Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1


SYOK HIPOVOLEMIK
PERDARAHAN

PENANGGUNG JAWAB MATA KULIAH :


Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1
SYOK HIPOVOLEMIK
PERDARAHAN

DISUSUN OLEH:

Imelda Sandy W. 1510036


Iriani Wahyuni L. 1510037
Martha Ayu A. 1510038
Nanda Devi K. 1510040
Rara Ayu Anjani B.S.R 1510041
Yohana Novitasari S 151000

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat ridho,
rahmat, dan hidayah–Nyakami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gawat
Darurat 1 dengan judul “Syok Hipovolemik (Perdarahan)”sebagaisyarat
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat 1 mahasiswa Program
Studi S1 KeperawatanSTIKES Hang Tuah Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kolonel Laut (K/W) Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat 1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Surabaya yang telah bersedia mengorbankan waktu dan pikirannya untuk
bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini.
3. Seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Surabaya yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Teman-teman Program Studi S-1 Keperawatan Angkatan 2015, yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan sebagai perkembangan ilmu
keperawatan.

Surabaya, 10 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kulit Luar.............................................................................................................i
Halaman Sampul.................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Syok Hipovolemik.........................................................................
2.2 Penyebab Syok Hipovolemik..........................................................................
2.3 Tanda Gejala Syok Hipovolemik....................................................................
2.4 Patofisiologi Syok Hipovolemik.....................................................................
2.5 Penanganan Syok Hipovolemik......................................................................

BAB 3 PEMBAHASAN......................................................................................

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan sirkulasi yang paling sering dijumpai pada kasus kegawat
daruratan ialah syok. Hal ini didasarkan dengan adanya gangguan perfusi organ
dan oksigenasi jaringan. Secara klinis syok ditandai dengan adanya penurunan
tanda – tanda vital berupa lemahnya nadi, takikardia, hipotensi, kecepatan
pernafasan bertambah, dan penurunan kesadaran(Bandiklat PPNI, 2017). Salah
satu jenis syok yang sering terjadi ialah syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah akibat dari pengurangan volumre darah yang
disebabkan oleh kehilangan darah, plasma, atau cairan tubuh dan elektrolit yang
akut dan banyak sekali, perdarahan, luka bakar, obstruksi usus, peritonitis, dan
luka karena benturan (Bandiklat PPNI, 2017). Kondisi hipovolemik yang paling
tersering disebabkan oleh suatu trauma atau non trauma yang menyebabkan
kehilangan darah atau cairan tubuh dalam jumlah yang besar (Junaedi, Sargowo,
& Nasution, 2016), angka kejadian trauma menurut Data Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2010 didapatkansekitar delapan juta orang mengalami
kejadian fraktur dengan jenis frakturyang berbeda dan penyebab yang berbeda.
Hasil survei tim KementrianKesehatan RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian mencapai 45%.
Pada pasien dengan syok hipovolemik dapat di lihat dari status
hemodinamiknya dimana sering didapati penurunan tekanan darah arteri sistemik.
Gangguan hemodinamik ini dapat dilihat daritekanan arteri sistolik kurang dari 90
mm/Hg atau nilai MAP (Mean Arterial Pressure) kurang dari 70 mm/Hg, dengan
kompensasi takikardi. Tanda selanjutnya dari syok hipovolemik dapat dilihat dari
penurunan perfusi jaringan, diantaranya kulit (akral dingin, dengan vasokonstriksi
dan sianosis), ginjal (output urin<0,5 ml/kgBB/jam). Pada sistem neurologis
(perubahan status mental, yang mencakup obtundation, disorentasi dan tampak
bingung) yang diukur melalui GCS (Glasgow Coma Scale)(Finifer, Vincent,
Backer, & Daniel, 2013).
Pemberian resusitasi cairan dengan jenis dan jumlah yang tepat dan cepat
diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi.Dikarenakan terapi cairan dapat
meningkatkan aliran pembuluh darah dan meningkatkan cardiac output yang
merupakan bagian terpenting dalam penanganan syok (Finifer et al., 2013). Akan
tetapi kekeliruan pemberian resusitasi cairan akan berakibat fatal, maka dari itu
untuk mempertahankan keseimbangan cairan diperlukannya input cairan yang
sama untuk mengganti cairan yang hilang, dan tujuan resusitasi cairan bukan
untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, melainkan tindakan penyelamatan
jiwa untuk menekan angka kematian (Holley et al., 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Syok Hipovolemik ?
2. Apa saja klasifikasi Syok Hipovolemik ?
3. Apa saja penyebab terjadinya Syok Hipovolemik ?
4. Bagaimana derajat terjadinya Syok Hipovolemik ?
5. Bagaimana proses terjadinya Syok Hipovolemik ?
6. Apa saja tanda dan gejala terjadinya Syok Hipovolemik ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Syok Hipovolemik ?
8. Apa saja penatalaksanaan Syok Hipovolemik Perdarahan ?
9. Apa saja komplikasi akibat Syok Hipovolemik ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
tentang syok hipovelemik perdarahan dan pertolongannya sehingga bisa
diterapkan dalam keseharian serta dapat melakukan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat umum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian dari Syok Hipovolemik
2. Menyebutkan macam – macam klasifikasi Syok Hipovolemik
3. Menyebutkan penyebab terjadinya Syok Hipovolemik
4. Menjelaskan derajat terjadinya Syok Hipovolemik
5. Menjelaskan proses terjadinya Syok Hipovolemik
6. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya Syok Hipovolemik
7. Menyebutkan pemeriksaan penunjang Syok Hipovolemik
8. Menjelaskan penatalaksanaan Syok Hipovolemik Perdarahan
9. Menyebutkan komplikasi akibat Syok Hipovolemik

1.4 Manfaat
Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi dirinya
sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk
referensi ataupun bahan bacaan semata.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Syok terjadi bila jaringan tubuh tidak menerima cukup darah yang
mengandung oksigen. Syok adalah gangguan system sirkulasi yang menyebabkan
tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak
adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan.
Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok hipovolemik merupakan
suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat didalam pembuluh darah.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intravaskuler 15% sampai 25%. Syok hipovolemik terjadi apabila ada deficit
volume darah lebih dari 15%, sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman
oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolism sel.
Berkurangnya volume intravaskuler dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan
tubuh secara akut atau kornik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau
kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravaskuler. Tahap syok hipovolemik ada 3 yaitu
(Ramadhani et al., 2018):
1. Tahap inisial : jaringan kekurangan perfusi oksigen, metabolisme
anaerob meningkat, asam laktat meningkat.
2. Tahap kompensasi/ reversible : sistem saraf pusat diaktivasi oleh
penurunan suplai oksigen
3. Tahap progresif : tubuh gagal melakukan kompensasi, peningkatan
vasokonstriksi, iskemik, peningkatan asam laktat, asidosis metabolik.
4. Tahap irreversible atau refraktori : nekrosis selular dan Multiple Organ
Dysfunction Syndrome (MODS) dapat terjadi hingga kematian.
2.2 Klasifikasi
Syok yang biasanya diakibatkan karena mengalami pendarahan, dapat dibagi
dalam beberapa kelas :
VARIABEL KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 <90

Nadi (x/menit) <100 >100 - 120 >120 - 140 >140

Napas (x/menit) 14-20 x/menit 20-30 x/menit 30-40 x/menit >35 x/menit

Mental Anxious Agitated Confused Lethargic


<750 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
Kehilangan darah
(<15%) (15% - 30%) (30% - 40%) (>40%)
Sangat cemas/
Kesadaran Sedikit cemas Cemas letargi
bingung

2.3 Etiologi
Penyebab syok hipovolemik antara lain (Nugroho, Putri, & Putri, 2016) :
b. Kehilangan darah , mis. Perdarahan
c. Kehilangan plasma, mis. Luka bakar
d. Dehidrasi, mis. Diare
e. Cairan yang keluar banyak

2.4 Derajat Syok menurut kegawatdaruratannya


1. Syok ringan
a. Kehilangan volume darah < 20%
b. Penurunan perfusi pada daerah non vital seperti kulit, otot, rangka. Kesadaran
tidak terganggu, produksi urin normal atau sedikit menurun, asidosis
metabolik ringan atau tidak ada.
c. Tanda klinis : hipotensi postural, dingin, takikardi, kulit lembab, urine pekat,
diuresis kurang, kesadaran masih normal.
2. Syok sedang
a. Kehilangan cairan 20% - 40% dari volume darah total
b. Perfusi ke organ vital selain otak dan jantung menurun , oliguri, asidosis
metabolik, kesadaran relatif baik.
c. Tanda klinis : penurunan kesadaran, delirium/ agitasi, hipotensi, takikardi,
nafas cepat dan dalam, oliguri, asidosis metabolik.
3. Syok berat
a. Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Terjadi vasokonstriksi di semua
pembuluh darah lain. Terjadi oliguro dan asidosis berat, gangguan kesadaran,
hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun) .

2.5 Patofisiologi
Gejala pada pendarahan belum dapat terlihat jika darah masih kurang dari
10% dari total volume darah karena maish dapat di kompensasi oleh tubuh dan
kontraktifilitas otot jantung. Bila pendarahan terus menerus maka tubuh tidak
mampu mengkompensasikan dan menimbulkan gejala–gejalaklinis. Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi system fisiologi
utama sebagai berikut(Hardisman, 2013) :
a. Sistem hematologi
Sistem hematologi merespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh
darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Platelet diaktivasi (juga
melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah
immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan
kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan
menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
b. Kardivaskuler
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard,
dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat
peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus
nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium
kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon
dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi
perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.

c. System renalis
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi
menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2
efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok
hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada
reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.
d. System neuroendokrin
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan
dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan
darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi
natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH
menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus
distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.

2.6 Tanda dan Gejala


Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.Apabila syok talah terjadi, tanda–
tandanyaakan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15
mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah
ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran
darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi:karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


No Jenis Pemeriksaan Nilai Pemeriksaan
1 Leukosit Ht mungkin meningkat pada status
hipovolemik karena hemokonsentrasi.
leukopenia ( penurunan sdp ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan
leukositosis ( 15.000 – 30.000 ) dengan
peningkatan pita ( berpiondah ke kiri )
yang mempublikasikan produksi sdp
tak matur dalam jumlah besar
2 Elekrolit Serum Berbagai ketidakseimbangan mungkin
terjadi dan menyebabkan asidosis,
perpindahan cairan, dan perubahan
fungsi ginjal
3 Pemeriksaan Pembekuan Trombosit terjadi penurunan
Darah ( trombositopenia ) dapat terjadi
karena agregasi trombosit. PT/PTT
mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati
yang diasosiasikan dengan iskemia hati
/ sirkulasi toksin / status syok
4 Laktat Serum Meningkat dalam asidosis
metabolic,disfungsi hati, syok
5 Glukosa Serum terjadi hiperglikemia yang terjadi
menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai
respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme
6 Urinalisis Adanya SDP / bakteri penyebab
infeksi. Seringkali muncul protein dan
SDM
7 Sinar X film abdominal Mengindentifikasikan udara bebas
dan dada bagian bawah didalam abdomen dapat menunjukan
infeksi karena perforasi abdomen /
organ pelvis
8 EKG Menunjukan perubahan segmen ST
dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penanggulangan kegawatan syok hipovolemik secara umum
Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC
(Nugroho et al., 2016) :
1. Airway (Jalan nafas) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa
endotrakeal.
2. Breathing (Pernafasan) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan
ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%.
3. Circulation (Defisit volume peredaran darah) pada syok hipovolemik sejato
atau hipovolemia relatif harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan
bila perlu pemberian obat – obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi
jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
Langkah – langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam
menghadapi syok (Nugroho et al., 2016):
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Posisikan penderita sesuai lokasi luka, umumnya terlentang bertujuan agar
aliran darah mengalir ke organ – organ vital.
3. Apabila terdapat trauma leher atau tulang belakang jangan menggerakkan
penderita sampai petugas medis datang, kecuali pertolongan pertama
pembebasan jalan nafas.
4. Penderita dengan luka parah pada bagian bawah muka atau penderita tidak
sadar, posisikan miring ke salah satu sisi tubuh bertujuan untuk memudahkan
cairan keluar dari rongga mulut sehingga tidak menyumbat jalan nafas.
5. Penderita dengan luka pada kepala posisikan terlentang datar/ kepala agak
ditinggikan jangan samapai kepala lebih rendah dari anggota tubuh yang lain.
6. Kalau ragu – ragu memposisikan penderita lebih baik posisikan terlentang
datar.
7. Pada penderita syok hipovolemik, baringkan penderita dengan kaki lebih
tinggi 20 – 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung dan tekanan darah
meningkat. Tetapi bila penderita kesukaran bernafas atau kesakitan maka
turunkan kakinya kembali.
8. Pakaian dilonggarkan
9. Beri selimut
10. Tenangkan penderita
11. Pastikan jalan nafas bebas
12. Kontrol perdarahan
13. Berikan oksigen sesui SOP
14. Jangan beri makan dan minum
15. Periksa berkalan tanda vital
16. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

2.8.2 Penanganan kegawatan syok hipovolemik di rumah sakit


a. Pasang satu / lebih jalur infus IV no 18/ 16
b. Infus cepat larutan kristaloid/ kombinasi antara kristaloid dan koloid
sampai vena jugularis yang kolaps terisi.
c. Lakukan transfusi jika terjadi perdarahan
d. Bila ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus dilambatkan jangan
sampai pasien mengalami kelebihan cairan dan terjadi oedem paru.
Pemantauan yang harus dilakukan dalam menentukan kecepatan infus :
1. Nadi cepat menunjukkan hipovolemia
2. Bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi/ tekanan darah
turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, makan perlu transfusi cairan
3. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin, bila
kurang menunjukkan hipovolemia.
4. Cairan terus diberikan sampai vena terisi dan nadi jelas teraba.
5. Jika semua yang diatas menunjukkan peningkatan dan normal, bisa
diberikan lasix 20 – 40 mg untuk mempertahankan produksi urin.
6. Dopamin bisa digunakan untuk pengukuran tekanan vena sentral, bila
masih gelisah, haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, maka masih
perlu transfusi cairan.
Cara menghitung kebutuhan darah pada kasus perdarahan
Estimasi Volume Darah (Estimated Blood Volume (EBV))

EBV = 70 ml x BB (kg)

Estimasi Kehilangan Darah (Estimated Blood Loss (EBL))

EBL = Persentase kehilangan cairan x EBV

2.9 Komplikasi
a. Kerusakan ginjal
b. Kerusakan otak
c. Serangan jantung
d. Syok yang berat berujung pada kematian

BAB 3
PEMBAHASAN
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Syok adalah penurunan perfusi oksigen didalam darah dan zat gizi dalam sel-
sel tubuh. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak
adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat didalam pembuluh darah. Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang
paling umum ditandai dengan penurunan volume intravaskuler. 3 tahapan syok
hipovolemik yaitu tahap inisial, tahap kompensasi/ reversible,tahap progresif,
tahap irreversible atau refraktori. Tanda-tanda syok adalah pernafasan cepat, kulit
pucat dingin, vena kulit kolaps, membran mukosa serta palung kuku mungkin
sianosis, kulit basah, takikardi, denyut nadi lemah dan cepat sering hampir tidak
teraba, Hipotensi, oliguria, kesadaran menjadi berkabut, penderita konfusi serta
gelisah.
Penderita syok harus mendapatkan pengobatan segera seperti Amankan
saluran pernafasan yang adekuat, Amati TTV, jika penderita hipovolemik
tinggikan tungkai sampai sudut 45 derajat untuk mendapatkan aliran balik darah
vena yang cepat dan tungkai ke jantung, longgarkan pakaian, memasang kateter
urina, pemantauan tekanan darah, frekuensi, denyut jantung, irama jantung serta
frekuensi dan kedalaman pernapasan.

4.2 Saran
Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat didalam pembuluh darah atau tidak adekuatnya perfusi ke Jaringan.
Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa menyebabkan cedera sehingga
menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan
penumpukan sisa-sisa metabolism sel. Secara klinis syok ditandai dengan adanya
penurunan tanda – tanda vital berupa lemahnya nadi, takikardia, hipotensi,
kecepatan pernafasan bertambah, dan penurunan kesadaranyang paling tersering
disebabkan oleh suatu trauma atau non trauma yang menyebabkan kehilangan
darah atau cairan tubuh dalam jumlah yang besar . Maka dari itu untuk
mempertahankan keseimbangan cairan diperlukannya input cairan yang sama
untuk mengganti cairan yang hilang, dan tujuan resusitasi cairan bukan untuk
kesempurnaan keseimbangan cairan, melainkan tindakan penyelamatan jiwa
untuk menekan angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiklat PPNI. (2017). pelatihan btcls. Surabaya: Badan Pendidikan & Pelatihan
PPNI provinsi Jawa Timur.
Finifer, S. ., Vincent, Backer, J. Lo. & De, & Daniel. (2013). Critical care
medicine : circulatory shock. The New England Journal of Medicine, 18,
1726–1734.
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syo Hipovolemik :
Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178–182.
Holley, A., Lukin, Paratz, W., Hawkins, J., Boots, T., J., R. &, & Lipman. (2012).
Goal directed resucitation which goals? Haemodynamic targets. Australia :
Emergency Medicine, 1.
Junaedi, Sargowo, J., & Nasution, T. H. (2016). SHOCK INDEX (SI) DN MEAN
ARTERIAL PRESSURE (MAP) SEBAGAI PREDIKTOR KEMATIAN
PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI RSUD GUNUNG JATI
CIREBON. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 4, 45–59. Diambil dari
https://jurnal.poltekkes-soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/141
Nugroho, T., Putri, B. T., & Putri, D. K. (2016). TEORI ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (Edisi 1). Yogyakarta: Nuha Medika.
Ramadhani, A. N., Istikarini, I. E., Susiyanti, R., Asih, D. R., Rahayu, M. P., H, T.
R. ., & Anjari. (2018). Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan. (N. Nurhaeni
& M. Adam, Ed.) (Edisi 2). Jakarta: Salenba Medika.

Anda mungkin juga menyukai