Oleh
KELOMPOK 6
Oleh
Kelompok 6
1. Nanda Khoiril M.S.
2. Handita Diana Ratri
3. Puput Dwi Puspitasari
142310101048
142310101073
142310101110
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
(SIADH). Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal.
Penulis menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.4 Implikasi Keperawatan...................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Definisi...........................................................................................................5
2.2 Epidemiologi..................................................................................................6
2.3 Etiologi...........................................................................................................7
2.4 Klasifikasi.......................................................................................................9
2.5 Patofisiologi..................................................................................................10
2.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................13
2.8 Penatalaksanaan Medis.................................................................................14
BAB 3. PATHWAY................................................................................................18
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS......................................................19
4.1 Pengkajian....................................................................................................19
4.2 Diagnosa.......................................................................................................21
4.1 Intervensi......................................................................................................22
4.2 Implementasi................................................................................................27
4.1 Evaluasi........................................................................................................27
BAB 5. PENUTUP................................................................................................33
5.1 Kesimpulan...................................................................................................33
5.2 Saran.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui
rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin secara hormonal hal ini di atur
oleh arginin vasopresin (AVP) sebagai hormon anti diuretik. SIADH
(Syndrome Of Inapropiate Secretion Of Anti Diuretic Hormon) adalah sindrom
yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya
keluaran dari air bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia,
hipomolalitas dan natriuresis. Dari pengertian tersebut maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa SIADH adalah suatu keadaan dimana kadar natrium serum
yang kurang dari 135 mEq/L.
Sindrom ini sangat jarang menurut hasil survei dari NIH, Amerika
Serikat yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada
kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau pada pasien dewasa sangat jarang,
namun pada anak sering menyertai pada kondisi pasien dengan hipotonik
normovolemia dan hiponatremia. Angka kejadian yang pasti dari SIADH ini
sulit diketahui karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi
lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau
sistem saraf.
Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi
cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini dapat di buktikan pada studi di
kelompok usia lanjut dengan hiponatremi idiomatik kronik yang mendasari
hubungan antara SIADH dan usia. Walau bagaimanapun risiko dari kejadian
SIADH meningkat bila pasien menderita hiponatremi. Insiden dari kejadian
SIADH sendiri pada anak-anak mencapai 1/3 pada anak dengan pneumonia
yang berkorelasi dengan perburukan penyakit serta kesembuhannya. Mungkin
restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan uh tuk meningkatkan
kesembuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi SIADH?
2. Bagaimana epidemiologi dari SIADH
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pada
pasien
SIADH,
urin
biasanya
lebih
pekat
oleh ginjal. Pelepasan ADH berlanjut tanpa kontrol umpan balik walupun
osmolalitas plasma rendah dan volume darah meningkat (Corwin, 2009).
2.2 Epidemiologi
Hiponatremia (serum Na <135 mmol / L atau <135 mEq / L)
merupakan temuan yang biasa ditemui di rumah sakit pada pasien SIADH.
Hiponatremia telah dilaporkan terjadi pada 15% sampai 22% dari pasien
rawat inap dan 7% dari pasien rawat jalan. Hiponatremia sedang sampai
dengan berat (serum Na <130 mmol / L atau <130 mEq / L) ditemukan dalam
2,5% dari pasien rawat inap, dua pertiga di antaranya menunjukkan adanya
perkengembangkan gangguan selama menjalani rawat inap. Salah satu studi
prospektif menemukan bahwa SIADH sering teridentifikasi pada pasien rawat
inap dengan hiponatremia (serum Na <130 mmol / L atau <130 mEq / L).
Sebuah studi kelompok pada lebih dari 120.000 pasien yang berada
pada IGD dan ruang rawat inap menemukan bahwa 42,6% dari pasien rawat
jalan memiliki serum Na <136 mmol / L (<136 mEq / L), 6,2% <126 mmol /
L (<126 mEq / L), dan 1,2% <116 mmol / L (<116 mEq / L). Insiden
hiponatremia juga ditemukan berada pada kisaran yang tinggi (18%) di antara
pasien panti jompo. Sebuah laporan dari 184 kejadian hiponatremia berat
(dilaporkan sebagai 120 mmol / L [120 mEq / L]) di rumah sakit di
Amerika Serikat dan Inggris menemukan bahwa 21% dari pasien tersebut
mengalami hiponatremia akut dan 79% lainnya mengalami hiponatremia
kronis. Hidrasi yang berlebihan (21%), terutama iatrogenik, adalah penyebab
utama dari hiponatremia, sementara SIADH menyumbang sebanyak 8% pada
insidensi hidrasi (BMJ, 2016).
Bertambahnya usia (> 30 tahun) merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hiponatremia pada pasien dirawat di rumah sakit. Pria tampaknya
lebih mungkin untuk mengalami hiponatremia ringan atau sedang, namun
tidak sampai pada keadaan parah. Berat badan rendah juga merupakan faktor
risiko untuk hiponatremia. Perempuan tampaknya lebih rentan terhadap
63
hiponatremia yang diakibatkan oleh induksi obat dan aktifitas yang dapat
menyebabkan hiponatremia seperti berlari maraton (Thomas, 2016).
2.3 Etiologi
SIADH paling sering disebabkan oleh gangguan yang berupa adanya
hipersekresi ADH dari sumber hipotalamus normal atau dengan produksi
ektopik. Penyebab SIADH dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu:
gangguan sistem saraf, neoplasia, penyakit paru, dan obat yang diinduksi
(termasuk obat yang dapat merangsang pelepasan AVP, mempotensiasi efek
dari AVP, atau obat yang memiliki mekanisme tidak pasti) (Thomas et al,
2016).
Gangguan sistem saraf meliputi:
1. Abses otak
2. Kecelakaan serebrovaskular
3. Lupus
4. Tremens delirium
5. Ensefalitis
6. Epilepsi
7. Sindrom guillain-barr
8. Trauma kepala
9. Herpes zoster
10. Hidrosefalus
11.Hipoksia ensefalopati iskemik
12. Meningitis
13. Multiple sclerosis
14. Hipoksia perinatal
15. Rocky mountain spotted fever
16. Skizofrenia
17. Perdarahan subarachnoid
18. Hematoma subdural
19. Obstruksi shunt ventriculoatrial
Gangguan neoplasia meliputi:
1. Paru: karsinoma paru dan mesothelioma
7 duodenum, pankreas, dan usus besar
2. Gastrointestinal: karsinoma pada
3. Genetalia dan urinaria: karsinoma adrenocortical, karsinoma serviks,
ureter/kandung kemih, dan prostat, tumor ovarium
2.4 Klasifikasi
SIADH dapat dibagi sesuai dengan pola sekresi arginine vasopressin (AVP) di
berbagai osmolalitas plasma (Hannon & Thompson, 2010).
1. Type A
Bentuk yang paling umum dari SIADH. Pengeluaran AVP tidak teratur.
8
Terjadi pada sekitar 30% pasien. Peningkatan tingkat level plasma AVP
yang berubah-ubah tidak berhubungan dengan perubahan osmolaritas
plasma selama pemberian infus saline hipertonik. Terlihat pada pasien
dengan kanker paru-paru dan tumor nasofaring.
2. Tipe B
Bentuk umum dari SIADH. Kebocoran AVP secara lambat. Terjadi pada
sekitar 30% pasien. Peningkatan ringan pada plasma AVP dibandingkan
dengan mengetik A. Plasma AVP tetap stabil selama infus saline hipertonik
dan hanya naik ketika kadar natrium serum mencapai kisaran normal.
3. Tipe C
Terjadi osmostat berulang. Terjadi pada sekitar 30% pasien. Tingkat AVP
rendah selama keadaan hyponatraemic. Namun, tingkat AVP meningkat
secara tidak wajar selama pemberian infus saline hipertonik sebelum
hiponatremia dikoreksi.
4. Tipe D
Pseudo-SIADH. Sekitar 10% terjadi pada pasien. AVP daam keadaan
rendah atau tidak terdeteksi. Rendahnya tingkat AVP selama keadaan
hyponatraemic dengan osmoregulasi yang normal pada pengeluaran AVP.
Antidiuresis terjadi melalui mekanisme alternatif, salah satunya adalah
sindrom nefrogenik dari diuresis yang tidak pantas (Syndrome of
Inappropriate Diuresis, SIAD), kelainan genetik yang ditandai dengan
peningkatan fungsi mutasi reseptor vasopressin 2 (V2).
2.5 Patofisiologi
Terdapat beberapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan
tubuh dan dapat menyebabkan sekresi ADH yang tidak normal. Tiga
9
mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH, meliputi:
9
1. Sekresi ADH yang abnormal dari sistem hipofisis. Adanya sekresi ADH
yang abnormal disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat seperti trauma
kepala, stroke, meningitis, tumor, ensafalitis, sindrom guillain Barre.
Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress
tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga akan
mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptikhipofisis, yang disebut sebagai sekresi ektopik (misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan.
Bermacam-macam obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH.
Obat-obat tersebut termasuk nikotin, transquilizer, barbiturate, anestesi
umum, suplemen kalium, diuretik tiazid, obat-obat hipoglikemia,
Sedangkan dalam Greenspan dan Baxter (1998) dan Davey (2002) disebutkan
bahwa kriteria diagnostik SIADH termasuk:
1. Hiponatremia berhubungan dengan hipoosmolalitas plasma (< 280
mosm/kg HO) ;
2. Urine tidak maksimal di dilusi, contoh pemekatan tidak sesuai ( > 100
mosm/kg HO);
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Osmolalitas plasma
Kreatinin serum
Nitrogen urea darah
Gula darah
Osmolalitas urin
Serum asam urat
Serum kortisol
Hormon perangsang kelenjar tiroid
Pengobatan penyakit
yang
mendasari,
yaitu
pengobatan yang
c.
14
Tingkat hiponatremia
Apakah pasien menunjukkan gejala terhadap SIADH
Apakah pasien mengalami sindrom akut (<48 jam) atau kronis
Osmolalitas urin dan kreatinin
Jika durasi hiponatremia tidak diketahui dan pasien asimtomatik,
dalam
melakukan
pengobatan
secara
cepat
terhadap
153
antagonists
(aquaretics,
seperti
SIADH
yang
diinduksi
oleh
obat-obatan
diterapi
dengan
17
BAB 3. PATHWAY
Kelenjar hipofisis
terganggu
Peningkatan pelepasan
ADH
Volume Cairan Lebih Dari
Kebutuhan Tubuh
Neoplasia
Ca paru, Ca serviks, Ca
nasofaring, dll
Efek Obat
Cholorpropamid,
Carbamazepine, Tricilyc, dll
SIADH
Retensi cairan
Edema
Hiponatremia
Hiponatremia delusional
17
Anorexia
18
21
21
4.3 Intervensi
NO
1
DIAGNOSA
INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
Kelebihan
volume
cairan Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 Manajemen Elektrolit
berhubungan dengan sekresi jam kelebihan volume cairan dapat teratasi, 1. Pantau
ADH yang berlebihan secara dengan kriteria hasil:
Keseimbangan Cairan
patologis.
1. Keseimbangan intake
22
serum
elektrolit
yang
abnormal
2. Monitor perubahan status paru atau
dan
dalam 24 jam
2. Berat badan stabil
3. Turgor kulit lembab
4. Membran mukosa lembab
5. Serum elektrolit adekuat
6. Hematocrit normal
7. Berat jenis urin normal
8. Tidak ada distensi vena leher
9. Tidak ada kram otot
10. Tidak ada sakit kepala
Eliminasi Urin
1. Pola eliminasi baik
2. Bau urin
3. Jumlah urin normal
4. Warna urine
5. Kejernihan urin
6. Intake cairan adekuat
21
kadar
output
dan
gejala
dan
Tanda-tanda Vital
1.
2.
3.
4.
5.
Ketidakseimbangan
terhadap
panggul dbn
3. Presentase lemak tubuh
nutrisi Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 Managemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh jam status nutrisi adekuat, dengan kriteria
berhubungan
dengan
mual, hasil:
status
gizi
pasien
dan
Status Nutrisi
1.
2.
3.
4.
5.
1. Tentukan
kebutuhan gizinya.
2. Instruksikan
pasien
mengenai
kebutuhan nutrisi.
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan.
4. Monitor kalori dan asupan makanan.
5. Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat badan.
Bantuan Peningkatan Berat Badan
24
berkurang
Monitor mual muntah
Kaji penyebab mual muntah
Monitor asupan kalori setiap hari
Berikan istirahat yang cukup
Berikan penghargaan jika BB pasien
naik
7. Gambarkan dalam grafik kenaikan BB
3
Gangguan
eliminasi
pasien
urin Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 Manajemen Cairan
1.
2.
status pasien
Jaga intake/asupan yang akurat dan
3.
4.
catat output
Monitor status hidrasi
Monitor hasil laboratorium
relevan
dengan
retensi
yang
cairan
BUN,
penurunan
25
osmolalitas urin)
Monitor status hemodinamik\
6.
7.
cairan/retensi
8. Berikan terapi IV
9. Berikan diuretic
10. Monitor reaksi pasien terhadap terapi
elektrolit
Monitor Cairan
1.
Tentukan
jumlah
dan
jenis
eliminasi
Tentukan factor-faktor resiko yang
mungkin
3.
ketidakseimbangan cairan
Tentukan apakah pasien mengalami
4.
5.
6.
7.
8.
26
menyebabkan
9.
edema
perifer,
dan
penambahan BB
12. Berikan cairan dengan tepat
13. Batasi dan alokasikan asupan cairan
14. Konsultasikan dengan dokter jika urin
output <0.5ml/kg/jam atau asupan
cairan orang dewasa <2000mL/24 jam
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Kelebihan
volume
cairan Manajemen Elektrolit
S:
O:
abnormal
2. Memonitor perubahan status paru atau
A:
patologis.
EVALUASI
P:
Ketidakseimbangan
ketidakseimbangan elektrolit
12. Monitor kehilangan cairan
nutrisi Managemen Nutrisi
S:
dengan
mual,
P:
pasien
mengenai
kebutuhan nutrisi.
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan.
BB berkurang
Memonitor mual muntah
Mengkaji penyebab mual muntah
Memonitor asupan kalori setiap hari
Memberikan istirahat yang cukup
Memberikan penghargaan jika BB pasien
naik
7. Menggambarkan dalam grafik kenaikan
3
Gangguan
eliminasi
BB pasien
urin Manajemen Cairan
S:
BUN,
penurunan
hematocrit,
dan
1. Menentukan
intake/asupan
jumlah
cairan
dan
seta
jenis
kebiasaan
eliminasi
2. Menentukan factor-faktor resiko yang
mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
3. Menentukan apakah pasien mengalami
4.
5.
6.
7.
31
jenis urin
11. Memonitor distensi vena leher, ronchi
di
paru-paru,
edema
perifer,
dan
penambahan BB
12. Memberikan cairan dengan tepat
13. Membatasi dan alokasikan asupan
cairan
14. Mengkonsultasikan dengan dokter jika
urin output <0.5ml/kg/jam atau asupan
cairan orang dewasa <2000mL/24 jam
32
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH)
didefinisikan sebagai suatu keadaan hiponatremia dan hipo-osmolalitas yang
disebabkan oleh adanya suatu kondisi yang tidak tepat, sekresi yang terus
menerus atau kinerja hormon yang tidak normal, atau terjadinya peningkatan
volume plasma yang menyebabkan terganggunya ekskresi air. SIADH paling
sering disebabkan oleh gangguan yang berupa adanya hipersekresi ADH dari
sumber hipotalamus normal atau dengan produksi ektopik. Orang dengan
penyakit SIADH biasanya menunjukkan gambaran klinis seperti; mual dan
muntah yang memburuk sejalan dengan derajat intoksikasi air, hiponatremi,
takhipnea, letargi, penurunan kesadaran sampai koma dan lain sebagainya.
Agar dapat dipastikan untuk melakukan penegakan diagnosis SIADH maka
ada beberapa tes laboratorium yang dapat membantu yakni; serum
natrium,kalium,klorida dan bikarbonat, lalu tes laboratorium osmolitas
plasma, tes kretinin serum, tes nitrogen urea darah, tes gula darah dan tes
osmolitas urin, tes serum asam urat, tes serum kortisol, dan tes hormon
perangsang kelenjar tiroid. Penatalaksanaan dari SIADH terbagi menjadi 3
kategori yaitu; pengobatan penyakit yang mendasari, mengurangi retensi
cairan yang berlebihan, dan Semua asuhan yang diperlukan saat pasien
mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti
pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dan dukungan emosional.
5.2 Saran
Di harapkan para tenaga kesehatan lebih memfokuskan lagi untuk
mengatasi terjadinya SIADH agar tidak sering terjadi ataupun meningkat.
Tenaga kesehatan seharusnya mensosialisasikan bagaimana cara-cara untuk
mencegah terjadinya SIADH dan bagaimana cara mengatasi SIADH.
30
Online].
http://bestpractice.bmj.com/best-
http://www.eje-online.org/content/162/Suppl1/S5.long
[15
Oktober 2016].
Otto, S.E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Price, S.A. dan Lorraine, M.W. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Volume 2. Jakarta: EGC.
Tao, L dan Kendall, K. 2014. Sinopsis Organ System: Endokrinologi. Tangerang
Selatan: Karisma Publishing Group.
Thomas et al. 2016. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
[Serial Online]. http://emedicine.medscape.com/article/246650-overview
[06 Oktober 2016].
Tisdale, James & Miller, Douglas. 2010. Drug-Induced Diseases: Prevention,
Detection, and Management, page 892. U.S : heartside publishing.
34
3
35