengerjakannya.
Proses fisiologi timbulnya nyeri pada pasien pasca angiografi koroner yaitu
stimulus yang dalam hal ini adalah bantal pasir sebagai penekan
mekanikakan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin,
bradikinin, dan kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul
impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut saraf
perifer yang akan membawa impuls saraf ada dua jenis, yaitu serabut A-
delta dan serabut C. Impuls saraf akan dibawa sepanjang serabut saraf
sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls saraf tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neuro transmiter (substansi P).
Substansi P ini menyebabkan transmisi 21 sinapsis dari saraf perifer ke
saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls saraf
ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat. Setelah impuls saraf
sampai di otak, otak mengolah impuls saraf kemudian akan timbul respon
reflek protektif. Respon protektif yang muncul sebagai cara untuk
menghindari atau mengurangi rasa nyeri yang timbul (Smeltzer & Bare,
2008).
Menurut Perry dan Potter (2005) nyeri yang terjadi akan menyebabkan
seseorang memberikan respon berupa respon fisiologis, respon psikologis,
respon tingkah laku berupa pernyataan verbal, respon ekpresi wajah,
gerakan tubuh dan respon kontak dengan orang lain.
1) Respon Fisiologis berupa stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis.
Stimulasi saraf simpati meliputi dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respiratory rate, peningkatan heart rate, peningkatan nilai
gula darah, diaporesis, peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil,
penurunan motilitas saluran cerna. Adapun stimulus parasimpatik
berupa muka pucat, otot mengeras, penurunan heart rate, napas cepat
dan irreguler, nausea dan vomitus, kelelahan dan keletihan.
2) Respon psikologis berupa bahaya atau merusak, komplikasi seperti
infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal,
kehilangan mobilitas, menjadi tua dan sembuh.
3) Respon lingkah laku respon tingkah laku berupa pernyataan verbal,
respon ekpresi wajah, gerakan tubuh dan respon kontak dengan orang
lain. Respon pernyataan verbal meliputi mengaduh, menangis, sesak
napas, mendengkur. Respon ekspresi wajah meliputi meringis,
menggeletukkan gigi, menggigit bibir. Respon gerakan tubuh meliputi
gelisah, immobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan
tangan dan respon interaksi sosial berupa menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian.
b. Kaki Kesemutan
Kesemutan adalah perasaan pegal dan nyeri yang menusuk-nusuk.
Kesemutan sering terjadi pada ujung jari kaki maupun ujung jari tangan,
juga pada salah satu sisi tubuh. Penyebabnya karena tertindihnya saraf di
suatu daerah atau organ tubuh sehingga ujung saraf menjadi lumpuh
(Wijayakusuma, 1999). Rasa kesemutan bisa terjadi di seluruh tubuh,
hanya di salah satu sisi tubuh atau bagian tertentu dan bisa berlanjut
sebagai rasa tebal. Penyebabnya adalah jika terjadi di seluruh tubuh bisa
disebabkan gangguan liver, ginjal anemia dan sistem kekebalan tubuh, jika
kesemutan dirasakan di salah satu sisi tubuh bisa disebabkan jepitan saraf
di sebelah atas tempat yang kesemutan, DM (daerah kaki)(Wratsonggo &
Sulistyo, 2006).
Berikut ini yang terjadi pada kondisi normal. Ketika tekanan yang
berlebihan dialami oleh salah satu bagian kaki atau lengan, ada beberapa
hal yang terjadi. Arteri bisa tertekan, sehingga arteri tidak bisa memasok
jaringan-jaringan dan saraf dengan oksigen dan glukosa yang dibutuhkan
agar dapat berfungsi dengan baik. Saluran saraf juga bisa tersumbat,
menghalangi transmisi normal impulsimpuls elektrokimia ke otak. Dalam
situasi ini, sebagian saraf berhenti mengirimkan sinyal sementara sebagian
lain mengirimkan sinyal secara berlebihan. Sinyal-sinyal tersebut
dikirimkan ke otak, yang setiba di sana ditafsirkan sebagai rasa terbakar,
rasa ditusuktusuk, rasa digigit semut. Semua rasa tadi yang membuat kita
ingin menggerakkan kaki atau tangan. Menguncang-guncang kaki bisa
menghilangkan tekanan dan sel-sel saraf mulai mengirimkan sinyal secara
normal. Rasa ditusuk-tusuk bisa bertambah sampai sel-sel saraf yang
terpengaruh pulih kembali. Itu sebabnya sakit sekali ketika 26 kita
mencoba ”membangunkan“ kaki yang kesemutan (Leyner & Goldberg,
2006).
c. Kaki Kebas/Baal
Baal merupakan keadaan dimana permukaan tubuh tidak mampu
merasakan rangsangan dari luar tubuh, misalnya cubitan, sentuhan,
tusukan. Keadaan ini dapat terjadi di kaki, tangan, atau jari-jari dan bersifat
sementara. Rangsang nyeri menyebabkan impuls saraf sensorik akan
dikirim ke otak. Penderita baal terjadi kerusakan pada saraf sensorinya
yang mengakibatkan tidak berfungsinya saraf sensorik, sehingga
permukaan tubuh tidak bisa meraskan sakit akibat dicubit. Baal dapat
terjadi karena kurangnya aliran darah pada bagian tubuh tertentu. Tidak
lancarnya aliran darah dapat disebabkan karena menyempitnya pembuluh
darah (Wijayakusuma, 1999). Kaki yang mati rasa, kadang-kadang
menandakan adanya penyakit arteri perifer (Peripheral Artery Desease atau
PAD) juga disebut penyakit vaskular perifer (Peripheral Vascular
Deseaseatau PVD) (Liebmann-Smith & Egan, 2008). Sensasi kaki
kesemutan dapat diukur dengan melakukan cubitan. Pengukuran keluhan
kaki kebas juga dapat dilakukan dengan menggunakan test sensasi
menggunakan monofilamen.
3. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Munculnya KetidaknyamananAkibat
Penggunaan Bantal Pasir Pasca Angiografi Koroner
a. Usia
Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara usia
kelompok ini dapat mempengaruhi bagaimana lansia dan anak bereaksi
terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005).
b. IMT / BMI
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) didefinisikan
sebagai bobot badan dalam kilogram dibagi dengan luas permukaan tubuh
yang diukur dalam meter. Berdasarkan National Institute of Health (NIH)
dikutip dari Howard & Prince (2006) pembagian kategori berat badan
individu berdasarkan IMT dibagi menjadi lima. IMT < 18,5 dianggap
kekurangan bobot badan. IMT 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot
normal. IMT 25 hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan. IMT 30 ke
atas digolongkan sebagai gemuk dan IMT 40 ke atas digolongkan sebagai
sangat gemuk. Komplikasi pembuluh darah akan meningkat pada pasien
dengan berat badan lebih dari normal, Ammann, et al., (2003) dalam
Woods, et al., (2005) mengatakan pasien obesitas bisa mengalami
kehilangan darah lebih dari 500 ml tanpa teridentifikasi oleh perawat
sekitar akibat hematom.
c. Jenis Kelamin
Giil (1990) dalam Potter & Perry (2005) mengatakan secara umum, pria
dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
Diragukan apakah jenis kelamin merupakan suatu faktor dalam
pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis
kelamin, misalnya menganggap bahwa anak laki-laki tidak boleh
menangis, sedangkan perempuan boleh menangis pada situasi yang sama
(mengalami ketidaknyamanan nyeri).
d. Bantal pasir
Adalah sebuah alat berbentuk seperti bantal berbahan kain kedap air dan
halus permukaannya yang diisi pasir karena sifat pasir yang padat dan tidak
keras. Tujuan mengganti penekan manual untuk 28 mencegah hematom
atau perdarahan pada pasien pasca PCA karena ditempatkan di area bekas
tusukan arteri femoralis. Beratnya bervariasi tergantung IMT pasien yang
dilakukan PCA. Bantal pasir sebagai penekan mekanik pengganti penekan
manual ini bila terlalu berat atau terlalu lama dapat menimbulkan keluhan
ketidaknyamanan pada pasien (Potter & Perry, 2005). Berat bantal pasir
yang direkomendasikan dalam Standar Operasional Prosedur (SPO) (2005)
pasien pasca PCA di RSUP Dr. Kariadi Semarang 2,5 kg. Ross,
Branderburg & Dinsmore (1987) juga merekomendasikan berat bantal
pasir yang digunakan seberat 5 pon atau 2,5 kg.
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas
asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005:66).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap
situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul
sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan
emosi (Savitri Ramaiah, 2003:10).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri,
2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan
adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan,
apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya.
2. Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal
kadang kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat
disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental.
Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental.
Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak
jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan
berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah
: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian,
tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan.
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing
orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74)
menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi
sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat
ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika
bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi
individu.
4. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis
kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan
dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
c. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu
pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah
kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan
eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.
5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah &
Julianty Widuri (2007:77) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa
jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena
kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari
situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa
terhina 20 atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau
menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya
serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat
muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak
kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain
yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa
setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau
kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan
dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang
menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan
pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata. Sedangkan Sutardjo
Wiramihardja (2005:71) membagi gangguan kecemasan yang terdiri dari :
a. Panic Disorder Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua
serangan panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang
bagi orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa
simtom yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang pendek,
palpilasi (mulut yang kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan,
ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia
merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun
psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia
takut pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.
6. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi
yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini
menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak
yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan
penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004:304).
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan ataupun tekanan jiwa. Menurut Savitri Ramaiah (2005:9)
kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu :
a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan
pencegahan yang mencukupi.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat mengancam
karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan
adanya beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit
untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kecemasan
timbul karena individu melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya,
kecemasan juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah
karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati
nurani.
Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk
dalam jenis kecemasan rasional, karena kecemasan rasional merupakan
suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam. Adanya
berbagai macam kecemasan yang dialami individu dapat menyebabkan
adanya gangguan-gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan
spesifik yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat
menyebabkan adanya dampak dari kecemasan yang berupa simtom
kognitif, yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan
keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan
yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar
secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
Hipnotis adalah salah satu cabang magic yang digunakan untuk bermain
dengan alam bawah sadar manusia. Setelah seseorang memasuki alam
bawah sadarnya, kita bisa menanamkan sugesti tertentu dalam pikiran
mereka, dan membuat mereka melakukan hal-hal yang kita perintahkan.
Hipnotis lima jari adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi
kecemasan dengan cara membantu klien untuk menghipnotis dirinya
sendiri dengan membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan dalam
hidupnya.
B. Tujuan
C. Manfaat
4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur
menjadi nyenyak
1. Lingkungan Fisik
Kondisi Ruangan
Kursi
Pakaian
1. Fase orientasi
2. Fase Kerja
c. Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan
3. Fase Terminasi
b. Ealuasi objektif
e. Salam penutup
BAB IV
ANALISA SWOT
Tekhnik Hipnotis 5 jari pada pasien precatheterisasi jantung yang mengalami kecemasan di RS
Pertamina Balikpapan. Adapun pendekatan analisis situasi pada program inovasi ini
menggunaan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) sebagai berikut:
A. Strength (Kekuatan)
Kekuatan dalam program inovasi yang akan dilaksanakan di RS Pertamina Balikpapan
antara lain
1. Klinis
a. RS Pertamina Balikpapan mendukung kegiatan EBN
b. RS Pertamina Balikpapan memberikan kesempatan bagi mahasiswa Ners
STIKes Pertamedika untuk melakukan pemaparan terhadap ilmu-ilmu yang
dapat diterapkan di Rumah Sakit.
c. RS Pertamina Balikpapan sudah memiliki laboratorium catheterisasi jantung
d. Jumlah perawat di ruang perawatan Anggrek terdiri dari 17 perawat yang
dilatarbelakangi pendidikan D3 Keperawatan dan S1 Keperawatan Ners.
2. Intervensi
a. Perawat di ruangan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pemberian
asuhan keperawatan demi tercapainya intervensi pada pasien pre catheterisasi
jantung
b. Tekhnik hipnotis 5 jari merupakan teraphy non farmakologik
c. Tekhnik hipnotis 5 jari mudah dilakukan secara mandiri.
B. Weakness (Kelemahan)
1. Klinis
a. Mobilitas perawat yang tinggi
b. Keterbatasan waktu
c. Hasil tidak dapat di evaluasi secara mandiri
2. Intervensi
Pasien kurang memahami tentang definisi, prosedur serta manfaat dari
Tekhnik hipnotis 5 jari
C. Opportunities (Peluang)
1. Klinis
a. Belum pernah dilaksanakan Tekhnis hipnotis 5 jari di RS Pertamina Balikpapan
b. Pasien tidak mengetahui manfaat dari hipnotis 5 jari
c. Mahasiswa Ners STIKes Pertamedika diberi kesempatan untuk menerangkan
EBN tentang Buerger Allen Exercise di RS Pertamina Balikpapan
d. Adanya pasien dengan Diabetes Mellitus di RS Pertamina Balikpapan
2. Intervensi
a. Pasien dapat diminta control rutin untuk mengetahui efektifitas dari Buerger
Allen exercisedan terkait diabetes mellitus yang diidapnya.
A. Threats (Ancaman)
1. Klinis
a. Pasien menolak untuk dilakukannya terapi hipnotis 5 jari
b. Keluarga menolak karena tidak mengerti tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Intervensi
a. Adanya pemberian terapi farmakologi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil seminar EBN yaitu:
Tingkat kecemasan pasien sebelum diberikan hypnosis five fingers sebagian besar
mengalami kecemasan sedang dengan nilai skala 5, setelah dilakukan hypnosis five fingers
sebagian besar kecemasan menurun menjadi ringan dengan hasil skala 3. Presentase
kecemasan sedang sebelum intervensi dengan nilai 90% dan presentase kecemasan ringan
setelah intervensi dengan nilai 90%
B. Saran
Terapi hipnotis 5 jari dapat diterapkan dan diaplikasikan pada pasien precatheterisasi
jantung di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan sebagai salah satu pilihan terapi modalitas
untuk menurunkan tingkat kecemasan. Selain itu, dapat juga dapat menjadi salah satu
unggulan layanan keperawatan dalam meningkatkan mutu layanan pada pre catheterisasi
jantung.