Disusun Oleh:
1. Rismawati 1120021139
2. Ristiany Dwi Angraeni 1120021096
3. Riza Ayu Tohari Putri 1120021132
4. Rizki Fitriana 1120021048
5. Rizky Ayu Permata Putri 1120021110
6. Risky Permatasari 1120021095
7. Rizqy Infitachul Mawaddah 1120021069
8. Robbi Atus Solehah 1120021059
9. Robi Is Maulana 1120021007
10. Rosa Navila 1120021028
Pembimbing Akademik:
Muhammad Khafid, S.Kep., Ns., M.Kep
Asuhan keperawatan gawat darurat ini kami buat sebagai bukti bahwa
telah menyelesaikan kasus syok kegawatdaruratan praktik keperawatan gawat
darurat di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya pada tanggal 23 Mei – 19 Juni
2022. Berikut nama kelompok 1 Keperawatan Gawat Darurat :
1. Rismawati 1120021139
2. Ristiany Dwi Angraeni 1120021096
3. Riza Ayu Tohari Putri 1120021132
4. Rizki Fitriana 1120021048
5. Rizky Ayu Permata Putri 1120021110
6. Risky Permatasari 1120021095
7. Rizqy Infitachul Mawaddah 1120021069
8. Robbi Atus Solehah 1120021059
9. Robi Is Maulana 1120021007
10. Rosa Navila 1120021028
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Kelompok mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan Syok Hipovolemik”. Sholawat
serta salam tetap kita junjungkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yaitu Al – Qur’an sunnah untuk keselamatan
umat di dunia. Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat di Program Studi Ners. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
ibu dosen pembimbing akademik Bapak Muhammad Khafid, S.Kep., Ns., M.Kep
yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan sindrom klinis kompleks yang dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Syok merupakan kondisi yang membahayakan jiwa dan
sering membutuhkan kerja tim yang terdiri atas berbagai penyedia layanan
kesehatan, termasuk perawat, dokter, teknisi laboratorium, apoteker, dan ahli
terapi pernapasan. Syok berpotensi mematikan, melemahkan, dan memakan
biaya, oleh karena itu adalah penting untuk perawat mengidentifikasi klien
yang berisiko mengalami syok, mengetahui hasil pengkajiaan awal yang
menunjukkan adanya syok, dan memulai intervensi yang tepat sebelum
terjadinya syok (Black & Hawks, 2014).
Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga
terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh
dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena
penurunan perfusi jaringan dan kegagalan sirkulasi (Simmons and
Ventetuolo, 2017).
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan
hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan
sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh
atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama (Kolecki and Menckhoff, 2016). Syok hipovolemik
yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok
hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di
negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyebab
terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat
kecelakaan. Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya
menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan
tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian
akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
Angka insiden syok hipovolemik di Indonesia belum ada tercatat,
namun menurut data penyebab syok hipovolemik tertinggi pada anak-anak di
negara berkembang adalah diare. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional tahun 2018, angka diare pada balita di Indonesia
mencapai 11% jauh meningkat dibandingkan tahun 2013 sebanyak 2,4%.
Pada syok hipovolemik akibat pendarahan, penyebab utama terbanyak adalah
cedera traumatik. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional tahun 2018, Presentase terjadinya cedera meningkat dari tahun 2013
sebesar 8,2% menjadi 9,2% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Attitude
et al., 2018). Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok yaitu Perdarahan terdiri dari perdarahan eksternal dan perdarahan
Internal. Kehilangan plasma seperti, luka bakar luas, pankreatitis, deskuamasi
kulit, sindrom dumping, DHF, peritonitis, obstruksi Ileus. Kehilangan cairan
ekstrsseluler seperi muntah (vomitus), dehidrasi, diare, terapi diuretik yang
sangat agresif, diabetes inspidius, infusiensi adrenal (Kurniati et al., 2008).
Jika syok hipovolemik tidak ditangani dengan segera dapat
mengakibatkan hipoksia, penurunan kesadaran karena berkurangnya suplai
darah keotak, kerusakan dan kematian jaringan yang irreversible dan berakhir
dengan kematian oleh karena berkurangnya volume sirkulasi dalam tubuh
(Supriyadi et al., 2015). Pemberian resusitasi cairan dengan jenis dan jumlah
yang tepat dan cepat diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi.
Dikarenakan terapi cairan dapat meningkatkan aliran pembuluh darah dan
meningkatkan cardiac output yang merupakan bagian terpenting dalam
penanganan syok (Supriyadi et al., 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan syok hipovolemik?
2. Apa Etiologi dari syok hipovolemik?
3. Apa saja Manifestasi klinis dari syok hipovolemik?
4. Bagaimana patofisiologi syok hipovolemik?
5. Apa saja komplikasi dari syok hipovolemik?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada syok hipovolemik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gawat daruratan dengan syok
hipovolemik?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi definisi syok hipovolemik.
2. Mengidentifikasi etiologi dari syok kardiogenik.
3. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari syok hipovolemik.
4. Mengidentifikasi patofisiologi syok hipovolemik.
5. Mengidentifikasi komplikasi dari syok hipovolemik
6. Mengidentifikasi penatalaksanaan pada syok hipovolemik.
7. Mengidentifikasi asuhan keperawatan gawat daruratan dengan syok
hipovolemik.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
h) Sistem neurologis
A. Tinjauan Kasus
Klien Ny. B usia 62 tahun datang ke IGD RS Bhayangkara Surabaya
diantar suaminya Tn. J. Dengan keluhan lemas sejak seminggu memberat
sejak 3 hari sebelum MRS. Sehari- hari klien adalah ibu rumah tangga
sementara suaminya bekerja sebagai karyawan swasta. Suami klien
mengatakan klien makan dan minum menurun sejak 5 hari yang lalu, mual
dan muntah sejak 3 hari yang lalu, enek ulu hati, kencing kemerahan dan
keluar sedikit. Riwayat demam sekitar 1 minggu sudah dibelikan obat dan
riwayat hipertensi tidak terkontrol. Klien dibawa oleh suaminya di RS
menggunakan mobil, klien tiba di RS tanggal 23 Mei 2022 pukul 14.00 WIB
langsung dibawa ke IGD. Saat pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV
sebagai berikut: TD: 70/40 mmHg, N: 125x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5°C,
SaO2: 96% CRT >2detik. Suami klien mengatakan klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, memiliki riwayat penyakit ginjal
dan menjalani cuci darah, cuci darah terakhir yaitu pada tanggal 12 september
2010.
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Hindu
Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2022
Alasan Masuk : Lemas
Diagnosa Medis : Syok Hipovolemia ec Low Intake
2. Initial Survey : Verbal
3. Warna Triage : P2 (Kuning)
4. Survei Primer dan Resusitasi
a. Airway dan Kontrol Servikal
Keadaan jalan nafas
1) Tingkat kesadaran : Apatis
2) Pernafasan : Spontan
3) Upaya bernafas : Ada
4) Benda asing di jalan nafas :-
5) Bunyi nafas : Vesikuler +/+
6) Hembusan nafas : Lemah
b. Breathing
Fungsi pernafasan
1) Jenis Pernafasan : Normal
2) Frekuensi Pernafasan : 20x/menit
3) Retraksi Otot bantu nafas :-
4) Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan
5) Pergerakan dinding thorax : simetris
6) Bunyi nafas : Vesikuler +/+
7) Hembusan nafas : Lemah
c. Circulation
Keadaan sirkulasi
1) Tingkat kesadaran : Apatis
2) Perdarahan (internal/eksternal) : -
3) Kapilari Refill : >2 detik
4) Tekanan darah : 70/40 mmHg
5) Nadi radial/carotis : 125x/menit
6) Akral perifer : Dingin
d. Disability
Pemeriksaan Neurologis
1) GCS : E3V4M5 : 12
2) Reflex fisiologis : Normal
3) Reflex patologis : Tidak ada
4) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
. Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Hipovolemia Setelah dilakukan I.03116 Manajemen
(D.0023) Definisi: tindakan keperawatan Hipovolemia.
penurunan volume selama 1 x 2 jam Observasi :
cairan diharapkan Status 1. Periksa tanda dan
intravascular, Cairan Membaik gejala hipovolemia
interstisial, dan dengan kriteria hasil: (mis. Nadi
/atau intraselular. L. 03028 Status meningkat, nadi
Penyebab: Cairan. teraba lemah,
1. Kehilangan 1. Kekuatan nadi tekanan darah
cairan aktif meningkat menjadi menurun, tekanan
2. Kekurangan skala 5 nadi menyempit,
intake cairan 2. Output urine turgor kulit
Gejala dan Tanda meningkat menjadi menurun,
Mayor: skala 5 membrane mukosa
Subjektif: - 3. Frekuensi nadi kering, volume
Objektif: membaik menjadi urine menurun,
1. Frekuensi nadi skala 5 hematokrit
meningkat 4. Tekanan darah meningkat, haus,
2. Tekanan darah membaik menjadi lemah)
menurun skala 5 2. Monitor intake dan
3. Tekanan nadi 5. Tekanan nadi output cairan
menyempit membaik menjadi Terapeutik
4. Turgor kulit skala 5 3. Hitung kebutuhan
menurun 6. Membran mukosa cairan
5. Membran lembab meningkat 4. Berikan posisi
mukosa kering menjadi skala 5 modified
6. Volume urine Trendelenburg
menurun Edukasi :
Gejala dan Tanda 1. Anjurkan
Minor: memperbanyak
Subjektif: asupan cairan oral
1. Merasa lemah Kolaborasi
Objektif: 1. Kolaborasi
1. Konsentrasi urine pemberian cairan
meningkat IV isotonis (mis.
Kondisi Klinis NaCl, RL)
Terkait: 1. Muntah 2. Kolaborasi
2. Diare. pemberian cairan
IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
I.02050
Manajemen Syok
Hipovolemik.
Observasi :
1. Monitor status
kardiopulmonal
(frekuensi dan
tekanan nadi,
frekuensi napas,
TD, MAP)
2. Monitor status
oksigenasi
(oksimetri nadi,
AGD)
3. Monitor status
cairan (masukan
dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan
napas paten
Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
satirasi oksigen
>94%
2. Berikan posisi
syok (modified
Trendelenberg)
3. Pasang jalur IV
4. Lakukan resusitasi
cairan
4. Pasang kateter
urine untuk
menilai produksi
urine
5. Kolaborasi
pemberian obat
(mis, epinefrin).
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. 22 Mei 2022 1 1. Memeriksan tanda dan gejala Tanggal 22 Mei 2022
14.00 WIB hipovolemia Pukul 15.00 WIB
R/ Tekanan darah 70/40 mmHg, nadi
120x/m, S 36,5C, RR 20x/m, SpO2 S:
98%, akral dingin, CRT >2 dtk. 1. Tn J mengatakan Ny B sudah dapat
14.00 WIB 1 2. Berkolaborasi pemberian cairan IV diajak bicara namun kata-kata yang
isotonis diucapkan kurang jelas
R/ Terpasang inf. NaCl 0,9% loading 2. Pasien mengatakan lemas
2 flas tangan kanan dan kiri. O:
14.00 WIB 1 3. Memberikan posisi modified 1. Nadi teraba lemah
Trendelenburg 2. Turgor kulit belum membaik
R/ Pasien kooperatif. 3. Membran mukosa tampak pucat
14.00 WIB 1 4. Mempertahankan jalan napas paten 4. Pasien tampak pucat
Berikan oksigen untuk 5. Hidrasi belum membaik
mempertahankan saturasi oksigen 6. K/U : lemah
>94% 7. CRT : <2dtk
R/ SpO2 98%. 8. Pasien belum bisa diajak
14.20 WIB 1 5. Berkolaborasi pemberian obat berkomunikasi dengan baik
R/ pemberian injeksi obat omeprazole 9. Output urin 200cc dalam 2 jam
1 vial, Ondansentron 1 vial, Ca 10. TTV :
Glukonas 1 amp, Ceftiaxon 1 vial. TD : 90/60 mmHg
14.30 WIB 1 6. Melakukan resusitasi cairan N : 110x/mnt
R/ diberikan loading NaCl 500ml S : 36,3C
7. Memasang kateter urine untuk menilai RR : 22x/mnt
14.40 WIB 1 produksi urine (Terpasang kateter A:
urine dan urin yang keluar ±100cc) Hipovolemia
8. Memonitor TTV dan intake dan P:
15.00 WIB 1 output cairan Terapeutik Lanjutkan intervensi
R/ tampak lemas, nadi teraba lemah , 1. Monitor TTV dan SaO2
membrane mukosa kering, TD 90/60 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
mmHg, N 110x/m, S 36,3C, RR 3. Pertahankan akses IV
22x/m, SpO2 99%, urin output 200cc. 4. Kolaborasi pemberian cairan RL
20tpm
5. Monitor tanda da gejala hypovolemia
6. Monitor intake dan output cairan
7. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral.