Anda di halaman 1dari 194

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


TAHAP KELUARGA
PASANGAN BARU

OLEH :
KELOMPOK 8 KELAS 6C

ANGGOTA KELOMPOK
1. Septia Anindita R F (1130016014)
2. Siti Nur Azizah (1130016055)
3. Iffah Alfi Sakinah (1130016066)
4. Ratna Sri Wahyuni (1130016121)

FASILITATOR :
Nety Mawarda Hatmanti,S.Kep.,Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
TAHAP KELUARGA
PASANGAN BARU

OLEH :
KELOMPOK 8 KELAS 6C

ANGGOTA KELOMPOK
1. Septia Anindita R F (1130016014)
2. Siti Nur Azizah (1130016055)
3. Iffah Alfi Sakinah (1130016066)
4. Ratna Sri Wahyuni (1130016121)

FASILITATOR :
Nety Mawarda Hatmanti,S.Kep.,Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Keluargayang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Tahap Keluarga Pasangan Baru.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata saya berharap semoga makalah inidapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya,13 Februari 2019

penyusun

DAFTAR ISI

ii
Lembar Judul ........................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................. iii
Daftar tabel .............................................................................................................. iv
Daftar lampiran ....................................................................................................... v
Bab 1 Tinjauan Teori .............................................................................................. 1
1.1 Konsep Dasar Pasangan Baru ..................................................................... 1
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga ........................................... 4
Bab 2 Hasil .............................................................................................................. 56
2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................................... 56
2.2 Evidance based ............................................................................................ 95
Bab 3 Simpulan dan saran ....................................................................................... 99
3.1 Simpulan .................................................................................................... 99
3.2 Saran ........................................................................................................... 99
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 100
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 komposisi keluarga (teori) .................................................................... 5
Tabel 1.2 imunisasi (teori) .................................................................................... 6
Tabel 1.3 pemeriksaan fisik (teori) ....................................................................... 6
Tabel 1.4 keluarga sejahtera (teori) ....................................................................... 33
Tabel 1.5 tingkat kemandirian keluarga (teori) ..................................................... 34
Tabel 1.6 FS3I (teori) ............................................................................................ 36
Tabel 1.7 diagnosa keperawatan (teori) ................................................................ 47
Tabel 1.8 skala prioritas (teori) ............................................................................. 48
Tabel 1.9 penulisan prioritas diagnose .................................................................. 50
Tabel 1.10 penulisan intervensi keperawatan ....................................................... 51
Tabel 2.1 komposisi keluarga ............................................................................... 56
Tabel 2.2 imunisasi ............................................................................................... 57
Tabel 2.3 pemeriksaan fisik .................................................................................. 57

iii
Tabel 2.4 tugas perkembangan keluarga pasangan baru ....................................... 61
Tabel 2,5 keluarga sejahtera .................................................................................. 69
Tabel 2.6 tingkat kemandirian keluarga ................................................................ 71
Tabel 2.7 FS3I ....................................................................................................... 73
Tabel 2.8 diagnosa keperawatan ........................................................................... 84
Tabel 2.9 prioritas diagnose .................................................................................. 85
Tabel 2.10 total prioritas diagnose ........................................................................ 89
Tabel 2.11 intervensi ............................................................................................ 89
Tabel 2.12 implementasi dan evaluasi .................................................................. 92

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 foto kunjungan rumah pengkajian ..................................................... 101


Lampiran 2 pertanyaan dan saran teman sekelas .................................................. 101
Lampiran 3foto kunjungan rumah implementasi ................................................ 108
Lampiran 4 lembar pernyataan.............................................................................. 109
Lampiran 5 lembar penilaian makalah .................................................................. 110
Lampiran 6 lembar penilaian presentasi kelompok .............................................. 111
Lampiran 7 surat peryataan responden ................................................................. 114
Lampiran 8 penyuluhan pre dan post test ............................................................. 115
Lampiran 9 jurnal .................................................................................................. 131

iv
BAB 1 TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Pasangan Baru


Perkawinan dari sepasang insane menandai bermulanya sebuah keluarga
baru-keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari
keluargakeluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap
perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih lambat.

1.1.1 Tahap Keluarga Pasangan Baru


Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim
yang baru. Tahap ini juga disebut tahap perniahan. Pasangan yang baru
menikah, saat ini membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil
daripada beberapa dekade sebelumnya. Jumlah rumah tangga pasangan
baru adalah 45 juta pada tahun 1970, dan pada tahun 2000 jumlah rumah
tangga pasangan baru meningkat 55 juta, sebenarnya peningkatan tersebut
jauh lebih lambat daripada semua tipe rumah tangga keluarga lainnya.
Proporsi keluarga pasangan baru yang memiliki anak telah menurun dari
87% pada tahun 1970 menjadi 69% pada tahun 2000. Kelompok keluarga
pasangan baru kini lebih cenderung tinggal didaerah pedesaan, dirumah
mereka sendiri, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka
tidak mungkin tidak bekerja jika dibandingkan dengan semua kelompok
keluarga lainnya (U.S.Bureau of the census, 2000a).

1.1.2 Tugas Perkembangan Pasangan Baru


1) Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain.
Pada saat kedua orang menyatu dalam sebuah pernikahan, perhatian
pertama mereka adalah mempersiapkan tipe baru dalam kehidupan
bersama. Sumber dari dua orang digabungkan, peran mereka berubah, dan
mereka menanggung fungsi yang baru. Belajar untuk hidup bersama
sementara menyediakan kebutuhan dasar lain dari masing-masing pribadi

1
menjadi tugas perkembangan yang sangat penting. Pasangan harus
mengakomodasi dalam banyak cara. Misalnya, mereka harus
mengembangkan jadwal rutinitas makan, tidur, bangun di pagi hari,
membersihkan rumah, berbagi kamar tidur, melakukan rekreasi, dan pergi
ke tempat yang mereka sukai. Dalam proses akomodasi bersama ini,
serangkaian pola transaksi dibentuk dan kemudian dipertahankan pola
transaksi dibentuk kemudian dipertahankan oleh pasangan, dengan setiap
pasangan memicu dan memantau perilaku pasangan lain.
Membentuk hubungan yang sukses bergantung pada akomodasi
mutual yang baru saja didiskusikan dan berdasarkan sifat yang saling
melengkapi, atau bersama-sama menyesuaikan kebutuhan dan minat
pasangannya. Sama pentingnya bahwa perbedaan individual juga harus
diketahui. Dalam hubungan yang sehat, perbedaan dilihat untuk
memperkaya hubungan pernikahan. Mencapai hubungan yang
memuaskan bergantung pada perkembangan cara yang memuaskan untuk
menangani “perbedaan” (Satir, 1983) dan konflik. Cara sehat untuk
mengatasi masalah berhubungan dengan kemapuan pasangan untuk
bersikap empati, saling mendukung, mampu berkomunikasi secara
terbuka dan jujur, serta melakukan pendekatan terhadap konflik dengan
perasaan saling menghargai (Harley, 1994).
Selain itu, seberapa besar kesuksesan pengembangan hubungan
pernikahan akan bergantung pada seberapa baik setiap pasangan
membedakan atau memisahkan keluarga maing-masing dari keluarga asli
mereka (Tugas perkembangan terdahulu) (Bowen,1978). Seseorang yang
sudah dewasa harus dipisahkan atau dibedakan dari orangtua mereka agar
mereka dapat membentuk identitas diri mereka sendiri dan hubungan
intim yang sehat. Menyajikan gambaran yang menakjubkan mengenai
proses ini dan mengenai masalah pskososial selama periode ini.
Banyak pasangan yang mengalami masalah dalam penyesusian
seksual, seringkali karena pengabaian dan kesalahan informasi yang
menyebabkan pengharapan yang tidak realistik dan kekecewaan. Selain
itu, banyak pasangan membawa kebutuhan dan hasrat mereka yang tidak

2
terselesaikan kedalam hubungan, dan ini dapat memberi pengaruh buruk
dalam hubungan seksual (Goldenberg dan Goldenberg, 2000, dalam
Heinrich, 1996)
2) Secara harmonis berhubungan dengan sanak saudara
Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama, pada
saat pasangan berpindah dari rumah orang tua mereka ke latar tempat
yang baru. Secara bersamaan, mereka menjadi anggota dari tiga buah
keluarga masing-masing. Keluarga asli mereka ditambah keluarga mereka
sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan menghadapi tugas
perpisahan mereka sendiri dari maing-masing keluarga asal mereka ke
keluarga yang baru dibentuk dan dalam menjalani hubungan yang
berbeda dari orang tua, saudara kandung, dan mertua, karena loyalitas
primer kedua pasangan harus perpindah kehubungan pernikahan mereka.
Bagi pasangan, bagian yang tidak dapat dihindari ini membentuk
hubungan baru dengan setiap latar belakang orang tua, hubungan yang
tidak hanya memungkinkan untuk memberikan dukungan mutual dan
kesenangan, tetapi juga untuk suatu otonomi yang melindungi keluarga
yang baru dibentuk dari turut campur pihak luar yang dapat mengganggu
bangunan pernikahan yang memuaskan.
3) Perencanaan keluarga (keputusan tentang menjadi orang tua)
Memiliki atau tidak memiliki anak dan menetapkan waktu
kehamilan adalah keputusan keluarga yang penting. Mckinney dan rekan
(2000). Menekankan pentingnya memperimbangkan kehamilan keluarga
secara menyeluruh ketika seseorang bekerja dalam unit perawatan
maternitas. Jenis pelayanan kesehatan yang diterima keluarga sebagai
sebuah unit sangat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
melaksanakan koping secara efektif ketika menghadapi perubahan yang
sangat besar setelah kelahiran bayi.

1.1.3 Perhatian Pelayanan Kesehatan


Perhatian pelayanan kesehatan pada saat ini meliputi perhatian yang
terkait dengan penyesuaian peran seksual dan pernikahan, penyuluhan dan

3
konseling keluarga berencana, serta komunikasi. Saat ini semakin tampak
jelas bahwa konseling harus diberikan sebelum pernikahan. Kurang
informasi sering menyebabkan masalah seksual dan emosional, ketakutan,
perasaaan bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit
kelamin baik sebelum maupun sesudah pernikahan. Peristiwa yang tidak
menguntungkan ini tidak memungkinkan pasangan untuk merencanakan
kehidupan mereka dalam memulai hubungan mereka dengan pondasi yang
baik. Konsep pernikahan tradisional menjadi tertantang oleh hubungan
cinta, dan hubungan pasangan heteroseksual dan homoseksual. Masyarakat
yang memasuki ikatan non pernikahan seringkali memerlukan banyak
bahkan mungkin lebih banyak memerlukan konseling dari petugas
kesehatan yang dapat diminta untuk membantu pasangan tersebut.
Mungkin pada titik ini, perawat keluarga dapat terperangkap diantara dua
“keluarga”, yaitu keluarga orientasi dan pembentukan ikatan. Dalam situasi
tersebut, profesional kesehatan keluarga tidak perlu membuat penilaian
berharga tetapi berusaha untuk membantu setiap kelompok untuk
memahami diri mereka sendiri dan orang lain.

1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1.2.1 Pengkajian keluarga


Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara
terus menerus baik secara subjektif maupun obyektif. Asuhan keperawatan
keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman, meliputi 7
komponen pengkajian yaitu:
2.1.1 Mengidentifikasi Data Keluarga Identitas
keluarga
1. Nama kepala keluarga (KK) :

2. Alamat dan No. Telp :

3. Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga berisi penjelasan atau informasi mengenai anggota
keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga. a. Tabel 1.1
Komposisi Keluarga

4
No Nama L/P Umur Hub. Pendidikan Pekerjaan Status
dengan Perkawinan

KK
1. Suami L - Kepala - - Kawin
keluarga

2. Istri P - Istri - - Kawin

b. Genogram
Genogram harus menyangkut minimal tiga generasi: harus tertera

Pria wanita pasien yang teridentifikasi meninggal

Menikah berpisah cerai


tidak menikah

Anak adopsi atau asuh

nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar titik.


Terdapat keterangan gambar dengan simbul berbeda (Friedman,
1998) seperti:

aborsi atau keguguran kembar

Anggota yang tinggal serumah


c. Tabel 1.2 Imunisasi

5
No Jenis Waktu Pemberian Anggota
Imunisasi Keluarga
1. HB Suami
Istri
2. Polio Suami
Istri
3. BCG Suami
Istri
4. DTP Suami
Istri
5. Hib Suami
Istri
6. PCV Suami
Istri
7. Protavirus Suami
Istri
8. Infuenza Suami
Istri
9. Campak Suami
Istri
10. MMR Suami
Istri
11. Tifoid Suami
Istri
12. Hepatitis A Suami
Istri
13. Varicela Suami
Istri
14. HPV Suami
Istri
15. Japanese Suami
Encephalitis Istri
16. Dengue Suami
Istri

d. Tabel 1.3 Pemeriksaan fisik


Pem. Fis Tn. A Ny. B
Tinggi Badan
RR
Nadi
Tekanan Darah

6
Kepala I I
P P
Mata I I
P P
Wajah I I
P P
Hidung I I
P P
Mulut I I
P P
Leher I I
P P
Dada I I
P P
P P
A A
Abdomen I I
P P
P P
A A
Tangan I I
P P
Kaki I I
P P

4. Tipe bentuk keluarga


Menurut Friedmen (2010) yaitu:
a. Keluarga inti
Census tahun 2002, jumlahseorang keluarga inti, yang terdiri dari

7
seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi
rumah tangga, dan anak yang merupakan keluarga kebanyakan pada
tahun 1950-an dan 1960-an hanya sekitar 8% dari keselurahan rumah
tangga (Fields, 2001). Akan tetapi, pada suatu saat sebagian besar
orang dewasa tidak tinggal di rumah tangga inti tradisional. Akan
tetapi, seperti yang disebutkan sebelumnya, jumlah yang tinggal
dalam bentuk keluarga nontradisional semakin banyak.
b. Keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga.
Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua
seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua
maupun anak.
c. Keluarga asuh
Pengasuh keluarga asuh adalah sebuah layanan kesejahteraan anak,
yaitu anak ditempatkan di rumah yang terpisah dari salah satu orang
tua atau kedua orang tua kandung untuk menjamin keamanan dan
kesejahteraan fisik serta emosionalmereka.
d. Extended family
Extended family tradisional adalah keluarga dengan pasangan yang
berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan
orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya
e. Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala
rumah tangga duda/janda yang bercerai,ditelantarkan atau berpisah.

f. Dewasa lajang yang tinggal sendiri


Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari
beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini
terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman-teman,
seperti mereka yang sama-sama tinggal dirumah pension, rumah
jompo, atau hidup bertetangga.

8
g. Keluarga orang tua tiri
Walaupun perceraian semakin umum terjadi, kecenderungan
ruangan ini disertai tingginya angka menikah lagi. Menikah lagi
dapat terjadi pada beberapa tipe hubungan yang berbeda-kedua
pasangan dapat sama-sama menikah untuk kedua kalinya atau lebih
atau salah tau pasngan yang menikah lagi (Coleman, Ganong, &
Fine, 2001).
h. Keluarga binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian
yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang
terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan
keragaman dalam hal tingkat kerja sama dan waktu yang dihabiskan
dalam setiap rumah tangga. (Ahrons & Pelmutter, 1982)
i. Cohabiting family
Cohabiting family telah menjadi bentuk keluarga nontradisional yang
dapat lebih diterima dikalangan kaum muda sebelum dan di antara
pernikahan (Koeninn, 1997; Weiss, 1998).
j. Keluarga homoseksual
Keluarga homoseksual adalah “dua atau lebih individu yang berbagi
orientasi seksual yang sama (mis. pasangan) atau minimal ada satu
orang homokseksual yang memelihara anak.
5. Latar belakang kebudayaan (Etnik) (termasuk luas akulturasi). Dalam
menjelaskan data ini, gunakan kriteria berikut ini sebagai panduan unutk
menentukan kebudayaan dan orientasi religius keluarga serta luasnya
akulturasi.
5.1. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar belakang
etnik (identifikasi diri)?
5.2. Bahasa yang digunakan di rumah? Apakah semua anggota keluarga
berbicara bahasa Inggris?
5.3. Negara asal dan lama tinggal di Amerika Serikat (generasi keberapa
angota kelaurga tersebut, dalam kaitannya dengan status imigrasi
mereka) dan alasan keluarga berimigrasi?

9
5.4. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
5.5. Tempat tingal keluarga (bagian dari lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen)?
5.6. Aktivitas keagamaan, sosial, kebudayaan, ekreasi, dan/atau pendidikan
(apakah aktivitas ini berada dalam kelompok kebudayaan keluarga)?
5.7. Kebiasaan diet dan berpakaian (tradisional atau barat)?
5.8. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?
5.9. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau
“modern”?
5.10. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga-kompleks teritorial .
keluarga (apakah porsi tersebut selalu di dalam komunitas etnik)?
5.11. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan keluarga.
. Apakah keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat dalam praktik
perawataan kesehatan tradisional atau memiliki kepercayaan
tradisional dalam isu kesehatan?
6. Identifikasi relegius
6.1. Apa agama keluarga?
6.2. Apakah anggota kelaurga berbeda dalam keyakinan dan praktik religius
mereka?
6.3. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja, kuil, atau
organisasi keagamaan lainnya?
6.4. Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga?
6.5. Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam kehidupan
keluarga?
7. Status kelas sosial
7.1. Identifikasi kelas sosial kelaurga, berdasarkan pada tiga indikator
diatas.
7.2. Status ekonomi
7.3. Siapakah pencari nafkah di dalam keluarga?
7.4. Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti? Jika
demikian, apa saja (dari mana)?
7.5. Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka memadai?

10
Bagaimana cara kelaurga melihat diri mereka sendiri dalam mengelola
keuangan?
8. Mobilitas kelas sosial
Menguraikan mobilitas kelas sosial keluarga-perubahan yang terjadi
untuk mengahsilkan mobilisasi kebawah atau ke atas, kapan perubahan
ini terjadi, dan bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap
perubahan (Friedman, 2010). Dalam skala penyesuaian kembali sosial
mereka, perubahan tentang posisi, status atau pertise yang
teridentifikasi, baik positif maupun negatif, mnimbulkan stres.
Walaupun mobilitas ke atas tampak sebagai sesuatu yang diinginkan
oleh kebanyakan orang, dan sering kali menimbulkan pengakuan baru
dan prestise sosial, mobilitas ini juga dapat menimbulkan penolakan dan
isolasi sosial, misalnya ketertarikan keluarga besar bisa berkurang
(Friedman, 2010).

Tahap perkembangan dan riwayat keluarga


9. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga I dengan keluarga pasangan baru.
Pasangan yang baru menikah.
10. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan
tahap perkembangan saat ini.
Tugas Perkembangan Keluarga Tahap I dengan keluarga pasangan baru:
1) Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak
2) Berhubugan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan
3) Merencanakan sebuah keluarga
11. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan
dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
Perhatian Kesehatan Pada keluarga pasangan baru:
1) Pendidikan dan konseling keluarga berencana
2) Pendidikan dan konseling untuk menjadi orang tua
3) Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan asalnya; hubungan

11
masa silam dan saat dengan orang tua (nenek-kakek) dari orang tua
mereka).
12. Data lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan
keluargamulai dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam
rumah tangga hingga komunitas yang lebih besar tempat keluarga
tinggal.
13. Karakteristik keluarga
13.1. Uraikan tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).
Apakah keluarga memiliki rumah sendiri atau menyewa rumah?
13.2. Uraikan kondisi runah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi jumlah ruang dan jenis ruang (ruang tamu,
ruang tidur, dll), penggunaan ruang-ruang tersebut dan bagaimana
runag terebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabit?
Apakah penerangan, ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial atau
panas matahari). Apakah lantai, tangga, penerangan, dan struktur
lainnya dalam kondisi yang memadai?

13.3. Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi lemari es.
13.4. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk? Apakah anggota keluarga menggunakan handuk yang
sama?
13.5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah aturan tersebut
memadai bagi para anggota keluarga dengan perkembangan usia
mereka, hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya?
13.6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada
serbuan serangga-seranga kecil (khususnya di dalam) dan/atau
masalah sanitasi yang disebabkan adanya hewan peliharaan?
13.7. Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang mungkin
menyebabkan racun) yang mungkin terpajan oleh anak yang masih
kecil?
13.8. Identifikasi unit teritorial keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?

12
13.9. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan keluarga
mengenai adekuasi privasi
13.10. Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan
13.11. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah
13.12. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota kelaurga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Apakah keluarga
menyadari keadekutan rumah terhadap kebutuhan ini?
14. Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar
14.1. Apa karakter fisik dari lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih
besar?
Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota). Tipe
tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan.
Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak terpelihara,
sedang dalam perbaikan).
1Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Adanya dan jenis industri di lingkungan.
Adakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
14.2. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan komunitas?
Karaktersitik etnik dan kelas sosial penghuni.
Pekerjaan dan hobi keluarga.
Kepadatan populasi.
Perubahan demografi baru-baru ini di dalam komunitas/lingkungan.
14.3. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada dalam
komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek, dll).
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat darurat).
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan).
Pelayanan tempat cuci otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
14.4. Bagaimana kemudahan akses sekolah di lingkungan dan komunitas
dan bagaimana kondisi sekolah tersebut? Apakah ada masalah

13
integrasi yang mempengaruhi keluarga?
14.5. Fasilitas rekreasi.
14.6. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat
mengakses pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal jarak,
kesesuaian, waktu tempuh)?
14.7. Bagaimana insidens kejahatan di lingkungan dan komunitas?
Apakah hal ini merupakan masalah keamanan yang serius?
15. Mobilitas geografis keluarga
15.1. Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
15.2. Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarga ini?
15.3. Darimana keluarga tersebut berpindah atau bermigrasi?

16. Asosiasi teransaksi keluarga dengan komunitas


16.1. Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan komuniats atau
lembaga pelayanan apa yang dikenal komunitas?
16.2. Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan
atau fasilitas ini?
16.3. Apa pola teritorial dari keluarga-komunitas atau wilayah yang sering
dikunjungi?
16.4. Apakah keluarga menaydari pelayanan komunitas yang relevan
dengan kebutuhannya, seperti transportasi?
16.5. Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau organisasi yang
memberi bantuan kepada keluarga atau yang berkaitan dengan
keluarga?
16.6. Bagaimana cara kelaurga memandang komunitasnya? Struktur
keluarga
17. Pola komunikasi
17.1. Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan dan/atau
rangkaian hubungan dari keluarga, seberapa sering komunikasi
fungsional dan disfungsional digunakan? Buat dalam bentuk diagram
atau berikan contoh pola yang berulang. Seberapa tegas dan jelas
angota kelaurga mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka?

14
Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi dann
kualifikasi dalam berinteraksi?
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons
dengan baik terhadap umpan balik atau biasanya mereka
menghalangi umpan balik dan eksplorasi terhadap isu?
Seberapa baik anggota keluarga mencari validasi orang lain?
Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang
bersifat menghakimi saat berinteraksi?
Apakah angota berinteraksi dengan pesan dalam suatu sikap yang
bersifat menyerang?
Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
17.2. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan di dalam
keluarga dan subsistem keluarga?
Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam subsistem
keluarga? Apakah emosi yang disampaikan bersifat negatif,
positif, atau keduanya?
17.3. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung
dalam, jaringan komunikasi dan dalam beberapa rangkaian
hubungan?
Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap seperti apa?
Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan
penting?
Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia perkembangan
anggota?
17.4. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota keluarga
sesuai dengan konteks dan interuksi? (termasuk observasi pesan
nonverbal). Jika ridak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian
dan pesan apa yang tidak sesuai?
17.5. Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola komunikasi?
17.6. Apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi, yang merupakan isu penting

15
bagi kesejahteraan dan fungsi keluarga yang adekuat?
17.7. Bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi pola komunikasi
keluarga :
• Konteks/situasi.
• Tahap siklus kehidupan keluarga.
• Latar belakang kebudayaan keluarga.
• Perbedaan gender di dalam keluarga.
• Bentuk keluarga.
• Status sosioekonomi keluarga.
• Minibudaya keluarga yang unik.
18. Struktur kekuasaan
Hasil Akhir Kekuasaan
18.1. Siapakah yang membuat keputusan? Siapa yang memegang “kata
terakhir” atau “siapa yang menang”?
18.2. Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin, meliputi:
Siapa yang menganggarkan, membayar rekening, dan memutuskan
bagaimana unag digunakan?
Siapa yang memutuskan bagaimana cara menghabiskan waktu
luang atau siapa teman atau kerabat yang hendak dikunjungi?
Siapa yang memutuskan perpindahan dalam pekerjaan atau
tempat tinggal?
Siapa yang mendisiplikna dan memutuskan?
Proses Pengambilan Keputusan
18.3. Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk membuatu
keputusan di dalam keluarga dan sejauh mana teknik-teknik ini
digunakan (mis., konsensus: akomodasi / tawar-menawar;
kompromi / paksaan; de facto)? Dengan kata lain, bagaimana cara
keluarga membuat keputusan?
Dasar-Dasar Kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber kekuasaan adalah
kekuasaan/otoritas yang sah dan variasi dari kekuasaan itu, kekuasaan
“tak-berdaya”; kekuasaan referen; kekuasaan ahli atau sumber;

16
kekuasaan penghargaan; kekuasaan memaksa; kekuasan informasional
(langsung atau tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan
manajemen ketenangan.
18.4. Atas dasar kekuasaan apa angota keluarga membuat keputusan?
Variabel yang Mempengaruhi Kekuasaan Keluarga
18.5. Mengenal keberadaan salah satu variabel berikut ini akan
membuat pengkaji menginterprestasi perilaku keluarga yang
memungkinkan kekuasan keluarga dapat dikaji.
• Hierarki kekuatan keluarga
• Tipe bentuk keluarga
• Pembentukan koalisi
• Jaringan komunikasi keluarga
• Perbedaan gender
• Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
• Faktor kebudayaan dan interpersonal
• Kelas sosial
Keseluruhan Kekuasaan Sistem dan Subsistem Keluarga
18.6. Dari pengkajian Anda terhadap seluruh isu-isu yang luas diatas,
buat kesimpulan mengenai apakah kekuasaan keluarga tersebut
dapat termasuk keluarga dominansi istri atau suami, anak, nenek,
dll; egalitarian-sinkratik atau otonomi; tanpa pemimpin atau
kaotik (kacau)! Kontinum kekuasaan keluarga dapat digunakan
sebagai suatu presentasi visual analisis anda.
Kontinum Kekuasaan Keluarga : Jika dominasi ditemukan, siapa yang
dominan?
18.7. Untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan
pertanyaan yang terbuka dan luas sering kali mengaburkan
(tanyakan kedua pasangan dan anak-anak jika mungkin), di bawah
ini diberikan beberapa contoh:
Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat keputusan
tentang isu yang penting?
Siapa yang benar-benar ditugaskan dan mengapa (mencari dasardasar
kekuasaan)?

17
Siapa yang mengatur keluarga?
Siapa yang memenangkan argumen atau isu-isu penting?
Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
Pendapat siapa yang digunakan jika orang tua/suami tidak sepakat?
Apakah anggota kelaurga puas dengan bagaimana keputusan
dibuat dan siapa yang membuat keputusan (y.i., struktur
kekuasaan saat ini)?
19. Struktur peran
Struktur Peran Formal
19.1. Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota keluarga?
Uraikan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran
formal mereka.
19.2. Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan harapan
anggota keluarga? Dengan kata lain, apakah ada ketenangan atau
konflik peran?
19.3. Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan peran
terhormat mereka?
19.4. Apakah terdapat fleksibilitas dalam peran jika dibutuhkan?
Struktur Peran Informal
19.5. Peran informasi atau peran samar apa yang terdapat di keluarga?
Siapa yang menjalankan dan seberapa sering atau konsisten peran
tersebut dijalankan? Apakah angota keluarga secara samar
menjalankan peran yang berbeda dari posisi mereka yang dituntut
keluarga untuk merekan mainkan?
19.6. Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi sebagai peran
samar atau informal?
19.7. Apakah ada peran informal yang disfungsional pada keluarga atau
anggota keluarga dalam jangka waktu yang lama?
19.8. Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?
Analisis Model Peran (kapan masalah peran muncul)
19.9. Siapa yang menjadi model yang mempengaruhi seorang anggota
keluarga dalam kehidupan awalnya, siapa yang memberikan perasaan

18
dan nilai-nilai tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran, dan
teknik komunikasi?
19.10. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi
pasangan dalam peran mereka sebagai orang tua, dan sebagai
pasangan pernikahan, seperti apakah mereka itu?
19.11. Jika peran infoemal disfungsional di dalam keluarga, siapa yang
menjalankan peran ini di dalam generasi yang sebelumnya?
Variabel yang Mempengaruhi Struktur Peran
19.12. Pengaruh kelas sosial : Bagaimana latar belakang kelas sosial
mempeangaruhi struktur peran informal dan formal di dalam
keluarga?
19.13. Penagaruh kebudayaan : Bagaimana struktur peran keluarga
dipenagruhi oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
19.14. Penagruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan : Apakah
perilaku peran anggota kelaurga saat ini sesuai dengan tahap
perkembangan?
19.15. Peristiwa situasional : Perubahan dalam status kesehatan anggota
keluarga. Bagaimana masalah kesehatan mempenagruhi pera
keluarga? Realokasi peran/tugas apa yang sudah dilakukan?
Bagaimana angota kelaurga yang telah menerima peran-peran baru
menyesuaikan diri? Apakah ada bukti tentang stres atau konflik
akibat peran? Bagaimana anggota kelaurga dengan masalah
kesehatan bereaksi terhadap perubahan atau hilangnya peran?
20. Nilai keluarga
20.1. Penggunaan metode “perbandingan” dan “membedakan”
memebrikan kesan (dengan nilai dari kebudayaan yang dominan dan
kelompok rujukan kelaurga-kelompok etnik yang diidentifikasikan
mereka-atau keduanya).

• Produktivitas/Pencapaian Individu
• Individualisme
• Materialisme/Etika Konsumsi
• Etika Kerja

19
• Pendidikan
• Persamaan
• Kemajuan dan penguasaan lingkungan
• Orientasi masa depan
• Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
• Rasionalitas
• Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan
Perbedaan Dalam Sistem Nilai
20.2. Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan kelompok rujukan
keluarga dan/atau sistem yang berinteraksi seperti sistem pendidikan
dan perawatan/pelayanan kesehatan serta komunitas yang lebih luas?
20.3. Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai masingmaisng
anggota keluarga? Nilai Keluarga
20.4. Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi di dalam keluarga?
(Urutkan dari nilai keluarga yang paling penting).
20.5. Nilai apa yang dianut secara disadari atau tidak disadari?
20.6. Apakah terdapat bukti konflik nilai di dalam keluarga?
20.7. Bagaimana kelas sosial, latar belakang, kebudayaan dan derajat
akulturasi, perbedaan generasi, letak geografis (rural, urtan,
suburban) keluarga mempengaruhi nilai-nilai keluarga?
20.8. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga?

21. Fungsi keluarga


a. Fungsi afektif
Saling Asuh, Keakraban, dan Identifikasi
21.1. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan mendukung?
21.2. Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman di antara
lingkungan hubungan keluarga?
Sebaik apa anggota kelaurga bergaul satu sama lain?
Apakah mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain?
21.3. Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau kedekatan nampak

20
ada? (pernyataan empati, perhatian terhadap perasaa, pengalaman,
dan kesulitan anggota keluarga lainnya, semua ditunjukkan). Untuk
menjawab pertanyaan no 21.1. 21.2. dan 21.3. diagram pelekatan
sangat membantu (lihat Gbr. 14-2)
Keterpisahan dan Ketertarikan
21.4. Bagaimana keluarga menghadapi isu-isu tentangketerpisahan dan
ketertarikan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya agar bersatu dan
memelihara keterkaitan?
Apakah tersedia kesempatan untuk mengembangkan keterpisahan
dan apakah kesempatan tersebut sesuai dengan usia dan
kebutuhan setiap anggota keluarga?
Pola Kebutuhan-Respons Keluarga
21.5. Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain di
dalam keluarga?
Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan kebutuhan dan
persoalan anak-anak serta pasangan mereka?
Seberapa peka anggota keluarga dalam menanggapi isyarat yang
berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan anggota yang lain?
21.6. Apakah kebutuhan, minat, dan perbedaan masing-masing anggota
dihormati oleh anggota keluarga yang lain?

Apakah terdapat kesimbangan dal hal hormat-menghormati (apakah


mereka menunjukkan saling menghormati)?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan persoalan dari
setiap individu?
21.7. Sejauh mana keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga telah
dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan emosional
(mencurahkan masalah) keluarga? Unutk pertanyaan no. 21.5., 21.6.,
dan 21.7. menunjukkan bahwa daftar anggota keluarga juga
mencakup kebutuhan mereka (seperti yang dipersepsikan oleh
anggota keluarga) dan sejuah mana kebutuhan ini dipenuhi oleh
anggota keluarga.

21
b. Fungsi sosialisasi
22.1. Kaji praktik keluarga dalam membesarkan anak dalam isu berikut.
• Penegndalian perilaku, meliputi disiplin, penghargaan, dan
hukuman.
• Otonomi dan ketergantungan.
• Memberi dan menerima cinta.
• Latihanperilaku yang sesuai dengan usia (perkembangan fisik,
sosial, emosional, bahasa, dan intelektual).
22.2. Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan anak untuk
sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
22.3. Siapa yang menerima tanggung jawab unutk peran membesarkan
anak atau fungsi sosialisasi? Apakah fungsi ini dipikul bersama?
Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?
22.4. Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?
22.5. Keyakinan budaya apa yang mempengaruhi pola pengasuhan anak?
22.6. Apakah faktor sosial mempengaruhi pola pengasuhan anak?
22.7. Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah membesarkan
anak? Jika demikian, faktor apa yang menyebabkan kelaurga
berisiko?

22.8. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak untuk bermain
anak-anak (sesuai dengan tahap perkembangan anak)?
Apakah peralatan permainan yang ada sesuai dengan usia anak?
c. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup-finansial, ruang, dan materi-serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.
d. Fungsi reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
antar-generasi keluarga dan masyarakat yaitu, menyediakan anggota
baru untukmasyarakat.
e. Fungsi perawatan keluarga
23.1. Mengenali Masalah Kesehatan Pada Keluarga

22
a. Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
b. Apa tujuan kesehatan keluarga?
c. Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit untuk
masing-masing anggota keluarga? tanda-tanda apa yang
memberikan kesan, dan siapa yang memutuskan?
d. Bagaimana keluarga meng kaji status kesehatannya saat ini?
e. Masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga?
f. Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga merasa mereka
rentan?
g. Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota keluarga?
h. Dimana anggota keluarga tidur?
i. Apakah pekerjaan harian yang biasa memberikan kesempatan
untuk latihan?
j. Apa keyakinan keluarga tentang hubungan aktivitas fisik dengan
kesehatan?

k. Apakah keluarga menggunakan alcohol, tembakau, kopi, cola,


atau teh? (kafein dan teobromin adalah stimulant)
l. Apakah anggota keluarga mengonsumsi obat sebagai penenang?
m. Sudah berapa lama anggota keluarga menggunakan alcohol atau
obat penenang?
n. Apakah penggunaan tembakau, alcohol, atau obat yang
diresepkan oleh anggota keluarga dirasakan sebagai masalah?
o. Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga mengenai perawatan
dirumah?
p. Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang keadaan fisik
ketika berada dalam keadaan sehat?
q. Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota keluarga dari
hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang tua, bibi, paman,
sepupu, saudara, dan generasi) selama tiga generasi?
r. Apakah ada riwayat penyakit genetic atau keturunan di masa lalu
dan sekarang penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, kanker, gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma dan keadaan

23
alergi lainnya, penyakit darah, atau penyakit keturunan lainnya.
s. Apakah ada riwayat keluarga tentang masalah emosi atau bunuh
diri? apakah terdapat penyakit keluarga yang berkaitan dengan
lingkungan?
t. Dari mana anggota keluarga menerima perawatan (Sebutkan
praktisi perawatan kesehatan dan/atau lembaga perawatan
kesehatan)?

23.2. Membuat Keputusan Yang Berkaitan Dengan Upaya


Pengobatan/Perawatan
a. Promosi/peningkatan kesehatan? pencegahan?
b. Apakah terdapat konsistensi antara nilai kesehatan keluarga
seperti yang dinyatakan dan tindakan kesehatan mereka?

c. Kegiatan promosi kesehatan apa yang dilakukan keluarga secara


teratur? Apakah perilaku ini merupakan karakteristik dari semua
anggota keluarga, atau apakah pola perilaku promosi kesehatan
sangat beragam di antara anggota keluarga?
d. Apa persepsi keluarga tentang berapa banyak control kesehatan
yang mereka lakukan dengan melakukan tindakan kesehatan
yang tepat?
e. Siapakah yang bertanggungjawab untuk terdapat perencanaan,
belanja, dan persiapan makan?
f. Bagaimana makanan disiapkan?
g. Apakah ada pembatasan anggaran makanan?
h. Penggunaan kupon makanan?
i. Siapa yang memutuskan kapan anak-anak harus tidur?
j. Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status
kesehatannya?
k. Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah penyakit?
l. Siapakah pemimpin kesehatan di dalam keluarga?
m. Siapa yang membuat keputusan kesehatan di dalam keluarga?
n. Apakah keluarga memiliki rencana kesehatan gawat darurat?

24
o. Apakah keluarga memiliki rencana asuransi kesehatan swasta,
medicare, atau Medicaid; atau haruskah keluarga membayar
penuh atau sebagian?

23.3. Melakukan Upaya Perawatan Untuk Menghilangkan Kondisi Sakit Pada


Anggota Keluarga
a. Berapa banyak makanan yang dikonsumsi per hari?
b. Apakah saat makan memiliki suatu fungsi tertentu bagi keluarga?
c. Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang secara teratur
dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat selama sehari?
d. Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang secara
teratur dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat selama sehari?
e. Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (mis., lari, bersepeda,
berenang, menari, tenis) yang dilakukan keluarga? berapa kali?
siapa yang mengikuti?
f. Apa yang dirasakan anggota keluarga tentang aktivitas
rekreasi/waktu luang (kepuasan terhadap waktu yang dihabiskan
dan jenis aktivitas).
g. Apakah penggunaan alcohol atau obat lainnya mengganggu
kapasitas untuk melakukan aktivitas yang biasa?
h. Apakah anggota keluarga secara teratur menggunakan obat yang
dijual bebas atau obat yang diresepkan?
i. Apa yang dilakukan anggota keluarag ketika merawat anggota
yang sakit di rumah?
j. Bagaimana kemampuan keluarga dalam hal perawatan diri yang
berkaitan dengan pengakuan terhadap tanda dan gejala, diagnosis
dan perawatan dirumah terdapat masalah kesehatan yang umum
dan sederhana?
k. Kapan pemeriksaan terakhir terhadap mata dan pendengaran
dilakukan?
l. Bagaimana status imunisasi anggota keluarga?
m. Apakah anggota keluarga menggunakan air yang diberi florida,

25
dan apakah anak anak dainjurkan untuk menggunkan florida
setiap hari?
n. Apa kebiasaan hygiene oral kelurga yang berkitan dengan sikat
gigi dengan makan?
o. Bagaiman pola keluarga dalam mengasup gula dan tepung?
p. Apakah anggota keluarga menerima rawatan gigi professional
yang bersifat preventif/pencegahan, termasuk pendidikan
kesehatan, penyinaran dengan sinar X secara periodic,
kebersihan, perbaikan, dan untuk anak-anak, florida oral atau

topical?

23.4. Pemeliharaan Kesehatan Pada Lingkungan Rumah Yang Kondusif


a. apakah keluarga dapat mengamati secara akurat dan melaporkan
gejala dan perubahan yang signifikan?
b. Bagaimana informasi dan saran tentang kesehatan diteruskan
kepada anggota keluarga?
c. Apakah keluarga mengetahui tentang sumber makanan dari
piramida pedoman makanan?
d. Apakah diet keluarga adekuat? (catatan riwayat pola makan
keluarga selama tiga hari dianjurkan).
e. Bagaimana kelayakan penyimpanan dan lemari pendingin
makanan?
f. Bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jam makan?
g. Bagaimana kebiasaan keluarga dalam mengonsumsi makanan
kudapan?
h.. Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai dengan status
kesehatan dan usia mereka?
i. Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?
j. Apakah anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi aktif dan
olahraga secara teratur penting untuk kesehatan?
k. Apakah akitivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anggota
keluarga membutuhkan energy yang kecil untuk dikeluarkan?

26
Apakah anggota keluarga menghabiskan sedikitnya 30 menit
hampir setiap hari dalam melakukan aktivitas fisik yang sedang
atau berat?
l. Apakah jenis aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem keluarga
(subsistem pasangan, subsistem orangtua-anak, dan susbsistem
saudara). Seberapa sering aktivitas ini terjadi? siapa yang
berpartisipasi?
m. Apakah keluarga menyimpan obat dalam periode yang lama dan
menggunakannya kembali?
n. Apakah obat diberi label dan disimpan dengan tepat di tempat
yang aman dan jauh dari jangkauan anak kecil?

23.5. Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Yang Ada


a. Apakah sumber informasi dan saran kesehatan bagi keluarga?
b. Apakah perawatan kesehatan alternative yang digunakan oleh
anggota keluarga?
c. Bagaimana mereka turut mengikuti praktik ini, dan atas alasan
apa mereka mengikuti praktik ini?
d. Bagaimana perasaan anggota keluarga tentang manfaat praktik
ini terhadap kesehatannya?
e. Sudahkah praktik ini dilaksanakan berdasarkan koordinasi
dengan pelayanan berbasis medis lainnya?
f. Apakah penyedia atau lembaga kesehatan merawat dan
memerhatikan semua kebutuhan kesehatan mereka?
g. Bagaimana perasaan keluarga tentang jenis pelayanan kesehatan
yang tersedia di dalam masyarakat?
h. Bagaimana perasaan keluarga mengenai pelayanan kesehatan
yang diterima?
i. Apakah keluarga merasa nyaman, puas, dan percaya dengan
perawatan yang diterima dari penyedia pelayanan kesehatan?
j. Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?
k. Apa lembaga atau dokter yang memberikan layanan perawat

27
memiliki pelayanan darurat?
l. Apakah pelayanan medis dari pemberi pelayanan kesehatan saat
ini tersedia, jika terjadi keadaan darurat?
m. Jika ada pelayanan darurat, apakah keluarga mengetahui dimana
pelayanan darurat terdekat (menurut kelayakan) baik untuk anak-
anak maupun anggota keluarga yang dewasa?
n. Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara menghubungi
ambulans dan pelayanan paramedic?
o. Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima?
p. Apakah keluarga mendapatkan pelayanan gratis
(atau mengetahui siapa yang layak mendapatkannya)?
q. Apa efek dari biaya perawatan kesehatan terhadap pemakaian
pelayanan kesehatan oleh keluarga?
r. Jika keluarga memiliki asuransi kesehatan (swasta, medicare,
Medicaid), apakah keluarga diinformasikan tentang layanan apa
yang dijamin oleh asuransi seperti pelayanan preventif, peralatan
medis tertentu, kunjungan rumah, dll?
s. Berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
t. Alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai
fasilitas perawatan?
u. Jika keluarga menggunakan angkutan umum, masalah apa yang
akan timbul dalam hal jam pelayanan dan lamanya perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan?

24. Stress,koping,dan adaptasi keluarga


Stressor, Kekuatan, dan persepsi keluarga
24.1. Apa saja stressor (baik jangka panjang maupun pendek) yang pernah
dialami oleh keluarga? Merujuk pada Family Inventory of Live
Events and Changes Scale (Tabel 17-2) sebagai contoh stressor
ekonomi sosial dan lingkungan. Bagaimana kekuatan dan jangka
waktu stressor ini?
24.2. Kekuatan apa yang mengimbangi stressor ini? Apakah keluarga

28
menangani stress dan ketegangan kehidupan keluarga sehari-hari?
Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk menangani stressor itu?
24.3. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi tersebut?
Apakah reslistik penuh harapan, dilihat sebagai tantangan?
Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan pada penilaian
realistis dan objektif terhadap situasi atau peristiwa yang penuh
stress? Atau apakah stressor utama dilihat sebagai hal yang sangat
besar. sulit di atasi, atau sesuatu yang merusak?
Strategi Koping Keluarga
24.4. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor yang sedang dialami?
Strategi apa yang digunakan? Strategi koping apa yang dilakukan
keluarga dan untuk menangani jenis masalah apa? Apakah cara
koping anggota keluarga berbeda untuk mengatasi masalah saat ini?
Jika demikian, bagaimana?
24.5. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mengandalkan kelompok keluarga
Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas
(memperkuat kohesivitas) Fleksibiliats peran
Normalisasi
Mengendalikan makna masalah dengan pembingkaian ulang dan
penilaian pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
24.6. Sejauh mana keluarga menggunakan teknik koping eksternal berikut
(Tabel 17-3)?
Memlihara jalinan aktif dengan komunitas
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan system dukungan sosial
Untuk memperoleh infotrmasi jaringan dan dukungan sosial lebih
lanjut, baik genogram (Gambar 8-1) dan ecomap(gambar 17-4)

29
dianjurkan
24.7. Strategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan keluarga atau
apakah keluarga saat ini menggunkanya? Adakah tanda-tanda disfungsional
seperti yang tercantum dibawah ini? Jika demikian catat dan sejauh mana
tanda tersebut digunakan?
Mengambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriterianisme
Perpecahan Keluarga
Penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan
Kekerasan dalam keluarga (pasangan, anak, sibiling, lansia, atau
homoseksual. Pengabaian anak
Adaptasi Keluarga
24.8. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah
stressor/masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa
dampak dari stressor pada fungsi keluarga?
24.9. Apakah keluarga berada dalam krisis? (Salah satu tugas primer
perawat keluarga adalah mendeteksi kapan keluarga berada dalam
krisis) Apakah masalah yang ada merupakan bagian dari
ketidakmampuan kronik menyelesaikan masalah (mis, apakah
keluarag terpajan krisis)?
Melacak stressor, Koping, daptasi Sepanjang waktu
24.10. Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang
waktu, akan sangat bermanfaat untuk melacak atau memantau
bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping,
dan adaptasi. Apakah keluarga mulai pulih, menghasilkan proses
koping yang berguna, atau apakah tetap pada tingkat adaptasi
yang sama, atau menunjukan tanda-tanda penurunan adaptasi.

30
25. Tabel 1.4 Keluarga sejahtera
No Indikator Mampu Tidak Mampu
Keluarga Sejahtera I
1. Pada Umumnya anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih *)

2. Anggota keluarga memiliki pakaian


yang berbeda untuk dirumah,
bekerja atau sekolah dan berpergian
3. Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai, dan
dinding yang baik *)
a). Atap
b). Lantai
c). Dinding
4. Bila anggota keluarga sakit dibawa
ke sarana kesehatan

5. Bila pasangan usia subur ingin ber


KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah.

Keluarga Sejahtera II
1 Pada umumnya anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing
– masing
2 Paling kurang sekali seminggu
anggota keluarga makan
daging/ikan/telur
3 Seluruh anggota keluarga

31
memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun

4 Luas lantai rumah paling kurang


8m2 untuk setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih
anggotakeluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan

6 Seluruh anggota keluarga umur 10-


60 tahun bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak
atau lebih menggunakan alat
kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama

2 Sebagian penghasilan keluarga


ditabung dalam bentuk uang
maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama
paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi

4 Keluarga sering ikut dalam


kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal

5 Keluarga memperoleh informasi


dari surat kabar/majalah/radio/TV

Keluarga Sejahtera 3+
1 Keluarga secara teratur dengan
sukarela memberikan sumbangan
materil untuk kegiatan social

32
2 Anggota keluarga yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan
sosial/yayasan institusi masyarakat

26. Tabel 1.5 Tingkat kemandirian keluarga


No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu
1 keluarga menerima perawat
2 keluarga menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai anjuran
5 keluarga melakukan tindakan
keperaatan sederhana yang sesuai
anjuran

6 keluarga melakukan tindakan


pencegahan secara aktif

7 keluarga melakukan tindakan


promotive secara aktif

33
34

27. Tabel 1.6 Family System Stresor Strenght Inventory (FS3I)


Nama Keluarga
Tanggal Anggota
Keluarga yang
Menyelesaikan Penilaian Latar Belakang Etnis Latar Belakang Agama
Sumber Rujukan
Pewawancara
Anggota
Hubungan Status Pendidikan
Keluarga Keluarga Umur Pernikahan (tingkatan tertinggi ) Pekerjaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alasan Keluarga Mencari Bantuan ?
35

Bagian I :Sistem Stressor Keluarga (Umum)

ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan
keluarga yang normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan
keluarga. Tolong lingkari angka (0 hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka
ciptakan untuk Anda.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi
Dokter
Tidak Stress Stress Stress
Skor
Berlaku Kecil Sedang Tinggi
1. Anggota keluarga merasa tidak dihargai 0 1 2 3 4 5
2. Rasa bersalah karena tidak mencapai lebih banyak
0 1 2 3 4 5
3. Kurangnya waktu sendiri 0 1 2 3 4 5
4. Citra diri / harga diri / perasaan tidak menarik
0 1 2 3 4 5
5. Perfeksionis 0 1 2 3 4 5
6. Diet 0 1 2 3 4 5
7. Kesehatan/Penyakit 0 1 2 3 4 5
8. Komunikasi dengan anak 0 1 2 3 4 5
9. Standar rumah tangga 0 1 2 3 4 5
10. Kurangnya waktu bersama pasangan 0 1 2 3 4 5
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/ pertengkaran
saudara kandung 0 1 2 3 4 5
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam keluarga
0 1 2 3 4 5
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan suami istri (komunikasi, pertemanan, seks)
36
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music, teman, 0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5

sekolah)
21. Bayi

25. Tetangga

Stressor tambahan :

Komentar keluarga :

Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga. Memprioritaskan


agar menjadi penting bagi anggota keluarga :

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

ARAHAN : Pertanyaan berikut 12 dirancang untuk memberikan informasi tentang situasi, masalah, atau masalah yang
menimbulkan stres spesifik yang memengaruhi kesehatan keluarga Anda. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling
menggambarkan pengaruh situasi ini terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi
keluarga Anda secara keseluruhan.
37

Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah

Skor Persepsi Keluarg

Stressor : Kecil Sedang

1 2 3

1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh masalah ini atau situasi yang membuat stres?
(misalnya efek pada interaksi keluarga, komunikasi di antara anggota, hubungan emosional, dan
sosial) Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

2. Seberapa besar pengaruh situasi stres ini pada pola hidup keluarga Anda yang biasa?
(misalnya efek pada pola gaya hidup dan tugas 1 2 3
perkembangan keluarga)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi kemampuan keluarga Anda untuk bekerja bersama sebagai unit
keluarga? 1 2 3
(misalnya perubahan peran keluarga, penyelesaian tugas keluarga, menindaklanjuti dengan
tanggung jawab)
Komentar keluarga:
38

Komentar Dokter :

Apakah keluarga Anda pernah mengalami kekhawatiran serupa di masa lalu?


1. YA Jika YA, jawablah pertanyaan 4.
2. TIDAK Jika TIDAK, jawablah pertanyaan 5.
4. Seberapa sukseskah keluarga Anda dalam menghadapi situasi / masalah /
kekhawatiran ini di masa lalu?
1 2 3 4 5
(misalnya, strategi koping yang bisa diterapkan
dikembangkan, langkah-langkah adaptif bermanfaat,
situasi ditingkatkan) Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Kelu

Stressor : Kecil Sedan

1 2 3
5. Seberapa kuat Anda merasakan situasi / masalah / kekhawatiran saat ini akan memengaruhi masa depan
keluarga Anda?
(mis. konsekuensi yang diantisipasi) Komentar keluarga:

Komentar Dokter :
39

6. Sejauh mana anggota keluarga dapat membantu diri mereka sendiri dalam situasi / masalah / masalah saat 1 2 3
ini?
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga, pengaruh spiritual, dan sumber daya keluarga)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :
40

7. Sejauh mana Anda mengharapkan orang lain membantu keluarga Anda


dengan situasi / masalah / keprihatinan ini?
1 2 3 4 5
(mis. peran apa yang akan dimainkan oleh
pembantu? seberapa tersedia sumber daya tambahan
keluarga?)

Komentar Dokter :

berfungsi secara keseluruhan? 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

8. bagaimana Anda menilai cara keluarga Anda

(mis., bagaimana anggota keluarga Anda


berhubungan satu sama lain dan dengan
keluarga dan
komunitas yang lebih besar)
Komentar keluarga:

9. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan fisik dari setiap


nama anggota keluarga? (termasuk diri Anda sebagai anggota keluarga; catat nama-
nama tambahan di belakang.) a.
b. 12 3 4 5
41

c. 12 3 4 5
d. 12 3 4 5
e. 12 3 4 51 2 3 4
5
10. Bagaimana Anda menilai status kesehatan fisik
keluarga Anda secara keseluruhan? 1
2
Komentar keluarga: 3
4 5
Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Persepsi


Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
11. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan mental dari setiap
nama anggota keluarga? (termasuk diri Anda sebagai anggota keluarga;
catat nama-nama tambahan di belakang.) f.

g.
1 23 4 5
h.
1 23 4 5
i. 12 3 4 5
j. 12 3 4 5
1 2 3 4 5
12. Bagaimana Anda menilai status kesehatan mental
keluarga Anda secara keseluruhan? 1 2
3
Komentar keluarga: 4 5

Komentar Dokter :
42

Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga

ARAHAN : Masing-masing dari 16 ciri / atribut yang tercantum di bawah ini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan
keluarga dan fungsi keseluruhannya. masing-masing berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga
sebagai individu dan keluarga secara keseluruhan. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan
pengaruh situasi ini terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara
keseluruhan.
Skor Persepsi Kelu

Stressor : Tidak berlaku Jarang S


1. Komunikasi dan mendengarkan satu sama lain Komentar keluarga:
0 1 2

Komentar Dokter :

2. Menegaskan dan mendukung satu sama lain 0 1 2


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

3. Mengajarkan rasa hormat satu sama lain 0 1 2


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :
43

4. Mengembangkan rasa percaya pada anggota Komentar keluarga: 1 2

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Kelu

Stressor : Tidak berlaku Jarang S


5. 0 1 2

Menunjukkan rasa bermain dan bercanda Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

6. Menunjukkan rasa tanggung jawab bersama 0 1 2


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

7. Mengajarkan benar dan salah Komentar keluarga: 0 1 2

Komentar Dokter :

8. Memiliki rasa keluarga yang kuat di mana banyak ritual dan tradisi
Komentar keluarga: 0 1 2

Komentar Dokter :
44

9. Memiliki keseimbangan interaksi di antara anggota Komentar keluarga: 0 1 2

Komentar Dokter :
0 1 2
10. Memiliki inti agama yang sama Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

11. Menghormati privasi satu sama lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga:
Komentar Dokter :

12. Nilai melayani orang lain 0 1 2 3 4 5


Komentar keluarga: 45
Komentar Dokter :

13. Membiasakan waktu dan percakapan di meja keluarga 0 1 2 3 4 5

Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Keluarga Perseps


i
Dokter
Stressor : Jara Serin
Tidak berlaku Selalu Skor
ng g
14 Membagi waktu luang 0 1 2 3 4 5
. Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

15 Menerima dan mencari bantuan pada sebuah

. masalah 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

16 Bagaimana Anda menilai kekuatan keseluruhan


.a yang ada dalam keluarga Anda 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

16
46

kekuatan keluarga tambahan:


.b

16 Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.


.c Memprioritaskan agar penting bagi anggota keluarga :
1.2.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluaga dan koping keluarga, baik yang
bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan
bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya
keluarga. Daftar diagnosis keperawatan keluarga bisa dilihat pada buku North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA)(Riasmini, 2017). Tabel
1.7 diagnosa keperawatan
No Perhatian Kesehatan Masalah
1. Menciptakan pernikahan yang Domain 5: persepsi/kognisi
memuaskan (komunikasi, konseling Kelas 5: komunikasi Kode:
seksual) (00157) kesiapan
meningkatkan komunikasi
2. Merencanakan sebuah keluarga Domain 7: hubungan peran
Kelas 2: hubungan keluarga
Kode: (00159) kesiapan
meningkatkan proses
keluarga
3. Perawatan prenatal Domain 8: seksualitas
Kelas 3: reproduksi Kode:
(00208) kesiapan
peningkatan proses
kehamilan-melahirkan

1.2.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah identifikasi atau divalidasi pada tahap
perumusan diagnosisb keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan
pada partisipasi klien,keluarga dan koordinasi,dengan tim kesehatan lain.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah,tujuan,dan rencana

47
tindakan. Tahapan penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah
sebagai berikut (Riasmini, 2017):
1. Menetapkan prioritas masalah atau diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari maglaya (2009). Tabel
1.8 skala untuk menetukan prioritas (Maglaya, 2009)
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala : wellness 3
Aktual 3
Resiko 2 1
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
skala :Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala : tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :Segera Tidak 2
perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Cara scoring :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria.
b. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Skor angka tertinggi
X bobot

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria.


2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetuan prioritas :
Penetuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat
masalah,kemungkinan masalah dapat diubah,potensi masalah untuk

48
dicegah dan menonjolnya masalah.
a. Kriteria yang pertama,yaitu sifat masalah bobot yang lebih berat
diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
b. Kriteria kedua, yaitu memungkinkan masalah dapat diubah perawat
perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang ada sekarang,tekhnologi dan tindakan untuk
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,keuangan dan tenaga.
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,keterampilan dan
waktu.
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas,organisasi dan
masyarakat sokongan.
c. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
1) kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penykit atau
masalah.
2) Lamanya masalh yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu di berikan intervensi
keluarga. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan
tujuan keperawatan keluarga yaitu :
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan
untuk mencapai suatu hasil.
2) kriteria hasil atau standart hasil pencapaian tujuan harus benar-benar
bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang

49
dapat dipilih oleh keluarga
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus
bersama-sama dengankeluarga.
Tabel 1.9 penulisan prioritas diagnosa
Diagnosa : kesiapan meningkatkan proses keluarga
Definisi: suatu pola fungsi keluarga untuk mendukung kesejahteraan
anggota keluarga, dan dapat ditingkatkan
No Kriteria Skor Bobot Total
1. Sifat masalah
Skala : wellness 3 3/3 x
Aktual 2 1= 1
Resiko 1 1
Potensial 0
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
skala :Mudah 2 ½ x2
Sebagian 1 2 =1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala : tinggi 3 1 3/3 x
Cukup 2 1 =1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :Segera Tidak 2 2/2 x
perlu 1 1 1=1
Tidak dirasakan 0
Total 4

Tabel 1.10 penulisan intervensi keperawatan

50
Diagnosa NOC NIC
keperawatan

(00159) TUK 1: mengenali masalah TUK 1: mengenali masalah


Kesiapan kesehatan kesehatan
meningkatkan
proses keluarga Domain IV:pengetahuan tentang Domain III: perilaku (lanjutan)
kesehatan & perilaku Kelas S: pendidikan pasien
Kelas S: pengetahuan tenatang Intervensi: (5510) pendidikan
kesehatan kesehatan
Hasil:(1805)pengetahuan: promosi 1. Manfaatkan sistem
kesehatan dukungan social dan
1. Perilaku yang meningkatkan keluarga untuk
kesehatan meningkatkan efektifitas
2. Pemeriksaan kesehatan perilaku kesehatan
yang direkomendasikan 2. Pertimbangkan kemudahan
3. Praktik gizi yang sehat akses, hal-hal yang disukai
konsumen, biaya dalam
perencanaan program
3. Tekankan pentingnya pola
makan yang sehat, tidur,
berolahraga, dan lain-lain

bagi keluarga

51
TUK 2: membuat keputusan yang TUK 2: membuat keputusan
berkaitan dengan perawatan yang berkaitan dengan
Domain IV: pengetahuan tentang perawatan
kesehatan & perilaku Kelas Q: Domain III: perilaku (lanjutan)
perilaku sehat Kelas R: bantuan koping
Hasil: (1606) partisipasi dalam Intervensi: (5250) dukungan
keputusan perawatan kesehatan pengambilan keputusan
1.Menunjukkan pengarahan 1. Bantu pasien untuk
diri dalam membuat mengfklarifikasi nilai dan
keputusan harapan yang mungkin akan
2.Mencari informasi terpercaya membantu dalam membuat
3.Menentukan pilihan yang pilihan yang penting dalam
diharapkan terkait dengan outcome hidupnya
kesehatan
2. Berikan informasi sesuai
permintaan pasien
3. Bantu pasien
mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap
alternative pilihan

TUK 3: melakukan upaya TUK 3: melakukan upaya


perawatan perawatan
Domain VI: kesehatan keluarga Domain V: keluarga
Kelas X: kesejahteraan keluarga Kelas X: perawatan sepanjang
Hasil: (2600) koping keluarga hidup
1. Menetapkan fleksibilitas peran Intervensi; (7120) mobilisasi
anggota keluarga keluarga
2. Menyusun jadwal rutinitas dan 1.Lihat anggota keluarga
kegiatan keluarga sebagai ahli yang vpotensial

52
3. Memperoleh bantuan untuk dalam perawatan pasien
keluarga 2.Dukung kegiatan keluarga
dalam meningkatkan
kesehatan atau mengelola
kondisi pasien, pada saat
yang tepat
3.Bantu anggota keluarga
untuk menbgidentifikasi
layanan kesehatan dan
sumber daya masyarakat
yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status
kesehatan pasien

TUK 4: memodifikasi TUK 4: memodifikasi


pemeliharaan lingkungan rumah pemeliharaan lingkungan
Domain III: kesehatan psikologis rumah
Kelas M: kesejahteraan psikologis Domain I: fisiologis dasar
Hasil: (1212) tingkat stress Kelas E; peningkatan
1. Kegeliahan kenyamanan fisik
2. Gangguan tidur Intervensi: (6482) manajemen
3. Mudah marah lingkungan: kenyamanan
1. Hindari gangguan yang tidak
perlu dan berikan untuk
waktu istirahat
2. Sediakan kamar terpisah jika
terdapat preferensi dan
kebutuhan pasien untuk
mendapatkan ketenangan
dan istirahat

3. Ciptakan lingkungan yang


tenang dan mendukung

53
TUK 5: memanfaatkan fasilitas TUK 5: memanfaatkan
pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan
Domain IV: pengetahuan tentang Domain VI: sistem kesehatan
kesehatan & perilaku Kelas Q: Kelas b: konsultasi
perilaku sehat Intervensi: (7910) konsultasi
Hasil: (1603) perilaku pencari 1. Kumpulkan data dan
kesehatan identifikasi masalah yang
1. Mengajukan menjadi fokus dalam
pertanyaanpertanyaan konsultasi
yang berhubungan dengan 2. Sediakan pengetahuan
kesehatan seorang ahli bagi mereka
2. Mencari bantuan bila diperlukan yang mencari pertolongan
3. Mendapat bantuan dari 3. Libatkan pihak yang mencari
professional kesehatan pertolongan dalam
keseluruhan proses
konsultasi

1.2.4 Implementasi Keperawatan Keluarga.


Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi
keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi(Riasmini, 2017) :
1. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
infirmasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
2. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat untuk individu dengan cara mengidentifikasi
konsekuensi jika tidak melakukan tindakan,mengidentifikasi
sumber-sumber yang memliki keluarga,mendiskusikan
tentang konsekuensi tiap tindakan.

54
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan,menggunakan alat dan fasilitas yang ada
dirumah,mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat,dengan cara menemukan sumber-
sumber yang dapat digunakan keluarga,melakukan perubahan
lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada
dilingkungan keluarga, membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga


Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, penilaian dan
evaluasi di perlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum
berhasil, perlu di susun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat di laksanakan dalam satu kali kunjungan
keluarga, untuk itu dapat di laksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu
dan kesediaan klien atau keluarga. Tahapan evaluasi dapat di lakukan selama
proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan
keluarga terhadap pencapaian hasil dati tujuan keperawatan yang telah di
tetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status
kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu
dan keluarga dengan criteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah
serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan (Riasmini, 2017).

55
BAB 2 HASIL

2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 7 Maret 2019 dan 9 maret 2019

Identifikasi Data keluarga


1. Nama kepala keluarga : Tn.A
2. Alamat rumah & telp :Manyar-Gresik/ 082336XXXXXX
3. Komposisi Keluarga
a. Tabel 2.1 komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hub. Pendidikan Pekerjaan Status
dengan Perkawinan

KK
1. Tn. A L 27 Suami SMA Swasta Kawin
2. Ny.L P 21 Istri SMA Swasta Kawin
b. Genogram

Tn.A Ny.L

Penjelasan genogram
: pria : meninggal
: wanita : menikah

: tinggal satu rumah

c. Tabel 2.2 Imunisasi

56
No Jenis Waktu Pemberian Anggota
Imunisasi Keluarga
1 HB Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian
2. Polio Tn.A mengatakan Suami
pemberian imunisasi
sesuai jadwal pemberian
Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian
3. BCG Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian
4. DTP Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian
5. Hib Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian
6. Campak Tn.A mengatakan Suami
pemberian imunisasi
sesuai jadwal pemberian
Ny. L mengatakan Istri
pemberian imunisasi sesuai
jadwal pemberian

d. Tabel 2.3 Pemeriksaan fisik


Pem. Fis Tn. A Ny. L
Tinggi Badan 167 cm 152 cm
RR 20 x/menit 18 x/menit
Nadi 80 x/menit 82 x/menit
Tekanan Darah 120/70 mmHg 100/60 mmHg

Kepala I : rambut pendek I : rambut


panjang,lurus,hitam dan
bergelombang,
bersih
hitam,bersih

57
P : tidak ada lesi, tidak ada P : tidak ada lesi, tidak ada
edema dan nyeri edema dan nyeri tekan

tekan
Mata I : isokor kiri & kanan, I : isokor kiri & kanan,
fungsi menurun, tidak ada fungsi menurun, tidak ada
keluhan, Reflek pupil + keluhan, Reflek pupil +
P :Tidak ada nyeri tekan P :Tidak ada nyeri tekan
pada area mata pada area mata
Wajah I: Bentuk wajah simetris I: Bentuk wajah simetris
kanan& kiri, warna kulit kanan& kiri, warna kulit
sawo matang putih
P :tidak ada nyeri tekan P :tidak ada nyeri tekan
Hidung I : Bentuk simetris,bersih, I : Bentuk simetris, bersih,
P :tidak ada polip, tidak P :tidak ada polip, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada
ada nyeri tekan, tidak ada keluhan
keluhan
Mulut I :bibir berwarna hitam, I :bibir berwarna pink,
tidak ada sariawan, tidak tidak adasariawan dan
ada caries tidak ada caries
P : tidak ada benjolan dan P : tidak ada nyeri tekan
nyeri tekan dan tidak ada benjolan

Leher I : Tidak ada pembesaran I : Tidak ada pembesaran


kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, tidak
tidak tampak tampak adanya lesi
adanya lesi P : tidak ada pembesaran
vena jugularis, tidak ada
P : tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar limfe
vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe
Dada I : Simetris kiri & kanan, I : Simetris kiri & kanan,
gerak dada teratur, tidak gerak dada teratur, tidak

58
ada penggunaan otot ada penggunaan otot bantu
bantu pernafasan pernafasan
P : integritas kulit baik, P : integritas kulit baik,
tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan P :
P : suara paru sonor suara paru sonor
A : bunyi nafas vesikuler A :bunyi nafas vesikuler
Abdomen I : Simetris, tidak ada I : Simetris, tidak ada
benjolan atau massa, P : benjolan atau massa, P :
tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
P :terdengar bunyi P :terdengar bunyi timpani
timpani A :terdengar suara
A :terdengar suara peristaltik usus
peristaltik usus
Tangan I : simetris kanan dan kiri I : simetris kanan dan kiri
P : integritas kulit baik P : integritas kulit baik

Kaki I : simetris kanan dan I : simetris kanan dan kiri


kiri, adanya bekas luka P : integritas kulit baik
dilutut.
P : integritas kulit baik

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn.A adalah keluarga inti(dual-earner family).Tn. A sebagai
pencari nafkah utama dan Ny. L juga ikut mencari nafkah dikarenakan belum
mempuyai anak dalam pernikahan ini.

5. Latar Belakang Kebudayaan (Etnik)


a. Keluarga Tn.A adalah keluarga suku Jawa
b. Komunikasi yang dipakai antar anggota keluarga dan masyarakat sekitar
menggunakan bahasa jawa alus

59
c. Tn.A dan Ny.L adalah penduduk asli Tuban, sedangkan sekarang
bertempat tinggal di Manyar-Gresik
d. Jaringan sosial keluarga dari kelompok etnik yang sama
e. Lingkungan tempat tinggal disekitarnya umumnya lebih banyak bersuku
Jawa dan ada juga yang bersuku Madura meskipun minoritas
f. Aktivitas keagaman keluarga seperti sholat berjamaah sudah menjadi
kebudayaan bagi keluarga Tn. A dan Ny. L
g. Keluarga Tn. A dan Ny. L tidak melakukan kebiasaan diet dan pakaian
yang digunakan keluarga seperti pakaian muslim
h. Dekorasi rumah sementara keluarga Tn.Aadalah minimalis 1 lantai dengan
2 ruangan.
i. Keluarga mengunjungi praktisi umum jika keluarga belum sembuh. Karena
keluarga jika sakit membeli obat ke apotik terdekat.

6. Identifikasi Religius atau Agama


a. Tn.A dan Ny.L sama-sama beragama islam.
b. Saat suami dan istri sedang berada dirumah tuban, Tn.A dan Ny.L pergi ke
masjid untuk mengikuti sholat berjamaah, biasanya juga pergi ke mushola.
Setelah sholat biasanya Tn.A mengaji dengan Ny.L dan setiap malam
jumat bersholawatan bersama. Sedangkan di Gresik keluarga sholat
berjamaah di rumah karena masjid dari tempat tinggal keluarga jauh.
c. Keyakinan nilai keagamaan keluaga seperti mengaji bersama

7. Status Kelas Sosial


a. Status ekonomi keluarga Tn.A dan Ny.L cukup baik
b. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga,Tn.A yang mencari nafkah dengan
istri untuk sementara dikarenakan belum adanya anak.
c. Sejauh ini keluarga belum pernah menerima bantuan dari oarng tua
pasangan baru.
d. Pendapatan yang didapat oleh Tn.Adan Ny.L untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sejauh ini terpenuhi. Mereka pandai dalam mengatur keuangan

60
untuk keperluan lain.

8. Mobilitas Kelas Sosial


Tn.A maupun Ny.L mengatakan sering berkumpul dengan keluarga dan
teman-temannya yang sepabrik maupun teman dekatnya, dikalaupun ada
waktu luang atau hari libur digunakan untuk berlibur dengan Ny.L. tetapi,
Tn.A ingin berekreasi namun tidak ada waktu luang. Tn.A tampak ingin sekali
berlibur diri karena, ingin memiliki waktu luang berdua agar bisa quality time
dengan Ny.L. Namun, Ny.L moodnya sering berubah-ubah 2. Karena Ny.L
tidak punya waktu luang sehingga ia bermalas-malasan dan menyebabkan
Ny.L kurang berolahraga sehingga dia tidak bersemangat karena kurang
motivasi terhadap aktivitas fisik dan kurang memperhatikan kesehatan 4.Tn. A
juga sering sekali kumpul-kumpul dengan tetangga satu kos-kosannya. Tn.A
dinilai paling humoris di dalam keluarga, jadi istri tidak akan kehabisan bahan
bahasan saat berkumpul dirumah.

2.1.1 Tahap Perkembangan dan Riwayat Keluarga


1. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga Tn.A termasuk dalam tahap I yaitu pasangan baru
2. Tugas Perkembangan Keluarga Bapak S saat ini adalah:
Tabel 2.4 tugas perkembangan pasangan baru
No. Indikator Manpu Tidak Mampu
1. Membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu

sama lain

2. Secara harmonis
berhubungan dengan sanak

saudara

3. Perencanaan keluarga
dimasa mendatang

61
3. Riwayat Keluarga Inti
Tn. A saat ini mengalami flu batuk biasa saja dan merasa pusing. Pada
saat menjelang pernikahan Ny.L mengalami darah rendah dan saat
diperiksa ternyata darahnya rendah.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tn.A mempunyai penyakit keturunan dari bapaknya yaitu darah tinggi
dan Ny.L tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn.A dan Ny.L selalu
rutin ke klinik pabrik untuk memperiksakan tekanan darahnya dan
selalu menjaga pola makan sehari-hari.
2.1.2 Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah
a. Rumah yang ditempati keluarga saat ini adalah rumah sementara
mereka
b. Denah rumah

U
Tempat Kamar
Tidur Mandi
Dapur

4m
Lemari

TV

8m
c. Air yang dikonsumsi setiap hari menggunakan air galon asli, dan
tidak memiliki lemari pendingin.
d. Di dalam kamar mandi terdapat bak mandi bersih, wc jongkok,
peralatan mandi pribadi, dan handuk pribadi.
e. Kamar tidur mereka langsung kasur diatas lantai tanpa ranjang,
lemari pakaian, dan kipas angin.

62
f. Tidak ada serbuan serangga kecil seperti semut, kecoa dll. Lantai
rumah beralaskan keramikputih. Dapur, ruang nonton tv dan tempat
tidur menjadi satu disatu ruangan, dengan penataan ruangan yang
rapi. Keluarga tidak memiliki hewan peliharaan.
g. Tidak ada tanda cat yang mengelupas
h. Keluarga Tn.A dan Ny.L nyaman berada di lingkungan tersebut
karena ada toko untuk memenuhi kebutuhan mereka
i. Privasi pasangan baru ini tampak kurang, karena kamar tidur, ruang
tamu tidak memiliki sekat dan hanya kamar mandi yang memiliki
sekat.
j. Tidak ada bahaya keamanan karena pagar tinggi
k. Keluarga membuang sampah pada tempatnya kemudian petugas
sampah mengambil satu minggu dua kali

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


a. Tipe lingkungan/komunitas keluarga adalah desa ada klinik, polisi,
dan SD
1) Tempat tinggal keluarga Tn.A dan Ny.L adalah dekat industri.
Kondisi jalan raya terpelihara tidak rusak dan bersih tetapi depan
kos berlubang
2) Kemacetan terjadi dijalan raya karena banyaknya lalu lalang truk
besar tetapi gang yang ditempati keluarga tidak
3) Jenis industri mie sedap dan minuman ale-ale
4) Adanya polusi udara, karena jalanan gang tidak di paving. Saat
dilewati motor ataupun mobil berdebu. suara
b. Karakteristik demografi
1) Pekerjaan Tn.A buruh pabrik dan memiliki hobi menggambar
grafis, biasanya juga sepak bola
2) Populasi lingkungan padat karena banyaknya kos
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar komunitas :

63
1) Pasar jauh dari tempat tinggal keluarga Tn.A dan Ny.L.
sedangkan apotek dekat sekitar 10 meter
2) Klinik dari rumah pasangan baru ini dekat sedangkan rumah
sakit sangat jauh sekitar 2 km
3) Masjid jauh dari tempat tinggal keluarga, sehingga Tn.A dan
Ny.L sholat berjamah di kosan
d. Akses untuk kesekolah bisa dijangkau dengan sepeda motor
dikarenakan tempatnya jauh dan tidak ada transportasi umum.
Kondisi sekolah bagus
e. Terdapat fasilitas rekreasi “berkuda dan panahan ” berjarak 20
meter dari tempat tinggal Tn.A dan Ny.L
f. Transportasi umum tidak ada karena disekitar tempat tinggal
banyak pabrik dan kendaraan besar berlalu lalang
g. Tidak ada insidens kejahatan seperti pencurian dan pembegalan.

3. Mobilitas Geografis Keluarga


a. Tn.A dan Ny.L sudah sekitar 3 minggu tinggal di Jalan gamping
no.9 pongangan, kecamatan Manyar-Gresik pada blok B dengan
penghuni 32 kamar.
b. Tempat tinggal asli Tn.A dan Ny.L yaitu daerah Tuban dan
samasama bekerja disatu tempat yaitu pabrik industri. Dulunya
Tn.A dan
Ny.L tinggal berbeda di kota yang sama, Setelah menikah Tn.A dan
Ny.L tinggal bersama di Manyar-Gresik hingga sekarang. Tn.A
memiliki hobi grafiti atau yang berhubungan dengan seni sedangkan
hobi Ny.L yaitu kuliner.

4. Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Komunitas


a. Tn.A dan Ny.L menggunakan pelayanan komunitas seperti berobat
ke klinik kesehatan
b. Bila Tn.A dan Ny.L sedang sakit, mereka menggunakan pelayanan

64
komunitas tersebut
c. Keluarga Tn.A dan Ny.L menyadari pelayanan komunitas
d. Perasaan keluarga bersyukur namun, keluarga Tn.A tidak bangga
dengan terhadap bantuan yang diberikan

e. Keluarga memandang komunitas sangat baik


f. Di rumah Tn.A dan Ny.L tinggal berdua di kos-kosan, interaksi
keduanya sangat baik dan hangat serta dengan orang tuanyamelalui
media komunikasi (handphone), interaksi dengan masyarakat
disekitar tempat tinggalnya cukup baik. Tetangga-tetangga disekitar
rumah baik, ramah, dan sopan.

2.1.3 Struktur Keluarga


1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka. Setiap
anggota keluarga bebas menyampaikan pendapat dan masalahnya. Bila
ada masalah, anggota keluarga saling mengkomunikasikan bersama
dengan cara berdiskusi. Apabila mengalami kebuntuan dalam
masalahnya, Tn.A memutuskannya secara sepihak.Jika Ny.L marah
dia lebih suka memendam sendiri apa yang dirasakannya tidak seperti
suaminya yang selalu mengungkapkan apa yang dirasakannya. Apabila
Tn.A bekerja lembur komunikasi yang digunakan melalui media
komunikasi (handphone).

2. Struktur Kekuatan Keluarga


a. Cara pengambilan keputusan di keluarga ini yaitu dengan
musyawarah. Tn. A yang bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan didalam keluarga ini.Tetapi, Tn.A tampak bingung dan
bimbang dalam mengambil keputusan sehingga kurang
berpengalaman dalam membuat keputusan dan Tn.A memutuskan
sepihak5.ketika Ny.L sedang berpendapat, namun Tn.A tidak
mendengarkan pendapatnya Ny.L memilih diam. Dan

65
memendamnya sendiri. Menurut Ny.L jika ada perbedaan pendapat
dengan suaminya Ny.L lebih baik mengalah1.
b. Untuk masalah keuangan Tn.A menyerahkan sepenuhnya kepada
Ny.L karena Ny.L pandai mengatur uang
c. Dalam menghabiskan waktu luang Tn.A biasanya mengunjungi
adik sepupunya yang berada di daerah Gresik
d. Tn.A biasanya memutuskan perpindahan tempat tinggal
e. Pengambilan keputusan dan mengatur jalannya diskusi yaitu Tn.A.

3. Struktur Peran
a. Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Tn.A sebagai
kepala keluarga, sebagai suami dan Ny.L sebagai istri. Tn.A
berperan sebagai pencari nafkah utama yang bertugas untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, sedangkan Ny.L berperan
sebagai seorang istri dan pencari nafkah tambahandan bertugas
untuk menyiapkan segala kebutuhan suami dan rumahnya.
b. Setiap peran selalu diterima oleh anggota keluarga

4. Nilai dan Norma Keluarga


Nilai dan norma yang dianut keluarga Tn.A adalah saling menghormati
sesamanya dan menghormati orang yang lebih tua terutama orang tua
sendiri dan mertua. Hal tersebut terlihat pada perilaku keduanya yang
sopan dan santun saat berkomunikasi dengan orang lain ataupun orang
yang lebih tua darinya.
2.1.4 Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif
a. Tn.A dan Ny.Lsaling asuh dan mendukung satu sama lain.
b. Tn.A dan Ny.L terdapat keakraban dan keintiman diantara satu sma
lain
c. Keluarga menunjukkan kasih sayangnya dengan cara menuriti
permintaan satu sama lainnya

66
d. menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan pada setiap pasangan baru
seperti kebutuhan sandang, papan, pangan, perhatian, kasih sayang,
bermain dengan pasangannya dan menghabiskan waktu libur
bersama.

e. Dalam keluarga Tn.A dan Ny.L selalu peka terhadap tindakan dan
saling hormat-menghormati satu sama lain
2. Fungsi Sosialisasi
Dirumah tempat tinggal saat ini Tn.A dan Ny.L pandai bersosialisasi
dengan orang-orang baru. Tn.A kadang ikut acara pabrik yang bersifat
tidak wajib, sedangkan untuk Ny.L ditinggal dirumah.Keluarga
menggunakan faktor penunjang untuk memecahkan masalah
kesehatannya yaitu dengan cara berobat ke pelayanan kesehatan
terdekat yaitu klinik umum maupun puskesmas.
3. Fungsi Ekonomi
Tn.A sebagai pencari nafkah utama, sedagkan Ny.L sebagai ibu rumah
tangga dan mengatur keuangan keluarga sekaligus ikut membantu
mencari nafkah saat ini. Ny.L yang mengatur segala pengeluaran,
keperluan apa saja yang dibutuhkan dan keperluan yang mendadak
yang dibutuhkan.
4. Fungsi Reproduksi
Ny.L pertama kali haid kelas 1 SMP sekitar umur 13 tahun. Haid yang
dialami Ny.L teratur sesuai dengan perhitungan, meskipun pernah
sesekali mundur beberapa hari. Tn.A dan Ny.L ingin secepatnya
memiliki anak dan berencana punya anak 2.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Mengenali kesehatan pada anggota keluarga
1) Keluarga mendefinisikan sakit yaitu kondisi fisik melemah dan
sehat yaitu kondisi fisik bugar
2) Masalah kesehatan keluarga saat ini yaitu flu dan batuk

67
3) Kebiasaan tidur keluarga yaitu menonton televisi dahulu sebelum
tidur
4) Pekerjaan harian yang biasa untuk latihan fisik yaitu menyapu,
mengepel dan mencuci agar membuat tubuh lebih sehat dan
terhindardaripenyakit

5) Tn.A mengonsumsi kopi dan Ny.L mengonsumsi teh. Tn.A dan


Ny.L tidak mengonsumsi alkohol maupun obat penenang
b. Membuat keputusan yang berkaitan dengan upaya pengobatan
perawatan
1) Didalam keluarga Tn.Adan Ny.L biasanya makanannya dimasak
oleh Ny.L. Makanan yang dimasak menggunakan garam sedikit
karena Tn.A tidak suka asin.
2) Istirahat yang cukup digunakan keluarga untuk mengurangi
kondisi sakit dan meminum air putih yang banyak dan
melakukan aktifitas fisik digunakan keluarga untuk mencegah
kondisi sakit.
3) Yang memimpin kesehatan dalam keluarga dan membuat
keputusan adalah Tn.A dan Ny.L
4) Keluarga Tn.A dan Ny.L memiliki asuransi kesehatan berupa
asuransi ketenagakerjaan, BPJS dan pensiun.
c. Melakukan upaya perawatan untuk menghilangkan kondisi sakit
pada anggota keluarga
1) Keluarga Tn.A dan Ny.L mengonsumsi makanan sebanyak 3x
sehari. Lauk ayam biasanya 2x dalam seminggu, lauk daging
biasanya pada awal bulan, untuk lauk sayur dan telur sesuai
keinginan Tn.A dan Ny.L.
2) Keluarga Tn.A dan Ny.L melakukan istirahat siang yaitu saat
hari minggu saja dapat istirahat siang hari dikarenakan hari senin
sampai sabtu Tn.A dan Ny.L bekerja sehingga istirahat kurang.
3) Pemeriksaan mata dan pendengaran terakhir kali diperiksa pada

68
November 2018.
4) Keluarga Tn.A dan Ny.L mengonsumsi gula dan tepung
biasanya seminggu sekali.
5) Keluarga Tn.A dan Ny.L gosok gigi setelah makan, jadi bisa
dihitung 3x sehari gosok giginya.

d. Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan rumah yang kondusif


1) Keluarga Tn.A dan Ny.L dapat mengamati dan melaporkan
gejala serta perubahan kondisi pada anggota keluarga
2) Kebiasaan keluarga Tn.A dan Ny.L dalam mengkonsumsi
cemilan yaitu sebanyak 2-3 kali setiap hari
3) Tn.A dan Ny.L mengalami kesulitan tidur, mereka memiliki
waktu tidur ± 4-5 jam. Sehingga pola tidur mereka tidak teratur
dan tidak merasa cukup istirahat3
4) Keluarga Tn.A dan Ny.L tidak pernah menyimpan obat dalam
periode yang lama dan menggunakannya kembali
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
1) Apabila dalam keluarga ada anggota keluarga yang sakit
biasanya keluarga membawanya puskesmas terdekat, bila bisa
dirawat dirumah keluarga lebih memilih merawat dirumah dan
bila diperlukan opname maka dibawa ke rumah sakit yang ada.
2) Tn.Amengatakan kondisi sehat sangat penting bagi kehidupan
keluarganya, jika ada yang sakit dari mereka maka akan sangat
terganggu perannya. Seperti saat Tn.A sakit maka Tn.A tidak
dapat mencari nafkah sedangkan jika Ny.L yang sakit maka
pengeluaran tidak terkontrol.
3) Ny.L dan Tn.Amerasa puas dengan pelayanan kesehatan dalam
pelayanan kesehatan selama ini.
2.1.2 Tabel 2.5 Keluarga Sejahtera
No Indikator Mampu Tidak Mampu

69
Keluarga Sejahtera I
1. Pada Umumnya anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih *)

2. Anggota keluarga memiliki pakaian
yang berbeda untuk dirumah,

bekerja atau sekolah dan berpergian


3. Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai, dan
dinding yang baik *)

a). Atap
b). Lantai
c). Dinding
4. Bila anggota keluarga sakit dibawa
ke sarana kesehatan

5. Bila pasangan usia subur ingin ber

KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah.

Keluarga Sejahtera II
1 Pada umumnya anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing
– masing
2 Paling kurang sekali seminggu
anggota keluarga makan
daging/ikan/telur

70
3 Seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun

4 Luas lantai rumah paling kurang


8m2 untuk setiap penghuni rumah
5 Ada seseorang atau lebih
anggotakeluarga yang bekerja

untuk memperoleh penghasilan


6 Seluruh anggota keluarga umur 10-
60 tahun bisa baca tulisan latin
7 Pasangan usia subur dengan 2 anak
atau lebih menggunakan alat
kontrasepsi
Keluarga Sejahtera 3
1 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahhuan agama

2 Sebagian penghasilan keluarga


ditabung dalam bentuk uang
maupun barang
3 Kebiasaan keluargamakan bersama
paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi

4 Keluarga sering ikut dalam kegiatan


masyarakat di lingkungan tempat
tinggal

5 Keluarga memperoleh informasi dari


surat kabar/majalah/radio/TV

Keluarga Sejahtera 3+

71
1 Keluarga secara teratur dengan
sukarela memberikan sumbangan
materil untuk kegiatan social

2 Anggota keluarga yang aktif sebagai


pengurus perkumpulan
sosial/yayasan institusi masyarakat
Keluarga Tn.A dan Ny.L termasuk dalam keluarga sejahtera 1

2.1.6 Tabel 2.6 Tingkat Kemandirian Keluarga


No Kriteria Tingkat Kemandiria Mampu Tidak Mampu
1 keluarga menerima perawat

2 keluarga menerima pelayanan

kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3 keluarga tahu dan dapat

mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
4 keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai anjuran
5 keluarga melakukan tindakan
keperaatan sederhana yang sesuai

anjuran

6 keluarga melakukan tindakan


pencegahan secara aktif

7 keluarga melakukan tindakan

promotive secara aktif
Keluarga Tn.A dan Ny.L termasuk dalam tingkat kemandirian tingat ke 3

72
73

28. Tabel 2.7 Family System Stresor Strenght Inventory (FS3I)


Nama Keluarga :Tn. A Tanggal : 07 & 09 Maret 2019 Anggota Keluarga
yang Menyelesaikan Penilaian Latar Belakang Etnis Jawa
Latar Belakang Agama : Islam Sumber Rujukan
Pewawancara Iffah Alfi
Anggota Hubungan Status Pendidikan
Keluarga Keluarga Umur Pernikahan (tingkatan tertinggi) Pekerjaan

1. Tn.A suami 27 kawin SMA Swasta


2. Ny.L istri 21 kawin SMA Swasta
Alasan Keluarga Mencari Bantuan ?

Bagian I :Sistem Stressor Keluarga (Umum)

ARAHAN: Masing-masing dari 25 situasi / stresor yang tercantum di sini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga
yang normal. Mereka memiliki potensi untuk menciptakan stres di dalam keluarga atau di antara kehidupan keluarga. Tolong
lingkari angka (0 hingga 5) yang paling menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang mereka ciptakan untuk Anda.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi
Dokter
Tidak Stress Stress Kecil Sedang Stress
Skor
Berlaku Tinggi
1. Anggota keluarga merasa tidak dihargai 0 1 2 3 4 5 0
2. Rasa bersalah karena tidak mencapai lebih banyak 0
74

0 1 2 3 4 5 3
3. Kurangnya waktu sendiri 0 1 2 3 4 5
1
4. Citra diri / harga diri / perasaan tidak menarik
0 1 2 3 4 5 1
5. Perfeksionis 0 1 2 3 4 5 0
6. Diet 0 1 2 3 4 5 0
7. Kesehatan/Penyakit 0 1 2 3 4 5 0
8. Komunikasi dengan anak 0 1 2 3 4 5 1
9. Standar rumah tangga 0 1 2 3 4 5 3
10. Kurangnya waktu bersama pasangan 0 1 2 3 4 5 2
11. Kurangnya waktu bermain keluarga 0 1 2 3 4 5
0
12. Tingkah laku anak /kedisiplinan anak/ pertengkaran saudara kandung 0 1 2 3 4 5 13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Kalender keluarga yang terlalu dijadwalkan 0 1 2 3 4 5 0
15. Kurangnya tanggung jawab bersama dalam keluarga 2
0 1 2 3 4 5 0
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan suami istri (komunikasi, pertemanan, seks) 0
0 1 2 3 4 5 18. Liburan 0 1 2 3 4 5 0
19. Orangtua dan saudara dari istri/suami 0 1 2 3 4 5
0
20. Perilaku anak remaja (komunikasi, music, teman, sekolah) 0 1 2 3 4 5 21. Bayi 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/keuangan/anggaran 0 1 2 3 4 5 4
23. Tidak senang dengan situasi kerja 0 1 2 3 4 5 1
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5
0
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5 1
2
Stressor tambahan : 0

Komentar keluarga :
75

Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.


Memprioritaskan agar menjadi penting bagi anggota keluarga :

Situasi / masalah atau bidang yang menimbulkan stres spesifik saat ini adalah

Total skor =

Bagian II : Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)

ARAHAN : Pertanyaan berikut 12 dirancang untuk memberikan informasi tentang situasi, masalah, atau masalah yang
menimbulkan stres spesifik yang memengaruhi kesehatan keluarga Anda. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling
menggambarkan pengaruh situasi ini terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga
Anda secara keseluruhan.
Skor Persepsi Keluarga Persepsi
Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
1. sejauh mana keluarga Anda terganggu oleh masalah ini
atau situasi yang membuat stres? 1 2 3 4 5
(misalnya efek pada interaksi keluarga, komunikasi di 1
antara anggota, hubungan emosional, dan sosial)

5
Komentar Dokter :

2. Seberapa besar pengaruh situasi stres ini pada pola


hidup keluarga Anda yang biasa? 1 2 3 4
(misalnya efek pada pola gaya hidup dan tugas 2
perkembangan keluarga)
Komentar keluarga:
76

Komentar keluarga:

3. Seberapa besar situasi ini memengaruhi kemampuan keluarga Anda untuk


bekerja bersama sebagai unit keluarga? 1
2 3 4 5
(misalnya perubahan peran keluarga, penyelesaian tugas
keluarga, menindaklanjuti dengan tanggung jawab)

Komentar Dokter :
Komentar keluarga:

Apakah keluarga Anda pernah mengalami kekhawatiran


serupa di masa lalu?
3. YA Jika YA, jawablah pertanyaan 4.
4. TIDAK Jika TIDAK, jawablah pertanyaan 5.
4. Seberapa sukseskah keluarga Anda dalam menghadapi situasi / masalah / 5 1
77

kekhawatiran ini di masa lalu?

(misalnya, strategi koping yang bisa diterapkan 1 2 3 4 dikembangkan, langkah-langkah adaptif


bermanfaat,
situasi ditingkatkan) Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Skor Persepsi Perse


Keluarga psi
Dokte
r
Stressor : Kecil SedangTing Skor
gi
5. Seberapa kuat Anda merasakan situasi / masalah / kekhawatiran saat ini akan
memengaruhi masa depan keluarga Anda?
(mis. konsekuensi yang diantisipasi) Komentar keluarga: 5

Komentar Dokter : 1 2 3

3
2
6. Sejauh mana anggota keluarga dapat membantu diri mereka sendiri dalam
situasi / masalah / masalah saat ini? 5
(misalnya upaya swadaya, harapan keluarga, pengaruh
78

spiritual, dan sumber daya keluarga) Komentar keluarga: 1 2 3

Komentar Dokter :

7. Sejauh mana Anda mengharapkan orang lain membantu keluarga Anda dengan
situasi / masalah / keprihatinan ini?
1 2 3 4 5 1
79

(mis. peran apa yang akan dimainkan oleh pembantu? seberapa tersedia sumber daya tambahan keluarga?)
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

8. bagaimana Anda menilai cara keluarga Anda berfungsi


secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
(mis., bagaimana anggota keluarga Anda berhubungan
satu sama lain dan dengan keluarga dan komunitas yang
5

Komentar Dokter :

lebih
besar)
1
Komentar keluarga:

9. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status

Komentar Dokter :
80

kesehatan fisik dari setiap nama anggota keluarga? (termasuk diri Anda sebagai
anggota keluarga; catat nama-nama tambahan di belakang.)
k.
l. 1 2 3 4 5
m. 1 2 3 4 5
n. 1 2 3 4 5
o. 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
10. Bagaimana Anda menilai status kesehatan fisik keluarga
Anda secara keseluruhan? 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:

Skor Persepsi Keluarga Persepsi


Dokter
Stressor : Kecil Sedang Tinggi Skor
11. Bagaimana Anda menilai keseluruhan status kesehatan mental dari setiap
nama anggota keluarga? (termasuk diri Anda sebagai anggota keluarga;
catat nama-nama tambahan di belakang.) p.
q. 1 2 3 4
r. 1 2 3 4 5 5
s. 1 2 3 4 5
t. 1 2 3 41 2 3 4 5
5
5
12. Bagaimana Anda menilai status kesehatan mental
keluarga Anda secara keseluruhan? 5
1 Komentar keluarga: 5
2
Komentar Dokter :
81

3 4

Total skor = Bagian III : Sistem Kekuatan Keluarga

ARAHAN : Masing-masing dari 16 ciri / atribut yang tercantum di bawah ini berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan
keluarga dan fungsi keseluruhannya. masing-masing berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga sebagai
individu dan keluarga secara keseluruhan. Mohon lingkari angka (1 hingga 5) yang paling menggambarkan pengaruh situasi ini
terhadap kehidupan keluarga Anda dan seberapa baik Anda memahami fungsi keluarga Anda secara keseluruhan.
Skor Persepsi Perse
Keluarga psi
Dokte
r
Stressor : Tidak berlaku Jarang Sela Skor
Sering lu
1. Komunikasi dan mendengarkan satu sama lain Komentar keluarga:
0 1 2 4 5
Komentar Dokter :
5
2. Menegaskan dan mendukung satu sama lain 0 1 2 4 5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :
5
82

3. Mengajarkan rasa hormat satu sama lain 0 1 2 4 5


Komentar keluarga:

Komentar Dokter :
5
5
4. Mengembangkan rasa percaya pada anggota Komentar keluarga: 1 2

Komentar Dokter :
5

Skor Persepsi Perse


Keluarga psi
Dokte
r
Stressor : Tidak berlaku Jarang Sela Skor
Sering lu
5. Menunjukkan rasa bermain dan bercanda Komentar keluarga: 0 1 2 35
4
Komentar Dokter :

5
6. Menunjukkan rasa tanggung jawab bersama 0 1 2 35
Komentar keluarga: 4

Komentar Dokter :
5
0 1 2 35
7. Mengajarkan benar dan salah Komentar keluarga: 4
5
83

Komentar Dokter :

10. Memilikirasa
8. Memiliki inti keluarga
agama yang sama
yang kuat di mana banyak ritual dan tradisi 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga: 5
0 1 2 3 5
Komentar
Komentar Dokter
Dokter :: 4
11. Menghormati privasi satu sama lain 0 1 2 3 4 5
Komentar keluarga:
5
5
Komentar Dokter :
9. Memiliki
12. keseimbangan
Nilai melayani interaksi di antara anggota
orang lain Komentar keluarga:
0 1 2 3 4 5 5
Komentar keluarga: 0 1 2 3
4 5
Komentar Dokter
Komentar : :
Dokter
5
13. Membiasakan waktu dan percakapan di meja keluarga
Komentar keluarga: 0
1 2 3 5
4 Dokter :
Komentar 5

Skor Perseps
Persep i
si Dokter
Keluar
ga
Stressor : Tidak Selal Skor
84

Serin
Jarang u
berlaku
14. Membagi waktu luang 0 1 5
Komentar keluarga: 3 4
5
Komentar Dokter :
15.
5
Komentar keluarga:

Komentar Dokter :

Menerima dan mencari bantuan pada sebuah masalah


0 1 2 3 4

5
16. a
Komentar Dokter :
5

Bagaimana Anda menilai kekuatan keseluruhan yang ada


dalam keluarga Anda 0 1 2 3 4
Komentar keluarga:

5
16. kekuatan keluarga tambahan: b
85

16. Klinisi : klarifikasi situasi / kekhawatiran stres dengan anggota keluarga.


c Memprioritaskan agar penting bagi anggota keluarga :

Total skor =
2.1.2 Tabel 2.8 Diagnosa Keperawatan
No Analisa data Masalah
1. DS: Domain 5:
1. Ny.L mengatakan saat marah lebih memilih persepsi/kognisi Kelas
diam dan memendamnya sendiri 5: komunikasi
Diagnosa: (00051)
2. Ny.L mengatakan kadang adanya perbedaan hambatan komunikasi
pendapat dengan suaminya verbal khususnya Ny.L
terhadap keluargaTn.A
3. Ny.L mengatakan jika ada perdebatan lebih
baik mengalah DO:
1. Ny.L tampak murung
2. Ny.L tampak diam sesaat saat ditanya

2. DS : Domain 7: Hubungan
4. Ny.L mengatakan ingin berekreasi tetapi peran
tidak ada waktu luang dengan suaminya Kelas 2: Hubungan
5. Tn. A mengatakan ingin memiliki waktu Keluarga
luang berdua agar bisa quality time Diagnosa:(00159)kesiapa
6. Ny.L mengatakan bahwa mood nya sering n meingkatkan proses
berubah-ubah DO: keluarga Khususnya
1. Ny. L tampak murung bila ditanya tentang Ny.L terhadap keluarga
liburan Tn.A

86
3. DS: Domain 4:
4. Ny.L mengatakan kesulitan tidur Aktivitas/istirahat
5. Ny.L mengatakan paling lama tidur 5 jam Kelas 1: Tidur/Istirahat
dan paling sedikit 4 jam Diagnosa : (000198)
6. Ny.L mengatakan tidak merasa cukup Gangguan pola tidur
khususnya Ny.L terhadap
istirahat keluarga Tn.A
DO:
1. Tampak kantung mata
2. Ny.L tampak gelisah
3. Ny.L tampak tidak semangat
4. DS : Domain 1: Promosi
4. Ny.L mengatakan kurang berolahraga Kesehatan
5. Ny.L mengatakan tidak punya waktu Kelas 1 : Kesadaran
luang Kesehatan
6. Ny.L mengatakan kurang motivasi Diagnosa : (00168) Gaya
terhadap aktivitas fisik DO : hidup kurang gerak
1. Ny.L terlihat tidak bersemangat khususnya Ny.L terhadap
2. Ny.L terlihat bermalas-malasan Tn.A
3. Ny.L tampak kurang memperhatikan
kesehatan

5. DS : Domain 10 : Prinsip
1. Tn.A mengatakan bingung mengenai Hidup
pengambilan keputusan Kelas 3 : Keselarasan
2. Tn.A mengatakan kurang berpengalaman Nilai/keyakinan/tindakan
dalam membuat keputusan Domain : (00083)
3. Ny.L mengatakan kadang-kadang Konflik pengambilan
keputusannya ditentukan sepihak oleh Tn.A keputusan Khususnya
DO : Tn.A terhadap Ny.L
4. Tn.A tampak resah

Tabel 2.9 priotritas diagnosa keperawatan


Diagnosa : Hambatan komunikasi verbal
Definisi: penurunan, pelambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan menggunakan sistem simbol.

87
No Kriteria Skor Bobot Total Pembuktian
1. Sifat masalah Ny.L mengatakan saat
marah lebih memilih
Skala : wellness 3 1/3x1=
diam dan
Aktual 3 1 1/3 memendamnya
sendiri
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah skala : 1/2x2=
Ny.L mengatakan
Mudah 2 2 1 adanya perbedaan
pendapat dengan
Sebagian 1
suaminya
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk
dicegah 3/3x1= Ny.L mengatakan jika
ada perdebatan lebih
Skala : tinggi 3 1 1
baik mengalah
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Ny.L mengatakan saat
Skala :Segera Tidak 2 1 2/2x1=
marah lebih memilih
perlu 1 1 diam dan
memendamnya
Tidak dirasakan 0
sendiri

Jumlah 31/3
Diagnosa : Kesiapan meningkatkan proses keluarga
Definisi: suatu pola fungsi keluarga untuk mendukung kesejahteraan anggota
keluarga, dan dapat ditingkatkan.
No Kriteria Skor Bobot Total Pembuktian

88
1. Sifat masalah 1/3x1= Tn. A mengatakan
Skala : wellness 3 1/3 ingin berekreasi tetapi
Aktual 3 1 tidak ada waktu luang
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan Tn. A mengatakan
masalah dapat ingin memiliki waktu
diubah skala : 2 1/2x2= luang berdua agar bisa
Mudah 1 2 1 quality time
Sebagian 0
3. Tidak dapat
Potensi masalah untuk Ny.L mengatakan
bahwa mood nya
dicegah 3 2/3x1=
sering berubah-ubah
Skala : tinggi 2 1 2/3
Cukup
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :Segera Tidak 2 Tn. A mengatakan ingin
perlu 1 1 2/2x1= berekreasi tetapi tidak
ada waktu luang
Tidak dirasakan 0 1
Jumlah 3
Diagnosa : gangguan pola tidur
Definisi: interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.
No Kriteria Skor Bobot Total Pembuktian

89
1. Sifat masalah Ny.L mengatakan
kesulitan tidur
Skala : wellness 3 2/3x1=
Aktual 3 1 2/3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah
Ny.L mengatakan
dapat diubah skala : 1/2x2= paling lama tidur 5
jam dan paling sedikit
Mudah 2 2 1
4 jam
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk Ny.L mengatakan
dicegah 2/3x1= tidak merasa cukup
istirahat
Skala : tinggi 3 1 2/3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah Ny.L mengatakan
kesulitan tidur
Skala :Segera Tidak 2 1 2/2x1=
perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Jumlah 3 1/3
Diagnosa : gaya hidup kurang gerak
Definisi: suatu kebiasaan hidup yang dicirikan oleh tingkat aktivitas fisik yang
rendah.

No Kriteria Skor Bobot Total Pembuktian

90
1. Sifat masalah 3/3x1= Ny.L mengatakan
Skala : wellness 3 1 kurang berolahraga

Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah 1/2x2= Ny.L
dapat diubah skala : 1 mengatakan
kurang motivasi
Mudah 2 2 terhadap aktivitas
Sebagian 1 fisik

Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk 3/3x1=
dicegah 1 Ny.L mengatakan
Skala : tinggi 3 1 tidak punya waktu
luang
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2x1=
Skala : Segera 2 1 1 Ny.L mengatakan
kurang berolahraga
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Jumlah 4
Diagnosa : konflik pengambilan keputusan
Definisi: ketidakpastian mengenai rangkaian tindakan yang diambil ketika
pilihan di antara tindakan berkaitan dengan risiko, kerugian atau
kehilangan, atau menguji nilai dan keyakinan.
No Kriteria Skor Bobot Total Pembuktian
1. Sifat masalah 1/3x1= Ny.L mengatakan
keputusannya
Skala : wellness 3 1/3
ditentukan sepihak
Aktual 3 1 oleh Tn.A
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah 1/2x2=

91
dapat diubah skala : 1 Tn.A mengatakan
bingung mengenai
Mudah 2 2
pengambilan
Sebagian 1 keputusan
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk 2/3x1=
Tn.A mengatakan
dicegah 2/3
kurang
Skala : tinggi 3 1
berpengalaman dalam
Cukup 2
membuat keputusan
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2x1=
Skala : Segera 2 1 1 Ny.L mengatakan
Tidak perlu 1 keputusannya
ditentukan sepihak
Tidak dirasakan 0
oleh Tn.A
Jumlah 3

Tabel 2.10 Total Prioritas Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan Total prioritas
1. Gaya hidup kurang gerak 4
2. Gangguan pola tidur 3 1/3
3. Hambatan komunikasi verbal 3 1/3
4. Kesiapan meningkatkan proses keluarga 3
5. Konflik pengambilan keputusan 3

2.1.3 Tabel 2.11 Intervensi Keperawatan


Diagnosa NOC (Nursing Outcome Criteria) NIC (Nursing Intervention Criteria)
keperawatan

Gaya Hidup 1. Keluarga mampu mengenal 1. Keluarga mampu mengenal masalah


Kurang masalah kesehatan kesehatan
Gerak Level Domain IV: pengetahuan Level Domain III : perilaku (lanjutan)
tentang kesehatan dan perilaku Kelas S : pendidikan pasien
Kelas S: pengetahuan tentang
kesehatan Intervensi :(5510) Pendidikan kesehatan
a. Berikan informasi untuk

92
Hasil:(1823) Pengetahuan : menyampaikan sedentary dengan
promosi kesehatan tepat
Indikator: b. Tekankan pentingnya pola makan
a. Sumber informasi peningkatan yang sehat, tidur, berolahraga dan
kesehatan sendentary lain-lain bagi keluarga
b. Pencegahan dan c. Gunakan instruksi latihan dibantu
penangendalian sendentary dengan video interaktif
c. Latihan rutin yang efektif
untuk sendentary

2. Keluarga mampu membuat 2. Keluarga mampu membuat keputusan


keputusan yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan upaya
upaya perawatan perawatan
LevelDomainIV: Pengetahuan Level Domain III:Perilaku (lanjutan)
tentang kesehatan & perilaku Kelas R:Bantuan koping
Kelas Q: perilaku sehat Intervensi :(5250) Dukungan
Hasil :(1606) Partisipasi dalam pengambilan keputusan
keputusan perawatan kesehatan a. Bantu pasien untuk mengklarifikasi
Indikator: nilai dan harapan yang mungkin akan
b. Menuntut tanggung jawab untuk membantu dalam membuat pilihan
membuat keputusan yang penting dalam hidupnya
c. Mendefinisikan pilihan yang b. Informasikan pada pasien mengenai
tersedia pandangan-pandangan atau solusi
d. Menggunakan teknik penyelesaian alternatif dengan cara yang jelas dan
masalah untuk mencapai outcome mendukung
yang diinginkan
c. Bantu pasien mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif pilihan

3. Melakukan upaya perawatan 3. Melakukan upaya perawatan untuk


untuk menghilangkan kondisi sakit menghilangkan kondisi sakit pada
pada anggota keluarga anggota keluarga
Level Domain IV: Pengetahuan Level domain I: Fisiologis dasar

93
tentang kesehatan & perilaku Kelas A: Manajemen aktivitas dan
Kelas v: Perilaku sehat latihan
Hasil :(1033) Partisipasi dalam Intervensi :(0200) Peningkatan
latihan Indikator : latihan
a. Melakukan olahraga secara 1. Lakukan latihan bersama keluarga
teratur 2. Instrusikan keluarga untuk
b. Melakukan pemanasan melakukan pemanasan dan
dengan tepat pendinginan
c. Melakukan pendinginan 3. Monitor kepatuhan keluarga
terhadap program latihan
secara tepat
d. Patuh dalam program latihan

4.Pemeliharaan kesehatan pada 4.Pemeliharaan kesehatan pada


lingkungan rumah yang kondusif lingkungan rumah yang kondusif
Domain III:Kesehatan Psikososial Level domain I: Fisiologis dasar
Kelas M:Kesejahteraan psikologis Kelas E:Peningkatan kenyamanan fisik
Hasil :(1212) Tingkat stress Intervensi :(6482) Manajemen
Indikator : lingkungan : kenyamanan
a. Kegelisahaan a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Gangguan tidur dan mendukung
c. Terputusnya proses berpikir b. Sediakan kamar terpisah jika terdapat
preverensi dan kebutuhan pasien (dan
keluarga) untuk mendapatkan
ketenangan dan istirahat, jika
memungkinkan
c. Hindari gangguan yang tidak perlu,
dan berikan untuk waktu istirahat

5.Memanfaatkan pelayanan 5.Memanfaatkan pelayanan kesehatan


kesehatan yang ada yang ada
DomainIV:Pengetahuan tentang Level domain VI:Sistem kesehatan
kesehatan & perilaku Kelas b: Manajemen Informasi
Kelas Q:Perilaku sehat Intervensi :(7910) Konsultasi

94
Hasil:(1603) Perilaku pencarian a. Kumpulkan data dan identifikasi
kesehatan Indikator : masalah yang menjadi fokus dalam
a. Mengajukan konsultasi
pertanyaanpertanyaan yang b. Dukung kemampuan bagi mereka
berhubungan dengan kesehatan yang mencari pertolongan untuk
b. Melakukan skrining diri melangkah lebih baik terkait dengan
c. Mendapat bantuan dari lebih (mampu) mengarahkan diri
profesional kesehatan sendiri dan tanggung jawab
c. Tunjukkan respon secara professional
untukmenerima ataumenolak ide-ide
yang ada

2.1.4 Tabel 2.12 Implementasi dan EvaluasiKeperawatan


Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
dan Jam

Minggu,
12 Mei
TUK 1: S:
Keluarga mampu mengenal masalah 1. Ny.L mengatakan mulai mengerti
R
2019 gaya hidup kurang gerak apa saja yang berhubungan dengan
(15.20) 1. Memberikan informasi untuk sedentary
menyampaikan sedentary dengan 2. Ny.L mengatakan mulai merubah
tepat pola makannya menjadi pola sehat
R/: melakukan pendidikan 3. Ny.L mengatakan menggunakan
kesehatan tentang sedentary video yang diberikan setiap pagi O :
2. Menekankan pentingnya pola 1. Ny.L tampak kooperatif
makan yang sehat, tidur, 2. Pre Test : 60
berolahraga dan lain-lain bagi Post Test : 90
keluarga A:
R/: memberikan pendidikan 1. TUK 1 tercapai, Ny.L sudah
kesehatan tentang makanan sehat menetapkan tujuan untuk
melakukan olahraga dan pola
3. Menggunakan instrusiksi untuk
latihan dibantu dengan video

95
interaktif makan sehat yang disarankan oleh
R/: memberikan video latihan perawat yang berkunjung ke
olahraga untuk sedentary rumah
P:
Lanjutkan ke TUK 2 keterlibatan
keluarga dalam pengambilan keputusan
untuk kesehatan

Minggu,
12 Mei
TUK 2: S:
Keluarga mampu membuat keputusn 1. Ny.L mengatakan ingin olahraga
R
2019 yang berkaitan dengan gaya hidup setiap pagi agar lebih sehat
(15.40) kurang gerak 2. Ny.L mengatakan saran dari perawat
1. Membantu klien dalam membuat membantu dirinya untuk melakukan
pilihan yang penting dalam latihan
hidupnya 3. Ny.L mengatakan mengerti akan
R/: klien membuat keputusan manfaat dari yang akan dilakukan O:
untuk latihan olahraga 1. Ny.L tampak antusias saat diskusi A:
2. Memberitahukanklien mengenai 1. TUK 2 tercapai, Ny.L menetapkan
solusi alternatif dengan cara untuk memilih latihan yang akan
yang jelas dan mendukung dilakukan dan manfaat dari latihan
R/: memberikan beberapa latihan yang dipilih P:
olahraga (lari-lari kecil, latihan Lanjutkan ke TUK 3 keterlibatan
olahraga singkat) keluarga dalam upaya perawatan untuk
kesehatan Ny.L
3. Membantu pasienmengetahui
keuntungan dan kerugian dari
setiap alternatif pilihan yang
diambil
R/: mengetahui manfaat olahraga
pagi yang dilakukan

Minggu,
12 Mei
TUK 3:
Keluarga mampu melakukan upaya
S:
1. Ny.L mengatakan latihan yang
R
2019 perawatan tentang gaya hidup dilakukan bersama perawat sangat
kurang gerak menyenangkan
(15.50)

96
1. Melakukan latihan olahraga 2. Ny.L mengatakan sudah melakukan
bersama keluarga latihan setiap saat bangun tidur
R/: mendampingi keluarga dalam 3. Ny.L mengatakan melakukan
latihan berolahraga pemanasan dan pendinginan selama
2. Memberikan intruksi keluarga 3 menit O :
untuk melakukan pemanasan dan 1. Ny.L tampak lebih segar
pendinginan 2. Ny.L tampak kooperatif saat latihan
R/: melatih pemanasan dan dilakukan
pendinginan saat latihan A
3. Memantau kepatuhan keluarga TUK 3 tercapai, Ny.L sudah menetapkan
terhadap program latihan tujuan untuk melakukan latihan secara
R/: melihat perkembangan latihan rutin setiap bangun tidur dan tidak lupa
olahraga yang dilakukan keluarga
untuk pemanasan
P
Lanjutkan ke TUK4 keterlibatan keluarga
dalam pemeliharaan lingkungan rumah
untuk kesehatan keluarga Tn.A

Minggu,
12 Mei
TUK 4:
Keluarga mampu melakukan
S:
1. Ny.L mengatakan lingkungan rumahnya
R
2019 pemeliharaan kesehatan pada cukup tenang
(16.00) lingkungan rumah 2. Ny.L mengatakan sedang dalam tahap
1. Membuat lingkungan yang tenang persiapan pembuatan sekat
dan mendukung 3. Ny.L mengatakan istirahat
R/: lingkungan sudah cukup tenang dimanfaatkan saat hari libur dan
2. Menyediakan kamar terpisah jika pergantian shift
terdapat preverensi dan kebutuhan O
klien untuk mendapatkan ketenangan 1. Ny.L tampak kooperatif saat diskusi
dan istirahat A
R/: kamar dalam tahap perbaikan TUK 4 tercapai, Ny.L sudah menetapkan
3. Menghindari gangguan yang tidak tujuan untuk menjaga lingkungan yang

97
perlu, dan berikan untuk waktu tenang dan memanfaatkan waktu untuk
istirahat istirahat
R/: pergantian shift dimanfaatkan P
untuk istirahat Lanjutkan ke TUK 5 keterlibatan
keluaraga dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada untuk kesehatan
keluarga Tn.A

Minggu,
12 Mei
TUK 5:
Keluarga mampu
S:
memanfaatkan 1. Ny.L mengatakan bila sakit langsung ke
R
2019 pelayanan kesehatan yang ada klinik terdekat
(16.10) 1. Mengumpulkandata dan mengetahui 2. Ny.L mengatakan jika sakit ringan,
masalah yang menjadi fokus dalam cukup dibelikan obat ke apotik dan
konsultasi merawatnya sendiri
R/: memberikan informasi yang di 3. Ny.L mengatakan menerima dan
butuhkan melakukan saran dari perawat O
2. Memberikan dukunganklien yang 1. Ny.L tampak antusias dalam diskusi A
mencari pertolongan untuk TUK 5 tercapai, Ny.L sudah menetapkan
melangkah lebih baik terkait dengan tujuan untuk menggunakan fasilitas
lebih mengarahkan diri sendiri dan pelayanan kesehatan saat sakit seperti
tanggung jawab klinik dan apotek
R/: memberikan solusi kepada klien P
3. menunjukkan respon secara Hentikan TUK 5, kesehatan keluarga
professional untukmenerima
Tn.A tercapai
ataumenolak ide-ide yang ada R/:
menerima ide yang disarankan
perawat

2.1.5 Evidance based


1. Nama jurnal : Hubungan Antara Gaya Hidup Sedentary Dan Stres Dengan
Obesitas Pada Ibu Rumah Tangga Evidance based:
Gaya hidup sedentary adalah waktu yang dihabiskan untuk duduk
maupun berbaring kecuali waktu tidur (Australian Goverment Department
of Health, 2014). Gaya hidup sedentary adalah salah satu jenis gaya hidup
di mana seseorang kurang melakukan gerak atau pun kurang melakukan

98
aktivitas fisik yang berarti (Kementerian Kesehatan Republik indonesia,
2012).
Gaya hidup sedentary tanpa disadari dilakukan oleh hampir seluruh
ibu rumah tangga di Indonesia. Perilaku tersebut diantaranya duduk
maupun berbaring ketika: menonton televisi, mendengarkan radio,
berbincang-bincang bersamaan dengan makan atau mengkonsumsi
makanan ringan. Sebagaian orang memilih suatu hal yang praktis agar
aktivitasnya tidak mengalami hambatan, seperti memilih mengendarai
kendaraan bermotor atau mobil daripada untuk jalan kaki, dan
mengkonsumsi makanan cepat saji (Devi, 2009; Nadesul, 2009; Tan,
2012). Perilaku tersebut mempengaruhi kinerja tubuh yang tidak seimbang
dan menjadi kebiasaan buruk yang menyebabkan obesitas.
Gaya hidup sedentary memiliki efek samping yang berbahaya bagi
kesehatan. Karena kurang melakukan aktivitas fisik maka otot-otot dalam
tubuh akan mengendor. Otot yang kendur akan menghambat peredaran
darah dan memperberat kerja jantung, hal ini akan menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti penyakit jantung dan obesitas (Kristianti, 2002).
Didalam otot juga berfungsi sebagai tempat pembakaran lemak, jika otot
lemah maka pembakaran lemak tidah akan sempurna. Hasilnya adalah
lemak terus menumpuk dan menyebabkan obesitas (Manuha, Iqbal,
Nageeb, & Paranagama, 2013)
2. Nama Jurnal:Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan
Dan Gaya Hidup Sedentary Pada Anak Gizi Lebih Di Sdn Sudirman I
Makassar
Evidance based:
Perilaku sedentarian cenderung terus meluas dalam masyarakat
berteknologi maju. Aktivitas fisik menurun dengan bertambahnya usia
pada masa remaja, remaja 16 tahun melaporkan memiliki waktu lebih
santai daripada remaja yang lebih muda. Remaja memiliki lebih banyak
waktu yang tidak diawasi oleh orang tua atau pengasuh, yang menciptakan
peluang untuk meningkatkan waktu menonton TV dan perilaku lainnya
yang lebih santai.
Menganut pola hidup aktif dapat mengurangi resiko terkena
berbagai jenis penyakit terutama yang berkaitan dengan metabolisme

99
Seseorang dengan aktifitas fisik yang kurang akan rentan terkena penyakit
jantung, diabetes, kanker kolon, tekanan darah tinggi, kegemukan
(obesitas), depresi dan batu ginjal. Sebuah fakta mengejutkan yang dilansir
dari naturalnews.com 2011, 20% penyebab kematian seseorang yang
berusia 35 tahun keatas adalah karena kurangnya aktifitas fisik. Ini juga
berlaku bagi orang yang berat badannya normal sekalipun. Apalagi
terhadap orang yang memiliki kelebihan berat badan atau orang yang
obesitas. Jadi apapun status berat badan, maka perlu meninggalkan pola
hidup sedentary menuju pola hidup yang lebih sehat dengan lebih aktif
bergerak.

3. Nama Jurnal:hubungan kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas fisik, pola konsumsi,
karakteristik remaja dan orang tua dengan indeks massa tubuh
(imt) (studi kasus pada siswa sma negeri 9 semarang tahun 2012) Evidance
based:
Peningkatan kemakmuran, kemajuan teknologi dan westernisasi
dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola makan di
masyarakat, khususnya remaja yang cenderung menyukai makanan cepat
saji (fast food) serta penurunan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan
terjadinya gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas fisik (lama tidur, lama menonton
televisi, lama main komputer/video games, kebiasaan olahraga), pola
konsumsi (total konsumsi energi, konsumsi karbohidrat, lemak, protein),
karakteristik remaja (pengetahuan gizi, jenis kelamin, uang saku),
karakteristik otang tua (tingkat pendidikan ibu, penghasilan orang tua)
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada remaja.
Menonton televisi termasuk dalam gaya hidup sedentaris
(sedentary lifestyle) yaitu gaya hidup santai dan meminimalisasikan
aktivitas fisik. Menonton televisi tergolong ke dalam aktivitas ringan yang
berarti tidak banyak energi yang terpakai. Menonton televisi dalam waktu
yang lama dapat berkontribusi terhadap kejadian overweight. Hal ini
semakin memperbesar risiko kejadian gizi lebih jika konsumsi energi
pangan terus meningkat sehingga terjadilah ketidakseimbangan energi di
dalm tubuh. Konsumsi energi ini dapat diperoleh saat menonton televisi
apabila kegiatan tersebut dibarengi dengan kebiasaan ngemil snack.

100
Makanan camilan tersebut mengandung kalori yang tinggi, sehingga
semakin meningkatkan risiko peningkatan IMT (gizi lebih).

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim
yang baru. Tugas perkembangan pasangan baru yaitu: Membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubugan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, dan merencanakan sebuah keluarga. Perhatian
pelayanan kesehatan pada saat ini meliputi perhatian yang terkait dengan
penyesuaian peran seksual dan pernikahan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, serta komunikasi.Adapun asuhan keperawatan keluarga

101
meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi. Yang membedakan pengkajian individu dengan keluarga yaitu
komposisi keluarga, FS3I, tahapan, dan lima fungsi keluarga.

3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca lebih
mengetahui dan memahami arti dari keluarga pasangan baru, yaitu saling
menyayangi dan membutuhkan serta saling menutupi kekurangan dari
pasangan.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2011. Batasan dan Pengertian MDK. Jakarta: BKKBN

Bulechek, M. Gloria., Butcher, K. Howard., Dochterman, M. Joanne., Wagner,


M., Cheryl. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Bahasa
Indonesia. Edisi Keenam. Singapore: Elsevier.

Friedman, M. Marilyn., Bowden, R. Vicky., Jones G. Elaine. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori & Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC

Fuadianti, Tiyana Fakih. 2018. Hubungan Antara Gaya Hidup Sedentary Dan Stres
Dengan Obesitas Pada Ibu Rumah Tangga. 1-18

Herdman, T. Heather., Kamitsuru, shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi


dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Nies, A. Mary., McEwen, Melanie. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas

102
dan Herdman, T. Heather., Kamitsuru, shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas L. Meridean., Swanson, Elizabeth. 2016.


Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan.
Edisi Bahasa Indonesia. Edisi Kelima. Singapore: Elsevier.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Oktaviani, Dwi Wiwied. 2012. hubungan kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas
fisik, pola konsumsi, karakteristik remaja dan orang tua dengan indeks
massa tubuh. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 542-553

Rasmini, Ni Made, Dkk. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan,individu, keluarga,


dan komunitas dengan modifikasi NANDA,ICNP,dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat . Jakarta: UI-Press

Rostania, Marisa. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan


Pengetahuan Dan Gaya Hidup Sedentary Pada Anak Gizi Lebih Di Sdn
Sudirman I Makassar. 12-28

LAMPIRAN
Lampiran 1

103
Lampiran 2
1. Dina ningtias (1130016015)
a. Dalam struktur kekuatan keluarga cara pengambilan keputusan secara musyawarah,
tetapi dimakalah dan ppt kalian tn.A memutuskan dalam mengambil keputusan secara
sepihak
b. Dalam fungsi reproduksi hanya dijelaskan pertama haidnya, seharusnya ditanyakan
menyangkut (memiliki rencana punya anak, apakah pernah keguguran atau aborsi)

c. Pada makalah dihalaman 5 no. Telp ditulis semua seharusnya (misal:


082335xxxxxx)
d. Pada genogram tidak diberi tanda mana yang dikaji
2. Rosyana anggraeni (1130016130)
a. Isi makalah dan ppt berbeda seperti : skoring didiagnosa di makalah tidak ada tetapi
dippt ada, diagnosa kedua Donya tidak lengkap dan DS
b. Tidak ada diagnosa prioritas setelah diskoring
c. Skoring pada diagnosa teori hanya ditulis (tabel saja)
d. Seharusnya di video suara saat mengkaji ditampilkan bukan
menggunakan music
e. Pada TUK 1 tidak boleh mengcopas dari intervensi
f. Implementasi di TUK 3 tidak diperjelas dengan kegiatan atau latihan
g. Pre test dan post test apa diukur atau tidak
3. Aliyah nur rachmadani (1130016030)
a. Data diagnosa ppt dan word tidak sama, ppt ditulis lengkap di word hanya satu diagnosa
dan skoring diagnosa

104
b. Tidak ada diagnosa prioritas setelah diskoring
c. Skoring pada diagnosa teori hanya ditulis (tabel saja)
d. Dalam membuat video seharusnya tidak full lagu
e. TUK 3 tidak dijelaskan latihan seperti apa
f. Implementasi TUK 1 tidak boleh mengcopas
g. Pre & post test apa tidak dinilai
4. Anis nurul laili (1130016077)
a. Tidak ada intervensi teorinya
b. Prioritas masalah tidak ada
c. Intervensi kasus tidak ada
d. Skoring pada diagnosa teori hanya ditulis satu tabel saja
5. Ade prasetyo (1130016050)
a. Ketika dituban klien beribadah tetapi di gresik itu tidak ada keterangan bahwa klien
beribadah atau tidak
b. Pada makalah no. Telp beberapa angka harus diberi tanda X
c. Nama klien seharusnya hanya ditulis inisial (makalah halaman 71)
6. Enkha fitri humairroh (1130016012)
a. Diidentifikasi religius atau agama tn.A dan ny. L pada saat berada di tuban sedang
mengikuti sholat berjamaah, mengaji dan bersholawatan. Apakah pada saat dirumah
gresik keluarga tersebut tidak melakukan ibadah?
b. TUK 1 & 2 tidak boleh copas dari implementasi
c. TUK 3 tidak dijelaskan senam apa dan manfaat dari senam tersebut
7. M. Nasir (1130016054)
a. Fungsi reproduksi disini apakah keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi atau
sejenis KB
b. TUK 3 harusnya dijelaskan manfaat dari gerakannya apa
c. TUK 1 tidak boleh copas dari literature
d. TUK 1 memberikan edukasi tentang pergerakan dan berikan penatalaksanaanya di
leafleat
8. Dewi linda puspitasari (1130016135)
a. Dikasus teori, itu diintervensinya tidak ada (tidak dijelaskan)
b. Pengambilan keputusan hanya diambil atau diputusskan oleh salah satu pihak
c. Identifikasi religius atau gangguan tn.A dan ny.L pada saat berada dituban sedang
mengikuti sholat berjamaah, mengaji dan bersholawatan, apakah pada saat dirumah

105
gresik keluarga tersebut tidak melakukan organisasi bersholawat bersama atau mengaji
d. Tidak jelas diagnosa mana yang diprioritaskan dan diintervensi belum jelas diambil dari
diagnosa yang mana
e. Bentuk leafleat seharusnya tulisannya bolak balik
f. Implementasi penulisanya tidak copas dari implementasi
g. Pre post test tidak di tuliskan untuk mengetahui apakah ada kemajuan atau tidak
h. TUK 3 tidak dijelaskan senam atau gerakan yang dilakukan
9. Miftachum masruroh n.a (1130016050)
a. Kasus teori intervensi tidak ada contoh kasus yangdiintervensi
b. Diidentifikasi religius atau agama tn.A dan ny.L pada saat berda dituban sedang
mengikuti sholat berjamaah, mengaji, dan bersholawatan. Apakah pada saat dirumah
digresik keluarga tersebut tidak melakukan organisasi seperti diba‟an atau
bersholawatan
c. TUK 1 & 2 tidak boleh copas dari implementasi
d. TUK 3 tidak dijelaskan senam apa dan manfaat dari senam tersebut
10. Miftahul jannah (1130016068)
a. Intervensi teori tidak ada contoh kasus yang diintervensi
b. Penulisan intervensi kasus tidak sesuai dengan teori
c. TUK 1 dan 2 tidak boleh copas
d. TUK 3 tidak dijelaskan keluarga tersebut harus melakukan latihan apa dan apa manfaat
dari latihan tersebut
11. Rizky permatasari (1130016021)
a. Intervensi teori tidak ada contoh kasus yang diintervensi
b. Penulisan intervensi kasus tidak sesuai dengan teori
c. Seharusnya implementasi tidak boleh copas dari intervensi jadi yang kalian lakukan
ditulis di implementasi
d. Hasil pre test & post test harusnya di tulis di Objektif “evaluasi”
12. Moh. Haris susanto (1130016080)
a. Tidak ada diagnosa prioritas yang akan diintervensikan
b. Dikasus teoriitu, di intervensi tidak ada, tidak dijelaskan
c. TAK 1 tidak boleh mengcopas dari intervensi
d. Harusnya intervensi sama implementasi lebih nyambung
13. Achmad (1130016069)
a. Tidak ada ukuran rumah

106
b. Diagnosa prioritas tidak ada
c. Implementasi TUK 1 dan 2 tidak boleh copas dari intervensi
d. TUK 3 tidak dijelaskan senamnya apa
14. Dwi cahyani putri (1130016013)
a. Dalam struktur kep keluarga harusnya mengambil keputusan secara bersama mengama
ini mengambil keputusan secara sepihak
b. Kasus teori intervensi tidak ada contoh kasus yang diintervensikan
c. Tidak ada prioritas masalah maka kelompok pasti tidak tau apa yang adi masalah dalam
diagnosa kelompok
15. Siti rachmawati (1130016072)
a. Saat suami dan istri sedang berada dirumah tuban selalu pergi ke masjid atau mushola
untuk sholat berjamaah, tetapi saat bertempat tinggal dimanyar-gresik apakah sama
seperti dirumah tuban atau sebaliknya?
Belum ditampilkan
b. Tidak ada prioritas masalah dalam kasus tersebut, jadi intervensinya yang dimasukin
adalah semua diagnose
c. Implmentasi tidak boleh copas
d. TUk 3 tidak dituliskan senam apa
e. Manfaat dari senam pada TUK 3
f. TUK 1 belum ada kaitan dari leafleat
g. TUK 1 dilakukan pre test dan post test hasilnya berapa dan ditampilkan di evaluasi
h. Pada leafleat tidak diberikan penatalaksaan untuk TUK 1 – 5 hanya dihentikan TUK ke
1 saja
16. Ryan pramana piero (1130016057)
a. Evidance based in nursing tidak ada
b. Diagnosa prioritas tidak ditekankan
c. TUK 3 tidak disebutkan senam jenis apa
d. TUK 1 pre test & Post test tidak ada hasil
e. Berapa lama durasi latihan yang dilakukan
17. Niken vio mastuti (1130016024)
a. Didalam implementasi dan intervensi teori kenapa tidak sesuai nic noc yang membawa
kediagnosa teori seharusnya bukan seperti itu
b. Untuk masalah yang terjadi kenapa tidak diblock atau diganti warna agar bisa tau mana
DS dan DO yang dipakai

107
c. Kenapa tidak ada hasil skoring dan (prioritas) diagnosa apa yang akan dibuat atau jadi
patokan untuk intervensinta
d. Implementasi tidak boleh copas
e. Pada TUK 3 tidak dijelaskan di implmentasi senam seperti apa
f. Pre & post test kenapa tidak dimasukkan ke dalam data objektif
18. Ilma fiska D.H (1130016138)
a. Pada teori kasus, itu diintervensinya tidak ada (tidak dijelaskan)
b. Pengambilan keputusan hanya diambil atau dputuskan oleh salah satu pihak
c. TUK 3 tidak dijelaskan senam apa
d. Hasil pre test & post test dicantumkan di TUK 1
19. Miftachul ismi (1130016075)
a. Skoring pada diagnosa teori hanya ditulis satu tabel saja
b. Tidak ada intervensi teorinya
c. Evidance based in nursingnya tidak ada
d. Analisa data tidak ada
e. Prioritas masalah tidak ada
f. Intervensi kasus juga tidak ada
g. Kasus pasangan baru kenapa tidak mengambil masalah program hamil atau perubahan
peran menjadi anggota baru
h. Implementasi tidak boleh copas
i. TUK 2 4 & 5 tindakan apa yang dilakukan apa hanya wawancara
20. Dini ismatul K (1130016127)
a. Pengambilan keputusan hanya diambil atau diputuskan oleh salah satu pihak
b. Dikasus teori, itu diintervensinya tidak ada (tidak dijelaskan)
c. TUK 3 tidak disebutkan senam jenis apa
d. Leafleat seharusnya untuk penulisannya bolak balik
e. Hasil dari pre test & post test tidak dituliskan untuk mengetahui apakah ada kemajuan
atau tidak
21. Miftahur rohmah (1130016036)
a. Pada diagnosa kedua yaitu “kesiapan meningkatkan proses keluarga khususnya ny.L
terhadap Tn.A”. tetapi didiagnosa dan DO lebih dominan pada tn.A. seharusnya dalam
DS dan DO lebih dominan pada Ny.L karena yang mempunyai masalah adalah Ny.L
b. Post dan pre test tidak di cantumkan
c. Senam yang dilakukan tidak di jelaskan

108
22. Fery agus andriawan (1130016086)
a. Meningkatkan proses keluarga khususnya Ny.L terhadap Tn.A tapi dianalisa data
kebalikannya
b. Pada TUK 1 kata-katanya masih sama dengan intervensi
c. Pre dan Post test belum di munculkan
23. Anisa ayu idhawati (1130016034)
a. Tidak divantumkan ke prioritas diagnosa yang utama
b. Intervensi tidak menjelaskan diagnosa utama
c. Pre test & post test tidak di tuliskan
d. TUK 1 diberikan konsep terlebih dahulu agar mengetahui tingkat pengetahuan
24. Reza gilang pratama (1130016035)
a. Kolom skoring harusnya berisi pembenaran teori dimakalah pembuktian
b. Kalimat dari implementasi
c. TUK 1 dan leafleat masih belum adabenang merahnya
25. Siti qomariyah (1130016016)
a. Untuk bagian pemfis kalau bagian fisik tidak dikaji sebaiknya dimakalah tidak usah
dicantumkan bagian yang tidak dikaji, cukup cantumkan bagian yang dikaji saja
b. Lebih ditekankan ke prioritas utama itu yang bagian mana, harusnya setelah skoring
diberi tahu yang mana prioritas diagnosanya
c. TUK 3 yang dimaksudkan latihan seperti apa
d. Berapa durasi latihan tersebut
e. Seharusnya didalam TUK 3 dituliskan latihan apa didalam TUK 1 post test & pre test
hasilnya dittulis di dalam O “evaluasi”
26. Nurrayyan (1130016042)
a. TUK 3 senam yang dilakukan tidak ditulis
b. Pre test & post test tidak dijelaskan pada evaluasi
27. Nias Versiana Monti (1130016026)
a. TUK 3 tidak dituliskan senam apa
b. TUK 1 belum berhubungan dengan leafleat
c. TUK 1 pre test & post test hasilnya berapa Lampiran 3

109
110
Lampiran 4

Lampiran 5
Lembar Penilaian Makalah (15%)

111
No Uraian Nilai Nilai
Maksimal Kelompok

1 Kelengkapan isi makalah dan kerapian sesuai 10


petunjuk pekerja

2 Ketetapan aspek teoritis dengan kasus binaan 10

3 PENGKAJIAN: 20
a. Kelengkapan data referensi dan akurat
b. Analisa data
c. Rumusan masalah
d. Diagnisa keperawatan
4 PERENCANAAN: 15
a. Prioritas masalah (skoring)
b. Tujuan dan kriteria hasil (SMART)
c. Rencana tindakan sesuai dengan EBN
5 IMPLEMENTASI: 15
a. Tindakan sesuai dengan rencana
b. Berbentuk narasi
c. Respon dan tindakan
d. Adanya waktu (jam dan tanggal)
e. Nama dan paraf perawat
6 EVALUASI: 15
a. Menilai efektivitas tindakan sesuai
perencanaan
b. Catatan perkembangan klien (SOPIEIR)
7 Ketetapan referensi dan kebaruan referensi yang 10
digunakan

TOTAL 100

Lampiran 6
Lembar Penilaian Presentasi Kelompok (15%)
No Uraian Nilai Nilai
Maksimal Kelompok
1 Kesiapan makalah 5
2 Kesiapan power point 5
3 Kesiapan kelompok 5
4 Salam pembuka 5
5 Salam penutup 5
6 Mengenali audience 5

112
7 Ada eye contact dengan audience 5
8 Tutur kata 5
9 Sikap 5
10 Cara penyampaian 5
11 Intonasi 5
12 Power point sesuai ketentuan (awal, bahasa, akhir) 5
13 Tulisan terbaca jelas 5
14 Komposisi gambar dan tulisan baik 5
15 Materi menarik perhatian (bukan sekerdar teori) 5
16 Materi sesuai dengan yang dipelajari 5
17 Kemampuan menjawab 5
18 Jawaban dikaitkan dengan teori 5
19 Singkat, padat, jelas, tepat sasaran 5
20 Waktu presentasi tepat 5
TOTAL 100

Konversi Penilaian
Skore Nilai Huruf Nilai Mutu

≥75,0 A 4

70,0 – 74,9 AB 3,5

65,0 – 69,9 B 3

60,0 – 64,9 BC 2,5

55,0 – 59,9 C 2

40,0 – 54,9 D 1

<40,0 E 0

113
Fasilitator

(Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep., Ns., M.Kep)

114
Lampiran 7

115
116
Lampiran 8

117
118
119
SATUAN ACARA PENYULUHAN

120
Topik : Gaya Hidup Sendentary
Hari/Tanggal : Minggu, 12Mei 2019
Waktu : 15.00 – 16.00
Tempat : JL Gamping, Manyar-Gresik

1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup
Sendentarydiharapkan pengetahuan suami istri meningkat.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan suami istri
1. Mengetahui pengertiangaya hidup sendentary
2. Mengetahui etiologi gaya hidup sendentary
3. Mengetahui faktor risiko sendentary
4. Mengetahui pencegahan sendentary

2. Sasaran
Sasaran yang ditujukan pada suami istri pasangan baru di Jl.Gaming, ManyarGresik

3. Srategi Pelaksana
Hari, Tanggal : Minggu, 12 Mei 2019
Waktu : 15.00 – 16.00
Tempat : Jl.Gaming, Manyar-Gresik
Metode : Ceramah, Diskusi.
Media : Leaflet

4. Pengorganisasin kelompok
Pemateri: Ratna Sri Wahyuni
Observer: Septia Anindita R.F
Iffah Alfi Sakinah
Dokumentasi: Siti Nur Azizah
5. Jobdescription

a. Penyuluh / pemateri
1) Menggali kemampuan dan pengalaman peserta mengenai topic yang dibicarakan
2) Menyampaikan materi
3) Memimpin diskusi

121
b. Observer :
1) Mengobservasi jalannya penyuluhan
2) Mengevaluasi jalannya penyuluhan
c. Dokumentasi:
1) Mendokumentasikan setiap kegiatan

6. Kegiatan Pemateri
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan materi yang sudah disiapkan
3. Mengadakan sesi diskusi
4. Menanyakan kembali materi yang sudah disampaikan
5. Mengucapkan terimakasih dan salam

7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Kesiapan SAP
2) Kesiapan media dan tempat
b. Evaluasi Proses Pemateri
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya
2) Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP Peserta
1) Istri tampak antusias terhadap materi yang disampaikan
2) Suami terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
c. Evaluasi hasil
1) Suami istri mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan
tentang gaya hidup sendentary
2) Pemateri menanyakan apa yang sudah di sampaikan kepada suami istri, dan bisa
menjawabnya.

LAMPIRAN MATERI
GAYA HIDUP SENDENTARY

1. Pengertian gaya hidup sendentary


Gaya hidup yang beresiko terhadap kejadian obesitas adalah gaya hidup
sedentary (sedentary life style). Karakteristik utama gaya hidup sedentary ini
adalah rendahnya aktivitas fisik dan asupan energi yang berlebihan. Pada orang
dengan aktivitas fisik kurang diketahui 25-30% energi yang digunakan untuk

122
aktivitas otot sedangkan pada pekerja kasar atau aktif sebesar 60-70%.
Persentase penggunaan energy untuk aktivitas otot inilah yang akan
membedakan jumlah jaringan adipose individu. Individu dengan aktivitas fisik
kurang proporsi energi yang akan disimpan selalu lebih banyak disbanding
energi yang digunakan untuk aktivitas fisik. Sebaliknya pada orang yang aktif
hampir tidak ada energi yang dipersiapkan untuk cadangan karena semua
terpakai untuk aktivitas fisik( Azizah, 2009).

Gaya hidup tidak banyak bergerak (sedentary, low physical activity)


ditambah dengan pola makan buruk yang tinggi lemak dan karbohidrat (fast
food) yang tidak diimbangi serat (sayuran dan buah) dalam jumlah yang cukup,
membuat menumpuknya lemak dengan gejala kelebihan berat badan (obesitas),
terutama di bagian perut (buncit) Selain itu, gangguan metabolism lemak
menyebabkan kolesterol “jahat” (low density lipoprotein/LDL) dan trigliserida
meningkat dan sebaliknya kolesterol “baik” (high density lipoprotein/HDL)
justru menurun. Jika hal itu terjadi, dalam jangka panjang dilapisan pembuluh
darah secara bertahap sejak usia muda, akan terjadi tumpukan lemak yang
semakin banyak dan membuat darah sulit mengalir sehingga menyebabkan
tekanan tinggi pada pembuluh darah jantung (kardiovaskuler) (Alam, 2007)..

2. Etiologi
Sebagian besar “orang-orang dulu” atau yang kini menjadi orang-orang tua
kita memiliki gaya hidup “tradisional” yang dilakukannya dari dulu hingga
sekarang. Seiring dengan perjalanan waktu, di sebagian besar populasiterutama
di Negara maju telah terjadi “modernisasi” besar-besaran dan memberikan
dampak awal pada lingkungan dan pada gaya hidup dalam 50-60 tahun
terakhir. Aspek-aspek tersebut adalah (WHO, 2000):

a. Transportasi – terjadi peningkatan pemilikan kendaraan bermotor secara


dramatis, hal ini berarti bahwa semakin banyak orang yang memiliki
kendaraan pribadi, meski berpergian dengan jarak dekat lebih memilih
untuk menggunakan kendaraan tersebut dibandingkan bersepeda atau jalan
kaki.
b. Di rumah – Saat ini banyak peralatan rumah tangga yang sangat
memudahkan pekerjaan rumah tangga. Misalnya alat memasak rumah

123
tangga, membuat proses memasak lebih hemat waktu dan tenaga. Begitu
pula dengan alat membersihkan rumah, tidak lagi menggunakan sapu atau
lap untuk membersihkan debu dan kotoran rumah, tetapi vacuum cleaner
membuat rumah bersih lebih cepat dan mudah. Jika orang dulu mencuci
pakaian dengan menyikat, menggosok, memeras pakaian kini dipermudah
dengan bantuan mesin cuci otomatis, mulai dari cuci hingga mengeringkan
pakaian.
c. Tempat umum – Penyediaan fasilitas umum yang membuat orang lebih
sedikit gerak, misalnya tersedianya lift, escalator di berbagai sarana umum.
Bahkan membuka pintu pun saat ini sudah otomatis. Semuanya di desain
untuk mempermudah manusia sehingga efektif dalam waktu akan tetapi
membuat lebih banyak energi yang tersimpan.
d. Gaya hidup sedentary – Pola hidup sedentary meliputi kebiasaan menonton
televisi, bermain video games, menggunakan computer, kebiasaan duduk
yang lama, bahkan menggunakan media komunikasi telepon genggam
seperti mengirim pesan dan menelpon termasuk perilaku sedentary. Tidak
sama dengan 10-15 tahun yang lalu, saat ini semua
devicetersebutsangatmudahdanmurahuntukdidapatkan. Gaya hidup
sedentary juga dikaitkan dengan kebiasaan mengemil, karena cenderung
orang-orang yang memiliki waktu nonton televise lebih lama akan disertai
dengan mengonsumsi makanan ringan yang mengandung energy dan lemak.
e. Tinggal di daerah urban (kota) – Di daerah perkotaan negara-negara yang
makmur, anak-anak, wanita, dan orang tua akan enggan untuk keluar malam
hari karena alas an ketakutan akan keamanan mereka. Anak-anak juga
cenderung takut untuk bermain diluar bagi yang tinggal di daerah kota
karena risiko bahaya di jalanan. Sehingga bagi sebagian besar masyarakat
diperkotaan untuk mengisi waktu luang, mereka pergi menggunakan
kendaraan untuk jalan-jalan dibandingkan melakukan kegiatan fisik seperti
olahraga rutin.
f. Tinggal di daerah sub urban (pinggiran kota) – didaerah sub urban telah
terjadi transisi lingkungan, dimana yang awalnya masih di dominasi dengan
kendaraan yang menggunakan tenaga fisik seperti sepeda kini mengalami
pertumbuhan jumlah kendaraan yang cukup dramatis. Perubahan pola
makan juga terjadi dengan berkembangnya minimarket, restoran fast food,

124
dan jajanan tidak sehat.
g. Tinggal di daerah rural (desa) – Peningkatan obesitas di perkotaan memang
terjadi secara signifikan, dan prevalensi obesitas di perkotaan masih lebih
banyak dibandingkan di pedesaan. Namun bukan berarti tidak terjadi
peningkatan obesitas dipedesaan, justru kenaikan obesitas di daerah
pedesaan sangat ekstrim dibandingkan di perkotaan. Hanya karena pada
awalnya kasus obesitas di pedesaan hamper tidak ada, sehingga peningkatan
ekstrim tersebut masih terlihat kecil. Kini makanan berlebih dan
pengeluaran energi secara keseluruhan pada kehidupan modern menjadi
lebih sedikit karena modernisasi tersebut. Saat ini kasus gizi buruk telah
berkurang dengan signifikan tetapi masih tetap banyak, sedangkan kasus
gizi lebih yang ditandai dengan berat badan berlebih bertambah dengan
signifikan dan diprediksi akan menjadi banyak seiring waktu berjalan.
Faktor-faktor diet dan pola aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap keseimbangan energy dan dapat dikatakan sebagai
faktorfaktor utama yang dapat diubah (modifiable factors) yang melalui
faktorfaktor tersebut banyak kekuatan luar yang memicu pertambahan berat
badan itu bekerja. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori dan pola hidup kurang
gerak (sedentary lifestyles) adalah dua karakteristik yang sangat berkaitan
dengan peningkatan prevalensi obesitas diseluruh dunia (WHO, 2000).

Mengurangi jam menonton TV adalah prospek yang sulit karena potensi perilaku,
seperti pemasaran social dan pendidikan, meskipun bukti-bukti yang menyarankan
bahwa, jika dapat mengurangi menonton TV, hal ini bisa berdampak pada penurunan
prevalensi obesitas. Peraturan untuk mengurangi berat pemasaran makanan padat energy
dan minuman di TV mungkin bisa menjadi sarana yang paling efektif untuk
meminimalkan dampak dari menonton TV pada kenaikan berat badan yang tidak sehat.

Perilaku sedentarian cenderung terus meluas dalam masyarakat


berteknologi maju. Serupa dengan temuan dari penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa aktivitas fisik menurun dengan bertambahnya usia pada
masa remaja, remaja 16 tahun melaporkan memiliki waktu lebih santai
daripada remaja yang lebih muda. Remaja memiliki lebih banyak waktu yang
tidak diawasi oleh orang tua atau pengasuh, yang menciptakan peluang untuk
meningkatkan waktu menonton TV dan perilaku lainnya yang lebih santai.

125
3. Faktor Resiko
Menganut pola hidup aktif dapat mengurangi resiko terkena berbagai jenis
penyakit terutama yang berkaitan dengan metabolisme Seseorang dengan
aktifitas fisik yang kurang akan rentan terkena penyakit jantung, diabetes,
kanker kolon, tekanan darah tinggi, kegemukan (obesitas), depresi dan batu
ginjal. Penyebab kematian seseorang yang berusia 35 tahun keatas adalah
karena kurangnya aktifitas fisik. Ini juga berlaku bagi orang yang berat
badannya normal sekalipun. Apalagi terhadap orang yang memiliki kelebihan
berat badan atau orang yang obesitas. Jadi apapun status berat badan, maka
perlu meninggalkan pola hidup sedentarymenuju pola hidup yang lebih sehat
dengan lebih aktif bergerak.

4. Pencegahan Sendentary
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah sendentary yaitu dengan
bergerak aktif. Olahraga adalah salah satu cara yang terbaik untuk
mendapatkan manfaat kesehatan dari aktifitas fisik. Berbagai macam bentuk
olahraga dapat dilakukan seseorang sesuai dengan waktu yang dimiliki.
Aktifitas fisik seperti berjalan kaki, bermain bola, senam, berkebun, dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga tubuh aktif bergerak dan
bermanfaat untuk kesehatan.

126
Cara Pencegahan

Berjalan
kaki

Senam

Berkebun

Melakukan
pekerjaan
rumah 125
129
130
131
132
133
134
Lampiran 9
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEDENTARY DAN STRES
DENGAN OBESITAS PADA IBU RUMAH TANGGA

TIYANA FAKIH FUADIANTI


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI
Obesitas meningkatkan resiko terkena penyakit degeneratif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup sedentary dan
stres dengan obesitas pada ibu rumah tangga. Subjek dalam penelitian ini adalah
ibu rumah tangga yang tinggal di daerah Kelurahan Tipes, Surakarta. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dengan
jumlah subjek sebanyak 80 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT) menggunakan neraca berat badan dan mistar tinggi badan untuk
mengukur obesitas, kuesioner aktivitas sedentary ibu rumah tangga untuk
mengukur gaya hidup sedentary dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
untuk mengukur stres. Data dianalisis dengan teknik analisis regresi berganda,
analisis regresi berganda digunakan untuk menganasisis hubungan antara ketiga
variabel. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan: (a) Ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara gaya hidup sedentary dan stres dengan obesitas pada
ibu rumah tangga, (b) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara gaya
hidup sedentary dengan obesitas pada ibu rumah tangga, (c) Ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara stres dengan obesitas pada ibu rumah tangga, (d)
Gaya hidup sedentary dan stres berkontribusi terhadap obesitas, (e) Gaya hidup
sedentary berkontribusi terhadap obesitas, (f) Stres berkontribusi terhadap obesitas.
Kata kunci : gaya hidup sedentary, stres, obesitas, ibu rumah tangga.

135
ABSTRACT
Obesity increases the risk of degenerative diseases. This study examines
sedentary lifestyle and stress in relation to obesity among house wives. Subjects in
this study were house wives who live in The Kelurahan Tipes, Surakarta. A random
sampling sample of 80 house wives in The Kelurahan Tipes of Surakarta City was
enrolled. The measurement tool used is Body Mass Index (BMI) using weight
scales and height measuring tools to measure obesity, House Wives Sedentary
Activities to measure sedentary lifestyle, and Depression Anxiety Stress Scales
(DASS) to measure stress. The analysis used Multiple Regression Analysis Models,
Multiple Regression Analysis Models was used to analyze the relationship between
the three variables . Based on the analysis of this research, results show: (a)
There’s a very significant positive relation between sedentary lifestyle and stress
with obesity among house wives, (b) There’s a very significant positive relation
between sedentary lifestyle and obesity among house wives, (c) There’s a very
significant positive relation between stress with obesity among house wives, (d)
Sedentary lifestyle and stress has contributed to obesity among house wives, (e)
Sedentary lifestyle has contributed to obesity among house wives, (f) Stress has
contributed to obesity among house wives.
Keywords : sedentary lifestyle, stress, obesity, house wives.

PENDAHULUAN
Kegemukan dan obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat
hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit degenerative (Hasdianah,
Siyoto, & Nurwijawanti, 2014). Obesitas adalah keadaan di mana seseorang memiliki
lemak tubuh (body fat) dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat merugikan
kesehatan dan menurunkan harapan hidup (Nadesul, 2009). Menurut World Health
Organizatoon (WHO) (dalam Widiantini & Tafal, 2014) obesitas adalah suatu kondisi
di mana seseorang mengalami pertambahan lemak berlebih yang didasarkan ada
Indeks Massa Tubuh (IMT).

136
Obesitas diakibatkan oleh pemasukan energi dalam bentuk asupan pangan yang
berlebihan dibanding dengan pengeluaran energi dan kecetapat tubuh menyimpan
energy yang tidak terpakai menjadi lemak (Kaur & Kaur, 2015).
Cara mengukur obesitas menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Al- Nakeeb
dkk, 2012; Hassapidou dkk, 2013; Mushtaq dkk, 2011; Nadesul, 2009; Shields and
Tremblay, 2008; Upton &Wilson, 2009), yang lazim dipakai (National
Health And Nutrition Surveys), cara menghitungnya sebagai berikut:
IMT = Berat badan (Kg) : tinggi badan (meter) kuadrat
Tabel 1 Kategori IMT WHO dan Klasifikasi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI)

Kategori 2 2
IMT (Kg/m ) IMT (Kg/m )
menurut WHO Klasifikai Depkes RI

Berat Badan Kurang < 18,50 < 17

Normal 18,5 – 24,99 17 – 22,99

Kegemukan 25 – 29,99 23 – 26,99

Obesitas > 30 >27

Obesitas meningkatkan risiko terkena sejumlah penyakit degenerative seperti


diabetes (44%), penyakit jantung (23%), kanker (41%), dan kardiovakular (30%)
(Widiantini & Tafal, 2014). Selain itu, peningkatan berat badan memberikan beban
mekanis pada gerakan tubuh yang mengakibatkan tingginya gangguan
muskuloskeletal pada orang dengan obesitas. Hal ini berakibat pada menurunnya
gerakan fisiologis seperti bangkit dari kursi, mengangkat benda, berjalan, hingga
melakukan aktivitas dasar lainnya (Firman, 2015).
Ibu rumah tangga memiliki risiko besar mengalami kelebihan berat badan
daripada perempuan yang berprofesi sebagai pekerja kantor dan pelajar (Manuha,
Iqbal, Nageeb, & Paranagama, 2013). Ibu rumah tangga adalah seorang wanita

137
yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak, mendidik anak, menjadi
mediator antara anak-anak dengan sekolah, mengurusi anggota keluarga,
memanajemen keuangan di rumah, menangani dan menginvestasikan pendapatan
rumah tangga, dan menangani urusan rumah tangga (Kim, Yang, & Hwang, 2010).
Ibu rumah tangga yang mengalami obesitas akan mengalami penurunan
kekuatan otot sebesar 6-10% dibandingkan dengan dengan ibu rumah tangga yang
memiliki berat badan normal. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya
fungsi otot yang dapat menurunkan keefisiensian dalam melakukan pekerjaan
rumah tangga, berkurangnya kualitas hidup, defisiensi maskuler, mudah lelah,
kesulitan bergerak dan melakukan pekerjaan rumah tangga (Firman, 2015).
Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas menurut Hasdianah, Siyoto, dan
Nurwijawanti (2014)
1) Tidak melakukan aktivitas fisik sehingga pembakaran lemak menurun
2) Mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori
3) Usai melahirkan
4) Kurang tidur
5) Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
6) Mengalami masalah medis
7) Gaya hidup yang tidak sehat
8) Faktor genetik
9) Usia
Gaya hidup sedentary adalah waktu yang dihabiskan untuk duduk maupun
berbaring kecuali waktu tidur (Australian Goverment Department of Health, 2014).
Gaya hidup sedentary adalah salah satu jenis gaya hidup di mana seseorang kurang
melakukan gerak atau pun kurang melakukan aktivitas fisik yang berarti
(Kementerian Kesehatan Republik indonesia, 2012).
Gaya hidup sedentary tanpa disadari dilakukan oleh hampir seluruh ibu
rumah tangga di Indonesia. Perilaku tersebut diantaranya duduk maupun berbaring
ketika: menonton televisi, mendengarkan radio, berbincang-bincang bersamaan
dengan makan atau mengkonsumsi makanan ringan. Sebagaian orang memilih

138
suatu hal yang praktis agar aktivitasnya tidak mengalami hambatan, seperti
memilih mengendarai kendaraan bermotor atau mobil daripada untuk jalan kaki,
dan mengkonsumsi makanan cepat saji (Devi, 2009; Nadesul, 2009; Tan, 2012).
Perilaku tersebut mempengaruhi kinerja tubuh yang tidak seimbang dan menjadi
kebiasaan buruk yang menyebabkan obesitas.
Gaya hidup sedentary memiliki efek samping yang berbahaya bagi
kesehatan. Karena kurang melakukan aktivitas fisik maka otot-otot dalam tubuh
akan mengendor. Otot yang kendur akan menghambat peredaran darah dan
memperberat kerja jantung, hal ini akan menimbulkan berbagai macam penyakit
seperti penyakit jantung dan obesitas (Kristianti, 2002). Didalam otot juga
berfungsi sebagai tempat pembakaran lemak, jika otot lemah maka pembakaran
lemak tidah akan sempurna. Hasilnya adalah lemak terus menumpuk dan
menyebabkan obesitas (Manuha, Iqbal, Nageeb, & Paranagama, 2013)
Faktor-faktor gaya hidup sedentary menurut Hardy, Booth, dan Okely
(2007)
1. Pekerjaan
Pekejaan tertentu seperti programmer, pekerja kantor, dan penulis membuat orang
selalu duduk di depan computer.
2. Kesenangan
Kesenangan yang dimaksut adalah menonton tv (sambil ngemil seharian), main
game komputer atau konsol (Playstation, Xbox, Nintendo, dsb) membuat orang
betah untuk duduk berjam-jam.
3. Fasilitas/kemudahan
Pada beberapa tahun yang lalu, untuk menaiki gedung yang bertingkat orang
menggunakan tangga. Sekarang bayak orang yang tinggal atau bekerja di gedung
bertingkat tidak perlu menaiki tanga satu-persatu karena ada lift.
4. Kebiasaan
Kebiasaan yang dimaksut seperti orang pergi ke toko atau mini market hanya
berjarak beberapa rumah dari tempat tinggalnya menggunakan mobil atau motor.
Anak-anak pergi kesekolah dengan diantar menggunakan kendaraan meskipun

139
jaraknya dekat. Pekerjaan rumah tangga diserahkan kepada pembantu.

Hans Selye (dalam Gunawan, 2012) mendefinisikan stres sebagai respon tubuh
yang tidak spesifik terhadap tuntutan yang dihadapi individu. Berdasarkan Kamus
Psikologi yang disusun oleh Tim Widyatama pada tahun 2010, stres berisikan tentang
ketegangan, ketakutan, tekanan batin, dan konflik.
Sominsky dan Spancer (2014) perilaku makan yang menyebabkan obesitas di
Australia menunjukkan adanya hubungan antara stres dengan peningkatan
mengkonsumsi makanan. Perempuan yang mengalami stres cenderung lebih banyak
mengkonsumsi makanan mengandung banyak gula dan lemak (Habhab, Sheldon &
Loeb, 2008).
Collins dan Benz (2009), makan biasanya digunakan sebagai koping ketika
seseorang tengah menghadapi permasalahan yang berat, merasa sedih dan kesepian,
cemas, stres, dan frustasi. Konsumsi makanan berlebih disimpan dalam bentuk lemak
yang dalam jangka panjang mengakibatkan jumlah cadangan lemak yang ditimbun
dalam tubuh semakin banyak dan menyebabkan obesitas (Widiantini & Tafal, 2014).
Stres dapat berdampak buruk bagi kesehatan seperti, diabetes tipe 2, hipertensi
dan dyslipidemia, kardiovaskular, kanker, penyakit gastrointestnal, perubahan
endokrin (seperti: gangguan menstruasi), ketidak suburan, gangguan kehamilan,
penyakit tulang dan sendi serta gangguan pernapasan (Ragin, 2011).
Menurut Gunawan (2012), aspek stres diidentifikasikan ke dalam 4 tipe yang
berbeda, yaitu :
1. Kognitif
Sebagian besar aspek kognitif dari stres adalah kehilangan konsentrasi. Hal ini
terlihat pada seseorang yang kehilangan kemampuan untuk memusatkan
perhatian pada tugas yang diberikan dan kehilangan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas dengan baik. Gejala lainnya adalah tidak dapat membuat
keputusan dalam suatu masalah, mengalami kesulitan untuk mengingat
peristiwaperistiwa yang terjadi, menghindar dari permasalahan yang dihadapi,
kurang berfikir kreatif, mudah merasa khawatir.

140
2. Emosi
Sebagian besar individu yang mengalami stres menunjukkan emosi negatif,
seperti kecemasan, mudah merasa khawatir, resah atau gelisah, dan cepat marah.
gejala lainnya yaitu merasa tidak mampu untuk mengubah keadaan, menangis
karena merasa tertekan, merasa kesepian sehingga membuat bosan.
3. Perilaku
Banyak di antara perilaku-perilaku individu yang menunjukkan adanya stres pada
individu tersebut, diantaranya yaitu menghindari masalah-masalah yang sedang
terjadi, memiliki masalah dengan tidur, tubuh gemetar dan wajah tegang,
perubahan pola makan.
4. Fisik
Aspek fisik dari stres adalah kelelahan secara fisik, otot-otot dibadan menjadi
kaku atau tegang, tubuh memproduksi keringat yang berlebih, kepala terasa
berat, sakit dan pusing karena tegang, dada terasa sesak dan sulit untuk bernafas,
pencernaan terganggu sehingga perut terasa sakit, mual dan muntah.
Memiliki gaya hidup sedentary akan meningkatkan risiko obesitas. Stres yang
berlebihan juga akan meningkatkan resiko obesitas. Individu yang mengalami
stres dan memiliki gaya hidup sedentary akan mempengaruhi individu mencapai
obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif anatara gaya hidup
sendentary dan stres dengan obesitas pada ibu rumah tangga.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di Kelurahan Tipes
kota Surakarta yang berusia lebih dari 18 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling, dengan jumlah subjek sebanyak 80 orang.
Simple Random Sampling adalah suatu tipe sampling probabilitas, di mana peneliti

141
memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan
sebagai anggota sampel (Murti, 2010). Terdapat 15 RW dan 69 RT di Kelurahan Tipes
Surakarta. Peneliti membuat undian untuk memilih RW dan RT mana saja yang akan
dijadikan sampel dalam penelitian. Pertama, peneliti mengundi terlebih dahulu RW mana
saja yang akan digunakan dengan cara membuat kocokan undian yang berisi 15 RW,
peneliti mengambil 8 buah undian yang masing-masing undian berisi 1 buah RW. Setelah
mengundi RW yang akan dipergunakan, peneliti membuat kocokan undian untuk
menentukan RT yang akan diambil dari tiap-tiap RW. Pada setiap RW akan dipilih
masing-masing sebanyak 3 RT melalui kocokan undian. Jumlah total RT yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 24 RT. Karakteristik sampel adalah sebagai berikut: a. Warga
di Kelurahan Tipes Surakarta
b. Perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga
c. Usia lebih dari 18 tahun
d. Bisa membaca dan menulis
e. Bersedia untuk menjadi subjek

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur obesitas menggunakan acuan dari
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT = Berat badan (Kg) : tinggi badan (meter)
kuadrat. Berat badan diukur dengan neraca berat badan yaitu Glass Electronic
Personal Scale dengan model EB9003 dari CAMRY ISO 9001 yang telah
mendapat sertifikat dari SGS. Neraca berat badan ini berkapasitas 150 kg, memiliki
4 sensor dan memiliki kesensifitas sebesar 100g (0,2 lb). Sedangkan mistar tinggi
badan digunakan untuk mengukur tinggi badan subjek yang dihitung menggunakan
satuan cm. Mistar tinggi badan yang dipakai telah berstandar SNI. Skor subjek
yang semakin tinggi menunjukkan tingkat obesitas yang tinggi, sebaliknya semakin
rendah skor subjek menunjukkan tingkat obesitas yang rendah. Strandar Indeks
Massa Tubuh (IMT) untuk kategori kegemukan (overweight) jika IMT lebih dari
23 kg/m2 dan dikategorikan obesitas, jika IMT lebih dari 27 kg/m2.
Pengukuran gaya hidup sedentary dalam penelitian ini menggunakan
Kuesioner Aktivitas Sedendary Ibu Rumah Tangga yang dimodifikasi dari The

142
Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) oleh Hardy, Booth dan Okely tahun
2007 dan SIT-Q-7d oleh Wijndaele dkk pada tahun 2014. Kuesioner aktivitas sedendary
ibu rumah tangga digunakan untuk mengetahui berapa banyak waktu yang dihabiskan
individu untuk melakukan aktivitas sedentary.
Pada ASAQ terdapat 11 aktivitas sedentary yaitu, menonton TV, menonton
video/DVD, menggunakan komputer untuk bermain, menggunakan komputer
untuk mengerjakan tugas, mengerjakan tugas tanpa komputer, membaca, les,
berpergian (bus, mobil, kereta), melakukan hobi atau kegemaran, mengobrol, dan
bermain alat musik. Sedangkan pada SIT-Q-7d terdapat beberapa kumpulan
aktivitas sedentary yaitu, tidur dan berbaring, makan, alat transportasi, belajar dan
bekerja, waktu di depan layar (termasuk makan dan minuman yang dikonsumsi
ketika menonton televisi) dan kegiatan lainnya. Dari kedua kuesioner tersebut tidak
semua aktivitas sedentary-nya sesuai untuk ibu rumah tangga di Indonesia,
sehingga peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas sedentary pada ibu rumah
tangga yang akan dipakai sebagai acuan penyusunan kuesioner aktivitas sedendary
ibu rumah tangga. Aktivitas sedendary yang diperoleh dari hasil observasi adalah
sebagai berikut, perilaku duduk maupun berbaring sambil tidur siang, makan,
menggunakan alat transportasi (kecuali bersepeda), mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, waktu di depan layar, dan aktivitas lainnya kedalam 17 pertanyaan.
Jawaban untuk angket gaya hidup sedentary berupa jawaban jangka waktu yang
diisikan dalam satuan jam dan menit (per harinya).
Keseluruhan hasil jawaban akan ditotal berdasarkan no aitemnya dalam
satuan menit. Kemudian total dari masing-masing aitem akan dijumahkan dalam
satuan menit. Kemudian hasilnya akan dirata-rata per-minggu dalam satuan menit,
kemudian hasil rata-rata perminggu dalam satuan menit diubah menjadi rata-rata
perminggu dalam satuan jam. Skor subjek yang semakin tinggi menunjukkan
tingkat gaya hidup sedentary yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor subjek
menunjukkan tingkat gaya hidup sedentary yang rendah.
Alat yang digunakan untuk mengukur stres adalah Depression Anxiety Stress Scale
(DASS) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara resmi oleh Damanik.

143
Penyusunan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) mengacu pada tiga skala yaitu
stres, depresi dan anxiety. Ketiga skala ini terbagi menjadi 16 subskala yaitu dysphoria,
kehilangan harapan, penurunan arti hidup, meremehkan diri sendiri, kurang antusias,
anhedonia, ketidakberdayaan, autonomic arousal, efek otot skeletal, kecemaan yang
situasional, kecemasan dari pikiran subjektif, sulit bersantai, kecemasan yang menggebu-
gebu, mudah marah, mudah tersinggung/ bereaksi berlebihan, tidak sabaran. Alternatif
jawaban untuk skala Depression Anxiety Stress Scale (DASS) disusun dengan
menggunakan empat pilihan respon, yaitu: 0 (Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau
tidak pernah), 1 (Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang), 2
(Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering.), 3
(Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali). Strandar DASS unuk stres adalah normal
(0-14), ringan (15-18), sedang (19-25), parah (26-33), dan sangat parah ( lebih dari 34).
Data dianalisis dengan teknik analisis regresi berganda, analisis regresi berganda
digunakan untuk menganasisis hubungan antara ketiga variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui nilai
koefisien gaya hidup sedentary dengan obesitas memiliki koefisien korelasi (rxy) =
0,346 dengan sig. (1-tailed) = 0,001 (p < 0,01), yang menunjukkan adanya
hubungan positif yang sangat signifikan antara gaya hidup sedentary dengan
obesitas. Artinya, semakin banyak waktu yang digunakan oleh ibu rumah tangga
untuk melakukan aktivitas sedentary maka semakin banyak pula berat badannya
(obesitas). Sebaliknya semakin sedikit waktu yang digunakan oleh ibu rumah
tangga untuk melakukan aktivitas sedentary maka semakin ideal pula berat
badannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kristianti (2002); Shields dan
Tremblay (2008); Manuha, Iqbal, Nageeb, dan Paranagama (2013) bahwa gaya
hidup sedentary memiliki hubungan yang positif dengan obesitas. Hal ini
dikarenakan gaya hidup sedentary merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya
obesitas. Jadi semakin tinggi tingkat gaya hidup sedentary maka akan semakin

144
tinggi pula tingkat obesitasnya. Gaya hidup sedentary memiliki efek samping yang
berbahaya bagi kesehatan. Karena kurang melakukan aktivitas fisik maka otot-otot
dalam tubuh akan mengendor. Otot yang kendur akan menghambat peredaran
darah dan memperberat kerja jantung, hal ini akan menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti penyakit jantung dan obesitas. Didalam otot juga berfungsi
sebagai tempat pembakaran lemak, jika otot lemah maka pembakaran lemak tidah
akan sempurna. Hasilnya adalah lemak terus menumpuk dan menyebabkan
obesitas.
Hubungan stres dengan obesitas memiliki koefisien korelasi (rxy) = 0,427
dengan sig. (1-tailed) = 0,000 (p < 0,01), yang menunjukkan adanya hubungan
positif yang sangat signifikan antara stres dengan obesitas. Artinya, semakin tinggi
stres yang dialami oleh ibu rumah tangga maka semakin banyak pula berat
badannya (obesitas). Sebaliknya semakin rendah stres yang dialami oleh ibu rumah
tangga maka semakin ideal pula berat badannya.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Benz
(2009), makan biasanya digunakan sebagai koping ketika seseorang tengah
menghadapi permasalahan yang berat, merasa sedih dan kesepian, cemas, stres,
dan frustasi. Tanpa adanya perencanaan dan penanganan koping yang benar untuk
menangani stres, makan menjadi pilihan utama dan jika hal ini berlangsung lama,
maka akan menjadi suatu kebiasaan makan yang buruk. Hal ini dapat meperbesar
kemungkinan terjadinya obesitas dengan menjadikan makanan sebagai pengobat
stres (Marks & Landaira, 2015). Konsumsi makanan berlebih karena stres
disimpan dalam bentuk lemak yang dalam jangka panjang mengakibatkan jumlah
cadangan lemak yang ditimbun dalam tubuh semakin banyak dan menyebabkan
obesitas (Widiantini & Tafal, 2014).
Korelasi antara antara gaya hidup sedentary dan stres dengan obesitas pada
ibu rumah tangga diperoleh nilai koefisien korelasi r sebesar 0,481 dengan sig.
(1tailed) = 0,000 (p < 0,01), hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara gaya hidup sedentary dan stres dengan obesitas pada ibu rumah
tangga. Dua variabel bebas yaitu gaya hidup sedentary dan stres memberikan

145
sumbangan efektif terhadap variabel tergantung yaitu obesitas. Total sumbangan
efektif yang diberikan oleh kedua variabel yaitu sebesar 23,1%, maka masih ada
76,9% dari faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas pada ibu rumah
tangga di luar faktor gaya hidup sedentary dan stres.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kaur dan Kaur (2015) bahwa obesitas
diakibatkan oleh pemasukan energi dalam bentuk asupan pangan yang berlebihan
dibanding dengan pengeluaran energi dan kecepatan tubuh menyimpan energi yang
tidak terpakai menjadi lemak. Obesitas juga didukung oleh jumlah asupan energi
yang lebih tinggi dari pada energi yang digunakan. Asupan energi yang tinggi ini
disebabkan karena pengkonsumsian makanan dengan kadar energi dan lemak yang
berlebihan, sedangkan penggunaan energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary atau sedentary lifestyle
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Banyaknya asupan kalori
yang masuk dalam tubuh tidak sebanding dengan kalori yang kita keluarkan untuk
beraktivitas, hal ini menyebabkan banyak kalori yang tersisa dan tertimbun di
dalam tubuh kita menjadi lemak-lemak. Jadi semakin sedikit aktivitas fisik yang
kita lakukan maka, semakin besar pula timbunan lemak yang akan kita peroleh
(Manuha, Iqbal, Nageeb, & Paranagama, 2013).
Stres memiliki kontribusi lebih besar terhadap obesitas dibandingkan dengan gaya
hidup sedentary. Hal tersebut diketahui dari hasil korelasi antara stres dengan
2 2
obesitas r (x1y)= (0,427 )= 0,182 (18,2%) dan korelasi antara gaya hidup sedentary
2 2 dengan obesitas r (x2y)= (0,346 )= 0,119
(11,9%).

Penelitian yang dilakukan oleh Sominsky dan Spancer (2014) yang


membahas tentang stres, kebiasaan makan dan obesitas di Australia menunjukkan
adanya hubungan antara stres dengan peningkatan konsumsi makanan. Perempuan
yang mengalami stres cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak gula dan lemak (Habhab, Sheldon & Loeb, 2008). Menurut
Sominsky dan Spancer (2014) pada saat seseorang mengalami stres, maka tubuh

146
berusaha untuk memulihkan bagian dari tubuh yang terkena tekanan karena efek
stres, sehingga tubuh membutuhkan energi yang besar. Jika stres berlangsung lama
energi yang dihasilkan dalam tubuh jumlahnya berkurang, sehingga tubuh
membutuhkan energi yang lebih dari makan untuk mengatasinya dan
menggantikan energi yang telah digunakan. Pada otak kita terdapat hypothalamus
yang mengatur tengtang rasa lapar dan kenyang ditubuh kita, rasa kenyang diatur
oleh ventromedial hypothalamus (VMH) sedangkan rasa lapar diatur oleh lateral
hypothalamus (LH) (Pinel, 2009). Marks dan Landaira (2015) mengatakan bahwa
pada saat stres kita membutuhkan banyak energi, sehingga lateral hypothalamus
memberikan stimulus rasa lapar dan menstimulus untuk mengkonsumsi makanan
yang manis yang banyak mengandung gula.
Tan (2012) berpendapat bahwa berat badan naik bukan pekerjaan tubuh
semalam, juga bukan karena habis makan besar kemarin malam, namun
disebabkan akibat kemasabodohan, dan terlalu mudah mengalah dengan alasan
yang dibuat otak kita sendiri. Tubuh yang menjadi kegemukan dan obesitas terjadi
bukan dalam waktu yang singkat. Hal ini terjadi karena proses bertahun-tahun
lamanya. Pola makan yang tidak sehat, pola tidur yang tidak sehat, stres
berlebihan, gaya hidup yang tidak baik, kurangnya olah raga yang dilakukan sejak
muda membawa akibat buruk.
Berdasarkan kategorisasi variabel obesitas mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar 25,30 yang berarti berat badan subjek tergolong kegemukan. Kategorisasi
variabel stres memiliki rerata empirik (RE) sebesar 14,3 yang berarti stres subjek
tergolong ringan. Sedangkan variabel gaya hidup sedentary memiliki rerata
empirik sebesar 9,05 yang berarti gaya hidup sedentary subjek tergolong memiliki
gaya hidup sedentary di antara lebih dari 8 jam hingga 12 jam.
Banyak faktor yang menyebabkan subjek penelitian memiliki berat badan
yang tergolong kekegemukan, namun tingkat stres tergolong ringan hal ini
diantaranya dikarenakan oleh stres yang dialami subjek sifatnya tidak menetap.
Stres berhubungan dengan emosi, dan emosi subjek dapat berubah-ubah kapan saja
mengikuti perasaan yang dimiliki oleh subjek. Disuatu situasi dan kondisi tertentu

147
dapat menimbulkan efek emosi yang positif bagi subjek, namun jika situasi dan
kondisi yang nyaman tersebut berganti menjadi situasi yang mengancam ataupun
berat bagi subjek maka emosi negatif akan menghampiri diri subjek. Pada saat
penelitian berlangsung sebagian besar subjek tengah dihadapkan pada situasi yang
membuat emosi subjek menjadi positif dan sekaligus menghilangkan stres dan
ketegangan yang dimiliki subjek. Pada saat penelitian berlangsung sebagian besar
subjek tengah mengikuti kegiatan piknik bersama warga RT/RW, acara rekreasi
bersama keluarga Pos Yandu dan ada pula yang menemani anak mereka untuk
darmawisata yang diadakan oleh TK masing-masing. Hal inilah yang
menyebabkan tingkat stres pada satu minggu terakhir yang dialami subjek tidak
memperlihatkan stres yang tinggi.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa gaya hidup sedentary dan stres
memiliki pengaruh terhadap obesitas pada ibu rumah tangga. Namun, terdapat
beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Pengukuran variabel stres yang sangat tergantung pada situasi dan kondisi
subjek pada waktu pengambilan data. Pada saat pengambilan data variabel
stres sebagian besar subjek tengah berada dalam situasi dan kondisi yang
membahagiakan subjek sehingga pengambilan data variabel stres tidak dapat
memperlihatkan tingkat stres subjek yang tinggi.
2. Mayoritas responden dalam kategori dewasa awal, sedangkan untuk kategori
dewasa madya dan dewasa lanjut kurang berimbang.
3. Subjek penelitian ini selain melakukan aktivitas sambil duduk ataupun
berbaring juga melakukan aktivitas sambil berjongkok, sedangkan teori yang
dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari barat yang tidak terdapat
budaya berjongkok dalam melakukan suatu aktivitas.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara gaya hidup sedentary dan stres

148
dengan obesitas pada ibu rumah tangga, ditunjukkan dengan hasil koefisien
korelasi r sebesar 0,481 dengan p=0,000.
2. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara gaya hidup sedentary dengan
obesitas pada ibu rumah tangga, ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi 0,346
dengan p= 0,001.
3. Adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara stres dengan obesitas,
ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi 0,427 dengan p= 0,000.
4. Berat badan yang dimiliki subjek penelitian tergolong kegemukan, ditunjukkan
dengan rerata empirik (RE) sebesar 25,30.
5. Stres yang dimiliki subjek penelitian tergolong ringan, ditunjukkan dengan rerata
empirik (RE) sebesar 14,33.
6. Gaya hidup sedentary yang dimiliki subjek penelitian tergolong lebih dari 8 jam
hingga 12 jam, ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 9,05.
7. Sumbangan efektif (SE) dari variabel gaya hidup sedentary dan stres dengan
obesitas pada ibu rumah tangga sebesar 23,1%, artinya 76,9% berasal dari faktor-
faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas pada ibu rumah tangga di luar
faktor gaya hidup sedentary dan stres.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran-saran yang


dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian adalah:
1. Bagi Ibu Rumah Tangga
Disarankan bagi para ibu rumah tangga untuk tetap menjaga berat badannya,
memiliki tubuh ideal bukan hanya untuk estetika semata saja. Jangan
beranggapan karena telah menjadi seorang ibu, maka tidak apa jika menjadi
gemuk. Karena kesehatan sangatlah penting dan berharga. Mulailah dari hal-hal
kecil seperti berjalan kaki atau menaiki tangga dari pada naik escalator,
menggunakan sepeda angin atau berjalan kaki jika hendak berpergian jarak
dekat, usahakan untuk mengganti posisi duduk ketika mengerjakan suatu
aktivitas dengan berdiri. Dimulai dari kebiasaan baik, maka sebagai sesosok ibu
juga akan memberikan role model yang baik juga untuk anak dan keluarga.

149
2. Bagi Keluarga
Berilah dukungan kepada ibu atau istri dan seluruh keluarga anda untuk menjaga
pola hidup sehat. Obesitas dapat menyerang siapa saja, mulailah untuk menjalani
pola hidup sehat untuk menghindari stres berlebihan, gaya hidup sedentary
maupun obesitas, sehingga dapat menghindri penyakit-penyakit kronis yang
timbul karenanya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini hanya mengungkap gaya hidup sedentary, stres dan obesitas
pada ibu rumah tangga saja. Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti
bagaimana gaya hidup sedentary, stres dan obesitas pada subjek yang bekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Nakeeb, Y., Lyons, M., Collins, P., Al-Nuaim, A., Al-Hazzaa, H., Duncan, M.
J., et al. (2012). Obesity, Physical Activity and Sendentary Behavior Among
British and Saudi Youth: A Cross-Cultural Study. International Journal of
Environmental Research and Public Healt , 9, 1490-1506.
Australian Goverment Department of Health. (2014, juni). Australia's Physical
Activity and Sedentary Behaviour Guidlines. Retrieved November 18, 2016,
from http://www.health.gov.au
Collins, J. C., & Bentz, J. E. (2009). BEHAVIORAL AND PSYCHOLOGICAL
FACTORS IN OBESITY. The Journal of Lancaster General Hospital , 4, 4,
124-127.
Gunawan, A. W. (2012). The Miracle of Mind Body Medicine: How to use your
mind for better health. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Habhab, S., Sheldon, J. P., & Loeb, R. C. (2009). The relationship between stress, dietary
restraint, and food preferences in women. Appetite , 437-444.

Hardy, L. L., Booth, M. L., & Okely, A. D. (2007). The Realibility of the
Adolecent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Preventive Medicine ,
45, 71-74.
Hasdianah, Siyoto, S., & Nurwijawanti. (2014). Gizi; Pemanfaatan Gizi, Diet, dan

150
Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hassapidou, M., Papadopoulou, S. K., Vlahavas, G., Kapantais, E., Kaklamanou,
D., Pagkalos, I., et al. (2013). Association of physical activity and sedentary
lifestyle patterns with obesity and cardiometabolic comorbidities in Greek
adults: Data from the National Epidemiological Survey. HORMONES , 12,
265-274.
Kaur, J., & Kaur, M. (2015). Relation of Sedentary Lifestyle with Cardiovascular
Parameters in Primary Care Patients. JOURNAL OF CARDIOVASCULAR
DISEASE , 249-300.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2011). Retrieved
Maret 26, 2017, from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
http://www.depkes.go.id ______. (2012). Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.2011.
Kim, U., Yang, K.-S., & Hwang, K.-K. (2010). Indigenous and Cultural Psychology.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Kristanti, M. (2002). Kondisi Fisisk Kurang Gerak dan Instrumen Pengukuran. Media
Litbang Kesehatan , XII (1), 1-5.
Manuha, M., Iqbal, N., Nageeb, B., & Paranagama, P. (2013). Association of
Physical Activity and Sedentary Lifestyle with Overweight and Obesity
among Adult Women in Sri Lanka. World Applied Sciences Journal , 24,
724-731
Marks, R., & Landaira, M. (2015). Sleep, Disturbances of Sleep, Stress and
Obesity: A Narrative Review. Journal of Obesity & Eating Disorders , 1, 2,
1-6.
Mushtaq, M. U., Gull, S., Mushtaq, K., Shahid, U., Shad, M. A., & Akram, J.
(2011). Dietary behaviors, physical activity and sedentary lifestyle associated
with overweight and obesity, and their socio-demographic correlates, among
Pakistani primary school children. International Journal of Behavioral
Nutrition and Physical Activity , 8, 1-13.

151
Nadesul, H. (2009). Resep Mudah Tetap Sehat Cerdas Menaklukkan Semua
Penyakt Orang Sekarang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Pinel, J. P. (2012). Biopsikologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Ragin, D. F. (2011). Health Psychology an Interdiciplinary Approach to Health.
Boston: PEARSON.
Shields, M., & Tremblay, M. S. (2008). Sedentary behaviour and obesity. Health
Reports , 19, 18-30.
Sominsky, L., & Spencer, S. J. (2014). Eating behavior and stress: a pathway to obesity.
Frontier in Psychology , 5, 1-8.
Tan, S. Y. (2012). Sehat Sejati yang Kodrati. Jakarta: Penerbit DIAN RAKYAT.
Taylor, S. E. (2012). HEALTH PSYCHOLOGY. New York: The McGraw-Hill
Companies.
Upton, J., & Jenna, B. W. (2009). Energy to Burn The Ultimate Food and
Nutrition Guide to Fuel Your Active Life. New Jerisey: John Wiley & Sons,
Inc.

RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Marisarostania

152
“Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Gaya Hidup
Sedentary Pada Anak Gizi Lebih di SDN Sudirman I Makassar Tahun 2013” (xii + 75
Halaman + 14 Tabel + 3 Gambar + 9 Lampiran)

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Bahkan WHO sebagai
organisasi kesehatan dunia telah menyatakan bahwa obesitas merupakan masalah epidemi
global. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup
yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan atau
konsumsi masyarakat yang berdampak meningkatkan risiko obesitas (WHO, 2000).
Melihat tingginya prevalensi obesitas dan dampak buruk dari obesitas itu sendiri, maka
perlu dilakukan pencegahan sejak dini untuk mengurangi tingkat prevalensi dan dalam
rangka menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap pengetahuan
dan gaya hidup sedentary pada anak gizi lebih . Jenis penelitian yang digunakan adalah
pra eksperimental. Jumlah sampel yaitu 55 responden. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis Univariat dan Bivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan, ada pengaruh signifikan antara edukasi gizi
dengan perubahan pengetahuan anak gizi lebih di Sekolah Dasar Sudirman I Makassar
Tahun 2013 dengan nilai p 0,000 (p<0,05). Dan Tidak ada hubungan yang bermakna
antara edukasi yang diberikan dengan perubahan gaya hidup sedentary pada anak gizi
lebih di Sekolah Dasar Sudirman I Makassar Tahun 2013 dengan nilai p 0,108 (p>0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi terhadap pengetahuan
dan edukasi tidak berpengaruh terhadap gaya hidup sedentary.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih
spesifik mengenai gaya hidup sedentary.
Kata Kunci : Edukasi, Pengetahuan, Gaya Hidup Sedentary, Gizi Lebih.

Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Gizi Lebih
Yang dimaksud gizi lebih dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki status
gizi gemuk dan obesitas berdasarkan standar antropometri WHO (2005), yaitu:

153
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah kemampuan responden untuk menjawab dengan benar
pertanyaan tentang gizi dan obesitas sebelum dan sesudah edukasi diberikan.
Kriteria Objektif (komsan, 2002).
Cukup : apabila responden mendapatkan skor ≥ 60
Kurang : apabila responden mendapatkan skor < 60
3. Gaya Hidup Sedentary
Sedentarian adalah peningkatan perilaku hidup kurang gerak. Pola hidup sedentarian
terdiri dari berbagai kegiatan yang mana pengeluaran energi adalah kurang dari 1,5
metabolik setara (METs) (Ainsworth et al., 2000 dikutip dalam Hardy et al, 2007).
Kriteria Objektif (Dogra et al, 2012 ).
Sedentary : jika aktivitas sedentari dilakukan > 4 jam/hari
Tidak Sedentary : jika aktivitas sedentary dilakukan < 4 jam/hari
Berikut merupakan aktifitas-aktifitas sedentari yang menjadi fokus dalam
penelitian ini (Ainsworth et al., 2000 dikutip dalam Hardy et al, 2007):
Aktifitas METs

Duduk Santai (Mengobrol 1,0


bersama teman Dan keluarga)

Menonton TV 1,0
Memakai elektronik/hp 1,5
untuk bersenang-senang
(socialmedia)
Bimbel 1,5
Istirahat Siang (Tidur) 0,9

154
Mengerjakan Pr/belajar 1,5
Bepergian Menggunakan kendaraan 1,0
(mobil/bus)

Berkumpul Bersama 1,5


keluarga

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pra eksperimental untuk melihat pengaruh
edukasi yang diberikan terhadap pengetahuan dan gaya hidup sedentary pada anak gizi
lebih.
Desain penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen one group pre-posttest
dimana siswa dengan status gizi lebih diberi edukasi Gizi seimbang, dan obesitas.
Edukasi ini diharapkan memberi efek positif terhadap perubahan pengetahuan dan gaya
hidup sedentary pada anak gizi lebih.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sudirman 1 Kelurahan Pisang Utara,
Kecamatan Ujung Pandang, Kotamadya Makassar, Propinsi Sulawaesi Selatan.
Yang berada di Jl. Sudirman Makassar. Pemilihan lokasi didasarkan pada letak
sekolah yang di tengah kota dan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa 22,1% siswa SD Sudirman I usia 9-11 tahun berstatus gizi lebih.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 9 sampai 26 April 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Sudirman Makassar Kelas
4A (38 siswa), 4B (34 siswa) , 5A (35 siswa), 5B (35 siswa), 6A (45 siswa), dan
6B (40 siswa). Dengan jumlah populasi 227 siswa.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota populasi yang memenuhi kriteria dan

155
bersedia mengikuti penelitian. Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Merupakan siswa kelas 4, 5 dan 6
b. Memiliki IMT/U >1 SD s/d >2 SD,
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
d. Berada ditempat saat penelitian berlangsung.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara non random sampling dengan teknik purposive
sampling yang didasarkan pada pertimbangan kriteria:
a. Responden diukur tinggi badan dan berat badannya,
b. Menentukan status gizi responden berdasarkan data antropometrinya,
c. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki
IMT/U >1 SD s/d >2 SD,
d. Sampel bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
D. Pengumpulan Data
Data penelitian yang dikumpulkan ada 2 yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah karakteristik responden (usia, jenis kelamin, BB dan TB),
pengetahuan dan gaya hidup sedentary yang diperoleh dari kuisioner dan hasil
wawancara recall gaya hidup sedentary sebelum dan setelah edukasi gizi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SDN Sudirman 1 berupa gambaran
umum sekolah dan jumlah siswa serta berdasarkan studi kepustakaan yang
mendukung dalam penelitian ini. Data diperoleh dengan cara observasi langsung
dan wawancara dengan guru-guru serta kepala sekolah.
3. Cara Pengambilan Data
a. Data Primer
1) Dilakukan skrining antropometri untuk mendapatkan siswa yang memiliki
berat badan lebih.
2) Data identitas dan gaya hidup sedentary responden diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden. Sedangkan untuk pengetahuan
diperoleh dari pra dan post test yang dilakukan dengan menggunakan

156
instrumen kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari kerjasama dengan pihak sekolah yang meliputi
sebagai berikut:
1) Gambaran umum sekolah
2) Keadaan geografis
3) Jumlah siswa – siswi SDN Sudirman 1 Makassar.
4. Proses Intervensi
Siswa kelas 4, 5, dan 6 diukur berat badannya menggunakan timbangan seca
dan tinggi badan menggunakan microtoice untuk mendapatkan sampel yang
berstatus gizi lebih, yaitu gemuk dan obesitas. Sebelum dilakukan intervensi,
terlebih dahulu dilakukan recall gaya hidup sedentary.
Sampel yang telah ada kemudian dikumpulkan di suatu ruangan berdasarkan
kesepakatan dengan pihak sekolah untuk kemudian dilakukan intervensi berupa
pemberian edukasi dengan menggunakan slide edukasi dan buku saku. Sebelum
pemberian edukasi dimulai, terlebih dahulu dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pengetahuan responden. Setelah itu, dilakukan pemaparan materi edukasi
dan pembagian buku saku. Isi materi dapat dilihat pada lampiran.
Jarak antara pretest dan posttest adalah dua minggu. Setelah dua minggu,
kembali dilakukan posttest dengan kuisioner yang sama untuk mengetahui
perbedaan tingkat pengetahuan siswa dua minggu setelah intervensi. Sedangkan
untuk mengetahui perubahan gaya hidup sedentary, kembali dilakukan recall.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data diolah dengan menggunakan komputer dan disajikan dalam bentuk table
maupun narasi disertakan pembahasan dengan membandingkan teori-teori yang
relevan. Data diolah dengan menggunakan bantuan alat elektronik berupa computer
pada program SPSS, lalu disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
F. Analisis Data
Dilakukan uji statistik menggunakan program SPSS. Analisis data menggunakan
analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan table distribusi frekuensi dari
variabel yang diteliti. Meliputi pengetahuan dan gaya hidup sedentary.

157
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrument penelitian, yaitu:
1. Kuesioner Pengetahuan
2. Kuesioner Gaya Hidup Sedentary
3. Timbangan Seca
4. Microtoise
5. Alat tulis menulis 6. Alat dokumentasi
7. Materi edukasi dalam bentuk slide dan buku saku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sudirman 1 Kelurahan Pisang Utara,
Kecamatan Ujung Pandang, Kotamadya Makassar, Propinsi Sulawaesi Selatan.
SDN Sudirman 1 berada di Jl. Sudirman Makassar dan didirikan pada tanggal 12
September 1974. SDN Sudirman I Makassar merupakan salah satu dari 4 (empat)
sekolah yang berada di Komplek SD Sudirman, yakni, SDN Sudirman I, SDN
Sudirman II, SDN Sudirman III, dan SDN Sudirman IV. Kompleks SDN Sudirman
berdiri di atas lahan seluas 5.615 meter persegi dan menjadi aset Pemerintah Kota
Makassar.
Khusus aset tanah saja, nilai asetnya berdasarkan taksiran sebesar Rp.
33.690.000.000,-. Sementara nilai aset untuk gedung sekolah juga ditaksir sekitar
Rp. 1,3 miliar yang saat ini digunakan oleh empat sekolah. Taksiran nilai aset
gedung SDN Sudirman I dan II sekitar Rp. 781.200.000,- sedangkan SDN
Sudirman III dan IV sekitar Rp. 545.160.000.-
Lokasi Kompleks SDN Sudirman Makassar berada pada lokasi yang strategis
di Jalan Sudirman Makassar. Kompleks sekolah ini berbatasan langsung dengan
Menara Bosowa di sisi kanan, kantor Jiwasraya di sisi kiri. Komplkes SDN
Sudirman juga berhadapan langsung dengan Lapangan Karebosi, serta berada di
dekat kawasan perkantoran dan bisnis (mall dan pasar sentral).
Pada tahun ajaran 2012/2013, SDN Sudirman I Makassar memiliki siswa

158
sebanyak 454 siswa yang terbagi dalam 12 rombongan belajar (rombel) dan jumlah
personil guru dan pegawai sebanyak 23 orang. Data keadaan jumlah siswa dan personil
disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Siswa SDN Sudirman I Makassar
TA. 2012/201 berdasakan Kelas (Rombel)

Jenis Kelamin Jumlah


No. Kelas Total

L P L P

1 1A 16 23
36 41 77
2 1B 20 18
3 2A 17 19
33 35 68
4 2B 16 16
5 3A 20 23
41 41 82
6 3B 21 18
7 4A 20 18
44 28 72
8 4B 24 10
9 5A 20 15
37 33 70
10 5B 17 18
11 6A 22 23

45 40 85
12 6B 23 17

159
Jumlah 236 218 454

Sumber : Data Sekunder, 2013

Tabel 4.2 Jumlah Personil SDN Sudirman I Makassar


TA. 2012/2013

No. Jabatan Jumlah

1 Kepala Sekolah 1
2 Guru Kelas 10
3 Guru Mata Pelajaran 9
4 Bujang 1
5 Satpam 1
6 Staf / Administrasi 1

Jumlah 23

Sumber : Data Sekunder, 2013

SDN Sudirman 1 mempunyai beberapa kantin yang berada di dalam


kompleks sekolah. Jenis makanan jajanan yang disediakan di kantin tersebut
kebanyakan adalah makanan dan minuman kemasan. Selain makanan jajanan
yang dijual di kantin, siswa SDN Sudirman 1 dapat membeli maknan jajanan di
luar pagar sekolah. Murid-murid sekolah tersebut bebas keluar masuk area
sekolah karena pintu gerbang sekolah terbuka baik pada waktu jam pelajaran
maupun waktu istirahat.

Penjual makanan keliling banyak yang mangkal di sekitar lingkungan


sekolah, baik pada waktu istirahat maupun waktu pulang sekolah. Makanan
jajanan yang dijual bermacam-macam antara lain es krim, es sirup, susu, makanan
dan minuman kemasan, permen, kue-kue basah, burger, siomay, batagor, bakso,

160
bakwan, pisang molen, dan lain-lain.
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 9 sampai 26 April 2013. Total populasi
adalah 227, namun yang hadir pada saat pengukuran antropometri adalah 219
siswa yang kemudian diukur tinggi badan dan berat badannya. Hasil skrining
dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Status Gizi Siswa Kelas 4, 5, dan 6 di SDN Sudirman I
Makassar Tahun 2013

Jumlah
Status Gizi
n %

Sangat Kurus 7 3,2


Kurus 26 11,9
Normal 131 59,8

Gemuk 35 16,0
Obesitas 20 9,1

Total 219 100

Sumber: Data primer, 2013

Sampel yang diperoleh berjumlah 55 orang, dengan pengambilan sampel


adalah semua siswa yang berstatus gizi lebih, dalam hal ini adalah siswa yang
berstatus gemuk dan obesitas. Setelah proses skrining tersebut maka diperoleh
data sebagai berikut:

161
3. Analisis Univariat
Adapun hasil pengolahan dan analisis data variabel penelitian ini disajikan dalam
bentuk 63able serta dijelaskan dalam bentuk narasi sebagai berikut :
a. Karakteristik Umum Responden
1) Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Anak
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan
Karakteristik di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Karakteristik Anak N = 55 %

Jenis Kelamin
Laki-laki 31 56,4
Perempuan 24 43,6

Umur
7 – 9 tahun 11 20,0
10 – 12 tahun 44 80,0

Kelas
IV 18 32,7
V 21 38,2
VI 16 29,1

Uang Saku
Rp 5.000,- s/d Rp 10.000 21 38,2
Rp 10.000.- s/d Rp 15.000 32 58,2
>Rp 15.000 2 3,6

Status Gizi
Gemuk 35 63,6%
Obesitas 20 36,4%

Sumber : Data Primer, 2013

162
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56,4%, sedangkan perempuan
sebanyak 43,6%. Karakteristik umur responden menunjukkan responden umur 7 – 9
tahun sebanyak 20% responden , dan umur 10 – 12 tahun sebanyak 80%. Kemudian
berdasarkan kelas responden, paling banyak siswa gizi lebih ditemukan di kelas V
sebanyak 38,2%, kemudian kelas IV 32,7%, dan kelas VI sebanyak 29,1%. Untuk uang
saku sebagian besar responden memiliki uang saku sebesar Rp 10.000 – Rp 15.000
sebanyak 58,2%. Dan untuk status gizi responden terdapat 63,6% yang berstatus gizi
gemuk dan 36,4% berstatus gizi obesitas.
2) Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Orang Tua
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Orang Tua di
SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Karakteristik Orang Tua N = 55 %

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Ayah
SD/SMP 3 5,5
SMA 14 25,4

Diploma 3 5,5

Sarjana 35 63,6

Pendidikan Ibu
SD/SMP 3 5,5
SMA 23 41,8

Diploma 5 9,1

Sarjana 24 43,6

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Ayah
PNS 11 20,0

163
TNI/Polri 2 3,6
Pegawai Swasta 22 40,0
Wiraswasta 20 36,4

Pekerjaan Ibu
PNS 8 14,6
Pegawai Swasta 12 21,8
Wiraswasta 13 23,6
IRT 22 40,0

Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa karakteristik orang tua responden
berdasarkan tingkat pendidikan ayah yaitu sebagian besar pendidikan terakhir ayah
responden adalah S1 sebesar 63,6%, SMA 25,4%, Diploma 5,5% dan SD/SMP 5,5%.
Sedangkan untuk pendidikan ibu responden sebagian besar S1 sebesar 43,6%, SMA
41,8%, Diploma 9,1 % dan SD/SMP 5,5%.
Adapun berdasarkan pekerjaan orangtua, ayah bekerja sebagian besar sebagai
pegawai swasta yaitu sebesar 40%, wiraswasta 36,4%, PNS 20%, dan TNI/Polri 3,6%.
Sedangkan untuk pekerjaan ibu sebagian besar sebagai IRT yaitu sebesar 40%,
Wiraswasta 23,6, pegawai swasta 21,8% dan PNS 14,6%.
4. Analisis Bivariat
Tabel tabel berikut merupakan hasil tabulasi silang antara variabel-variabel yang diteliti
dan dilakukan pula analisis paired samples T – test untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan sesudah edukasi.
a. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.6 Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN
Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Status Gizi Total


Jenis

164
Gemuk Obesitas

Kelamin n
% n % n %

Laki laki 19 54,3 12 60 31 56,4


Perempuan 16 45,7 8 40 24 43,6
Jumlah 35 63,6 20 36,4 55 100

Sumber: Data primer, 2013

Pada tabel 4.6 menggambarkan distribusi status gizi berdasarkan jenis


kelamin responden, dimana untuk status gizi gemuk terbanyak terdapat pada jenis
kelamin laki-laki 54,3% dan perempuan 45,7 %. Demikian pula dengan responden
yang berstatus gizi obesitas terbanyak pada jenis kelamin laki-laki 60% dan
perempuan 40%. b. Perbedaan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Edukasi
Tabel 4.7 Perbedaan Rata – Rata Berat Badan Sebelum dan Sesudah
Edukasi di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

BB Min Max Mean SD Ket.


p
Sebelum 32,50 81,00 48,20 10,01 ∆
0,345
Sesudah 32,10 80,30 48,02 9,51 0,18 kg

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata rata berat badan
sebelum dan sesudah edukasi, yaitu 0,18 kg. Namun setelah dilakukan diuji beda
menggunakan analisis paired samples T-test tidak ada pengaruh yang bermakna
antara edukasi yang diberikan terhadap perubahan berat badan responden, hal
tersebut ditunjukkan pada nilai p 0,345 (p>0,05).
c. Pengetahuan Responden
1) Distribusi Kriteria Pengetahuan Responden

165
Tabel 4.8 Distribusi Kriteria Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Edukasi
Gizi di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Nilai Pre Test Post Test

n % n %

Cukup 44 80 54 98,2
Kurang 11 20 1 1,8
Total 55 100 55 100

Sumber: Data primer, 2013


Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebelum pemberian edukasi gizi 80%
responden memiliki pengetahuan yang cukup dan 20% responden yang memiliki
pengetahuan kurang. Sedangkan setelah pemberian edukasi gizi 98,2% responden
memiliki pengetahuan yang cukup dan 1,8% responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
2) Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi
Tabel 4.9 Perbedaan Rata rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Edukasi di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Pengetahuan Min Max Mean SD Ket.


p
Pre test 5,00 7,00 6,38 0,80
∆ 0,8 0,000
Post test 5,00 9,00 7,18 0,88

Sumber: Data primer, 2013


Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai rata rata sebelum dan sesudah edukasi pada
penelitian ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang
cukup. Dan terjadi peningkatan pengetahuan dimana terlihat dari nilai rata rata pre-post
responden meningkat sebesar 0,8. Setelah dilakukan uji beda menggunakan analisis paired
samples T-test, dimana hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara edukasi

166
yang diberikan terhadap perubahan pengetahuan yang ditunjukkan dengan nilai p sebesar
0,000 (p<0,005).
d. Gaya Hidup Sedentary Responden 1) Distribusi Gaya
Hidup Responden Tabel 4.10 Distribusi Gaya Hidup
Responden Sebelum dan Sesudah Edukasi Gizi di SDN
Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Pre Test Post Test


Gaya Hidup
n % n %

Sedentary 37 67,3 35 63,6


Tidak
18 32,7 20
36,4
Sedentary

Total 55 100 55 100

Sumber: Data primer, 2013

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebelum pemberian edukasi gizi sebanyak 67,3%
responden memiliki gaya hidup sedentary dan 32,7% yang tidak memiliki gaya hidup
sedentary. Sedangkan setelah pemberian edukasi gizi 63,6% responden memiliki gaya hidup
sedentary dan 36,4% yang tidak memiliki gaya hidup sedentary.
1) Perbedaan Gaya Hidup Sebelum dan Sesudah Edukasi
Tabel 4.11 Perbedaan Rata - Rata Gaya Hidup Responden Sebelum dan Sesudah
Edukasi di SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Gaya Hidup Min Max Mean SD Ket.


p
Pre 3,00 7,40 4,6 1,07 ∆
0,000
Post 3,00 9,00 4,7 0,93 0,108

167
Sumber: Data primer, 2013

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai rata rata sebelum dan sesudah edukasi pada
penelitian ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki Gaya Hidup
Sedentary, hal tersebut dapat dilihat pada nilai rata – ratanya yang lebih dari 4,0 yang
merupakan indikator dikatakan seseorang memiliki gaya hidup Sedentary. Kemudian
dilakukan uji beda menggunakan analisis paired samples T-test, dimana hasilnya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara edukasi yang diberikan
terhadap perubahan gaya hidup sedentary yang ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,108
(p>0,005).
2) Distribusi Rata - Rata Perkegiatan Sedentary
Tabel 4.12 Distribusi Rata-rata perkegiatan Sedentary (jam/hari)
Responden Sebelum dan Sesudah Edukasi Gizi di
SDN Sudirman 1 Makassar Tahun 2013

Gaya Hidup

Sebelum Setelah
Sedentary Ket.
Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD
(jam/hari)

Menonton TV 9,42 ± 2,08 9,57 ± 2,2 Naik 0,15


Mengikuti Bimbel 5,92 ± 2,40 5,63 ± 2,31 Turun 0,29
Tidur siang 5,29 ± 1,78 5,00 ± 2,14 Turun 0,29
Facebook, twitter 4,63 ± 3,94 4,20 ± 3,55 Turun 0,43
dengan hp
Menggunakan 3,15 ± 1,26 2,84± 1,12 Turun 0,31
kendaraan
Duduk santai 3,15 ± 1,43 2,99 ± 1,37 Turun 0,16
Mengerjakan PR 2,58 ± 1,14 2,67 ± 1,17 Naik 0,09

168
Bermain Games 1,94 ± 2,09 2,03 ± 2,08 Naik 0,09

Sumber: Data primer, 2013


Tabel 4.12 diatas merupakan jenis kegiatan sedentary dalam penelitian
ini. Kemudian diurutkan berdasarkan rata rata kegiatan
(jam/hari) yang paling lama dilakukan responden. Dimana menonton TV merupakan
kegiatan sedentary yang paling lama dilakukan responden baik sebelum dan sesudah
edukasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, mengenai Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Gaya Hidup Sedentary Pada Anak Gizi Lebih di SDN Sudirman I
Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian Besar Responden memiliki pengetahuan yang cukup. Ada
pengaruh signifikan antara edukasi gizi dengan perubahan pengetahuan
anak gizi lebih di Sekolah Dasar Sudirman I Makassar Tahun 2013 dengan
nilai p 0,000 (p<0,05).
2. Sebagian besar responden memiliki Gaya Hidup Sedentary, meskipun terjadi
perubahan pada nilai rata rata sebelum dan sesudah edukasi. Namun Tidak ada
hubungan yang bermakna antara edukasi yang diberikan dengan perubahan
gaya hidup sedentary pada anak gizi lebih di Sekolah Dasar Sudirman I
Makassar Tahun 2013 dengan nilai p 0,108 (p>0,05).
B. Saran
1. Untuk siswa agar menerapkan pengetahuan tentang gizi serta
memperbanyak aktifitas fisik yang melibatkan gerak tubuh yang optimal.
2. Untuk instansi terkait agar melakukan upaya sosialisasi kerugian dari
obesitas dan gaya hidup sedentary, serta pentingnya pengetahuan tentang
gizi seimbang.
3. Untuk penlitian selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih spesifik

169
tentang gaya hidup sedentary.

DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Endang L. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ainsworth, B.E. et al., 2000. Compendium of physical activities: an update of activity
codes and MET intensities. Medicine and Science in Sports and Exercise, 32, hal.
498–504.
Alam, Syamsir, dkk., 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Anas, Nurul R. 2011. Gambaran Pola Makan dan Aktifitas Fisik Remaja Obesitas
Setelah Edukasi di SMA Pondok Pesantren Ummul Mukminin Makassar. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ariefiyanto, Emil. 2004. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak (Studi
pada Siswa SD H. Isriati Baiturrahman Semarang). Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Brawijaya, Malang.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azizah, A. Sitti Nurul. 2009. Hubungan Pola Asuh dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas pada Anak di TK Pertiwi Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes. 2008. Riset
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes.
Brown, Judith E., 2005. Nutrition Through The Life Cycle. United States of America :
Thompson Wadsworth.
Brown, PJ., 1991. Culture and the evolution of obesity. Human nature, 2, hal. 31-57.
Dasril, Demy Fahem. 2009. Prevalensi Obesitas pada Anak Taman Kanak-kanak di
Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta dan Hubungannya dengan
Sedentary Life Anak. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Dedi S. 2004. Obesitas Primer Pada Anak. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.
Dogra, et al., 2012. Sedentary Behavior and Physical Activity Are Independent Predictors
of Successful Aging in Middle-Aged and Older Adults. Journal of Aging Research,

170
2012, hal. 1.
Ensminger, AH, dkk. 1995. The Concise Encyclopedia of Foods ad Nutrition. Florida:
CRC Press.

Gibson, RS. 2005. Principle of Nutritional Assesment 2nd Edition. New York:
Gregory, J. Norman, PhD. et al., 2005. Psychosocial and Environmental Correlates of
Adolescent Sedentary Behaviors. Pediatrics, 116, hal. 4.
Guedes, DP. Souza, MV. Ferreirinha, JE. Silva, AJ., 2012. Physical Activity and
Determinants of Sedentary Behavior in Brazilian Adolescents from an
Underdeveloped Region. Departemen Pendidikan Jasmani dan olahraga, Parana
Utara University, 114, hal. 542-52.
Gunawan, Andang. 2009. Food Combining. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Hamam. 2005. Bebab Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hadju, 2005. Diktat Gizi Dasar edisi II. Makassar: Jurusan Gizi FKM - UNHAS.
Hardy, Louise, L. et al., 2007. The reliability of the Adolescent Sedentary Activity
Questionnaire (ASAQ). Preventive Medicine, 45, hal. 71–74.
Hazzaa, M Al-Hazzaa, et al., 2011. Physical Activity, Sedentary Behaviors And Dietary
Habits Among Saudi Adolescents Relative To Age, Gender And Region.
International Journal of Behavior Nutrition and Physical Activity, 8, hal. 140.
Heslet, Lars. 2003. Kolesterol. Jakarta: Kesaint Blanc.
Hodge, AM. et al., 1994. Dramatic Increase in The Prevalence of Obesity in Western
Samoa Over 13 Year Period 1978-1991. International Journal of Obesity and
Related Metabolic Disorders, 18, hal. 419-428.
Indika, Kinanti. 2010. Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas.
Juwaeriah. 2012. Gambaran Pola Konsumsi Sayur Dan Buah Terhadap Kejadian
Obesitas Pada Siswa Smp Islam Athirah 1 Kajaolalido Makassar Tahun 2012.
Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Bina
Gizi. Kementerian Kesehatan, Jakarta.

171
Kodyat, dkk. 1996. Kegemukan, Obesitas dan Degeneratif :Epidemologi dan Strategi
Penanggulangan. Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta:
LIPI.
Komsan, 2002. Panga dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada(Kompas,1992).
\Kurniasih, Dedeh, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta; Kompas
Gramedia.
Labuza, T.P. 1991. Obesity, Weight Control and Dieting Food and Your Well Being.
Chapman and Hall. New York.
Lisdiana. 1998. Waspada Terhadap Kelebihan Dan Kekurangan Gizi. Bandar Lampung:
Tribus Agriwidya.
Low, S. Chin, MC. 2009. Deurenberg-yap m. Review on epidemic of obesity. Annual
Academic Medical Singapore, 38, hal. 57-65.\
Mandang, Martini Shintya, 2009. Faktor Risiko Obesitas Anak Usia Dini Pada Kelompok
Bermain Di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Skripsi sarjana. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Manurung, Nelly Katharina. 2009. Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan
Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian
Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Universitas Sumatera Utara, Medan
Misnadiarly. 2007. Obesitas sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka
Obor Popular.
Moehji, Syahmin. 2003. Ilmu Gizi II: Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.
Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurcahyani, Icha Dian. 2011. Pengaruh Edukasi terhadap Gaya Hidup (Pola Makan dan
Aktifitas Fisik) Remaja Gizi Lebih di SMA Islam Athirah Makassar. Skripsi sarjana.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin, Makassar
Nurul, A Sitti. 2009. Hubungan Pola Asuh dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas
pada Anak di TK Pertiwi Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

172
Suhendro, 2003. Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja
Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang Provinsi Banten. Tesis Magister Ilmu-ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Utama Gizi dan Kesehatan, Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
Suryati, Nur. 2011. Gambaran Pola Makan dan Aktivitas Fisik Setelah Edukasi Gizi
pada Remaja Obesitas di SLTP 6 Makassar tahun 2011. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Soegondo. 2008. Penatalaksanaan Dibetes Milletus. Jakarta: Persedia.
Sopacua, Emma Ariane. 2007. Analisis Body Image, Perilaku Makan, dan Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Obesitas Remaja Putri di SLTP Kota Tomohon, 2007. Tesis.
Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Steffen, LM. Dai, S. Fulton, JE. Labarthe, DR., 2009. Overweight in Children and
Adolescents Associated with TV Viewing and Parental Weight: Project Heartbeat!.
Am J Prev Med, 37, hal. 50-5.
Swinburn, B. Shelly, A., 2008. Effects of TV Time and Other Sedentary Pursuits.
International Journal of Obesity, 32, hal. 6.
Utami, Wisarani Sevita. 2009. Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Kebiasaan Konsumsi
Serat dan Faktor Lain dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Islam Annajah di
Jakarta Selatan, Tahun 2009. Skripsi sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia, Depok.
WHO., 2010. In Guide to Community Preventive Services Web site. Physical Activity.
Geneva, Switzerland.
WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva

173
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 542 - 553
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD, AKTIVITAS FISIK, POLA
KONSUMSI, KARAKTERISTIK REMAJA DAN ORANG TUA DENGAN
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang
Tahun 2012)
Wiwied Dwi Oktaviani*), Lintang Dian Saraswati**), M. Zen Rahfiludin ***) *)Alumnus FKM
UNDIP, **)Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP,
***)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
ABSTRAK
Peningkatan kemakmuran, kemajuan teknologi dan westernisasi dapat mengakibatkan
perubahan gaya hidup dan pola makan di masyarakat, khususnya remaja yang cenderung
menyukai makanan cepat saji (fast food) serta penurunan aktivitas fisik yang dapat
meningkatkan terjadinya gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas fisik (lama tidur, lama menonton televisi, lama
main komputer/video games, kebiasaan olahraga), pola konsumsi (total konsumsi energi,
konsumsi karbohidrat, lemak, protein), karakteristik remaja (pengetahuan gizi, jenis
kelamin, uang saku), karakteristik otang tua (tingkat pendidikan ibu, penghasilan orang
tua) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada remaja SMA Negeri 9 Semarang tahun
2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Besar populasi adalah 654 siswa. Sampel berjumlah 80 responden yaitu siswa
kelas X dan XI SMA Negeri 9 Semarang yang dipilih secara acak sesuai proporsi tiap
kelas. Analisis uji statistik menggunakan uji Korelasi Rank Spearman dan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food
(p=0,038; ρ=0,232), lama menonton televisi (p=0,037; ρ=0,233), total konsumsi energi
(p=0.001; ρ= -0.592), konsumsi karbohidrat (p = 0,001; ρ= -0.604), konsumsi protein
(p=0.001; ρ= -0.567), konsumsi lemak (p=0.001; ρ= -0,397) dan pengetahuan gizi
(p=0,009; ρ=0,289) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tidak ada hubungan antara lama
tidur, lama main komputer/video games, kebiasaan olahraga, konsumsi karbohidrat,
konsumsi lemak, uang saku, pendapatan orang tua, tingkat pendidikan ibu, dan jenis
kelamin dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Saran bagi pihak sekolah adalah dengan
melakukan upaya edukasi melalui penyuluhan kesehatan serta melakukan pemantauan
status gizi siswa melalui pengukuran antropometri.

Kata Kunci : Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja,
Indeks Massa Tubuh (IMT)

170
PENDAHULUAN Elita pada 194 siswa SMA Negeri 3
Indeks Massa Tubuh merupakan Semarang, sebesar 10,8% mengalami
metode yang digunakan dalam penentuan overweight dan 2,1% obesitas. (5)
status gizi seseorang. Pada remaja, Sedangkan penelitian Mardatillah
penentuan ini berdasarkan penghitungan terhadap 113 siswa sekolah menengah
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body atas di Jakarta Timur didapatkan
Mass Index (BMI) yang kemudian prevalensi obesitas sebesar 33,6%.(6)
dicocokkan dengan grafik pertumbuhan Gizi lebih pada remaja perlu
sesuai dengan usia dan jenis kelamin. mendapat perhatian, sebab gizi lebih yang
Diantara klasifikasi Indeks Massa Tubuh, muncul pada usia remaja cenderung
yang dilihat sebagai masalah adalah gizi berlanjut hingga dewasa dan lansia.
lebih yang meliputi overweight dan Sementara gizi lebih itu sendiri
obesitas dimana overweight dikategorikan merupakan salah satu faktor risiko
th th
dalam IMT dari 85 -95 persentil, penyakit degeneratif, seperti penyakit
sedangkan IMT dari >95th persentil kardiovaskuler, diabetes melitus, beberapa
(1)
termasuk dalam kategori obesitas. jenis kanker, dan sebagainya.(7) Pada study
Gizi lebih atau dalam istilah longitudinal oleh Lytle menyatakan
awam lebih dikenal sebagai kegemukan bahwa kelebihan berat badan pada remaja
merupakan status gizi tidak seimbang berisiko terjadinya penyakit
akibat asupan nutrisi yang berlebihan kardiovaskuler di usia dewasa.(8)
sehingga menghasilkan Beberapa faktor yang berhubungan
ketidakseimbangan energi antara dengan tingginya Indeks Massa Tubuh
konsumsi makanan dan pengeluaran (gizi lebih) diantaranya adalah pola
energi yang dapat menyebabkan gangguan konsumsi tinggi energi dan kurangnya
(2)
kesehatan. Prevalensi gizi lebih aktivitas fisik yang mengarah pada pola
(overweight dan obesitas) di seluruh dunia hidup sedentaris (sedentary lifestyle).
mengalami tren yang terus meningkat seperti menonton televisi dan bemain
dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu computer/video games. Penelitian Hanley
kelompok umur yang berisiko terjadinya et al pada masyarakat Kanada
gizi lebih adalah kelompok umur remaja. menemukan bahwa remaja usia 10-19
(3)
Hasil Riskesdas 2010 menyebutkan tahun yang menonton televisi > 5 jam per
bahwa prevalensi obesitas pada remaja hari, secara signifikan lebih berpeluang
(lebih dari 15 tahun) di Indonesia telah mengalami gizi lebih dibandingkan
(4)
mencapai 19,1%. Berdasarkan penelitian dengan remaja yang hanya menonton
176
televisi ≤ 2 jam per hari.(9) Tujuan penelitian ini
Peningkatan kemakmuran dan adalah untuk menganalisis
pengaruh westernisasi dapat hubungan kebiasaan konsumsi fast food,
mengakibatkan terjadinya perubahan gaya aktivitas fisik (lama tidur, lama menonton
hidup dalam pemilihan makanan yang televisi, lama main
cenderung menyukai makanan cepat saji computer/video games, kebiasaan
(fast food) yang kandungan gizinya tidak olahraga), pola konsumsi
seimbang yaitu mengandung energi, (total konsumsi energy,
garam, dan lemak termasuk kolesterol karbohidrat, lemak, protein), karakteristik

dalam jumlah tinggi dan hanya sedikit remaja (uang saku, pengetahuan gizi, jenis

mengandung serat.(10) Penelitian oleh kelamin), karakeristik orang tua (tingkat

Fauzul, dkk pada siswa sekolah dasar di pendidikan ibu, pendapatan orang tua).

Manado menyebutkan bahwa siswa-siswi


yang sering mengkonsumsi fast food MATERI DAN METODE
minimal 3 kali per minggu mempunyai Jenis penelitian ini merupakan
risiko 3,28 kali menjadi gizi lebih.(11) penelitian deskriptif analitik dengan

SMA Negeri 9 Semarang memiliki pendekatan cross sectional study.

kegiatan belajar dan ekstrakulikuler yang Populasi dalam penelitian ini adalah

cukup padat. Lokasinya yang dekat seluruh siswa kelas X dan XI SMA

dengan pasar dan tempat makan yang Negeri 9 Semarang yang berjumlah 654

menyediakan makanan cepat saji, siswa. Perbedaan kesibukan dan tingkat

memungkinkan siswa-siswi stress pada siswa kelas XII menjadi

mengkonsumsi makanan cepat saji pertimbangan peneliti untuk tidak

tersebut. Hasil studi pendahuluan memasukkannya menjadi populasi karena

menunjukkan sebanyak 17,22% memungkinkan terjadinya perbedaan pola

siswasiswi mengalami gizi lebih. Oleh makan dan pola tidur, sehingga tidak

sebab itu, penulis menetapkan untuk dapat digunakan untuk mewakili populasi.

mengambil sampel penelitian di SMA Besar sampel minimal dihitung

Negeri 9 Semarang yang merupakan salah berdasakan rumus sampel uji hipotesis

satu SMA favorit di Semarang dan belum untuk dua proporsi populasi dua arah

pernah dilakukan penelitian mengenai „Lemeshow‟ dan diperoleh 80 sampel


hubungan kebiasaan konsumsi fast food, yang ditentukan dengan menggunakan
aktivitas, dan faktor lainnya dengan metode sampel acak sederhana (simple
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada remaja. random sampling). Sampel diambil dari
177
18 kelas, masing-masing 10 kelas X dan 8 (gizi kurang)
kelas XI. Selanjutnya siswa yang terdapat 18,50-24,99 37 46,25

dalam kelas diacak secara sederhana (normal)

untuk dipilih menjadi sampel. Pemilihan 25,00-29,99 12 15,00

siswa tiap kelas yang diikutsertakan (overweight)

menjadi sampel diperoleh melalui rumus ≥30 7 8,75

proporsi yaitu 41 siswa kelas X dan 39 (obesitas)

siswa kelas XI dan terdiri dari 45 siswa


perempuan dan 35 siswa laki-laki.
Instrumen dalam penelitian ini Tabel 1 menunjukkan bahwa

adalah kuesioner yang berisi prevalensi gizi lebih (overweight dan

pertanyaanpertanyaan mengenai aktivitas obesitas) pada remaja SMA Negeri 9

fisik, karakteristik responden dan orang Semarang adalah sebesar 23,75%.

tua. Sementara untuk data frekuensi Hasil ini cukup tinggi jika
konsumsi fast food diperoleh berdasarkan dibandingkan dengan prevalensi gizi
formulir frekuensi makanan yang terdiri lebih remaja di Indonesia yaitu 19,1%.
dari pertanyaan frekuensi 9 jenis makanan Pada penelitian sejenis oleh
siap saji yaitu hamburger, hotdog, pizza, Mardatillah menemukan prevalensi gizi
spaghetti, fried chicken, french fries, lebih pada remaja SMA Islam
donat, sandwich, makanan beku (sosis, PB.Soedirman Jakarta Timur sebesar
nugget) dan data pola konsumsi 33,6% . Sementara pada penelitian lain
berdasarkan pengisian 2 kali recall 24 oleh Elita pada 194 siswa SMA Negeri
jam. Data tinggi badan dan berat badan 3 Semarang, sebesar 12,9% mengalami
diperoleh dengan pengukuran dan kejadian gizi lebih. Terjadinya
penimbangan langsung pada responden. perbedaan hasil pada penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya
HASIL DAN PEMBAHASAN dimungkinkan karena perbedaan
Tabel 1 Disribusi Frekuensi Indeks karakteristik responden, jumlah sampel,
Massa Tubuh (IMT) dan Status Gizi dan metode pengambilan sampel
Remaja SMA Negeri 9 Semarang penelitian.
Tahun 2012 Proporsi kejadian gizi lebih pada
remaja perempuan (52,6%) lebih tinggi
IMT Frekuensi Persen
daripada laki-laki (47,4%). Perempuan
(f) (%)
mempunyai kecenderungan lebih besar
178
untuk mengalami gizi lebih (IMT tinggi).
Remaja perempuan lebih banyak
menyimpan kelebihan energinya sebagai
lemak simpanan, sedangkan laki-laki
menggunakan kelebihan energinya untuk
mensintesis protein. Pada saat
kematangan fisik terjadi, biasanya jumlah
lemak tubuh remaja perempuan dua kali Grafik 1 Distribusi Frekuensi Jenis
lebih banyak daripada laki-laki. Kelamin Remaja SMA Negeri 9
Penimbunan lemak ini terjadi di daerah Semarang Tahun 2012
sekitar panggul, payudara, dan lengan Menurut hasil penelitian Hadi
atas. Pada penelitian Amaliah dalam Nelly tahun 2005, kejadian obesitas (IMT
menyebutkan bahwa akumulasi lemak tinggi) terdapat pada keluarga yang
seringkali dihubungkan dengan mulainya mempunyai pendapatan yang tinggi
menarche yang terjadi ketika remaja atau golongan dengan status sosial
perempuan memiliki lemak tubuh ekonomi menengah ke atas.(13)
minimal 17% dari berat badannya.(12) Pendapatan keluarga yang tinggi berarti
Kecenderungan tersebut tidak kemudahan dalam membeli dan
didukung dengan hasil uji statistik yang mengkonsumsi makanan enak dan
menunjukkan bahwa tidak ada mahal. Orang tua dengan pendapatan
hubungan antara jenis kelamin dengan tinggi mempunyai kecenderungan
kejadian gizi lebih pada remaja. Hasil untuk memberikan uang saku yang
penelitian ini sejalan dengan penelitian cukup besar kepada anaknya. Dengan
Mardatillah dan Meilinasari serta Karnaeni uang saku yang cukup besar, biasanya
yang menemukan bahwa tidak terdapat remaja sering mengkonsumsi
hubungan bermakna antara jenis kelamin makananmakanan modern (fast food)
dengan kejadian gizi lebih (IMT tinggi). dengan pertimbangan prestise dan juga
Selain itu, dalam penelitian ini diperoleh dengan harapan akan diterima di
jumlah siswa perempuan lebih banyak kalangan peer group mereka. Hal
(56,25%) dibandingkan siswa laki-laki tersebut berbeda dengan hasil
(43,25%) yang dapat dilihat pada grafik penelitian ini yang tidak menemukan
1 berikut : adanya hubungan bermakna antara
pendapatan orang tua dan uang saku
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
179
Tidak adanya hubungan ini mengkonsumsi fast food dalam satu
kemungkinan karena adanya pendapatan minggu terakhir. Frekuensi terendah
orang tua responden yang ekstrim yaitu adalah satu kali dan tertinggi adalah
Rp 500.000,- dan Rp 20.000.000,- yang >7kali/minggu (43,75%) seperti yang
dapat dilihat pada tabel 5. Sementara uang terlihat pada tabel 2 tersebut. Dari 9 jenis
saku sebagian besar responden (85%) fast food yang diteliti, jenis fast food fried
adalah Rp 5.000,- s/d Rp 10.000,-dan chicken adalah fast food yang paling
dapat dikatakan homogen. Hasil sering dikonsumsi responden (73,75%),
penelitian ini sama dengan penelitian diikuti oleh makanan beku
yang telah dilakukan oleh Mardatillah (nugget, sosis).
yang menemukan tidak adanya hubungan Hasil analisis univariat Rank
antara uang saku dengan kejadian gizi Spearman menunjukkan adanya hubungan
lebih (IMT tinggi). yang signifikan antara kebiasaan
Tabel 2 Disribusi Frekuensi konsumsi fast food dengan Indeks Massa
Kebiasaan Konsumsi Fast Food Tubuh (IMT) dengan
Remaja SMA Negeri 9 Semarang p=0,038; ρ(rho)=0,232. Semakin sering
Tahun 2012 mengkonsumsi fast food, maka semakin
besar nilai IMT dan begitu juga
Kebiasaan f%
konsumsi Fast Food sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan
1 kali/minggu 1 1,25 penelitian Elita Mardiani bahwa terdapat
2 kali/minggu 2 2,50 hubungan antara frekuensi fast food
3 kali/minggu 6 7,50 dengan Body Mass Indeks (BMI).(5)
4 kali/minggu 9 11,25 Frekuensi remaja yang tinggi dalam
5 kali/minggu 5 6,25 mengkonsumsi fast food dapat
6 kali/minggu 9 11,25 meningkatkan timbunan kalori dalam
7 kali/minggu 13 16,25 tubuh yang menyebabkan peningkatan
>7kali/minggu 35 43,75 nilai IMT (gizi lebih). Badjeber dkk
Jumlah 80 100,00 dalam menemukan bahwa siswa sekolah
Prevalensi gizi lebih yang cukup dasar yang mengkonsumsi fast food > 3
tinggi pada siswa SMA Negeri 9 kali/minggu mempunyai risiko 3,28 kali
Semarang dihubungkan dengan kebiasaan lebih besar menjadi gizi lebih
konsumsi fast food yang tinggi pula. Dari dibandingkan dengan yang jarang atau 1-
hasil penelitian diketahui bahwa seluruh 2 kali/minggu.(11)
remaja SMA Negeri 9 Semarang pernah
180
Fast food dipandang negatif karena 90-119%AKG 2 30,00
kandungan gizi di dalamnya yang tidak 4

seimbang yaitu lebih banyak mengandung


karbohidrat, lemak, kolesterol, dan garam.
Jumlah 8 100,0
Makanan tersebut umumnya 00
diproduksi oleh industri pengolahan Konsumsi Lemak
pangan dengan teknologi tinggi dan <90%AKG 1 15,00
2
memberikan berbagai zat adiktif untuk
90-119%AKG 16 20,00
mengawetkan serta memberikan cita rasa.
Jika makanan ini sering dikonsumsi
secara terus menerus dan berlebihan,
dikhawatirkan akan berakibat pada Hasil uji statistik pada penelitian ini
terjadinya peningkatan nilai Indeks menunjukkan adanya hubungan antara
(8,14)
Massa Tubuh (gizi lebih). keempat variabel pola konsumsi yaitu
Tabel 3 Disribusi Frekuensi Pola total konsumsi energi (p=0.001; ρ=0.592),
Konsumsi Remaja SMA Negeri 9
konsumsi karbohidrat (p=0,001; ρ=-
Semarang Tahun 2012
Konsumsi Energi f% 0.604), konsumsi protein (p=0.001; ρ=-
0.567), konsumsi lemak (p=0.001; ρ=
<90%AKG 5 72,50 -0,397). Hubungan ini mempunyai arah
8
90-119%AKG 1 20,00 yang negatif, sehingga dapat diartikan
6 bahwa semakin tinggi total konsumsi
≥120%AKG 6 7,50
energi, karbohidrat, protein, maupun
lemak maka semakin rendah Indeks
Konsumsi Karbohidrat Massa Tubuh (IMT) dan begitu
sebaliknya. Hasil penelitian ini tidak
<90%AKG 4 52,50 sesuai dengan penelitian Sri Yuliati tahun
2
2000 yang menyatakan ada hubungan
90-119%AKG 3 37,50
0 antara konsumsi energi dengan obesitas,
dimana kelompok obesitas mempunyai
konsumsi energi yang lebih besar
Konsumsi Protein
daripada kelompok yang tidak
<90%AKG 3 46,25
mengalami obesitas.(15)
7
Adanya hubungan negatif ini

181
karena sebagian besar responden adalah Lama Main Komputer/Video
remaja perempuan yang cenderung games
mempunyai IMT lebih tinggi daripada
laki-laki. Perempuan lebih cenderung hari
memperhatikan penampilan (citra tubuh)
daripada laki-laki. Penelitian oleh Tarigan >3 jam per hari 28
tahun 2007 menyatakan bahwa remaja 35,00
perempuan yang obesitas lebih tidak puas
terhadap citra tubuhnya dibandingkan Jumlah per hari 80
100,0
dengan laki-laki obesitas.(16) Selain itu 0
tingginya kebiasaan olahraga pada
respoden (60%) mempunyai kebiasaan Lama Olahraga
olahraga 1,5-3 jam atau lebih per minggu <1,5 jam per minggu 20
yang dapat dilihat pada table 4 berikut : 25,00
1,5-3 jam per 38 47,50
Tabel 4 Disribusi Frekuensi
minggu
Aktivitas Fisik Remaja SMA Negeri >3-5 jam per minggu 22 27,50
9 Semarang Tahun 2012
Jumlah 80 100,00

Lama Tidur f%
< 7 jam per hari 20 Aktivitas fisik (olahraga) yang
25,00
dilakukan 3 sampai 5 kali setiap
7-8 jam per hari 51
63,75 minggu dengan waktu minimal 15
>9 jam per hari 9 menit setiap pelaksanaannya, akan
11,25
Jumlah 80 dapat mengurangi risiko terjadinya
100,0 overweight.(17) Kebiasaan olahraga
0
merupakan salah satu bentuk aktivitas
Lama Menonton TV
fisik yang dapat menurunkan berat

hari badan. Olahraga jika dilakukan secara


teratur dengan takaran yang cukup akan
>3 jam per hari 59
64,25 dapat mencegah munculnya kegemukan
dan menjaga kesehatan. Olahraga
Jumlah 80 semestinya dibiasakan sejak dini agar
100,0 menjadi sebuah kebiasaan yang terus
0
dapat dilakukan hingga usia dewasa

182
dan lanjut.(19) games ≤ 2 jam per hari. Menurut
Hal ini juga dapat terjadi karena penelitian Taheri et al tahun 2004, lama
kontribusi protein dalam total konsumsi waktu tidur <7,7 jam berhubungan dengan
energi tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT)
lemak dan karbohidrat. Protein menjadi pada remaja. Lama waktu tidur yang
penghasil energi dalam keadaan energy pendek berhubungan dengan penurunan
yang kurang tercukupi oleh karbohidrat hormon leptin dan peningkatan hormon

dan lemak. Fungsi utama protein adalah ghrelin. Kedua hormon ini berfungsi

sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dalam pengaturan nafsu makan.

dan pemeliharaan jaringan tubuh yang Hasil penelitian ini menunjukkan

tidak dapat digantikan oleh zat gizi bahwa ada hubungan yang bermakna

lain.(18) antara lama menonton televisi dengan


Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kelebihan karbohidrat akan
p=0,037; ρ=0,233. Semakin lama waktu
disimpan sebagai cadangan energi dalam
menonton televisi, maka semakin tinggi
hati dan otot dalam bentuk glikogen
nilai IMTnya (gizi lebih). Hal ini sesuai
(glikogen hati dan otot) yang
dengan penelitian Marbun tahun 2002
sewaktuwaktu diperlukan karena adanya
pada tahun yang menemukan adanya
kegiatan-kegiatan yang lebih berat dapat
hubungan antara lama menonton televisi
segera digunakan. Bila kelebihan
dengan status gizi.(20) Sebagian besar
karbohidrat itu meningkat terus menerus,
responden mempunyai lama waktu
maka akan terjadi pembentukan lemak
menonton televisi >3jam/hari, dengan
sebagai akibat penyimpanan pada
rata-rata 4 jam/hari. Hanley et al tahun
jaringan adiposa di bawah kulit.(19)
2000 juga menyatakan hal yang sama
Aktivitas fisik lain seperti lama tidur dan
yaitu menonton televisi >5jam/hari secara
lama main komputer/video games tidak
signifikan lebih berisiko 2,5 kali
ada hubungan dengan Indeks Massa
mengalami overweight dibandingkan
Tubuh (IMT) dimungkinkan karena hasil
remaja yang hanya menonton televisi ≤ 2
yang terlihat seperti pada tabel 4
jam/hari.(9)
menunjukkan lama tidur dan lama main
komputer/video games dalam batas normal Menonton televisi termasuk dalam

yaitu 63,75% responden mempunyai lama gaya hidup sedentaris (sedentary lifestyle)

tidur 7-8 jam per hari dan 65% responden yaitu gaya hidup santai dan

mempunyai lama main komputer/video meminimalisasikan aktivitas fisik.


Menonton televisi tergolong ke dalam
183
aktivitas ringan yang berarti tidak banyak food dan cara mengurangi berat badan.
energi yang terpakai. Menonton televisi Sedangkan jawaban salah yang paling
dalam waktu yang lama dapat banyak adalah mengenai rumus
berkontribusi terhadap kejadian penghitungan IMT dan batas IMT untuk
overweight. Hal ini semakin memperbesar gizi lebih. Hal ini dimungkinkan karena
risiko kejadian gizi lebih jika konsumsi siswa masih jarang dan awam mendengar
energi pangan terus meningkat sehingga istilah Indeks Massa Tubuh.
terjadilah ketidakseimbangan energi di Hasil uji statistik dalam penelitian
(21)
dalm tubuh. Konsumsi energi ini dapat ini menunjukkan adanya hubungan
diperoleh saat menonton televisi apabila bermakna antara pengetahuan gizi
kegiatan tersebut dibarengi dengan responden dengan Indeks Massa Tubuh
kebiasaan ngemil snack. (IMT) dengan p=0,009; ρ=0,289.
Makanan camilan tersebut Hubungan ini mempunyai arah yang
mengandung kalori yang tinggi, sehingga positif dan dapat diartikan bahwa semakin
semakin meningkatkan risiko tinggi pengetahuan responden, maka
(18)
peningkatan IMT (gizi lebih). semakin tinggi nilai IMT. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Mardatillah tahun 2008
yang mendapatkan bahwa proporsi
responden gizi lebih dengan pengetahuan
yang baik lebih tinggi dibandingkan
dengan responden gizi lebih dengan
pengetahuan kurang.
Siswa dengan pengetahuan gizi
yang tinggi telah mengetahui adanya
Grafik 2 Distribusi Frekuensi
risiko gizi lebih (IMT tinggi), sehingga
Pengetahuan Gizi Remaja SMA
mereka lebih menjaga pola makan dan
Negeri 9 Semarang Tahun 2012
aktifitas fisik untuk mejaga berat badan
Pada penelitian ini sebagian besar
(IMT) dalam angka yang normal. Tetapi
responden mempunyai pengetahuan gizi
hal tersebut diduga justru berlebihan
yang baik dengan menjawab rata-rata
terutama dalam hal mengkonsumsi
60% pertanyaan seperti terlihat pada
makanan. Keinginan mereka untuk
grafik 2. Hanya dua pertanyaan yang
memenuhi gizi yang seimbang diduga
dapat dijawab benar oleh seluruh
tidak dibarengi dengan jumlah dan porsi
responden yaitu mengenai pengertian fast
makan yang seimbang pula, sehingga
184
akan meningkatkan terjadinya gizi lebih Pengetahuan orang tua khususnya
(IMT tinggi). Sementara pada kelompok ibu mempunyai peranan dalam
siswa dengan pengetahuan gizi rendah peningkatan pengetahuan anak sejak
belum mengetahui pola konsumsi dini. Menurut hasil penelitian Yueniwati
makanan seimbang, sehingga & Rahmawati, terdapat hubungan antara
dimungkinkan asupan makanan pun juga pendidikan terakhir ibu dengan
kurang. Hal inilah yang kemudian pengetahuan ibu tentang obesitas pada
menyebabkan mereka mempunyai IMT anak. Tingkat pendidikan akan
rendah (gizi kurang) . mempengaruhi seseorang dalam
Tabel 5 Disribusi Frekuensi menyerap dan memahami sesuatu.
Karakteristik Orang Tua Tingkat pendidikan erat berhubungan
Remaja SMA Negeri 9 dengan pengetahuan dan informasi yang
Semarang dimiliki. Sedangkan pengetahuan
Tahun 2012 mengenai kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting dalam mempengaruhi pola
Tingkat Pendidikan n %
konsumsi.
Ibu
Dalam penelitian ini, didapatkan
Rendah (≤SMA) 50 62,50
hasil bahwa sebagian besar
Tinggi (>SMA) 30 37,50
Jumlah 80 100,00 ibu responden berpendidikan

Pendapatan Orang rendah

Tua (≤SMA) yang dapat dilihat pada tabel 6.


Dari hasil uji statistik tidak
<Rp2.000.000- 25 31,25 menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan ibu
Rp 2.000.000,- s/d 35 43,75
dengan kejadian gizi lebih. Hasil
Rp 4.000.000,-
penelitian ini sejalan dengan penelitian
>Rp 4.000.000,- s/d 12 15,00
Emil Ariefiyanto tahun yang
Rp 6.000.000,-
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
>Rp 6.000.000,- s/d 3 3,75
antara tingkat pendidikan ibu dengan
Rp 8.000.000,-
obesitas. Penelitian oleh Welis dan
>Rp 8.000.000,- 5 6,25 Mariani tahun 2003 juga membuktikan
Jumlah 80 100,00 tidak adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian gizi lebih.
185
6. Pada data pola konsumsi, didapatkan
SIMPULAN bahwa sebagian besar responden
1. Ada hubungan bermakna antara (72,50%) mempunyai konsumsi energi
kebiasaan konsumsi fast food, lama <90% AKG, 52,50% dengan konsumsi
menonton televisi, total konsumsi karbohidrat <90% AKG dan 46,25%
energi, konsumsi karbohidrat, responden dengan konsumsi protein
konsumsi protein, konsumsi lemak dan <90% AKG. Sebagian besar responden
pengetahuan gizi dengan Indeks Massa (65%) mempunyai konsumsi lemak
Tubuh (IMT). ≥120% AKG.
2. Tidak ada hubungan bermakna antara 7. Sebagian besar responden
lama tidur, lama main komputer/video (56.25%) berjenis kelamin perempuan,
games, kebiasaan olahraga, uang saku, 21,25% responden dengan 9 jawaban
pendapatan orang tua, pendidikan ibu, benar dari 16 pertanyaan, dan 85%
dan jenis kelamin dengan Indeks responden mempunyai uang saku
Massa Tubuh (IMT). sebesar Rp 5.000,- s/d Rp 10.000,-. 8.
3. Sebanyak (46,25%) Pada data karakteristik orang tua,
mempunyai didapatkan bahwa sebagian besar
Indeks Massa Tubuh (IMT) responden (62,5%) mempunyai
18,5024,99 dengan status gizi normal, pendidikan rendah (≤SMA) dan
30% berstatus gizi kurang, dan 23,75% 43,75%
berstatus gizi lebih. memiliki penghasilan Rp
4. Sebanyak 43,75% responden 2.000.000,- s/d Rp 4.000.000,-.
mempunyai kebiasaan konsumsi fast
food dengan frekuensi >7 kali/minggu. SARAN
5. Pada data aktivitas fisik, didapatkan Bagi Sekolah
bahwa sebanyak 43,75% responden a. Melakukan upaya-upaya edukasi
mempunyai lama tidur 8 jam sehari, melalui penyuluhan gizi dan
20% responden dengan lama menonton kesehatan remaja serta gaya hidup
televisi 3 jam sehari, dan 37,5% sehat kepada siswa dan
responden memiliki lama main dimungkinkan dapat dilakukan pula
komputer/video games 1 jam sehari, pada orang tua siswa pada
serta 47,5% responden dengan kesempatan khusus.
kebiasaan olahraga 1,5-3 jam 1. Meningkatkan pengetahuan dan peran
seminggu. anggota Palang Merah Remaja (PMR)
186
sebagai duta kesehatan sekolah, Kelamin Pada siswa SMA Negeri 3
sehingga dapat membantu penyebaran Semarang. Skripsi. FKM UNDIP.
informasi kesehatan khususnya gizi Semarang. 2002
kepada siswa lain. 6. Mardatillah. Hubungan Kebiasaan
2. Melakukan monitoring Indeks Konsumsi Makanan Siap Saji Modern
Massa Tubuh siswa melalui (Fast Food), Aktivitas Fisik, Dan
pengukuran antropometri secara Faktor Lainnya Dengan Kejadian Gizi
rutin, sehingga dapat Lebih Pada Remaja SMA Islam
diketahui status gizi remaja sejak PB.Soedirman di Jakarta Timur
dini. Tahun 2008. Skripsi.FKM
UI.Depok. 2008.

DAFTAR PUSTAKA 7. Soegih RR dan Wiramihardja KK.


1. Poltekkes Depkes Jakarta I. Obesitas, Permasalahan dan Terapi
Kesehatan Remaja : Problem dan Praktis. Jakarta : Sagung Seto. 2009.
Solusinya. Jakarta : Salemba Medika. 8. WHO. Adolescentas Nutrition : A
2010. Review of the Situation in Selected
2. Elsevier. Overnutrition. Mosby‟s South East Asian Countries. WHO

Medical Dictionary, 8th edition. Regional Office for South East Asia.

2009 (Online), New Delhi. 2006.


9. Hanley,A.J et al. Overweight Among
(http://www.medicalglossary.org/n
Children And Adolescent In Native
utrition_disorders_overnutrition_de
Cannadian Community : Prevalence
finitions.html, diakses pada tanggal
And Assosiated Factor, The American
16 Maret 2012)
Jounal of Clinical
3. Arisman.GiziDalamDaur
Nutition.vol 71,pp :693-700, 2000.
Kehidupan.Cetakan kedua. Jakarta :
10. Bowman, SA et al. Effects Of Fast
EGC. 2009.
Food Consumption On Energy Intake
4. Dirjen Bina Gizi dan KIA. Hari Gizi
And Diet Quality Among Children In
Nasional 2011. 2011. (Online)
A National Household Survey. 2004.
(http://www.gizikia.depkes.go.id/arch
Vol. 113 No. 2004 pp. 112 -118
ives/593/img_5933 diakses pada
11. Badjeber, Fauzul,dkk. Konsumsi Fast
tanggal 26 Maret 2012).
Food sebagai Faktor Risiko
5. Mardiani E. Hubungan Beberapa
Terjadinya Gizi Lebih pada Siswa SD
Komponen Gaya Hidup Dengan
Negeri 11 Manado. 2012. Vol.1 no.1.
Kejadian Obesitas Berdasarkan Jenis
187
12. Manurung, NK. Pengaruh Produktivitas Kerja). Jakarta: Rineka
Karakteristik Remaja, Genetik, Cipta. 2006. Marbun. Hubungan
Pendapatan Keluarga, Pendidikan Konsumsi Makanan,
Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Kebiasaan Jajan Dan Pola Aktivitas
Terhadap Kejadian Obesitas Di SMU Fisik Dengan Status Gizi Siswa. Tesis.
RK Sakti Medan. Tesis. Pasca FKM UI. Depok. 2002.
Sarjana-USU. 2008. 19. Lowry R, et al. Television Viewing
13. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi and Its Associations with Overweight,
dan Implikasinya terhadap Kebijakan Sedentary Lifestyle, and Insufficient
Pembangunan Kesehatan Nasional. Consumption of Fruits and
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Vegetables among US
UGM. 2005. 20. High School Students : Differences by
14. Meilany,TA. Profil Klinis Dan Race, Ethnicity, and Gender. 2002.
Laboratoris Obesitas Pada Murid Journal of School Health. vol
Sekolah Dasar. Tesis. Bagian Ilmu 72. no 10, 413-421.
Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta. 2001.
15. Yuliati, S. Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Obesitas
Anak Murid TK Hj. Isriati
Baiturrahman Semarang. Skripsi.
FKM-UNDIP. 2000.
16. Tarigan, N. Hubungan Citra Tubuh
dengan Status Obesitas, Aktivitas
Fisik, dan Asupan Energi Remaja
SLTP di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul. 2007. Jurnal Ilmiah
PANMED Vol 2 No.1, 1-8.
17. \Khomsan, A. Pangan Dan Gizi
Untuk Kesehatan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.2002.
18. Marsetyo H dan Kartasapoetra G. Ilmu
Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan

188

Anda mungkin juga menyukai