oleh:
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS JEMBER
2016
i
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh:
Kelompok 6
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
(SIADH). Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal.
Penulis menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Implikasi Keperawatan...................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Definisi...........................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..................................................................................................5
2.3 Etiologi...........................................................................................................6
2.4 Klasifikasi.......................................................................................................7
2.5 Patofisiologi....................................................................................................8
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................12
2.8 Penatalaksanaan Medis.................................................................................13
BAB 3. PATHWAY................................................................................................16
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS......................................................17
4.1 Pengkajian....................................................................................................17
4.2 Diagnosa.......................................................................................................20
4.3 Intervensi......................................................................................................21
4.4 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................25
BAB 5. PENUTUP................................................................................................30
5.1 Kesimpulan...................................................................................................30
5.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
Tao dan Kendall (2014) menebutkan bahwa SIADH adalah suatu kondisi
dimana terjadi overproduksi ADH yang paling sering terjadi karena produksi
ektopik ADH oleh suatu neoplasma (misalnya kanker paru small cell).
Overproduksi ADH dapat menimbulkan terjadinya retensi air dan hiponatremia.
Gambaran klinis dari SIADH adalah munculnya keluhan dan geja hiponatremia
berupa perubahan status mental dan ketidak mampuan mengencerkan urine.
SIADH adalah penyakit yang disertai dengan adanya kadar ADH dalam
plasma dengan jumlah yang cukup tinggi namun tidak sesuai untuk osmolaritas
plasma pada keadaan tersebut. Retesnsi cairan yang disertai dengan adanya
asupan cairan yang normal, menyebabkan hiponatremia dan hipo-osmolaritas.
Pada pasien SIADH, urin biasanya lebih pekat dibandingkan plasma.
Keseimbangan natrium tetap normal (Greenspan & Baxter, 1998).
Sebuah studi kelompok pada lebih dari 120.000 pasien yang berada pada
IGD dan ruang rawat inap menemukan bahwa 42,6% dari pasien rawat jalan
memiliki serum Na <136 mmol / L (<136 mEq / L), 6,2% <126 mmol / L (<126
mEq / L), dan 1,2% <116 mmol / L (<116 mEq / L). Insiden hiponatremia juga
ditemukan berada pada kisaran yang tinggi (18%) di antara pasien panti jompo.
Sebuah laporan dari 184 kejadian hiponatremia berat (dilaporkan sebagai 120
mmol / L [120 mEq / L]) di rumah sakit di Amerika Serikat dan Inggris
menemukan bahwa 21% dari pasien tersebut mengalami hiponatremia akut dan
79% lainnya mengalami hiponatremia kronis. Hidrasi yang berlebihan (21%),
terutama iatrogenik, adalah penyebab utama dari hiponatremia, sementara SIADH
menyumbang sebanyak 8% pada insidensi hidrasi (BMJ, 2016).
2.4 Klasifikasi
1. Type A
Bentuk yang paling umum dari SIADH. Pengeluaran AVP tidak
teratur. Terjadi pada sekitar 30% pasien. Peningkatan tingkat level
plasma AVP yang berubah-ubah tidak berhubungan dengan perubahan
osmolaritas plasma selama pemberian infus saline hipertonik. Terlihat
pada pasien dengan kanker paru-paru dan tumor nasofaring.
2. Tipe B
Bentuk umum dari SIADH. Kebocoran AVP secara lambat. Terjadi
pada sekitar 30% pasien. Peningkatan ringan pada plasma AVP
dibandingkan dengan mengetik A. Plasma AVP tetap stabil selama
infus saline hipertonik dan hanya naik ketika kadar natrium serum
mencapai kisaran normal.
3. Tipe C
Terjadi osmostat berulang. Terjadi pada sekitar 30% pasien. Tingkat
AVP rendah selama keadaan hyponatraemic. Namun, tingkat AVP
meningkat secara tidak wajar selama pemberian infus saline
hipertonik sebelum hiponatremia dikoreksi.
4. Tipe D
Pseudo-SIADH. Sekitar 10% terjadi pada pasien. AVP daam keadaan
rendah atau tidak terdeteksi. Rendahnya tingkat AVP selama keadaan
hyponatraemic dengan osmoregulasi yang normal pada pengeluaran
AVP. Antidiuresis terjadi melalui mekanisme alternatif, salah satunya
adalah sindrom nefrogenik dari diuresis yang tidak pantas (Syndrome
of Inappropriate Diuresis, SIAD), kelainan genetik yang ditandai
dengan peningkatan fungsi mutasi reseptor vasopressin 2 (V2).
2.5 Patofisiologi
Sedangkan dalam Greenspan dan Baxter (1998) dan Davey (2002) disebutkan
bahwa kriteria diagnostik SIADH termasuk:
1. Tingkat hiponatremia
2. Apakah pasien menunjukkan gejala terhadap SIADH
3. Apakah pasien mengalami sindrom akut (<48 jam) atau kronis
4. Osmolalitas urin dan kreatinin
1. Meningkatkan natrium serum dengan 0,5-1 mEq / jam, dan tidak lebih
dari 10-12 mEq pada 24 jam pertama
2. Mengarahkan natrium serum maksimum 125-130 mEq / L
Dalam pengaturan akut (<48 jam sejak onset) di mana gejala sedang
diamati, pilihan pengobatan untuk hiponatremia adalah sebagai berikut:
1. Pembatasan cairan
2. Pemberian vasopressin-2 receptor antagonists
3. Jika vasopresin-2 antagonis reseptor tidak tersedia atau jika
pengalaman terhadap vasopressin-2 receptor antagonists terbatas, agen
lain yang harus dipertimbangkan termasuk diuretik loop dengan
asupan meningkat garam, urea, manitol, dan demeclocycline.
1. Restriksi Cairan
Bentuk terapi paling sederhana adalah dengan melakukan pembatasan
asupan cairan, walaupun pada masa yang paling panjang, haus hebat
yang menyertai cara terapi ini sulit untuk dikelola.
2. Diuretik
Bila osmolalitas plasma rendah, dibutuhkan koreksi dengan cepat,
diuretik seperti furosemid dengan dosis 1 mg/kg 1 jam dapat
dipergunakan. Agen-agen ini mencegah gradien konsentrasi pada
medula dari peningkatan sehingga menurunkan efektivitas ADH.
Karena diuresis disertai dengan hilangnya kalium, kalsium, dan
magnesium secara signifikan melalui urin, maka elektrolit-elektrolit
ini harus diberikan pada pasien dengan cara infus intravena.
3. Metode-metode terapi lain
Pada keadaan darurat bila terjadi hiponatremia yang berat, salin
hipertonis, misalnya natrium klorida 3% yang diberikan sendiri atau
bersama furosemid. Ratio infus 20-40 ml akan meningkatkan natrium
serum 1-2 meg/L perjam pada kebanyakan pasien.
17
Neoplasia
Ca paru, Ca serviks, Ca
nasofaring, dll
BAB 3. PATHWAY
Kelenjar hipofisis
terganggu Gangguan Sistem Syaraf Penyakit Pada Paru Efek Obat
Epilepsi, lupus, trauma Bronkitis, pneumonia, Cholorpropamid,
kepala, dll empisema, dll Carbamazepine, Tricilyc, dll
Peningkatan pelepasan SIADH Inhibisi ADH tidak Stimulasi sekresi ADH Peningkatan osmolaritas plasma
ADH terkontrol
Nausea
Penurunan konsentrasi air
di urine Urine lebih pekat
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
4. 1 Pengkajian
4.1.1 Anamnesa
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Kenanga No. 17
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh urin yang keluar ketika BAK sedikit dan pekat.
4.2 Diagnosa
1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan retensi cairan.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan konsentrasi air
dalam urine.
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
4. Nausea berhubungan dengan retensi makanan di lambung.
4.3 Intervensi
5.1 Kesimpulan
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH)
didefinisikan sebagai suatu keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas yang
disebabkan oleh adanya suatu kondisi yang tidak tepat, sekresi yang terus menerus
atau kinerja hormon yang tidak normal, atau terjadinya peningkatan volume
plasma yang menyebabkan terganggunya ekskresi air. SIADH paling sering
disebabkan oleh gangguan yang berupa adanya hipersekresi ADH dari sumber
hipotalamus normal atau dengan produksi ektopik. Orang dengan penyakit
SIADH biasanya menunjukkan gambaran klinis seperti; mual dan muntah yang
memburuk sejalan dengan derajat intoksikasi air, hiponatremi, takhipnea, letargi,
penurunan kesadaran sampai koma dan lain sebagainya. Agar dapat dipastikan
untuk melakukan penegakan diagnosis SIADH maka ada beberapa tes
laboratorium yang dapat membantu yakni; serum natrium,kalium,klorida dan
bikarbonat, lalu tes laboratorium osmolitas plasma, tes kretinin serum, tes
nitrogen urea darah, tes gula darah dan tes osmolitas urin, tes serum asam urat, tes
serum kortisol, dan tes hormon perangsang kelenjar tiroid. Penatalaksanaan dari
SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu; pengobatan penyakit yang mendasari,
mengurangi retensi cairan yang berlebihan, dan Semua asuhan yang diperlukan
saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian)
seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dan dukungan emosional.
5.2 Saran
Di harapkan para tenaga kesehatan lebih memfokuskan lagi untuk mengatasi
terjadinya SIADH agar tidak sering terjadi ataupun meningkat. Tenaga kesehatan
seharusnya mensosialisasikan bagaimana cara-cara untuk mencegah terjadinya
SIADH dan bagaimana cara mengatasi SIADH.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, (et al). 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Greenspan, F.S. dan Baxter, J.D. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta:
EGC.
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Price, S.A. dan Lorraine, M.W. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Volume 2. Jakarta: EGC.
Tao, L dan Kendall, K. 2014. Sinopsis Organ System: Endokrinologi. Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group.
35