Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP IDU (Injecting Drug Use)

1. Pengertian IDU (Injecting Drug Use)

Penasun merupakan singkatan dari pengguna narkoba suntik yang

umumnya disebut IDU (Injecting Drug Use) yang berarti induvidu

menggunakan obat terlarang atau narkotika. (Ita purnama sari, 2014).

Narkoba suntik merupakan penggunaan narkoba psikotropika dan zat

adiktif dengan cara menginjeksikan langsung ke dalam tubuh, yang mana

cara penggunaannya berhubungan langsung dengan darah, dan

penggunaan jarum suntik secara bersamaan serta dengan penggunaan alat

suntik yang beresiko terkontaminasi atau tidak steril. (Igo Cahya negara,

2018)

2. Jenis-jenis IDU

a) Morfin

Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui

pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin.

Cara pemakaiannya disuntik dibawah kulit, kedalam otot atau

pembuluh darah (intravena).

b) Heroin atau Putaw

Merupakan golongan narkotika semisintesis yang dihasilkan atas

pengolahan morfin secara kimia melalui 4 tahapan sehingga diperoleh

7
8

heroin paling murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin yang

tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat

mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin

itu sendiri. Umumnya digunakan secara suntik atau dihisap.

(Akadusyifa, 2014)

3. Ciri Pengguna IDU

Narkoba yang membuat orang ketagihan tidak hanya dapat merusak

otak, tetapi juga dapat merusak tubuh, penampilan dan perilaku. Secara

fisik dan perilaku, ada beberapa ciri yang menunjukkan seseorang adalah

pecandu dan pengguna narkoba. Berikut beberapa ciri-ciri fisik dan

perilaku yang biasanya terlihat pada pengguna narkoba:

a) Terdapat bekas luka/suntik

Penasun banyak memiliki bekas suntikan, biasanya ditangan.

Namun tidak sedikit yang menggunakan bagian tubuh yang

tersembunyi sehingga tidak mudah terlihat.

b) Terlihat mengantuk dan gelisah

Penasun (IDU) biasanya mengalami susah tidur, sehingga selalu

tampak mengantuk dan gelisah. Tapi bukan berate semua orang yang

gelisah adalah pengguna narkoba suntik.

c) Mudah marah dan tersinggung

Penasun (IDU) ada beberapa yang memiliki badan kurus, akan

tetapi tidak berarti semua pengguna narkotika suntik kurus. Karena

ada jenis-jenis tertentu yang justru meningkatkan nafsu makan.


9

d) Sering bengong dan linlung

Penasun (IDU) sering terlihat bengong, linglung, bicara pelo, sulit

berkonsentrasi dan jalan sempoyongan. Pengguna narkoba suntik

juga cenderung menghindari kontak mata langsung dengan orang lain

(Ita purnama sari, 2014)

4. Faktor Penyebab Pengguna IDU

a) Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri induvidu seperti

kepribadian, kehilangan, dan depresi serta kurangnya religiusitas.

Kebanyakan buruk narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja,

sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik,

juga sosial yang pesat merupakan induvidu yang rentang

menyalahgunakan obat-obatan terlarang ini.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar induvidu atau

lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum

serta pengaruh lingkungan. Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak

selalu membuat seseorang menjadi buruk menggunakan obat terlarang.

Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar

kemungkinan seseorang untuk menggunakannya (Gushairon fadli,

2016).

5. Dampak Penyalahgunaan IDU

a) Dampak pada Tubuh


10

1. Otak dan susunan saraf pusat yang berakibat pda gangguan daya

ingat, gangguan perhatian atau konsentrasi, gangguan bertindak

rasional, gangguan persepsi sehingga menimbulkan halusinasi

gangguan motivasi sehingga malas sekolah, atau bekerja, dan

gangguan pengendalian diri sehingga sulit membedakan baik dan

buruk.

2. Saluran napas akan terjadi radang paru dan pembengkakan paru.

3. Jantung, terjadi peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh

darah jantung.

4. Hati, terjadi Hepatitits B dan C yang menular melalui jarum suntik,

hubungan seksual.

5. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Pengguna IDU dengan

menggunakan jarum suntik bersama-sama juga membuat angka

penularan HIV/AIDS semakin meningkat.

6. Kulit terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan

jarum suntik sehingga mereka sering menggunakan baju lengan

panjang.

7. Sistem reproduksi sering terjadi kemandulan.

8. Komplikasi pada kehamilan, meliputi: ibu mengalami anemia,

infeksi vagina, abotus, hepatitis dan HIV/AIDS.

b) Dampak sosial

a) Lingkungan keluarga

1. Sering terjadi pertengkaran dan mudah tersinggung


11

2. Orang tua resah karena barang berharga sering hilang

3. Perilaku menyimpang (berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup

bebas) dan menjadi aib orang tua.

4. Putus sekolah atau menganggur karena dikeluarkan dari

sekolah atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga,

dan kesulitan keuangan.

b) Lingkungan sekolah

1. Merusak disiplin dan motivasi belajar

2. Meningkatnya tindak kenakalan, dan tawuran pelajar

3. Memengaruhi peningkatan penyalahgunaan di antara sesama

teman sebaya.

c) Lingkungan masyarakat

1. Terciptanya pasar gelap antara pengedar dan bandar yang

mencari penggunanya.

2. Pengedar dan bandar menggunakan perantara remaja dan siswa

yang telah menjadi ketergantungan.

3. Meningkatnya kejahatan di masyarakat, seperti perampokan,

pencurian, dan pembunuhan (Gushairon fadli,2016).

6. Siklus adiksi

a) Experimental Use, yaitu pemakaian narkotika yang tujuannya ingin

mencoba , Untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai

berhenti pada tahap ini, sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.
12

Induvidu sama sekali tidak menggunakan zat psikoakif. Disini

induvidu masih bisa menjalin komunikasi dengan orang lain. Belum

terpengaruh zat adiktif.

b) Social/recreasional Use, yaitu pemakaian dengan tujuan bersenang-

senang, pada saat rekreasi atau santai hanya sesekali dalam jangka

waktu yang lama. Biasanya pada tahap ini ada beberapa ciri yang bias

tampak, antara lain: menyendiri, perubahan pergaulan, perubahan cara

berpakaian, perubahan aktivitas/hobi, keluar malam, perubahan pola

makan.

c) Situsasional Use, yaitu pemakaian pada saat mengalami keadaan

tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan dan lain

sebagainya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan

tersebut.

d) Abuse, yaitu pemakaian sebagaisalah satu penggunaan yang bersifat

patologik atau klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi

sepanjang hari, tak mampu mengurangi atau menghentikan, berusaha

berulang kali mengendalikan dan terus menggunakan walaupun sakit

fisiknya kambuh, keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional

yang ditandai oleh tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi

dengan baik dan perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan

kawan terganggu, melanggar hukum dan kriminal dan tak mampu

berfungsi secara efektif.


13

e) Dependence Use, yaitu telah terjadi toleransi ketergantungan dan

gejala putus zat, bila pemakaian napza dihentikan atau dikurangi

dosisnya.(Agus drajat, 2018)

7. Penanggulangan Penyalahgunaan IDU

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik dan

psikotropika dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut ini:

a) Preventif (pencegahan)

Preventif dilakukan untuk membentuk masyarakat yang

mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkotika, pencegahan

adalah lebih baik dari pada pemberantasan.

Pencegahan penyalahgunaan narkotika dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga,

penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik disekolah dan

masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat

hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-

obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan

untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya

penyalahgunaan narkotika.

b) Kuratif (pengobatan)

Kuratif bertujuan untuk penyembuhan para korban, baik secara

medis maupun dengan media lain. Seperti tempat-tempat

penyembuhan dan rehabitasi, yaitu pusat rehabiltasi narkotika.

c) Rehabilitatif (Rehabilitasi)
14

Rehabilitatif dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban

tidak kambuh kembali, ketagihan narkoba. Rehabilitasi berupaya

menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba

agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan

rohani.

Rehabilitasi pengguna narkotika dibagi menjadi dua yaitu:

1. Rehabilitasi jangka pendek (Short term)

Lama perawatan berlangsung 1 sampai dengan 3 bulan

tergantung dari kondisi dan kebutuhan pasien. Pendekatan yang

dapat dilakukan ke arah medik dan psikososial. Masalah medik

menjadi fokus utama, asesmen dilakukakan secara lengkap

termasuk pemeriksaan penunjang medis.

2. Rehabilitasi Jangka panjang

Lama rehabilitasi jangka panjang adalah 6 bulan atau lebih

dalam hal ini modalitas terapi yang dimaksudkan adalah

Therapeutic Community (TC) yang menggunakan pendekatan

perilaku. Therapeutic Community direkomendasikan bagi pasien

yang sudah mengalami masalah penggunaan narkotika dalam

waktu lama dan berulang kali kambuh atau sulit berada dalam

kondisi abstinen atau bebas dan narkotika.

Program-program yang dapat diikuti oleh pecandu selama

menjalani program rehabilitasi yaitu, berupa program substitusi


15

opioda, terapin rumatan metadon, Buprenorphine-partial Agonist,

Naltrekson, dan Teraphy Community (TC).

d) Represif (Penindakan)

Represif artinya menindak dan memberantas penyalahgunaan

narkoba melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh penegak hukum

atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat, Jika masyarakat

mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak

main hakim sendiri (Gushairon fadli, 2016).

B. Konsep tato

1. Pengertian tato

Rajah tato (tattoo) adalah suatu tanda yang dibuat dengan

memasukkan pigmen kedalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah

implementasi pigmen mikro. Kata “tato“ berasal dari kata “Tahiti” berati

menandakan sesuatu. Menurut KBBI, tato berate gambar atau lukisan pada

bagian (anggota) tubuh. (Bonanditya, 2015).

Tato dibuat sebagai symbol atau penanda, dapat memberikan suatu

kebanggaan tersendiri bai si empunya dan simbol keberanian dari si

pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan

demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial,

kecantikan, kedewasaan, dan harga diri. (Bonanditya, 2015).

2. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Membuat Tato


16

Menurut Lika Aprilia samadi & Tasya Simatupang (2016) untuk

mendapatkan suatu hasil tato yang diharapkan, setidaknya ada hal-hal yang

harus diperhatikan dan dipersiapkan secara matang:

a) Resiko membuat tato

Beberapa resiko yang mungkin terjadi dalam pembuatan tato yang

disebabkan dengan memasukkan zat apapun dalm kulit, seperti

timbulnya sebuah infeksi, hepatitis, atau munculnya kutil.

Menggunakan jarum atau tinta yang tidak steril dapat menyebabkan

infeksi, jadi pastikan pembuat tato megikuti aturan keamanan untuk

menjaga dan tetap bebas infeksi.

b) Keamanan tato

Memastikan bahwa akan ditato oleh seniman tato professional yang

mengetahui standart prosedur untuk menato, dan juga memiliki

sertifikat sterilisasi.

c) Penghapusan tato

Banyak sekali orang mengambil keputusan dengan cepat tanpa

berfikir panjang lebar untuk membuat tato. Ketika mereka tiba-tiba

merasa ingin atau ketika mereka merasa implusif dan ternyata

kemudian menyesalinya. Mau tak mau tato pun harus dihapus.

Penghapusan tato bisa jadi sangat menyakitkan.

d) Rasa sakit saat ditato

Rasa sakit saat ditato akan bervariasi pada setiap orang. Tetapi ini

bukanlah tipe sakit yang tak tertahankan, Lebih seperti rasa sakit yang
17

mengganggu, seperti dicubit-cubit kecil, rasa sakit tergantung area yang

akan ditato, jika ditato dibaian kulit yang sensitif, atau yang dekat

dengan tulang aau nadi maka akan terasa lebih sakit.

e) Biaya tato

Jika menyangkut biaya tato relatil mahal pastikan sudah

memikirkan perhitungan sebelumnya, dan berhati-hatilah jika seorang

seniman tato memberikan harga yang lebih murah dibandingkan yang

lain.

f) Waktu terbaik untuk ditato

Waktu terbak untuk ditato adalah saat tato bisa mendapat banyak

waktu untuk melakukan pemulihan dan terlindungi, jika akan berlibur

kepantai dalam waktu dekat, hindari terlebih dahulu dalam membuat

tato, karena sinar matahari, keringat, dan bahkan air klorin dalam

kolam renang bisa merusak tato baru anda.

g) Kondisi kesehatan saat ditato

Bukan ide terbaik saat ditato ketika sedang sakit. Anda memerlukan

sistem imun dalam keadaan 100%. Sel darah putih andalah yang akan

menolong dalam menyembuhkan bekas tato, Jika tubuh anda sibuk

memerangi virus dan bakteri, sel tersebut tidak akan bisa bekerja

seperti semestinya.

h) Melakukan cukuran sebelum tato


18

Ketika ditato, area yang akan ditato harus dicukur bersih terlebih

dahulu, untuk mempermudah dalam proses pembuatan tato tersebut,

sehingga akan memulai dengan kulit yang polos.

i) Memilih desain tato

Tato akan melekat seumur hidup di tubuh pemakai tato, Sebaiknya

membuat gambar yang benar-benar berarti dengan mengutarakan

keinginan kepada seniman. Biasanya seniman akan memberikan

beberapa gambar alternatif.

j) Menentukan area tubuh yang akan ditato

Tentukan area tubuh yang akan ditato, Lengan, bahu, atau punggung

adalah daerah area yang biasanya dirajah/ditato, Bagian tubuh tersebut

cenderung tidak seberapa sakit bila dibandingkan dengan bagian yang

lain yang memiliki kulit yang lebih tipis. Area berkulit tipis seperti

telapak tangan akan membuat tinta tato tidak bertahan lama sebelum

akhirnya memudar. Beberapa area lain yang juga memiliki kulit yang

tipis dan sensitif sehingga memerlukan teknik dan perlakuan yang

khusus ketika ditato. (Lika Aprilia & Tasya Simatupang (2016).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang Menato

a) Sebagai simbol

Menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan

penguasa alam, atau wujud penghormatan kepada leluhur, tato juga

dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit

ataupun roh kematian.


19

b) Fashion atau gaya

Seseorang menampilkan tato –tato indahnya sebagai bentuk ekspresi

diri,

c) Identitas serta aktualisasi diri

Tato juga sebagai identitas dan aktualisasi diri yang mana sebagai

bentuk pilihan sikap pemberontakakan terhadap nilai-nilai sosial yang

ada dimasyarakat, atau juga bentuk identitas diri dari sebuah kelompok

(Society).

d) Inisiasi fase kehidupan

Dari anak-anak ke remaja, hingga dewasa, tato juga dianggap mampu

mengatasi masa-masa sakit dan duka (Satriya Adisaputera, 2014).

4. Jenis-jenis gambar tato

Seni tato pun ternyata mengenal berbagai macam aliran, menurut

Kenken mengklarifikasikan beberapa jenis gambar tato, yaitu:

a) Natural, sebagai macam gambar tato berpa pemadangan alam atau

bentuk muka.

b) Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan

blok warna. Tato ini banyak dipakai oleh suku maori.

c) Ouschool (Oldskool), tato yang dibuat berupa gambar-gambar zaman

dulu, seperti jangkar atau simbol yang tertusuk pisau.

d) Newschool (Nuskool), gambarnya cenderung mengarah ke bentuk

graffiti dan anime.


20

e) Biomekanik (Biomecanic), berupa gambar aneh yang berupa imajinasi

dari teknologi, seperti gambar robot, mesin dll.

5. Teknik Penghapusan tato

Di Indonesia umumnya ada tiga cara penghapusan tato, yaitu:

a) Demabrasi, mengamplas kulit kemudian di kompres dengan air garam,

memberikan air garam dapat dipercaya menyerap tinta, tergantung air

garam pekat atau tidaknya. Cara ini menimbulkan rasa yang sangat

perih.

b) Sinar laser, energy panas akan diserap oleh sel untuk menghancurkan

zat warna tato. Cara ini merupakan cara yang paling mahal . Untuk

menghapus sekiar 5x5cm tato membutuhkan dana sekitar 600.000,

penghapusan minimal tiga kali penglaseran.

c) Pengirisan kulit kemudian ditambal dengan kulit lainnya. Cara ini baik

untuk ukuran tato yang lebih kecil.

6. Efek Negatif tato

Tato merupakan salah satu bentuk perilaku yang memiliki resiko negatif

terkait cara penerimaannya dengan tubuh sebagai media mentato, Efek

negatif tato dapat dilihat sebagai berikut:

a) Alergi

Tato berwarna, terutama warna merah, bisa menyebabkan reaksi

berupa alergi pada kulit. Efeknya, kulit akan terasa gatal pada bagian

tubuh yang ditato. Alergi ini tak hanya muncul sesaat, tetapi bisa

berlangsung bertahun-tahun setelah mentato tubuh.


21

b) Infeksi

Tato bisa menimbulkan infeksi karena bakteri. Tandanya kuli

memerah, bengkak, sakit, dan bernanah.

c) Masalah kulit lain

Benjolan pada kulit disekiar kulit yang ditato, atau disebut

granulomas, menjadi masalah lain yang ditimbulkan dari menato ubuh.

Tato juga bisa mendorong pertumbuhan keloid atau jaringan kulit

tambahan yang tumbuh dibekas luka.

d) Penyakit yang dibawa dari darah

Saat menato, pastikan alatyang digunakan steril dan higienis. Resiko

yang bisa muncul saat mentato tubuh adalah jarum yang terkontaminasi

dengan darah yang terinfeksi penyakit, seperti hepatitis B, hepatitis C,

tetanus, dan HIV.

e) Komplikasi

Tato bisa menyebabkan bengkak atau kulit terbakar saat si pemilik

tato menjalani pemeriksaan Magnetic resonance imaging (MRI). MRI

menggunakan medan magnetik kuat dengan teknologi terkomputerisasi

untuk menghasilkan gambaran detail dari organ dan jaringan lunak

dalam tubuh lainnya. Tato permanen pada tubuh bisa mempengaruhi

gambar hasil pemeriksaan MRI. (Olong, 2010).

C. Konsep tindik dan Body Piercing

1. Pengertian
22

Tindik dan body piercing sebenarnya memiliki arti yang berbeda.

Namun, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah yang sama,

yaitu tindik.

Tindik adalah tindakan untuk memasukkan benda kedalam tubuh

menggunakan alat seperti jarum atau yang lebih modern berbentuk pistol.

Sementara piercing menggunakan pendekatan medis dengan alat-alat yang

cukup complicated.

2. Lokasi tindik

Jika dulu tindik tubuh digunakan sebagai budaya atau ritual adat,

kini tindik merupakan gaya hidup (life style) bagi penggunanya, yang

paling umum adalah telinga. Tidak sedikit penggunaan diwajah, seperti

alis, cuping hidung, bibir, area dagu, dan lidah, bahkan ada tindik pada

bagian jidat, pangkal hidung.

3. Bahan tindik

Tindik umumnya terbuat dari logam berupa mas (aurum), bahan seel

dan alloy atau campuran beberapa metal. Dapat pula logam yang diberi

berlian asli atau palsu, dalam bentuk cincin atau giwang. Bahkan hanya

berlian saja akan dipasang pada gigi.

Bentuk tindik yang umum adalah berupa barbell, cincin atau jarum yang

disematkan ke kulit atau daging, bentuk jarum ada yang dikunci dengan

lempeng logam bergulir seperti screw atau metal disk.

4. Faktor yang mempengaruhi penggunaan tindik

a) Trend
23

Dapat diketahui bahwa ditengah maraknya trend pada masa saat kini,

dengan penggunaannya tindik juga menjadi sangat popular bagi para

para pecinta modifikasi tubuh.

b) Kekuasaan diri

Penggunaan tindik ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk kekuasaan

seseorang terhadap tubuhnya sendiri, seorang induvidu memiliki kuasa

terhadap tubuhnya.

c) Berekspresi

Tindik tubuh digunakan oleh sebagian orang sebagai cara untuk

berekspresi, orang yang bertindik tubuh juga dinilai sebagai seseorang

yang menginginkan kebebasan atas norma social yang berlaku dalam

masyarakat

d) Identitas

Tindik tubuh yang melekat di tubuh seorang induvidu dapat

dikategorikan sebagai maskulinitas dalam hal penampilan, khususnya

fisik. Tindik tubuh dapat lebih menekankan kegagahan daripada yang

tidak menggunakannya, sehingga semakin memperkuat tindakan

seseorang dalam menggunakan tindik (Jhon W. Creswell, 2016).

5. Bahaya tindik

Tindik dapat membahayakan kesehatan, apalagi jika tindik dilakukan

pada sembarang tempat ditubuh, bahaya tindik antara lain terjadi infeksi

kronis, pendarahan, abses, alergi kulit, cacat kulit, tetanus, hepatitis B atau

C dan HIV. (Detika Dental journal 2014)


24

B. KONSEP HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Keduanya

merupakan suatu spektrum dari penyakit infeksi pada sistem imun yang

disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus sehingga menyebabkan

imunodefisiensi. Sedangkan (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

merupakan suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan

diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang.

Seorang dengan HIV/AIDS yang disingkat dengan ODHA adalah orang

yang telah terinfeksi virus HIV (Nurul hidayat & Barakbah, 2018).

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang dapat

menyerang limfosit (sel darah putih) yang fungsinya membantu melawan

bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. HIV juga dapat menyerang

sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan AIDS (Alinea Dewi

Elisanti, 2018).

Virus HIV hanya dapat menyerang satu jenis sel yang ada di dalam

tubuh manusia adalah sel T helper / T-limfosit / T-sel / CD4. Sistem

pertahanan tubuh manusia tertinggi yaitu sel CD4/ T-Helper. Jika sel ini

rusak atau dhancurkan oleh virus HIV maka imunitas tubuh manusia akan

rawan terinfeksi oleh virus-virus lain (Alinea Dwi Elisanti, 2018).

2. Etiologi HIV/AIDS
25

Penyebab terjadinya AIDS digolongkan dalam virus retro yang

disebut dengan HIV. Virus limfotrofik sel T tipe III (HTLV-III) pada

manusia, virus ini ada sebelum adanya virus retro atau biasa dikenal

sebagai virus HIV pada orang awam.. Sedangkan, virus limfadenopati

(LAV) adalah suatu retrovirus manusia yang brsifat sitopatik dan

merupakan family lentivirus. Cara kerja retrovirus yaitu merubah asam

ribonukleat (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk

kedalam sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik dengan

HIV-1 yang menjadi penyebab utama AIDS (Nursalam dan Ninuk, 2013).

3. Patofisiologi HIV/AIDS

Seseorang yang terinfeksi HIV akan mengalami beberapa tahapan

untuk menjadi AIDS. Tahapan infeksi HIV hingga terjadi AIDS yaitu:

a) Periode Jendela (Window Periode)

Periode jendela dimulai ketika virus human immunodeficiency masuk

ke dalam tubuh manusia sehingga tubuh membentuk antibodi terhadap

HIV dalam darah. Apabila tubuh tidak mampu melawan virus yang

masuk, maka akan terjadi HIV positif asimptomatik.

Pada periode jendela, tanda dan gejala HIV belum muncul dan

penderita masih merasa sehat. Tahap ini berlangsung selama 2 minggu

sampai 6 bulan, pada saat dilakukan tes HIV pada tahap ini belum dapat

terdeteksi keberadaan virus tersebut di dalam tubuh akan tetapi

penderita tersebut sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain.

b) HIV Positif Asmptomatik (selama 5 sampai 10 tahun)


26

Jika dilakukan tes HIV pada tahap ini sudah dapat terdeteksi adanya

virus HIV positif. Virus sudah berkembang biak di dalam tubuh, akan

tetapi menimbulkan tanda dan gejala (asimptomatik). Selama 5 sampai

10 tahun penderita masih sehat, belum menunjukkan tanda dan gejala,

serta kondisinya stabil. Lamanya tahapan ini berbeda-beda tergantung

pada sistem imun tubuh penderita itu sendiri.

c) HIV Positif Simptomatik

Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh penderita semakin menurun dan

penderita mulai menampakkan gejala-gejala oportunistik, misalnya

terjadi pembengkakan kelenjar limfe, diare terus menerus, berat badan

terus menurun, infeksi paru, dan sebagainya.

d) AIDS

Jika penderita sudah memasuki tahapan AIDS, maka imunitas tubuh

penderita menurun sangat drastis dan infeksi oportunistik yang diderita

penderita menjadi semakin parah (Lidia & Siti, 2019).

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita HIV/AIDS sebagai

berikut:

a) Gejala Utama/mayor

1. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan

2. Diare kronis lebih dari satu bulan secara berulang atau terus- menerus

3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan

4. TBC (Tuberculosis).
27

b) Gejala minor

1. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan

2. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur

Candida Albicans

3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

4. Munculnya Herpes zoster secara berulang dan timbul bercak-bercak

gatal diseluruh tubuh (Nursalam dan Ninuk, 2013).

5. Penularan HIV/AIDS

a) Media penularan HIV/AIDS

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari

induvidu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan air

cairan vagina. Induvidu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-

hari biasa seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi

benda pribadi, makanan atau air.

b) Penyebab penularan HIV/AIDS

1) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan

orang yang telah terpapar HIV.

2) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.

3) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato,

dan pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak

disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya

telah dipakai orang yang terinfeksi HIV, cara-cara ini dapat

menularkan HIV karena terjadi kontak darah.


28

4) Ibu hamil dengan HIV yang menularkan terhadap anak yang

dikandungnya

6. Faktor yang mempengaruhi HIV

a) Sosial Ekonomi/kemiskinan

Kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan orang dekat

dengan perilaku beresiko terkena HIV/AIDS. Kemiskinan mempunyai

dampak terhadap sikap seseorang di mana orang tersebut terkena infeksi

HIV. Kemiskinan juga terkadang menuntut wanita mencari tambahan

pemasukan keuangan untuk membantu suami dan keluarga ataupun

untuk dirinya sendiri, biasanya mereka mencari pemasukan keuangan ini

dengan bekerja diluar rumah.

b) Jenis Kelamin

Wanita lebih beresiko terkena HIV dibandingkan laki-laki. Di Asia

ditularkan virus HIV karena sikap mereka yang setia terhadap suami

yang mempunyai perilaku yang beresiko tinggi terkena HIV seperti

suami yang sering jajan diluar rumah. Komunikasi yang kurang bagus

antara pasangan suami istri dalam hubungan seksual dapat menurunkan

kapasitas wanita untuk menggunakan cara yang aman dalam melakukan

hubungan seperti penggunaan kondom.

c) Perilaku dan gaya hidup

50% dari kasus HIV berhubungan dengan penggunaan jarum suntik

yang tidak aman, Penggunaan jarum suntik semakin bertambah di

Indonesia, penggunaan yang tidak aman tidak hanya di kalangan orang


29

kaya tetapi juga orang miskin, di antara pengguna jarum suntik

ditemukan data bahwa sebagian besar dari mereka menggunaan jarum

suntik secara bersama-sama dan bergantian. Diperkirakan prevalensi

HIV/AIDS dikalangan jarum suntik adalah 41,6% dan ini terdapat di

setiap provinsi di Indonesia.

d) Sosial budaya

Hampir semua budaya di Indonesia tabu membicarakan seks pada

remaja baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. Hal ini

menyebabkan remaja mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan

(Vetty Priscilla, 2011)

7. Klasifikasi HIV/AIDS

Ada 2 klasifikasi yang sampai sekarang sering digunakan untuk

remaja dan dewasa yaitu klasifikasi menurut WHO dan Centers for

Disease Control and Preventoin (CDC) Amerika Serikat. Di negara-

negara berkembang menggunakan sistem klasifikasi WHO dengan

memakai data klinis dan laboratorium, sementara di negara-negara maju

digunakan sistem klasifikasi CDC. Klasifikasi menurut WHO digunakan

pada beberapa Negara yang pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia.

Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS WHO dibedakan menjadi 4 stadium,

yaitu:

Stadium Gejala Klinis

1 Tidak ada penurunan berat badan Tanpa gejala atau hanya


30

Limfadenopati Generalisata Persisten

2 Penurunan berat badan <10%

ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan faringitis

Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir Luka di sekitar bibir

(Kelitis Angularis) Ulkus mulut berulang

Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) Dermatitis

Seboroik

Infeksi jamur pada kuku

3 Penurunan berat badan >10%

Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1 bulan

Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia11

TB Paru dalam 1 tahun terakhir

Limfadenitis TB

Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis

Anemia (<8 gr/dl), Trombositopeni Kronik (<50 109

per liter).

4 Sindroma Wasting (HIV)

Pneumoni Pneumocystis

Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan

Kandidiasis esofagus

Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan

Limfoma
31

Sarkoma Kaposi

Kanker Serviks yang invasif

Retinitis CMV TB Ekstra paru Toksoplasmosis Ensefalopati

HIV Meningitis Kriptokokus

Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati

multifokal progresif Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas

8. Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS

Tes HIV adalah tes yang dilakukan untuk memastikan apakah

induvidu yang bersangkutan telah dinyatakan terkena HIV atau tidak. Tes

HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibody terhadap HIV atau

mengetes adanya antigen HIV dalam darah. Ada beberapa jenis tes yang

bisa dilakukan diantara yaitu tes Elisa, tes Dispstik dan tes Westren Blot.

Masing-masing alat tes memiliki sensitivitas atau kemampuan untuk

menemukan orang yang mengidap HIV dan spesifitas atau kemampuan

untuk menemukan induvidu yang tidak mengidap HIV. Untuk tes antibodi

HIV semacam Elisa memiliki sensivitas yang tinggi. Dengan kata lain

presentase pengidap HIV yangbmemberikan hasil negative palsu sangat

kecil. Sedangkan spesifitasnya antara 99,70%-99,90% dari semua orang

yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibody tersebut.

Untuk itu hasil Elisa positif perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) dengan

metode Western Blot yang mempunyai spesifitas yang lebih tinggi.

a) Syarat dan prosedur tes darah HIV/AIDS


32

1. Bersifat rahasia

2. Harus dengan konseling pada pra tes

3. Tidak ada unsur paksaan.

b) Tahap tes HIV/AIDS

1. Identifikasi resiko perilaku seksual (pengukuran tingkat resiko

perilaku).

2. Penjelasan arti hasil tes dan prosedurnya (positif/negativ)

3. Informasi HIV/AIDS sejelas-jelasnya

4. Identifikasi kebutuhan pasien, setelah mengetahui hasil ter

5. Rencana perubahan perilaku

c) Tes darah Elisa

Hasil tes Elisa (-) kembali melakukan konseling untuk penataan

perilaku seks yang lebih aman (save sex). Pemeriksaan diulang kembali

dalam waktu 3-6 bulan berikutnya. Hasil tes Elisa (+), konfirmasi

dengan wetren Blot.

d) Tes Westren Blot

Hasil test western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam

keadaan tanpa nama) Lakukan pasca konseling dan pendampingan

(menghindari emosi, putus asa keinginan bunuh diri. Hasil Westren Blot

(-) sama dengan Elisa (-) (Widoyono, 2014).

9. Penatalaksanaan

a) Perawatan

Perawatan pada saat terinfeksi HIV menurut (Ardhiyanti et al., 2015):


33

1. Suportif dengan cara mengusahan agar gizi cukup, hidup sehat dan

mencegah kemungkinan terjadi infeksi.

2. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta

keganasan yang ada

3. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan

dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat

menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus,

sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV

4. Mengatasi dampak psikososial

5. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan

penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis

6. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus

selalu memperhatikan perlindungan universal atau keseluruhan

b) Pengobatan

Tujuan pengobatan yaitu untuk mencegah sistem imun tubuh

memburuk ke titik di mana infeksi opportunistic akan bermunculan

(Nurul Hidayat et al., 2019). Pengobatan penting untuk HIV/AIDS

dengan pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat ini

terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradiasikan

virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4

memori. Pengobatan infeksi HIV/AIDS sekarang menggunakan

setidaknya 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak

ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan berupa Azidothymidine


34

(AZT) yang bekerja pada tahap penghambatan kerja enzim transkripate

riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, dapat mengurangi kadar RNA

HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya progresivitas

penyakit HIV tidak diperngaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada

jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten

terhadap obat (Ardhiyanti et al., 2015).

10. Pencegahan HIV/AIDS

Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A,B,C,D,E)

a) Abstinence : artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks

bagi yang belum menikah.

b) Be faithful : artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks

(tidak berganti-ganti pasangan).

c) Condom : artiya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual

dengan menggunakan kondom.

d) Drug No: artinya dilarang menggunakan narkoba atau (jenis suntik)

e) Education: artinya pemberian edukasi dan informasi yang benar

mengenai hiv. Cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

(Hasdianah &Dewi, 2014).

Anda mungkin juga menyukai