Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun Oleh:
1. Rismawati 1120021139
2. Ristiany Dwi Angraeni 1120021096
3. Riza Ayu Tohari Putri 1120021132
4. Rizki Fitriana 1120021048
5. Rizky Ayu Permata Putri 1120021110
6. Risky Permatasari 1120021095
7. Rizqy Infitachul Mawaddah 1120021069
8. Robbi Atus Solehah 1120021059
9. Robi Is Maulana 1120021007
10. Rosa Navila 1120021028

Pembimbing Akademik:
Muhammad Khafid, S.Kep., Ns., M.Kep

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan gawat darurat ini kami buat sebagai bukti bahwa
telah menyelesaikan kasus syok kegawatdaruratan praktik keperawatan gawat
darurat di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya pada tanggal 23 Mei – 19 Juni
2022. Berikut nama kelompok 1 Keperawatan Gawat Darurat :

1. Rismawati 1120021139
2. Ristiany Dwi Angraeni 1120021096
3. Riza Ayu Tohari Putri 1120021132
4. Rizki Fitriana 1120021048
5. Rizky Ayu Permata Putri 1120021110
6. Risky Permatasari 1120021095
7. Rizqy Infitachul Mawaddah 1120021069
8. Robbi Atus Solehah 1120021059
9. Robi Is Maulana 1120021007
10. Rosa Navila 1120021028

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Muhammad Khafid, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN: 0717106802
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Kelompok mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan Syok Hipovolemik”. Sholawat
serta salam tetap kita junjungkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yaitu Al – Qur’an sunnah untuk keselamatan
umat di dunia. Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat di Program Studi Ners. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
ibu dosen pembimbing akademik Bapak Muhammad Khafid, S.Kep., Ns., M.Kep
yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 23 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Sampul Dalam ...............................................................................................


Kata Pengantar ..............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit .............................................................................
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Dengan
Syok Hipovolemik ....................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Tinjauan Kasus .........................................................................................
B. Pengkajian .................................................................................................
C. Analisa Data...............................................................................................
D. Diagnosa Keperawatan..............................................................................
E. Intervensi Keperawatan ............................................................................
F. Implementasi dan Evaluasi Kperawatan ...................................................
BAB 4 PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan sindrom klinis kompleks yang dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Syok merupakan kondisi yang membahayakan jiwa dan
sering membutuhkan kerja tim yang terdiri atas berbagai penyedia layanan
kesehatan, termasuk perawat, dokter, teknisi laboratorium, apoteker, dan ahli
terapi pernapasan. Syok berpotensi mematikan, melemahkan, dan memakan
biaya, oleh karena itu adalah penting untuk perawat mengidentifikasi klien
yang berisiko mengalami syok, mengetahui hasil pengkajiaan awal yang
menunjukkan adanya syok, dan memulai intervensi yang tepat sebelum
terjadinya syok (Black & Hawks, 2014).
Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga
terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh
dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena
penurunan perfusi jaringan dan kegagalan sirkulasi (Simmons and
Ventetuolo, 2017).
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan
hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan
sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh
atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama (Kolecki and Menckhoff, 2016). Syok hipovolemik
yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok
hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di
negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyebab
terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat
kecelakaan. Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya
menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian
pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan
tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian
akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
Angka insiden syok hipovolemik di Indonesia belum ada tercatat,
namun menurut data penyebab syok hipovolemik tertinggi pada anak-anak di
negara berkembang adalah diare. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional tahun 2018, angka diare pada balita di Indonesia
mencapai 11% jauh meningkat dibandingkan tahun 2013 sebanyak 2,4%.
Pada syok hipovolemik akibat pendarahan, penyebab utama terbanyak adalah
cedera traumatik. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional tahun 2018, Presentase terjadinya cedera meningkat dari tahun 2013
sebesar 8,2% menjadi 9,2% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik (Attitude
et al., 2018). Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok yaitu Perdarahan terdiri dari perdarahan eksternal dan perdarahan
Internal. Kehilangan plasma seperti, luka bakar luas, pankreatitis, deskuamasi
kulit, sindrom dumping, DHF, peritonitis, obstruksi Ileus. Kehilangan cairan
ekstrsseluler seperi muntah (vomitus), dehidrasi, diare, terapi diuretik yang
sangat agresif, diabetes inspidius, infusiensi adrenal (Kurniati et al., 2008).
Jika syok hipovolemik tidak ditangani dengan segera dapat
mengakibatkan hipoksia, penurunan kesadaran karena berkurangnya suplai
darah keotak, kerusakan dan kematian jaringan yang irreversible dan berakhir
dengan kematian oleh karena berkurangnya volume sirkulasi dalam tubuh
(Supriyadi et al., 2015). Pemberian resusitasi cairan dengan jenis dan jumlah
yang tepat dan cepat diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi.
Dikarenakan terapi cairan dapat meningkatkan aliran pembuluh darah dan
meningkatkan cardiac output yang merupakan bagian terpenting dalam
penanganan syok (Supriyadi et al., 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan syok hipovolemik?
2. Apa Etiologi dari syok hipovolemik?
3. Apa saja Manifestasi klinis dari syok hipovolemik?
4. Bagaimana patofisiologi syok hipovolemik?
5. Apa saja komplikasi dari syok hipovolemik?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada syok hipovolemik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gawat daruratan dengan syok
hipovolemik?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi definisi syok hipovolemik.
2. Mengidentifikasi etiologi dari syok kardiogenik.
3. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari syok hipovolemik.
4. Mengidentifikasi patofisiologi syok hipovolemik.
5. Mengidentifikasi komplikasi dari syok hipovolemik
6. Mengidentifikasi penatalaksanaan pada syok hipovolemik.
7. Mengidentifikasi asuhan keperawatan gawat daruratan dengan syok
hipovolemik.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah,
plasma, atau kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi
darah dan cardiac output. Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan
karena perfusi jaringan yang tidak adekuat (Hammond and Zimmermann,
2017). Syok hipovolemik adalah hilangnya volume dapat menurunkan
preload yang menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah serta
gangguan perfusi jaringan (Ramdani B., 2016). Syok hipovolemik terjadi
karena volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan
cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat
(Leksana, 2015).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ
dan oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari
darah (syok hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh
berbagai keadaan. Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya
adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun perdarahan karena
obstetri (Ganesha, 2016).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa syok hipovolemik dapat terjadi karena berkurangnya volume
intravaskuler yang dapat menyebabkan gangguan hemodinamik dan tidak
adekuatnya hantaran oksigen ke seluruh tubuh dan gangguan pada perfusi
jaringan tubuh.
2. Etiologi
Menurut (Standl et al, 2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi
dalam 4 bagian, yaitu:
a. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa terjadi
cedera pada jaringan lunak.
b. Syok hemoragik traumatik, dikarenakan adanya perdarahan akut yang
disertai cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya pelepasan
aktivasi sistem imun.
c. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara
kritis tanpa adanya perdarahan.
d. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma darah
secara kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada jaringan
lunak serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun.
3. Patofisiologi
Secara klinis, syok hemoragik terjadi karena adanya perdarahan pada
pembuluh darah besar seperti perdarahan gastrointestinal, aneurisma
aorta, atonia uteri, perdarahan pada telinga, hidung, tenggorokan. Syok
terjadi karena adanya penurunan secara drastis volume darah di sirkulasi
darah, kehilangan sel darah merah secara massif sehingga meningkatkan
hipoksia pada jaringan.
Syok hemoragik traumatic berbeda dengan syok hemoragik
dikarenakan adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang
memperparah terjadinya syok. Syok ini biasanya terjadi karena ada
cedera seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Perdarahan difus,
hipotermia (< 340C) dan asidosis merupakan tanda yang mengancam
jiwa (Gänsslen et al., 2016.). Cedera pada jaringan lunak menyebabkan
peradangan post akut, sehingga semakin menguatkan proses dari
terjadinya syok. Pada tingkat sirkulasi mikro, interaksi leukosit-endotel
dan penghancuran proteoglikan dan glikosaminoglycan yang terikat
dengan membrane endotel menyebabkan adanya disfungsi mikro vascular
dan terjadi sindrom kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Di intraseluler
tingkat ketidakseimbangan metabolise terjadi karena kerusakan
mitokondria dan pengaruh negatif pada sistem vasomotor (Standl et al.,
2018).
Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatik
menunjukan tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan.
Syok hypovolemia dalam arti yang lebih sempit muncul karena adanya
kehilangan cairan baik dari internal maupun eksternal dengan
ketidakadekuatan intake cairan ke tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh
hipertermi, muntah atau diare persisten, masalah pada ginjal. Penyerapan
sejumlah besar cairan ke dalam abdomen dapat menjadi penyebab utama
berkurangnya sirkulasi volume plasma. Secara patologis peningkatan
hematokrit, leukosit dan trombosit dapat merusak sifat reologi darah dan
dapat merusak organ secara persisten walaupun pasien telah mendapatkan
terapi untuk syok (Standl et al., 2018).
Syok hypovolemia traumatic terjadi karena luka bakar yang luas,
luka bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma yang
terjadi juga mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan
perburukan pada makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan
menyebabkan kerusakan pada endothelium, meningkatkan sindrom
kebocoran kapiler, dan beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).
4. Tanda dan gejala
Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut
(Ramdani, 2016):
a. Takipnea, menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk
asidosis metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
b. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit,
pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
c. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak,
diaforetik terutama pada ekstemitas
d. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
e. Oligouria: jumlah urine terlalu sedikit
Temuan Klinis Berdasarkan Fase Syok
Fase Fase Fase Ireversibel
Kompesator Progresif
Frekuensi >100 >150 Eratik atau sistol
Jantung x/menit x/menit
Tekanan Normal TDS Membutuhkan
Darah dukungan mekanik
atau farmakologis
Status >20 Cepat, Membutuhkan
Respiratori pernapasan intubasi
dangkal,
krekels
Kulit Dingin, Bercak, Ikterik
kusam petekle
Haluaran Menurun <20 Anuria,
Urine ml/jam membutuhkan
dialysis
Fungsi Mental Kelam pikir Letargi Tidak sadar
Keseimbangan Respiratori Metabolik Asidosis hebat
Asam-Basa alkalosis asidosis
Sumber: (Nurarif dan Kusuma, 2015).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien dengan syok hipovolemik adalah sebagai berikut:
a. Kultur darah
b. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
c. DPL dan profil koagulasi
d. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
e. Pemeriksaan curah jantung
f. Laktat Serum
g. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
h. EKG
i. Tes fungsi ginjal dan hati
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada syok meliputi (Kowalak, 2011) :
a. Sindrom distress pernapasan akut
b. Nekrosis tubuler akut
c. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC)
d. Hipoksia serebral
e. Kematian
7. Penatalaksanaan
Menurut (Dewi & Rahayu, 2010) Penatalaksanaan pada syok
hipovolemik adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan memakaikan selimut pada
penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan
panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan
sangat berbahaya.
b. Pemberian Cairan
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi
cairan ke dalam paru.
2) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau
dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak
ada indikasi kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila
penderita menjadi mual atau muntah.
4) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra
sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
5) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus
diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan
elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume
3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan
larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah
perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit
konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama
efektifnya dengan darah lengkap.
c. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
d. Pemberian posisi Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang
rutin digunakan sebagai tatalaksana awal pada intensive care unit
sebelum mendapatkan resusitasi cairan pada pasien hipovolemik dan
hipotensi. Efek hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat sebagai
auto transfusi pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver
ini kedua kaki pasien diangkat 0 - 90 derajat sehingga aliran darah
dari tubuh bagian bawah ke bagian sentral tubuh akan bertambah,
seperti ke otak dan kompartemen sentral tubuh yaitu di kavitas
jantung.
Pengkajian yang menyeluruh terhadap masalah pasien yang muncul
dapat mengungkapkan faktor resiko terjadinya syok hipovolemik. Pasien
yang mengalami kehilangan darah yang signifikan karena perdarahan
lambung atau ruptur hati atau limfa akibat trauma membutuhkan
penggantian volume sirkulasi darah secara cepat untuk mencegah akibat
hipovolemia. Baik pasien yang amat muda dan lansia yang beresiko
tinggi mengalami hipovolemia yang mungkin disebabkan oleh dehidrasi
berat atau penyakit medis lainnya dibandingkan akibat trauma (Morton et
al., 2013).
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan volume
sirkulasi adalah pemulihan volume sirkulasi melalui pemberian volume
dan mengatasi penyebab kehilangan volume. Pemberian cairan harus
dilakukan dengan hati-hati dan secepat mungkin tanpa mengganggu
sistem pulmoner, jika pemberian cairan terlalu cepat dapat menyebabkan
kongesti paru dan dapat menghambat oksigenasi yang adekuat, yang
makin dapat mengganggu pengiriman oksigen ke jaringan (Morton et al.,
2013).
Menurut (Dewi dan Rahayu, 2010) intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan pada pasien syok hipovolemik antara lain:
a. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian
cairan sesuai kondisi pasien.
b. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau
respiratory arrest lakukan CPR.
c. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil
AGD untuk mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi
diperlukannya intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi
semi fowler untuk memaksimalkan ekspansi dada. Jaga pasien tetap
tenang dan nyaman untuk meminimalkan kebutuhan oksigen.
d. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara
berkesinambungan. Observasi warna kulit dan cek capillary refill.
e. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP (normal yaitu 5-7
mmHg pada orang dewasa dengan bernapas secara spontan. Nilai CVP
<5 mmHg menandakan pasien mengalami syok hipovolemik), PAWP,
dan cardiac output, setiap 15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien
terhadap treatmen yang sudah diberikan.
f. Monitor intake dan output, pasang dower cateter dan kaji urin output
setiap jam. Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek
feses, muntahan, dan gastric drainase. Jika output kurang dari 30
ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse, tetapi awasi adnya tanda
kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor dokter jika urin
output tidak meningkat.
g. Berikan transfuse sesuai order, monitor Hb secara serial dan HCT.
h. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V., sesuai order untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung dan perfusi renal.
i. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan,
catat segera
j. Berikan support emosional
k. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jika perlu.
Menurut Leksana (2015) Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk
restorasi volume intravaskuler, dengan target utama mengembalikan
tekanan darah, nadi, dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi
hipovolemia telah teratasi dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi
agen vasoaktif, seperti dopamine, dobutamine. Penanganan syok
hipovolemik ialah dengan menentukan defisit cairan, atasi syok: cairan
kristaloid 20 ml/kgbb dalam ½ - 1 jam, dapat diulang, sisa defisit: 50%
dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam berikutnya, cairan rl atau nacl
0,9%, kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin:
0,5 – 1 ml/ kgbb/jam.
Menurut (Dewi dan Rahayu, 2010) pemantauan yang perlu dilakukan
dalam menentukan kecepatan infus ialah pemantauan nadi jika nadi yang
cepat menunjukkan adanya hipovolemia, pemantauan tekanan darah bila
tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah
turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya
transfusi cairan, Pemantauan produksi urin dengan pemasangan kateter
urin untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan
minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia.
Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila
volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2
ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan
produksi urine. Dopamin 2-5 µg/kg/menit bisa juga digunakan
pengukuran tekanan vena sentral (normal 8-12 cmH2O), dan bila masih
terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan
ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Syok
Hipovolemik
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan
dengan mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau
mendapatkan data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul Hidayat, 2021).
a. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisikan nama klien dan nama
penanggung jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat,
golongan darah, pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, agama, status
perkawinan, pekerjaan, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan
pengkajian yang menyebabkan pasien berobat (Aziz Alimul Hidayat,
2021). Pasien yang mengalami syok hipovolemik akan terjadi
penurunan kesadaran, lemas, adanya perdarahan aktif, mual muntah dan
diare (Dewi & Rahayu, 2010).
c. Pengkajian Primer
Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan.
Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Maria
Imaculata, 2020):
1) Airway
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang
dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2) Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing dan kaji adanya trauma pada
dada.
3) Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume
darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga
meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala
syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri
dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada
pembuluh darah.
5) Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu.
d. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit
Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu dikaji pada riwayat
penyakit diantaranya:
a) Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang
pernah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit
pasien saat dilakukan pengkajian.
c) Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyaki keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
2) Tanda-tanda vital pasien
Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui kondisi
pasien meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah,
pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman dan pola pernafasan) dan
suhu tubuh (Dewi & Rahayu, 2010).
3) Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021)
meliputi pemeriksaan pada :
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah
pembesaran pada leher, ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, mukosa bibir, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah suara
nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, bising usus, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
g) Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,


cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

h) Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi, dan
kekuatan otot.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluar dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Berdasarkan pengkajian diatas, adapun rumusan
diagnosa keperawatan berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016)
yaitu penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak efektif, dan
hipovolemia. Diagnosa keperawatan ini akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai ketidakadekuatan
jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Gejala dan tanda mayor dari
masalah keperawatan ini ialah dyspnea, tekanan darah meningkat atau
menurun, nadi perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik,
oliguria, warna kulit pucat dan/atau sianosis.
b. Perfusi perifer tidak efektif
Perfusi perifer tidak efektif didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi
darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Gejala dan tanda mayor dari
masalah keperawatan ini ialah pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer
menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor
kulit menurun.
c. Hipovolemia
Hipovolemia didefinisikan sebagai penurunan volume cairan
intravascular, interstisial, dan/atau intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016). Gejala dan tanda mayor dari masalah keperawatan ialah
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat. Terkait dengan
hasil pengkajian yang ditemukan di lapangan praktik, penulis
mengambil masalah keperawatan utama yaitu hipovolemia.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Intervensi keperawatan yang dibahas pada karya ilmiah ini berfokus
pada masalah keperawatan hipovolemia. Intervensi umum yang dilakukan
yaitu manajemen hipovolemia, yaitu:
a. Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2) Monitor intake dan output cairan
b. Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
2) Berikan posisi modified trendelenburg
3) Berikan asupan cairan oral
c. Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2.5%, NaCl
0.4%)
3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
4) Kolaborasi pemberian produk darah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Aziz Alimut Hidayat,
2021).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Menurut Hidayat (2021) evaluasi keperawatan dibagi
menjadi:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis
pada catatan perkembangan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Tinjauan Kasus
Klien Ny. B usia 62 tahun datang ke IGD RS Bhayangkara Surabaya
diantar suaminya Tn. J. Dengan keluhan lemas sejak seminggu memberat
sejak 3 hari sebelum MRS. Sehari- hari klien adalah ibu rumah tangga
sementara suaminya bekerja sebagai karyawan swasta. Suami klien
mengatakan klien makan dan minum menurun sejak 5 hari yang lalu, mual
dan muntah sejak 3 hari yang lalu, enek ulu hati, kencing kemerahan dan
keluar sedikit. Riwayat demam sekitar 1 minggu sudah dibelikan obat dan
riwayat hipertensi tidak terkontrol. Klien dibawa oleh suaminya di RS
menggunakan mobil, klien tiba di RS tanggal 23 Mei 2022 pukul 14.00 WIB
langsung dibawa ke IGD. Saat pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV
sebagai berikut: TD: 70/40 mmHg, N: 125x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5°C,
SaO2: 96% CRT >2detik. Suami klien mengatakan klien memiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, memiliki riwayat penyakit ginjal
dan menjalani cuci darah, cuci darah terakhir yaitu pada tanggal 12 september
2010.
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Hindu
Tanggal Masuk RS : 23 Mei 2022
Alasan Masuk : Lemas
Diagnosa Medis : Syok Hipovolemia ec Low Intake
2. Initial Survey : Verbal
3. Warna Triage : P2 (Kuning)
4. Survei Primer dan Resusitasi
a. Airway dan Kontrol Servikal
Keadaan jalan nafas
1) Tingkat kesadaran : Apatis
2) Pernafasan : Spontan
3) Upaya bernafas : Ada
4) Benda asing di jalan nafas :-
5) Bunyi nafas : Vesikuler +/+
6) Hembusan nafas : Lemah
b. Breathing
Fungsi pernafasan
1) Jenis Pernafasan : Normal
2) Frekuensi Pernafasan : 20x/menit
3) Retraksi Otot bantu nafas :-
4) Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan
5) Pergerakan dinding thorax : simetris
6) Bunyi nafas : Vesikuler +/+
7) Hembusan nafas : Lemah
c. Circulation
Keadaan sirkulasi
1) Tingkat kesadaran : Apatis
2) Perdarahan (internal/eksternal) : -
3) Kapilari Refill : >2 detik
4) Tekanan darah : 70/40 mmHg
5) Nadi radial/carotis : 125x/menit
6) Akral perifer : Dingin
d. Disability
Pemeriksaan Neurologis
1) GCS : E3V4M5 : 12
2) Reflex fisiologis : Normal
3) Reflex patologis : Tidak ada
4) Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555

5. Pengkajian Sekunder/Survei Sekunder


a) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Suami pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, memiliki riwayat penyakit ginjal
dan menjalani cuci darah, cuci darah terakhir yaitu pada tanggal 12
september 2010.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Surabaya diantar oleh
suaminya dengan keluhan lemas sejak seminggu memberat sejak 3
hari sebelum MRS. Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan
tingkat kesadaran apatis. Suami pasien mengatakan makan dan
minum menurun sejak 5 hari yang lalu, mual dan muntah sejak 3 hari
yang lalu, enek ulu hati, kencing kemerahan dan keluar sedikit.
Riwayat demam sekitar 1 minggu sudah dibelikan obat dan riwayat
hipertensi tidak terkontrol. Keadaan umum: lemah, kesadaran apatis,
GCS:12 E3V4M5, CRT >2 detik, SaO2 : 96%, TD: 70/palpasi
mmHg, N: 124x/menit, S: 36,5oC, RR 20x/menit, GDS: 196 mg/dL.
Diagnosa medis saat ini Syok Hipovolemia ec Low intake.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Suami pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti yang diderita pasien saat ini. Suami
pasien juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga baik
penyakit keturunan maupun penyakit menular.
b) Riwayat dan mekanisme trauma :
Pasien tidak mengalami trauma
c) Pemeriksaan fisik (Head to Toe):
1) Kepala : Normochepal
Kulit kepala : Tidak terdapat lesi, rambut beruban tampak bersih.
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik.
Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat tanda
infeksi,
tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak terdapat
lesi.
Hidung : Bentuk hidung normal, tidak tampak adanya lesi,
perdarahan, sumbatan maupun tanda gejala infeksi
dan tidak ada bengkak.
Mulut dan gigi : Warna mukosa bibir pucat, tampak kering, tidak
ada
lesi, jumlah gigi lengkap, tidak terdapat perdarahan
dan radang gusi.
Wajah : Wajah tampak pucat, tidak terdapat edema.
2) Leher :
Bentuk leher normal, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, dan
nadi karotis teraba lemah.
3) Dada/ thoraks :
Bentuk dada normochest, tidak tampak adanya pembengkakan Paru-
paru
Inspeksi : Gerak dada simetris, tidak tampak adanya retraksi
otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+
4) Jantung
Inspeksi : Gerak dada simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada jantung.
Perkusi : normal
Auskultasi : Suara jantung S1 S2 reguler, murmur (-)
5) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen normal, tidak tampak adanya
pembengkakan dan tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak teraba adanya penumpukan cairan, nyeri
tekan (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
6) Pelvis
Inspeksi : Bentuk pelvis simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
7) Perineum & rectum : Tidak dikaji
8) Genitalia : Tidak dikaji
9) Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT >2detik
Keadaan injury : Tidak ada
10) Neurologis
Fungsi sensorik : Normal
Fungsi motoric : Normal
6. Pemeriksaan Laboraturium
a. Hematologi (Darah Lengkap) :
Trombosit (PLT) : 381 10^3/uL
PCT : 0.345 %
MCV : 90,0 fL
MCHC : 33,3 g/dL
MCH : 30,0 Pg
Leukosit (WBC) : 10,88 10^3/uL
Hemoglobin (HGB) : 14.0 g/dL
Hematocrit (HCT) : 42,1 %
Eritrosit (RBC) : 4.67 10^6/uL
b. Kimia Klinik
Ureum : 324,1 mg/dL
SGPT : 30 U/L
SGOT : 40 U/L
c. Pemeriksaan Elektrolit
Natrium : 146 mmol/I
Kalium : 5,4 mmol/I
Glukosa sewaktu : 154 mg/dL
Creatinine : 2,63 mg/dL
Chloride : 108 mmol/I
d. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Foto thorax AP:
Corakan bronchovaskuler pada kedua lapangan paru dalam batas
normal Cor : Bentuk, letak dan ukuran dalam batas normal.
Aorta elongasi dan kalsifikasi pada dindingnya.
Kedua sinus dan diafragma baik.
Tulang-tulang intak
Kesan : Elongation et atherosclerosis aorta Cor dan pulmo dalam batas
normal.
7. Terapi dokter
a. IVFD loading 2 fls NaCl (IV)
b. Omeprazole 1 vial (IV)
c. Ondansentron 1 amp (IV)
d. Ceftriaxone 1 vial (IV)
C. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
.
1. DS: Kehilangan cairan Hipovolemia
1. Suami pasien eksternal (Trauma, (D.0023)
mengatakan pasien pembedahan, Kategori :
lemas sejak seminggu muntah-muntah, Fisiologis
memberat sejak 3 hari diare, dieresis, Sub Kategori :
sebelum MRS. diabetes inspedius) Nutrisi dan Cairan
2. Suami psien
mengatakan makan dan
minum menurun sejak Syok Hipovolemik
5 hari yang lalu, mual
dan muntah sejak 3 hari
yang lalu, enek ulu Tubuh kehilangan
hati, kencing oksigen dan darah
kemerahan dan keluar
sedikit.
DO: Hipovolemia
1. Turgor kulit menurun
2. Pasien tampak lemas
3. Membran mukosa
kering
4. Nadi teraba lemah
dan cepat
5. Hematocrit (HCT):
42,1 %
6. GCS:12 E3V4M5
7. tingkat kesadaran
apatis
8. BB: 62Kg
9. TTV:
TD : 70/40 mmHg,
N : 124x/menit,
S : 36,5◦c,
RR : 20x/menit.
SaO2 : 96%
CRT >2detik
2. DS: Peningkatan kadar Nausea
1. Suami pasien kreatinin (D.0076)
mengatakan makan Kategori:
dan minum menurun Psikologis
sejak 5 hari yang lalu, Asotemia Subkategori: Nyeri
mual dan muntah dan keamanan
sejak 3 hari yang lalu,
enek ulu hati, kencing Gangguan biokimia
kemerahan dan keluar : Uremia
sedikit.
2. Suami pasien
mengatakan pasien Mual muntah
memiliki riwayat
penyakit ginjal dan
menjalani cuci darah, Nausea
cuci darah terakhir
yaitu pada tanggal 12
september 2005.
DO:
1. Pucat
2. Takikardia
3. Membran mukosa
kering
4. Creatinine : 2,63
mg/dL
5. TTV:
TD : 70/40 mmHg,
N : 124x/menit,
S : 36,5◦c,
RR : 20x/menit.
SaO2 : 96%
CRT >2detik
3. DS: Mual Muntah Risiko
1. Suami pasien Ketidakseimbangan
mengatakan makan Elektrolit
dan minum menurun Kekurangan Cairan (D.0037)
sejak 5 hari yang lalu, Kategori:
mual dan muntah Psikologis
sejak 3 hari yang lalu, Hipovolemia Subkategori:
enek ulu hati, kencing Nutrisi dan Cairan
kemerahan dan keluar
sedikit. Risiko
2. Suami pasien Ketidakseimbangan
mengatakan pasien Elektrolit
memiliki riwayat
penyakit ginjal dan
menjalani cuci darah,
cuci darah terakhir
yaitu pada tanggal 12
september 2010.
DO:
1. Turgor kulit menurun
2. Pasien tampak lemas
3. Membran mukosa
kering
4. Nadi teraba lemah
dan cepat
5. Hematocrit (HCT):
42,1 %
6. TTV:
TD : 70/40 mmHg,
N : 124x/menit,
S : 36,5◦c,
RR : 20x/menit.
SaO2 : 96%
CRT >2detik
D. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif dan kekurangan intake cairan d/d
frekuensi nadi meningkat (124x/m), nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun (70/40 mmHg), tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa tampak kering, volume urin menurun, konsentrasi urin
meningkat, status mental berubah (GCS:12)
2. Nausea b/d gangguan biokimia (uremia) d/d mual muntah (sejak 3 hari
lalu), terlihat pucat, frekuensi nadi meningkat 124x/menit), membrane
mukosa kering, hasil laboratorium creatinine meningkat (2,63 mg/dL)

E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
. Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Hipovolemia Setelah dilakukan I.03116 Manajemen
(D.0023) Definisi: tindakan keperawatan Hipovolemia.
penurunan volume selama 1 x 2 jam Observasi :
cairan diharapkan Status 1. Periksa tanda dan
intravascular, Cairan Membaik gejala hipovolemia
interstisial, dan dengan kriteria hasil: (mis. Nadi
/atau intraselular. L. 03028 Status meningkat, nadi
Penyebab: Cairan. teraba lemah,
1. Kehilangan 1. Kekuatan nadi tekanan darah
cairan aktif meningkat menjadi menurun, tekanan
2. Kekurangan skala 5 nadi menyempit,
intake cairan 2. Output urine turgor kulit
Gejala dan Tanda meningkat menjadi menurun,
Mayor: skala 5 membrane mukosa
Subjektif: - 3. Frekuensi nadi kering, volume
Objektif: membaik menjadi urine menurun,
1. Frekuensi nadi skala 5 hematokrit
meningkat 4. Tekanan darah meningkat, haus,
2. Tekanan darah membaik menjadi lemah)
menurun skala 5 2. Monitor intake dan
3. Tekanan nadi 5. Tekanan nadi output cairan
menyempit membaik menjadi Terapeutik
4. Turgor kulit skala 5 3. Hitung kebutuhan
menurun 6. Membran mukosa cairan
5. Membran lembab meningkat 4. Berikan posisi
mukosa kering menjadi skala 5 modified
6. Volume urine Trendelenburg
menurun Edukasi :
Gejala dan Tanda 1. Anjurkan
Minor: memperbanyak
Subjektif: asupan cairan oral
1. Merasa lemah Kolaborasi
Objektif: 1. Kolaborasi
1. Konsentrasi urine pemberian cairan
meningkat IV isotonis (mis.
Kondisi Klinis NaCl, RL)
Terkait: 1. Muntah 2. Kolaborasi
2. Diare. pemberian cairan
IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
I.02050
Manajemen Syok
Hipovolemik.
Observasi :
1. Monitor status
kardiopulmonal
(frekuensi dan
tekanan nadi,
frekuensi napas,
TD, MAP)
2. Monitor status
oksigenasi
(oksimetri nadi,
AGD)
3. Monitor status
cairan (masukan
dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan
napas paten
Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
satirasi oksigen
>94%
2. Berikan posisi
syok (modified
Trendelenberg)
3. Pasang jalur IV
4. Lakukan resusitasi
cairan
4. Pasang kateter
urine untuk
menilai produksi
urine
5. Kolaborasi
pemberian obat
(mis, epinefrin).
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
No Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. 22 Mei 2022 1 1. Memeriksan tanda dan gejala Tanggal 22 Mei 2022
14.00 WIB hipovolemia Pukul 15.00 WIB
R/ Tekanan darah 70/40 mmHg, nadi
120x/m, S 36,5C, RR 20x/m, SpO2 S:
98%, akral dingin, CRT >2 dtk. 1. Tn J mengatakan Ny B sudah dapat
14.00 WIB 1 2. Berkolaborasi pemberian cairan IV diajak bicara namun kata-kata yang
isotonis diucapkan kurang jelas
R/ Terpasang inf. NaCl 0,9% loading 2. Pasien mengatakan lemas
2 flas tangan kanan dan kiri. O:
14.00 WIB 1 3. Memberikan posisi modified 1. Nadi teraba lemah
Trendelenburg 2. Turgor kulit belum membaik
R/ Pasien kooperatif. 3. Membran mukosa tampak pucat
14.00 WIB 1 4. Mempertahankan jalan napas paten 4. Pasien tampak pucat
Berikan oksigen untuk 5. Hidrasi belum membaik
mempertahankan saturasi oksigen 6. K/U : lemah
>94% 7. CRT : <2dtk
R/ SpO2 98%. 8. Pasien belum bisa diajak
14.20 WIB 1 5. Berkolaborasi pemberian obat berkomunikasi dengan baik
R/ pemberian injeksi obat omeprazole 9. Output urin 200cc dalam 2 jam
1 vial, Ondansentron 1 vial, Ca 10. TTV :
Glukonas 1 amp, Ceftiaxon 1 vial. TD : 90/60 mmHg
14.30 WIB 1 6. Melakukan resusitasi cairan N : 110x/mnt
R/ diberikan loading NaCl 500ml S : 36,3C
7. Memasang kateter urine untuk menilai RR : 22x/mnt
14.40 WIB 1 produksi urine (Terpasang kateter A:
urine dan urin yang keluar ±100cc) Hipovolemia
8. Memonitor TTV dan intake dan P:
15.00 WIB 1 output cairan Terapeutik Lanjutkan intervensi
R/ tampak lemas, nadi teraba lemah , 1. Monitor TTV dan SaO2
membrane mukosa kering, TD 90/60 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
mmHg, N 110x/m, S 36,3C, RR 3. Pertahankan akses IV
22x/m, SpO2 99%, urin output 200cc. 4. Kolaborasi pemberian cairan RL
20tpm
5. Monitor tanda da gejala hypovolemia
6. Monitor intake dan output cairan
7. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral.

Anda mungkin juga menyukai