Anda di halaman 1dari 48

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK

Dosen Pengampu : Ns. Sri Rahayu, S.Kep., MS

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Adinda Putri Budi R NIM.201811001


Alivio Septyani Sri Cahyo NIM.201811004
Aulia Fathania NIM.201811008
Ineke Olivia NIM.201811015
Raselia Putri M NIM.201811025
Riska Sarita Almira NIM.201811026
Selvi Ayu Faradinata NIM.201811027
Werdy Astuti NIM.201811032
Dyah Intan Bellatris NIM.201811036
Sisi Indah Putri NIM.201811042

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta


Jalan Raya PKP Kelapa Dua Wetan Kelurahan Kelapa Dua
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 13730. Telp. & Fax 021 22852216.
e-mail : stikesjayakarta@gmail.com
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang, karena berkat rahmat dan hidayahnya kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien syok
hipovolemik secara tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan oleh
dosen kami.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan dalam pembuatan
makalah kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi.
Namun, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih ada
kekurangan baik dari isi maupun tata bahasa. Maka dari itu, kami menerima
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini juga dapat bermanfaat untuk pembaca.

Jakarta, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan
komprehenshif diberikan pada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan
profesional yang ditujukan kepada pasien yang mempunyai masalah yang
mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak diperkirakan. Salah
satu kasus kegawat daruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok.
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok secara cepat dapat
ditegakakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/karotis, pasien
tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta
memanjangnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time >2 detik).
Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas di Instalasi Gawat Darurat ( IGD) maupun Intensive
Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% jutaan penderita
tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak sebanyak 1.400 klien meninggal
setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak-anak setiap tahun
diseluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhillon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen
ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (Sinniah, 2012; Schwarz et
al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga
menyebabkan kematian sel yang progresif, gangguan fungsi organ dan akhirnya
kematian penderita.
 Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital
merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. 
syok  bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klini
s kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan
oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan,
akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob.Jalur metabolism
anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul
glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan  pompa potasium
sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membrane sel meningkat . Aktivitas
mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak d
an selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas di seluruh
tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi organ.
Akhirnya terjadi kerusakan di semua system organ dan kematian pada pasien
syok. (Schwarz et al., 2014).
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Hardisman,
2013).
Syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang makin lama makin berat :
 Tahap1
syok terkompensasi (non progresif), yaitu tahap terjadinya respon
kompensatorik
 Tahap 2
tahap progresif, ditandai oleh manifestasi sistemik dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ.
 Tahap 3
tahap refrakter (irreversible ) yaitu tahap kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, dan pada akhirnya menuju pada kematian
Resusitasi pada syok perdarahan akan mengurangi angka kematian.
Pengelolaan syok perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi,
perfusi jaringan dengan mengoreksi hemodinamik, kontrol perdarahan, stabilisasi
volume sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen dan pemberian loading cairan.
Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan
dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan
transfusi darah komponen. Dan Asuhan Keperawatan dengan kasus syok
memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat Darurat,
obat-obat emergency dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan
secepat mungkin.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar "syok dan
mengaplikasikannya asuhan keperawatan kegawat daruratan pada klien
dengan syok hipovolemik .
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi, klasifikasi, patofisiologi dan
tanda gejala klinis syok hipovolemik
b. Mahasiswa mampu meahami penatalaksanaan dari berbagai macam
syok hipovolemik
c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawat daruratan syok hipovolemik
d. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan syok hipovolemik.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan syok hipovolemik.
f. Mahasiawa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan syok hipovolemik.
g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan kegawat daruratan syok hipovolemik.

1.3 Ruang Lingkup


 Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar syok dan asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan syok hipovolemik.
 Hasil pengkajian di gunakan untuk menentukan masalah yang terjadi
pada kasus tersebut. Setelah di tentukannya masalah akan di analisis
untuk mengetahui penyebab dan permasalahan tersebut
 Hasil analisis kami gunakan sebagai dasar membuat perencanaan dan
menjadikannya sebagai solusi permasalahan
 Hasil dari perencanaan akan kami implementasikan. Hasil dari
implementasi kami evaluasi untuk membuat kesimpulan dan menilai
sejauh mana keberhasilannya
1.4 Manfaat penelitian
Dengan makalah ini diharapkan agar para mahasiswa keperawatan bisa
memahami konsep dasar syok hipovolemik dan mengaplikasikan dalam asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok hipovolemik
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode:
a. Research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang
berkaitan dengan pembahasan atau studi pustaka.
b. Research yaitu pengambilan sumber dari internet mengenai materi
tentang asuhan keperawatan kegawat daruratan syok hipovolemik
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini disusun dengan urutan
sebagai berikut:
• BAB I Pendahuluan
Dalam BAB ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metodelogi penulisan, dan sistemmatika penulisan,
untuk menjelaskan pokok – pokok pembahasan.
• BAB II Tinjauan Teori
Dalam BAB ini membahas konsep dasar asuh keperawatan gawat darurat
pasien syok dan teori – teori definisi, patofisiologi, jenis-jenis syok,
manifestasi klinis syok hipovolemik, penatalaksanaan, komplikasi,
mekanisme terjadinya syok hipovolemik.
• BAB III Tinjauan Kasus
Dalam BAB ini membahas permasalahan yang terjadi dan membuat asuhan
keperawatan gawat darurat pasien syok hipovolemik untuk menetukan
perencanaan keperawatan yang kemudian di implementasikan dan di
evaluasi untuk menilai keberhasilan dari perencanaan yang di buat.
• BAB IV Pembahasan
Dalam BAB ini membahas kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada
untuk memvalidkan data dan menyesuaikan dasar teori dengan kasus.
• BAB V Penutup
Dalam BAB ini mengemukakan simpulan dari makalah yang di lakukan dan
saran – saran yang di usulkan untuk pengembangan lebih lanjut agar tercapai
hasil yang lebih baik
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit Syok
a) Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat organ-organ fital. syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (Boswick,2013)
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sutrisno,2013).
b) Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Crorwin, 2013)
 Fase kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak
dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang
vital. faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi
dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. ventilasi
meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah
arteri. jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan
kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan
peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. walau
aliran darah ke ginjal menurun,tetapi karena ginjal mempunyai cara
regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. akan tetapi
jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
 Fase progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. faktor utama yang berperan adalah jantung. curah
jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di
seluruh tubuh. pada saat tekanan darah arterimenurun, aliran darah
menurun, hipoksia jaringan, metabolismeterganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadikematian sel. Dinding
pembuluh darah melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, vena balik (venousreturn) menurun. Relaksasi
sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak
dapat kembali ke jantung. peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis
kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC
- Disseminated Intravascular coagulation). menurunnya aliran darah
ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak.
keadaan ini menambah hipoksia jaringan. hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan
(histamin dan bradikinin) yang ikut memper jelek syok (vasodilatasi
dan memperlemah fungsi jantung).iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosausus, pelepasan toksin dan
invasi bakteri usus ke sirkulasi. invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas
sistim retikuloendotelial rusak, integritasmikro sirkulasi juga rusak.
hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari
aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik,
terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam
karbonat di jaringan.
 Fase irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat
diperbaiki. kekurangan oksigen mempercepat timbulny aireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema
interstisial,daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapnea.

c) Jenis-jenis syok
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
(Muslihah,2010).
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ
failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling
sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Penyebanya Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis), luka bakar (grade II-III luas luka bakar
>30%), Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan
post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterinaterganggu).
2. Syok hemorogik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15% volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang
makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka
makin besar risiko untuk meninggal. perdarahan yang banyak
mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok
berlangsung, makin besar risiko mati. satu jam pertama masa syok sering
disebut ” The Golden Hour ” Dalam periode ini time Saving Is Life Saving
pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan sumber
perdarahan dan mengganti kehilangan voleume darah. hipoksia sampai
dengan anoksia di jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel
jaringan. jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell)
maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
3. Syock Anafilaktik
Syok anafilatik (ahok anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi anafilaktoid
adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-
antibodi kompleks. karena kemiripan gejala dantanda biasanya diterapi
sebagai anafilaksis. Disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen-anti bodi sistemik
4. Syok septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi
dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik
yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jaringan nekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
secara menyeluruh. penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. respon imun ini membangkitkan aktivasi
berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah pada syok. peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan
cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
5. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali. Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak
adekuat,seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang
lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. penyebab syok kardiogenik
dapat terjadi pada keadaan - keadaan antara lain : kontusio jantung,
tamponade jantung dan tension pneumothoraks. pada versi lain pembagian
jenis syok, ada yangmembagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk
gangguan yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard.
Missal : decompcordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung.
Tamponad jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan dalam
syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
d) Manifestasi klinis syok (Purwadianto, 2013).
 Tekanan darah sistemik dan takikardi puncak tekanan darah sistolik
<100mm2g atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
 Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi1 kulit dingin, lembab, dan sianosis.
 Status mental terganggu1 kebingungan, agitasi, koma.
 Oliguria atau anuria < 0,5 ml/kgBB/jam.
 Asidosis metabolik.
 Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Gan
untuk pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure
(PCWP)
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine,
dan suhu kulit.
e) Penatalaksanaan (Purwadianto, 2013).
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh, dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98-100% dengan cara :
 Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
 Oksigenasi adekuat, pertahankan pada >65 mmHg
 Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
 Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
 Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau
nadi,tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian
cairan :
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,mual-
mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat
trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya
aspirasi cairan ke dalam paru.
2) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, danintra sel. cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
3) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. kehilangan air harus
diganti dengan larutan hipotonik. kehilangan cairan berupa air dan
elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
4) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
5) Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
6) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Gan” kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah obat-obatan inetropik untuk mengobati
disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi
oksigen miocard.
 Dopevin (10Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
 Epinoprin : meningkat tekanan perfusi myocard.
 Nepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
 Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
 Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung,
menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
3. Letakkan pasien dalam ”posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di
atassumber perdarahan
f) Komplikasi (Purwadianto, 2013).
 Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
 Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
 DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan
kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan
jenjang koagulasi.
g) Mekanisme Terjadinya Syok (Boswick, 2013).
Ada 3 tahap dalam mekanisme terjadinya syok, yaitu:
1. Tahap nonprogresif
Mekanisme neurohormonal membantu mempertahankan curah jantung
dan tekanandarah. Meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin,
aktivasi poros rennin-angiotensin, pelepasan hormonan antidiuretik dan
perangsangan simpatis umum. Efekakhirnya adalah takikardi,
vasokontriksi perifer dan pemeliharaan cairan ginjal.Pembuluh darah
jantung dan otak kurang sensitive terhadap respon simpatis
tersebutsehingga akan mempertahankan diameter pembuluh darah, aliran
darah dan pengiriman oksigen yang relative normal ke setiap organ
vitalnya.
2. Tahap progresif
Jika penyebab syok yang mendasar tidak diperbaiki, syok secara tidak
terduga akan berlanjut ke tahap progresif. Pada keadaan kekurangan
oksigen yang menetap,respirasi aerobic intrasel digantikan oleh glikolisis
anaerobik disertai dengan produksiasam laktat yang berlebihan. Asidosis
laktat metabolic yang diakibatkannnyamenurunkan pH jaringan dan
menumpulkan respon vasomotor, arteriol berdilatasi dandarah mulai
mengumpul dalam mikrosirulasi. Pegumpulan perifer tersebut tidakhanya
akan memperburuk curah jantung, tetapi sel endotel juga berisiko
mengalamicedera anoksia yang selanjutnya disertai DIC. Dengan hipoksia
jaringan yangmeluas, organ vital akan terserang dan mulai mengalami
kegagalan. Secara klinis penderita mengalami kebingungan dan
pengeluaran urine menurun.
3. Tahap irreversible
Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya memasuki tahap
irreversible.Jejas sel yang meluas tercermin oleh adanya kebocoran enzim
lisososm, yang semakinmemperberat keadaan syok. Fungsi kontraksi
miokard akan memburuk yangsebagiannya disebabkan oleh sintesis nitrit
oksida. Pada tahap ini, klien mempunyaiginjal yang sama sekali tidak
berfungsi akibat nekrosis tubular akut dan meskipundilakukan upaya yang
hebat, kemunduran klinis yang terus terjadi hamper secara
pastimenimbulkan kematian
2.2 Konsep Dasar Penyaki syok Hipovolemik
A. Definisi
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang
terjadi secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung
karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat,
pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan). (Bruner
&Suddarth,2013).
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera.(Az Rifki, 2006).
B. Etiologi
Menurut (Wijaya IP 2014)., Syok hipovolemik yang dapatdisebabkan
oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
a) kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan
yangmengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa,
dankehamilan ektopik terganggu.
b) trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat
menampungkehilangan darah yang besar. Misalnya: fraktur
humerusmenghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur
femurmenampung 1000-1500 ml perdarahan.
c) kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi
karenakehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya
pada:
1) Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis
2) Renal: terapi diuretik, krisis penyakit addison
3) Luka bakar (kompustio) dan anafilaksis
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
 Perdarahan
- Pendarahan yang terlihat (perdarahan dari luka dan hematemesis
dari tukak lambung)
- Perdarahan tidak terlihat ( perdarahan dari saluran cerna seperti
perdarahan pada tukak duo denium, cedera limpa, kehamilan
diluar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang
besar/majemuk)
 Kehilangan plasma
- Luka bakar luas
- Pankreatitis
- Deskuamasikulit
- Sindrom dumping
 Kehilangaan cairan extraseluler
- Muntah ( vomitus)
- Dehidrasi
- Diare
- Terapi deuretik yang sangat agresif
- Diabetes insifidus
- Insuvisiensiadrenal
C. Manifestasi Kinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada
usia,kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan
lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan
faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar
dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih
dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat
atau singkat. (Hardisman 2013).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Padakeadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidaksegera
kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut
(Hardisman 2013). adalah:
a) Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisiankapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
b) Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
responhomeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan alirandarah ke homeostasis penting untuk
hopovolemia.peningkatankecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi
berfungsi mengurangiasidosis jaringan.
c) Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluhdarah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer
adalah faktoryang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
Autoregulasialiran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan
arteri turuntidak dibawah 70 mmHg.
d) Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada
syokhipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah
urinkurang dari 30ml/jam
D. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, Menurut (Hardisman 2013). syok terbagiatas 3
fase yaitu :
a) Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi
sedemikianrupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum
cukupuntuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme
kompensasidilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke
tempatyang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkanvasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan
konservasi air.Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan
kadar oksigendi daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi
peningkatandetak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan
curah jantungdan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi
alveolar.Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal
mempunyaicara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi
glomeruler. Akantetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi
glomeruler jugamenurun.
b) Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi
mampumengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang
berperanadalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadigangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah
arterimenurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah
nyata,gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk
metabolismemenumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding
pembuluhdarah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun.
Relaksasisfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan
tetapi tidakdapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan
trombosiskecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang
luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya
alirandarah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan
respirasidi otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia
dananoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari
jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek
syok(vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan
anoksiausus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus,
pelepasantoksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan
penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan.
Dapattimbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak.Hipoksia
jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dariaerobik
menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik,terjadi
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asamkarbonat di
jaringan.
c) Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luassehingga
tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepattimbulnya
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantungtidak mampu
lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku,timbul edema
interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnyaanoksia dan
hiperkapnea.
d) Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada syok hipovolemik menurut (Hardisman
2013). adalah sebagai berikut:
 Gagal jantung Gagal ginjal
 Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres
Syndrom)
 Kerusakan otak irreversible
 Dehidrasi kronise
 Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus
pertamakali diresusitasi secara adekuat. Penanganan ini lebih utama
daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi segera dan
membawa pasien cepat ke ruang operasi.
2. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta
gejalahipovolemia langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada
sumber perdarahan.
3. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan
pemeriksaanultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai terjadi
aneurismaaorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi perdarahan
gastrointestinal,sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric
lavage harusdilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika
dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat
dilakukan(biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
mencari sumber perdarahan.
4. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuanusia
subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok,konsultasi
bedah dan ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan
kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syokhipovolemik akibat
kehamilan ektopik sering terjadi. Syokhipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil teskehamilan negatif jarang, namun
pernah dilaporkan.
5. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan
penemuandari foto polos dada awal, dapat dilakukan
transesofagealechocardiography, aortografi, atau CT-Scan dada.
6. Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan
pemeriksaanFAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma)
yang bisadilakukan pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-
Scanumumnya dilakukan pada pasien yang stabil.
7. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan
pemeriksaanradiologi (Wijaya IP 2014).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada syok hipovolemik menurut (Wijaya IP 2014).adalah
sebagai berikut:
1. Mempertahankan Suhu Tubuh Suhu tubuh dipertahankan
denganmemakaikan selimut pada penderita untuk mencegah
kedinginan danmencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali
memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya.
2. Pemberian Cairan
 Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak
sadar,mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya
terjadinya aspirasicairan ke dalam paru.
 Jangan memberi minum kepada penderita yang akan
dioperasiatau dibius dan yang mendapat trauma pada perut
serta kepala(otak).
 Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul
dan tidakada indikasi kontra. Pemberian minum harus
dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
 Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi
cairan untukmengembalikan volume intravaskuler, volume
interstitial, danintra sel. Cairan plasma atau pengganti
plasma berguna untukmeningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
 Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan
harusseimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat
mungkindiberikan jenis cairan yang sama dengan cairan
yang hilang,darah pada perdarahan, plasma pada luka
bakar. Kehilangan airharus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupaair dan elektrolit harus
diganti dengan larutan isotonik.Penggantian volume intra
vaskuler dengan cairan kristaloidmemerlukan volume 34
kali volume perdarahan yang hilang,sedang bila
menggunakan larutan koloid memerlukan jumlahyang
sama dengan jumlah perdarahan yang hilang.
Telahdiketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang
dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya
dengan darahlengkap.
 Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan
 Pemberian cairan pada syok septik harus dalam
pemantauan ketat,mengingat pada syok septik biasanya
terdapat gangguan organmajemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa
pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan
analisa gas darah
2.3 Proses Asuhan Keperawatan pasien syok
a.) Pengkajian
1. Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan
bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti
ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah
luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal
dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak
banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol
perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat
membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang
yang mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan
obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia),
Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok
kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase
lanjut syok (sering kering pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg
(lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap
hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik,
respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan.
Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di
jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik,
kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik,
meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2
menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2
karena adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan
transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume
cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan - Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
dan afterload, Status jantung
kontraktilitas jantung. - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
Status gejala penurunan
DO/DS: - Tissue cardiac putput
- Aritmia, perfusion: - Monitor status
takikardia, perifer pernafasan
bradikardia - Monitor balance cairan
- Palpitasi, Setelah dilakukan - Monitor respon pasien
oedem asuhan terhadap efek
- Kelelahan Selama......penurunan pengobatan
- Peningkatan/ kardiak antiaritmia
penurunan JVP output klien teratasi - Atur periode latihan
- Distensi vena dengan kriteria hasil: dan istirahat untuk
jugularis - Tanda Vital menghindari
- Kulit dingin dan dalam rentang Kelelahan
lembab normal - Monitor adanya
- Penurunan (Tekanan darah, dyspneu, fatigue,
denyut nadi Nadi,respirasi) tekipneu dan ortopneu
perifer - Dapat - Monitor TD, nadi,
- Oliguria, kaplari mentoleransi suhu, dan RR
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor VS saat
- Nafas pendek/ ada kelelahan pasien berbaring,
sesak nafas - Tidak ada duduk, atau berdiri
- Perubahan edema paru, - Monitor TD, nadi, RR,
warna kulit perifer, dan sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi tidak ada asites setelah aktivitas
jantung S3/S4 - Tidak ada - Monitor jumlah, bunyi
- Kecemasan penurunan dan irama jantung
kesadaran - Monitor frekuensi dan
- AGD dalam
batas normal irama pernapasan
- Tidak ada - Monitor suhu, warna,
distensi vena dan kelembaban kulit
leher - Monitor sianosis
- Warna kulit - Monitor adanya
normal tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Hasil
Kolaborasi
Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, Circulation status faktor-faktor
penurunan - Tissue Prefusion : presipitasi)
konsentrasi Hb, cardiac, - Observasi perubahan
Hipervolemia, periferal ECG
Hipoventilasi, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
gangguan transport jantung dan paru
O2, Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
gangguan aliran selama…ketidakefektifan jumlah denyut jantung
arteri dan vena perfusijaringan - Monitor angka PT,
kardiopulmonal teratasi PTT dan AT
DS: dengan kriteria hasil: - Monitor elektrolit
- Nyeri dada (potassium dan
- Sesak nafas - Tekanan systole magnesium)
DO dan diastole - Monitor status cairan
- AGD dalam rentang - Evaluasi oedem perifer
abnormal yang diharapkan dan denyut nadi
- Aritmia - CVP dalam batas - Monitor peningkatan
- Bronko normal kelelahan dan
spasme - Nadi perifer kuat kecemasan
- Kapilare dan simetris - Jelaskan pembatasan
refill > 3 dtk - Tidak ada oedem intake kafein, sodium,
- Retraksi dada perifer dan kolesterol
- - Penggunaan asites dan lemak
otot-otot - Denyut jantung, - Kelola pemberian obat-
tambahan AGD, ejeksi obat: analgesik, anti
- fraksi dalam batas koagulan,
normal nitrogliserin,
- Bunyi jantung vasodilator dan
abnormal tidak diuretik.
ada - Tingkatkan istirahat
- Nyeri dada tidak (batasi pengunjung)
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Masalah
Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan - Fluid balance - Pertahankan
dengan:Kehilangan - Hydration catatan intake dan
volume cairan secara - Nutritional output yang akurat
aktif, Kegagalan Status : Food and - Monitor status
mekanisme pengaturan Fluid Intake hidrasi
- nadi adekuat,
DS : Setelah dilakukan tekanan darah
- Haus tindakan ortostatik ), jika
keperawatan selama…. diperlukan
DO: defisit volume Monitor hasil lab
- Penurunan cairan teratasi dengan yang sesuai
turgor kulit/lidah kriteria hasil: dengan retensi
- Membran cairan
mukosa/kulit - Mempertahankan - (BUN , Hmt ,
kering urine output osmolalitas urin,
- Peningkatan sesuai dengan usia albumin, total
denyut nadi, dan BB, BJ protein )
penurunan urine normal, - Monitor vital sign
tekanan darah, - Tekanan darah, setiap 15menit – 1
penurunan nadi, suhu tubuh jam
- volume/tekanan dalam batas - Kolaborasi
nadi normal pemberian cairan
- Pengisian vena - Tidak ada tanda IV
menurun tanda dehidrasi, - Monitor status
- Perubahan status - Elastisitas turgor nutrisi
mental kulit baik, - Berikan cairan oral
- Konsentrasi - membran mukosa - Berikan
urine meningkat lembab, tidak penggantian
- Temperatur - ada rasa haus nasogatrik sesuai
tubuh meningkat yang berlebihan output (50 –
- Kehilangan berat - Orientasi terhadap 100cc/jam)
badan secara waktu dan - Persiapan untuk
tibatiba tempat baik tranfusi
- Penurunan urine - Jumlah dan irama - Pasang kateter jika
output pernapasan perlu
- HMT meningkat dalam batas - Monitor intake
- Kelemahan normal dan urin output
- Elektrolit, Hb, setiap 8 jam
Hmt dalam batas
normal
- pH urin dalam
batas normal
- Intake oral dan
intravena adekuat

5. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan
yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga
dapat menjadi mandiri.

6. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequas

BAB III
KASUS
Kasus
Tn.K berumur 36 tahun dibawa oleh keluarga ke IGD rumah sakit medika utama
pukul 11.25 WIB karena tidak sadarkan diri. Menurut keluarga, px sudah
mengalami diare 3 hari yang lalu dengan konsistensi cair, ampas sedikit. Sejak
tadi pagi istri px mengatakan BAB cair ± 7 dengan konsistensi cair. Dari hasil
pemeriksaan ruang mawar didapatkan TD : 80/50 mmHg, N : 110 x/menit, S :
36,5 ̊C, RR : 30 x/menit. Hasil pemeriksaan lab didapatkan Na : 115 mmol/L, K :
2.2 mmol/L, Cl 9.8 mmol/L, Hb : 10,5 g/dl, HCT : 31.8 %, RBC : 3.64 10^3/UL.
Diagnosa medis syok hipovolemik e.c diare.
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl Masuk RS : 13 September 2017
Diagnosa Med : Syok Hippovolemik e.c Diare
Alamat : Surabaya
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB air 7 kali
sejak tadi pagi dengan konsistensi air dengan ampas sedikit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang Pada saat pengkajian istri px mengatakan
bahwa px telah mengalami diare sejak 3 hari yang lalu. Keluarga tidak
mengetahui penyebab px diare. Px sudah minum obat yang dibeli di
warung untuk mengueangi diare, namun belum teratasi, frekuensi diare
malah semakin banyak. Tadi pagi pada pukul 10.30 px setelah keluar dari
kamar mandi langsung pingsan dan tidak sadarkan diri. Kemudian
keljuarga pasien membawa pasien ke IGD Rumah Sakit Medika Utama
pada pukul 11.25 WIB.
3. Riwayat penyakit dahulu Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak
pernah masuk rumah sakit, Klien tidak memiliki riwayat penyakit menular
ataupun menurun. Klien hanya mengalami sakit biasa seperti batuk, flu,
dan berobat ke puskesmas.
4. Riwayat penyakit keluarga Keluarga mengatakan tidak ada di dalam
anggota keluarga yang mengalami Penyakit yang sama seperti klien.
5. Riwayat Kebiasaan Keluarga klien mengatakan kebiasaan klien sering tidur
malam
6. Riwayat Alergi Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat
alergi terhadap makanan, minuman ataupun obat-obatan.
C. Pengkajian Primer
1. Airway
a. Tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif
2. Breathing
b. Sesak nafas
c. RR 30 x/menit
d. Terpasang O2 10 L/Menit
e. Pernafasan cepat dan dangkal
3. Circulation
a. Pucat / sianosi
b. kral dingin
c. CRT 4 detik
d. TTV : TD 80/50mmH
e. S : 35 HR : 110 x/menit
f. HB :10,8 gr/dl x/menit

4. Disability
Kesadaran Somnolen : GCS 10 (E2, V3, M5), Keadaan umum lemah,
Pupil isokor, Reflek cahaya +/+
5. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa gaya hidupnya kurang baik, karena ia
memiliki kebiasaan minum kopi 3xsehari dan kebiasaan merokok 7
batang per hari.
b. Pola Nutrisi-Metabolik Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa ia
biasa makan 3x sehari dengan 1 porsi. Menunya seperti nasi, daging,
sayur, dan makanan habis dalam 1 porsi. Pasien biasa minum air putih
± 9 gelas/hari. Berat badannya 55kg dan tinggi badannya 165cm. Saat
sakit : keluarga mengatakan bahwa nafsu makann px menurun, ia
makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi
masih bersisa, dan biasa minum air putih ±4 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap
pagi hari dengan bentuk faces padat, warna feses kuning, bau
khas feses, dan feses tidak bercampur darah. Saat sakit : keluarg
mengatakan bahwa ia BAB ± 7x/hari dengan bentuk fases encer,
feses berwarna kuning, ampas sedikit.
2) BAK Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa px biasa BAK
secara normal dengan karakteristik urin cair, warnanya kuning,
bau khas urine, serta tidak bercampur darah. Saat sakit : keluarga
mengatakan bahwa px terpasang kateter produksi 60 cc (3 jam
pemasangan kateter), dengan karakter urinenya kuning pekat.

D. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala Bentuk kepala normal Thorax (Dada) Paru : terlihat
simetris, tidak adanya simetris, tidak ad nya
alopesia, wrna rambut lesi dan udim, tidak
hitam,kebersihan ada tato, tidak nyeri
cukup tidak ada luka tekn, terdengar suara
pada kulit kepala dan sonor pada ICS 2-8,
wajah, tidak ada nyeri
tekan
Mata alis dan mata simetris, Sirkulasi Terlihat iktus kordis,
tidak terdapat udim (Jantung) terdengar suara S1
palpebra, sklera dan S2 tunggal reuler,
aninterik, pupil isokor tidak teraba masa dan
miosis, konjungtiva nyeri tekan
anemis
Hidung Hidung simetris, tidak Abdomen Tidak ada nya hiper
ada serumen, pigmentasi, tidak ada
penyebaran silia nya lesi pada
merata, tidak teraba abdomen, terdengar
nyeri tekan pada sinus gerakan peristaltik,
frontalis, sinus ±37x/menit, terdengar
etmoidalis, sinus suara pekak,
penoidalis, sinus
spenoidalis dan sinus
masilaris
Mulut Mulut simetris, Neurologi Status mental dan
mukosa bibir kering, (Saraf) emosi: pasien tidak
tidak ada nya sadarkan diri hanya
stomatitis bisa mengerang,
Telinga Telinga simetris, Muskuloskeletal Tidaak terkaji
tidak ada nya
serumen dan discart,
tidak ada nya
betelsains, tidak
teraba masa dan nyeri
tekan pada tragus,
cartilago dan aurikul
Kulit Kulit tampak bersih, Genitourinaria Tidak terkaji
tidak ada lesi.

b. Vital Sign
Tekanan Darah : 80/50mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 36 ̊C

c. Anamnesa: SAMPLE (Sign, Alergi, Medikasi, Past Illness, Last Meal,


Environment)
No Pengkajian Sekunder Hasil
1. SIGN -

2. ALERGI -

3. MEDICATION -

4. PAST ILLNESS -

5. LAST MEAL -

6. ENVIRONMENT -

d. Pemeriksaan Penunjang
No Pengkajian Hasil
Sekunder
1. Laboratorium Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,5g/dl 13,0-18,0
Hematokrit 31,8% 40-52
Leukosit 7,80103/UL 3.8-10,6
Trombosit 346103/UL 150-440
Eritrosit 3,64103/UL 4,5-6,5
RDW 12,9% 10-16
MPV 7,2FL 7,2-11,1
PCT 0,2% 0,2-0,5
MCV 87.4 FL 80-100
MCH 28,8 Pg 26-34
MCHC 33,0 Pg 32-36
Limfosit % 10.7% 20-35
Monosit % 3.3 % 2-8
Gran % 86,0% 50-80
Lymp # 0.80103/UL 1-5
Monosit # 0.30103/UL 0.1-1
Gran # 6,50103/UL 2-8
Elektrolit natrium 138 mmol/L 135-147
(Na)
Kalium(k) 2.2 mmol/L 3.5-5.0
Choliride 9,8 mmol/L 98-106
2. Rontgen -

3. USG
-
No Pengkajian Hasil
Sekunder
4. CT Scan
-

5. MRI
-

3.2 Analisa Data


No Data Masalah Etiologi

1. Ds : Defisien volume Diare


- Keluarga klien cairan (00027)
mengatakan BAB 7x/hari

Do :
- Pasien nampak lemah
cenderung tidur dan
lemas, kesadaran umum
pasien somnolen. GCS
10 (E2, V3, M5)
- Kulit kering dan turgor
kulit tidak elastis
- Mukosa bibir kering
- Berkeringat dingin
- S : 38̊C
2. Ds : - Pola napas tidak Hiperventilasi
Do : efektif ( 00032)
a. RR : 30 x/menit
b. Retraksi dinding dada (+)
c. Terpasang O2 face mask
10 L/menit
d. Pernafasan cepat dan
dangkal
e. Klien tampak pucat
3. Do : - Perfungsi perifer Vasokonstriksi
Ds : tidak efektif Pembuluh
a. Klien tampak lemah (00204) Darah
b. Anemis +
c. CRT 4 detik
d. HB : 10,5 gr/dl
e. Sianosis (+)
f. Warna kulit p ucat
g. TD : 80/50mmHg
h. HR : 110 x/menit

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisien volume cairan b.d Diare (00027)
2. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi (00032)
3. Perfungsi perifer tidak efektif b.d Vasokonstriksi pembuluh darah
(00204)
3.4 Intervensi Keperawatan
No No. NOC NIC TTD
Dx
1.

2.

3.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa Keperawatani
4.3 Intervensi Keperawatan
4.4 Implementasi Keperawatan
4.5 Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A. (2013). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.
Corwin,Elizaberth.(2013).BukuSakuPatofisiologi.Edisi3.Jakarta:EGC
Muslihah.(2010).Keperawatan Gawat Darurat. Yokyakarta:Nuha Medika.
Purwadianto, Agus dan Budi Sampurna. (2013). Kedaruratan Medik. Tangerang:
BinapuraAksara.
Sutrisno.(2013). KeperawatanKegawat Daruratan.Jakarta:Media Aesculapins
Mansjoer, arif. Dkk.2014.Kapita Selekta Kedokteran,Jakarta; media aesculapius
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC
Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik.(online).Http://www. Kalbefarma. Com / file/cdk/15 penatalaksanaan.
(diakses 30 Maret 2021).
Hardisman (2013). Memahami patofisiologi dan aspek klinis syok hipovolemik: Update dan penyegar. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2(3): 178-82.
Wijaya IP (2014). Syok hipovolemik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B (eds). Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid III. Jakarta: InternaPublishing, pp: 4122-4

Anda mungkin juga menyukai