TAHUN 2019
DI SUSUN OLEH:
SURYATI
PO.71.1.20.18.185 RPL
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak hentinya saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmatnya
yang mana telah memberikan hidayatnya sehingga saya dapat menyelesaikan hasil asuhan
keperawatan yang berjudul “asuhan Keperawatan Keluarga Gerontik Tn. W Dengan Gangguan
TB Paru di Wilayah Kerja Talang Ratu Tahun 2019.
Saya menyadari jika masin banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi serta dalam segi penggunaan tata bahasa, dalam pembuatan laporan ini banyak
sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang terkait, baik dari segi moril maupun dalam
segi materi, maka dalam klesempatan ini saya ingin menyampaikan terimak asih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak / ibu selaku pembimbing kami
2. kepada keluarga serta rekan mahasiswa/i atas motivasi, serta keritik dan sarannya, sehingga
saya dapat menyelesaikan study kasus ini.
Semoga hasil karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah
SWT senantiasa memberikan berkahnya kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pada tahun 1993 dari WHO mengunkap penyakit disebabkan oleh rendahnya
angka kesembuhan penderita yang berdampak pada tingginya penularan. Penyakit ini
kembali menjadi perhatian dengan adanya fenomena ledakan kasus HIV / AIDS dan
kejadian MDR ( Muti Drags Rasistance ). Penyakit tuberkulosis paru merupakan bentuk
yang paling banyak dan paling penting. (Widoyono,2008)
TB masih meningkat saat ini meskipun banyak meyakini bahwa ini merupakan
masalah pada waktu lampau. Meskipun sering terlihat sebagai penyakit paru. TB dapat
mengenai selain paru ( 1960 ) dan mempengaruhi organ jaringan lain. Insiden lebih tinggi
pada laki-laki, bukan kulit putih dan lahir di negara asing selain itu orang pada resiko
paling tinggi termasuk yang dapat terpajang pada basilus pada waktu lalu dan tidak
mampu atau mempunyai kekebalan rendah karena kondisi kronis. Kebanyakan pasien
diobati sebagian pasien rawat jalan, tetapi dapat di rumah sakit selama evaluasi
diagnostik / awal pengobatan. Reaksi merugikan dari obat atau penyakit atau
ketidakmampuan berat.(Doenges,2000)
Brehmen di silesiejerman mendirikan sanatorium dan berhasil menyembuhkan
sebagian pasiennya. Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di Denmark, Amerika
Serikat dan kemudian terbanyak di inggris yakni di wales.(Sudoyo,2009)
B. Ruang lingkup
Dalam penulisan kasus ini saya akan mengambil kasus yakni “Asuhan Keperawatan
Pada Tn W Dengan Gangguan Sistem Pernapasan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Ratu Palembang Tahun 2019”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk Menerapkan Dan Mengetahui Tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn W
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan TB Paru Di Wilayah Puskesmas Talang Ratu
Palembang Tahun 2019”.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan Pengkajian Pada “Asuhan Keperawatan Pada Tn W
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Talang Ratu Palembang Tahun 2019.
b. Dapat Menegakkan Diagnos Keperawatan Pada Tn W Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang
Tahun 2019”.
c. Mampu Menyusun Perencanaan Keperawatan Keperawatan Pada Tn W Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang
Ratu Palembang Tahun 2019”.
d. Mampu melakukan Pelaksanaan Keperawatan Pada Tn W Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Palembang Tahun 2019”.
e. Mampu melaksanakan Evaluasi Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan
TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang Tahun 2019”.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kognitif yaitu metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan
metode deskriptif yang memaparkan pokok masalah, yaitu dengan cara:
a. Studi kepustakaan
yaitu dengan membaca dan mempelajari buku - buku yang mengacu dan behubunga
dengan pembahasan yang dibahas pada tuberkulosis paru.
b. Studi kasus
yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan Asuhan
Keperawatan langsung pada pasien melalui wawancara observasi langsung dan
dokumetasi.
1. Wawancara yaitu melaksanakan wawancara langsung pada pasien maupun pada
keluarga pasien dan juga perawatan yang ada di ruangan tersebut memperoleh
keterangan yang jelas, baik subjektif maupun objektif.
2. Observasi yaitu melakukan pengamanan langsung terhadap pasien pengamatan ini
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
3. Dokumentasi yaitu penulis memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
TB paru merupakan penyakit radang paru-paru ( 16% ) dan mempengaruhi
organ dan jaringan lain. Insiden lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Selain itu, orang
pada resiko paling tinggi terpajan pada basilus pada waktu lalu dan tidak mampu atau
mempunyai kekebalan rendah karena kondisi kronis, seperti AIDA, kanker, usia
lanjut, mal nutrisi dan sebagainya. Kebanyakan pasien diobati dengan rawat jalan,
tetapi dapat dirawat di rumah sakit selama evaluasi diagnostik / awal pengobatan
( Doenges, 2000 ).
B. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama pada manusia, paru-paru mengisi
dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastium. Paru-paru adalah organ berbentuk kerucut dengan aspeks ( puncak )
di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari pada klavikula di dalam dasar leher,
pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas diafragma ( Pearce,
2009 ).
Paru-paru adalah sebuah organ tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung
( gelembung aveolid ) gelembung luas permukaannya ± 90m2 pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara O2 memasuki ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari
darah banyaknya gelombang paru-paru ini ± 700.000 buah paru-paru kiri dan
kanan. Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu :
1. Lobus pulma dekstra superior
2. Lobus median
3. Lobus inferior
Paru-paru kiri terdiri dari :
1. Lobus pulma sinistra superior
2. Lobus inferior
Kapasitas paru-paru pada manusia yaitu merupakan kesanggupan paru - paru
dalam menampung udara di dalamnya.
Kapasitas paru-paru dibedakan sebagai berikut :
1. Kapasitas total
yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam –
dalamnya.
2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
b. Fisiologi
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatka kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki dan
bisa menimbulkan kacau pikiran dan anoksia storebralis. Misalnya orang bekerja
pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dan lain-lain. Bila
oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru-
biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan dan kaki (disebut sianosis)
(Syaiuddin, 2006 ).
C. Etiologi
penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis
dan mycrobacterium boxis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 - 4 mikron x
0,3 - 0,6 mikron dengan bentuk benang tipis lurus atau agak bengkok atau tidak
mempunyai selubung tetapi mempunyai lapisan luar tebal terdiri dari lipoid (
terutama asam mikrolat ). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu bertahan
Terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol. Sehingga sering disebut basil
tahan asam ( BTA ) serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis
juga tahan dalam keadaan kering dan dingin bersifat dorman aerob ( Widoyono,
2008).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100o C selama 30 menit. Dan
dengan alkohol 70 - 95% selama 15 - 30 detik, bakteri ini tahan selama 1 - 2 jam di
udara terutama di tempat lembab dan gelap ( bisa bertahan ) namun tidak tahan
terhadap sinar atau aliran di udara. Data tahun 1993 melaporkan bahwa untuk
mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 x
pertukaran udara perjam. (Widoyono,2008).
C. Patofisiologi
Infeksi primer pertama kali klien terinfeksi oleh tuberkulosis disebut sebagai
infeksi primer dan biasanya terdapat pada aspek paru atau dekat pada lobus bawah.
Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikro kapis dan karenanya tidak tampak
pada foto ronsen. Tampak infeksi primer dapat mengalami proses degenerisasi
nekrotik ( perkejuan ), tatapi bisa saja tidak. Yang menyebabkan pembentukkan
rongga yang berisi massa basil tuberkel seperti keju, sel – sel darah putih yang mati
dan jaringan paru nekrotik pada waktunya. Material ini mencari dan dapat mengalir
ke dalam percabangan trakhea bronkia. Rongga yang terisi udara tetap ada dan
mungkin terdeteksi ketika dilakukan ronsen dada ( Asih, 2004 ).
Sebagian besar tuberke primer sembuh dengan periode bulanan dengan membentuk
jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang juga dikenal dengan
tuberkel g’honisi ini dapat mengandung basil hidup yang dapat aktif kembali. Meski
telah bertahun-tahun dan menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil
tuberkel dan proteinnya ( Asih, 2004 ).
Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisan sel - sel T dan
terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit tuberkulin. Perkembangan sensivitas
tuberkulin ini terjadi pada semua sel - sel tubuh 2 - 6 minggu setelah infeksi primer.
Dan akan dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh. Imunitas didapat ini
biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadinya infeksi aktif
( Asih,2004).
Faktor yang tampaknya akan mempunyai peran dalam perkembangan TB
menjadi penyakit aktif termasuk : usia lanjut, imunopresi, infeksi HIV, mal nutrisi,
alkoholisme dan peyalahgunaan obat. Jika adanya malignasisi dan predis posisi
genetik.Infeksi sekunder selain penyakit primer yang progresif. Infeksi ulang juga
mengarah pada bentuk klinis TB aktif. Tempat primer bertahun-tahun dan kemudian
teraktifkan kembali jika daya tahan tubuh klien menurun. Penting artinya untuk
mengkaji kembali secara periodik klien yang telah mengalami infeksi TB untuk
mengetahui adanya penyakit aktif ( Asih, 2004 ).
D. Pemeriksaan diagnostic
Deteksi dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan pengkajian
subjektif. Perawat tenaga kerja kesehatan lainnya harus tetap mempertahankan indeks
kecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok yang berisiko tinggi. Infeksi TB
primer sering tidak dikenai karena biasanya infeksi ini asim otomatis.
Pemeriksaan diagnostik berikut biasanya dilakukan untuk menegakkan infesi TB.
a. Kultur sputum : positif untuk M. Tuberkulosis pada tahap aktif penyakit
b. Zient-Neelsen : positif untuk basil tahap asam
c. Teskulit mantaoux (PDD,OT) : reaksi signifikan pada individu yang sehat biasa-
nya menunjukkan TB doman
d. Biopsi jaringan paru : positif untuk aranuloma TB adanya sel-sel raksa-
sa menunjukkan nekrosis
e. Pemeriksaan fungsi pulma : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total ( Asih, 2004 ).
E. Identifikasi Klinis
untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis ( TB ) dengan baik harus
dikenali tanda dan gejalanya. Seseora gejala klinis utama ( cardinam symptom ) pada
dirinya.ng ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru apabila
ditemukan
Gejala utama pada penerita TBC adalah :
a. batuk berdahak lebih dari tiga minggu
b. batuk berdarah
c. sesak napas
d. nyeri dada
gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi / meriang dan
penurunan berat badan. Dengan strategi yang baru ( DOTS, Directly Observasi
Trakment Shorkcourse ), gejala utamanya adalah batuk berdahak secara terus
menerus selama 3 minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut seseorang sudah
mengidap penyakit TB paru ( Widoyono, 2008 ).
G. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini yaitu : pleuritis, efusi pleura, emplema, poncer’s arthoapay.
b. Komplikasi lanjut yaitu : obstruksi jalan napas → soft ( Sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis) kerusakan parenkim berat →sapt/fibrosis paru, kor pulmunol,
amiloidosis, karsinoma paru. ( Soemantri, 2008 ).
H. Penatalaksanaan
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan medikasi untuk
memastikan bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan dosis dari berbagai
obat mungkin cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh ( Asih, 2004 ).Pada klien
TB obat yang diberikan yaitu :
Obat ANH TB ( OAT ). OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat
yang bersifat dengan atau tanpa obat ketiga.Tujuan pemberian obat OAT antara lain :
a. Membuat konferensi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid.
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
tubuh ( immunologi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan tubuh ).
Maka pengobatan TBC dapat dilakukan melalui 2 fase yaitu :
a. Fase awal insentif, dengan kegiatan bakteresid untuk memusnahkan populasi
kuman yang membelah cepat.
b. Fase lanjutan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka
pendek .
Penilaian keberhasilan pengobatan dapat dilihat dari hasil pemeriksaan radiologi dan
klinis TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-) ( Mansjoer, 2001 ).
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
A. Definisi
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-
kultural dan spiritual yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
( Bandiyah, 2009 ). Menurut pasal I ayat 2, 3, 4 dalam UU no 13 tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut ialah seorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun. Gerontik Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut
usia adalah seorang manusia golongan umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang
mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada pula yang menganggap orang yang
berumur 50 tahun keatas ( WHO, 1991 ).
Gerontologi berasal dari kata Geros = lanjut usia, dan Logos= Ilmu. Jadi
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor
yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi yaitu ilmu yang mempelajari seluruh
aspek menua. (kozier, 1987), Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang mungkin timbul pada lanjut usia ( Miller, 1990 ).
Geriartri berasal dari kata Geros = lanjut Usia dan Eatrie= Kesehatan. Jadi
Geriartri adalah cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia ( Black & Mattasari,
1997 ). Geriartric Nursing : Prakek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit
pada proses menua ( Kozier, 1987 ).
Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada tiap
tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan
merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lansia secara komprehensif. Oleh
karena itu perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di Rumah Sakit
merupakan bagian dari Geriartric Nursing. Geriatric adalah studi yang mengenai
usia tua, meliputi fisologi, patalogi, diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
dewasa tua. Bidang yang lebih luas yaitu gerontologi adalah setudi mengenai
proses penuaan dan meliputi ilmu biologis, psikologis dan sosiologi. karena usia
tua adalah kejadian normal dalam rentang hidup yang mencakup semua
pengalaman hudup, maka asuhan dan perhatian bagi lansia tidak bias dibatasi
hanya dalam satu disiplin. Asuhan lansia yang optimal paling baik diberikan
melalui usaha yang kooperatif.Tim interdisiplin, yang terdiri atas sepesialis dalam
berbagai bidang, dapat menggabungkan keahlian dan sumberdayan dalam
mengkontribusi ilmu pengetahuan dan riset untuk memberikan pandangan
kedalam semua aspek dari peroses penuaan ( Brunner & Sudarth, 2002 ).
1. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang tersebut disebut lansia, sulit dijawab secara
memuaskan.Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur lansia.
a. Menurut WHO ( Organisasi Kesehatan dunia )
1) Usia pertengahan (middle Age) = 45-59 tahun.
2) Lanjut Usia (elderly) = 60-74 tahun
3) Lanjut Usia Tua (Old) = 76-90 tahun
4) Usia Sangat Tua (Very Old) = >90 tahun
b. Prof Dr. Ny Sumiati Ahamad Mohamad
1) 0 - 1 tahun = masa bayi
2) 1 - 6 tahun = masa prasekolah
3) 6 - 10 tahun = masa sekolah
4) 10 - 20 tahun = masa pubertas
5) 40 - 65 tahun = Prasenium ( masa setengah umur )
6) >65 tahun = Senium ( masa lanjut usia )
2. Tujuan Geriatri
a. Mempertahankan draja kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi-
tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas - aktivitas fisik dan mental
c. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakan
diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu.
d. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan
yang maksiamal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal).
e. Bila para lansia sudah tidak dapa tersembuhkan dan bila mereka sudah
sampai bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pada stadium
terminla, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan perhatian sehing-
ga kematianya berlangsung dengan tenang atau comfortable death.
I. PENGKAJIAN
A. Struktur Dan Sifat Keluarga
1. Struktur Keluarga
a. Biodata
Nama : Tn W
Umur : 56
Alamat : Jln Letnan Murot NO. 442 Rt 07 Palembang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : laki – laki
Suku : WNI
Status Perkawinan : kawin
Tanggal Pengkajian: 19 Februari 2019
memperbaiki pasien konsultasi ke dokter / perawat dan minum obat . Pasien merasa sakit
pada bagian dadanya. Pasien nampak lemas dan jalan napas tidak efektif dan aktivitas
pasien terganggu karena batuk nyeri pada bagian dada dikarenakan terjadinya
penyempitan jalan napas.
1 T istri P 50 SD IRT
2 B anak P 23 SMA SWASTA
3 S anak L 15 SMP -
4 Y orang tua P 70 - -
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Penderita
2. Sifat keluarga
a. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan diambil alih oleh didinya sendiri, dan didampingi oleh keluarga
terdekat.
b. Pola aktifitas sehari – hari (ADL)
1) Istirahat dan tidur
Pola istirahat pasien tidak terkontrol, kurang tidur
2) Nutrisi
Pola makan pasien belum terkontrol sepenuhnya, dikarnakan pasien makan dengan porsi
sedikit.
3) Personal hygiene
Kebersihan diri kurang, dari segi pakaian, kuku serta rambut masih sedikit kucel
4) Sarana dan hiburan keluarga
Keluarga mengatakan os suka menonton tv.
1 T istri P 50 DISPEPSIA -
2 B anak P 23 - TDK LENGKAP
3 S anak L 15 - LENGKAP
4 Y orang tua P 70 HIPERTENSI -
E. Pengkajian Psikososial
1. Psikososial
Persepsi klien terhadap penyakit Pasien sangat optimis bahwa penyakitnya dapat sembuh.
2. Identifikasi
Pasien masih tercatat sebagai pasien Tb Paru dalam tahap pengobatan lanjut di
Puskesmas Talang Ratu Palembang.
3. Spiritual
Pasien mengatakan menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya tetapi dengan
semampunya saja.
F. Pengkajian Psikologis
1. Emosi
Os merasa keadaan emosinya pada saat ini sedang stabil.
2. Konsep diri
Pasien malu karena tubuh pasien kurus dan sering batuk disertai dengan dahak.
3. Pola komunikasi
Dari pola komunikasi os msih lancar, meskipun terkadang sedikit bingung.
4. Pola interaksi
Os masih bisa beradap tasi dengan lingkungan sekitar.
5. Pola pertahana diri
Pasien memecahkan masalahnya dengan bercerita kepada istri dan anak - anaknya.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
IDENTITAS DIRI :
Nama lansia : Tn W
Umur : 65 Tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jln Letnan Murot NO. 442 Rt 07 Palembang
Tanggal Pengkajian : 19 februari 2019
a.
2. Riwayat Trauma √
3. Pusing √
b.
2. kacamata √
3. Air mata berlebihan √
4. pruritus √
5. bengkak √
6. diplopia √
7. Pandangan kabur √
8. fotophobia √
9. Riwayat infeksi √
c.
2. keluaran √
3. tinitus √
4. vertigo √
5. Sensitifitas pendengaran √
6. Riwayat infeksi √
7. Alat protesa √
d.
2. Lesi/ ulkus √
3. Serak/perbahan suara √
4. Kesulitan menelan √
5. Pendengaran gusi √
6. Caries gigi √
e.
2. nyeri √
3. Benjolan / massa √
4. Keterbatasan gerak √
f.
2. kejang √
3. Sinkope/serangan jantung √
4. paralisi √
5. paresis √
6. Masalah koordinasi √
7. Tremor/spasme √
8. parestesi √
9. Cedera kepala √
g.
2. Intoleransi dingin √
3. goiter √
4. Pigmentasi kulit √
5. Perubahan rambut √
6. polipagia √
7. polidipsi √
8. poliuri √
h.
2. palpitasi √
3. Sesak nafas √
4. Dispnoe d’effort √
5. dispnoenoktural √
6. orthopnoe √
7. Murmur √
8. Edema √
9. varises √
10. prestesia √
i.
4. hematemesis √
6. Intoleransi makanan √
7. ikterus √
8. Diare √
9. konsutipasi √
11. haemoroid √
j.
2. Pruritus √
3. Perubahan pigmen √
4. Perubahan tekstur √
5. Perubahan nevi √
6. Sering memar √
7. Perubahan rambut √
8. Perubahan kuku √
k.
3. Anemia √
4. Riwayat transfuse darah √
l.
2. frekuensi √
3. Menetes √
4. Ragu - ragu √
5. Dorongan √
6. hematorisl √
7. poliuri √
8. oliguria √
9. nokturia √
10. inkontinensia √
11. batu √
12. infeksi √
m.
2. kekakuan √
3. Pembengkakan sendi √
4. Deformitas √
5. Spasme √
6. Kelemahan otot √
8. Nyeri pinggang √
9. proteksi √
SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
1 Saya sedih karna menderita penyakit ini
B PESIMISME
0 Saya tidak merasa pesimis terhadap masa depan saya
C RASA KEGAGALAN
2 Jika saya renungkan saya tidak bisa memberikan contoh yang baik terhadap keluarga
saya
D KETIDAK PUASAN
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
E RASA BERSALAH
1 Saya merasa sangat bersalah
I KERAGU - RAGUAN
1 Saya berusaha mengambil keputusan dengan baik
K KESULITAN KERJA
1 Saya berusaha untuk dapat bekerja
L KELETIHAN
1 Saya merasa cepat lelah
M ANOREKSIA
1 Nafsu makan saya sedikit berkurang
Keterangan :
Os mengalami depresi sedang total 14 (0-15)
5 Saya puas dengan cara temen – temen saya dan saya RESOLVE 2
menyediakan waktu bersama sama.
PENILAIAN :
Pertanyaan – pertanyaan yang di jawab :
Selalu : Skore 2 TOTAL 2
Kadang – kadang : Skore 1
Hampir tidak pernah : Skore 0
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien : Tn W
Umur : 65 Tahun
1
l Selasa Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
19 febr 2019 penumpukan sputum yang ditandai dengan:
Pasien mengatakan sesak
Terdengar suara tambahan wheezing.
Pasien tampak lemas.
Terdapat penarikan intercosta.
2
ll Selasa Gangguan Peningkatan suhu tubuh b/d eksotoksin
19 febr 2019 kuman pada saluran nafas dan paru yang ditandai
dengan:
pasien mengatakan badan terasa panas
pasien tampak lemas,
kulit teraba panas
mukosa kering
Tanda – Tanda Vital meliputi :
TD = 110/60 mmHg
RR = 32x/menit
S = 38,4o C
N = 120x/menit
3
lll Selasa Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
19 febr 2019 tubuh b/d intake in adekuat yang ditandai dengan:
pasien mengatakan nafsu makan menurun
Pasien tampak lemah
Bibir tampak kering
Pasien habis ½ porsi makan
RENCANA KEPERAWATAN
Nama klien : Tn W
Umur : 65 Tahun
1.
2 ll Selama dilakukan 1. Observasi TTV.
1. Mengetahui
tindakan keperawatan ± 2. 2. Anjurkan pasien
perkeembangan pasien.
2 jam suhu tubuh dapat banyak minum air
2. Agar dapat berkeringat
kembali normal. putih.
dan penguapan lebih
KH : 3. 3. Kurangi aktivitas fisik.
cepat.
- Pasien tampak segar. 4. 4. Kompres dingin pada
3. Aktivitas berlebih dapat
- Kulit teraba hangat. daerah lipatan
meningkatkan suhu
- Mukosa lembab. paha/ketiak.
tubuh.
- S : 36,5 – 37,5 5. 5.Kolaborasi dengan tim
4. Pada daerah tersebut
medik pemberian
akan mempercepat
antipiretik.
penurunan suhu.
5. Membantu terapi yang
tepat.
1. 1.
3 lll Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pasien 1. Agar pasien mengerti
tindakan keperawatan ± tentang kebutuhan kebutuhan nutrisi bagi
2x24 jam gangguan nutrisi bagi tubuh. tubuh.
pemenuhan nutrisi tubuh2. 2. Hidangkan makanan 2. Merangsang nafsu
dapat terpenuhi. selagi hangat. makan.
KH : 3. Dorong makan sedikit 3. Memaksimalkan
- Pasien habis 1 porsi tapi sering. masukan nutrisi bagi
4. Selidiki
makan makanan yang anoreksia/mual- tubuh.
disediakan RS. muntah. 4. Dapat mempengaruhi
- Pasien tampak segar. pilihan diet.
BB bertambah.
Nafsu makan
meningkat.
TTV :
- TD = 120/80 mmHg
- S = 36,5o C-37,5oC
- N = 80x/menit
Nama klien : Tn W
Umur : 65 Tahun
2 Pasien kooperatif
1. Mengobservasi TTV
Kamis
Pasien menerima dengan baik
2. Menganjurkan pasien banyak minum air
21 febr 2019
Pasien menerima dengan baik
putih
Pasien kooperatif
3. Mengurangi aktivitas fisik
Pasien mengerti jenis dan dosis
4. Mengkompres dingin pada lipatan paha dan
obat
ketiak
5. Memberikan hasil kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian antipiretik
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn W
Umur : 65 Tahun
N Dx Kep Hari /Tanggal EVALUASI
o
1 I Kamis
21 febr 2019 S : pasien mengatakan sesak berkurang
O : batuk jarang dengan sputum encer
A : masalah belum teratasi
P : rencana dilakukan no. 1,3,4
2 II Kamis
21 febr 2019
S : pasien mengatakan suhu tubuh menurun.
O : suhu tubuh pasien 36,5O C
A : masalah teratasi sebagian
P : rencana dihentikan
3 III Kamis
21 febr 2019
S : pasien mengatakan nafsu makan bertambah, pasien masih tampak
lemah, BB : 42 KG
O : pasien menghabiskan ¾ porsi makan
A : masalah teratasi sebagian
P : rencana dilanjutkan no. 2,3,4,6, dan 7
4 I Kamis
21 febr 2019 S : Pasien mengatakan sesak (-)
O : batuk jarang, tidak ada sputum
A : masalah teratasi sebagian
P : rencana dilanjutkan no, 1 dan 4
5 III Kamis
21 febr 2019 S : pasien mengatakan nafsu makan bertambah, pasien tampak lemas
dan BB : 42 KG
O : pasien habis 1 porsi makan
A : masalah belum teratasi.
P : renncana dilanjutkan no 2,3,5,dan 7.
6 I Kamis
21 febr 2019
S : pasien mengatakan sudah tidak sesak
O : pasien sudah tidak batuk, tidak ada sputum
A : masalah teratasi
P : rencana dihentikan
7 III Kamis
21 febr 2019 S : pasien mengatakan nafsu makan bertambah, pasien tampak lemas
dan BB : 42 Kg
O : pasien habis 1 porsi makan
A : masalah teratasi sebagian
P : rencana dilanjutkan
EVALUASI HASIL
Nama klien : Tn W
Umur : 65 Tahun
No Dx. Kep Hari/Tanggal EVALUASI
1 I Jum’at
22 febr 2019 Bersihan jalan nafas pasien menjadi efektif yang ditandai
dengan tidak batuk, wheezing (-), sputum (-),masalah teratasi,
rencana dihentikan.
2 II Kamis
22 febr 2019 Peningkatan suhu tubuh sudah kembali normal yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien 36,5oC. Masalah teratasi , rencana
dihentikan.
3 II Kamis
22 febr 2019 Kebutuhan nutrisi pasien belum tercukupi ditandai dengan
pasien tampak lemas, BB: 42 Kg. Masalah teratasi sebagian,
rencana di lanjutkan.