PENDAHULUAN
1
dan obat-obatan tertentu (misalnya, morfin, klorpromazin, klorpropamid,
chlorothiazide, carbamazepine, dan acetaminophen) (Shinji Kamei et all. 2014).
Pilihan terapi yang biasa pada pasien hyponatremic dengan SIADH terdiri
dari pembatasan cairan, biasanya kurang dari 800-1200 ml / d (asupan sulit untuk
mempertahankan, terutama pada pasien dengan reset osmostat); demeclocycline,
yang bekerja hanya 60% -70% dari pasien dan dapat menyebabkan nefrotoksisitas ;
furosemide dengan suplementasi garam oral ; dan urea lisan, agen lama digunakan
untuk mengobati hiponatremia dari berbagai asal-usul (Soupart A, 2012)..
Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH ,
AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari
200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai
kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka insiden
yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis.
2
1.3 Tujuan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar hipofisis posterior lebih kecil dari pada anterior dan terdiri dari serat
saraf, neuroglia, dan pembuluh darah. Serat saraf berjalan menuju lobus ini dari
hipotalamus. Kelenjar hipofisis posterior menyimpan dan mengeluarkan hormone
salah satunya adalah antidiuretik hormone (ADH) yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Organ target ADH atau vasopressin adalah ginjal dan fungsi utamanya adalah:
Pada SIADH, ada peningkatan air tubuh total karena retensi air dan status
hipo-osmolar yang diakibatkan oleh hiponatremia (natrium serum rendah). Pada
SIAD, keluarnya ADH mengikuti pola:
1. Keluarnya ADH tidak teratur dan tidak terkait pada osmolalitas plasma
2. Keluarnya ADH adalah normal sesuai dengan osmolalitas plasma yang
meningkat, tetapi ADH tidak berkurang saat osmolalitas plasma menurun
3. Keluarnya ADH normal, tetapi sel tubuh sangat sensitive terhadap ADH
sehingga retensi air bertambah
4
Pengeluaran ADH yang abnormal atau kepekaan sel tubuh terhadap ADH
mengakibatkan peningkatan permeabilitas tubula renal distal terhadap air dan banyak
air yang dirabsorbsi. Volume intravascular meningkat, tetapi tanpa edema. Edema
tidak timbul karena peningkatan volume cairan intra vascular disertai dengan
natriuresis (ekskresi natrium melalui urine). Timbulnya natriuresis disebabkan oleh
filtrasi glomerolus meningkat dan berkurangnya reabsorpsi natrium oleh tubula renal
proksimal.
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
SIADH dapat disebabkan oleh kanker paru dan kanker lainnya. Penyakit paru
(pneumonia,TB), atrofi serebrum senilis, hidrosefalus, delifiumtremens, psilosis
akut, penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit peradangan, trauma/cedera
kepala/cerebrovaskular accident , pembedahan pada otak, tumor (karsinuma
bronkus,leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau infeksi otak (ensepalitis,
meningitis) dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung kelenjar hipofisis.
Dan beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat,
karbamazepin,vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida,
dan lain-lain) dannikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-zat tersebut dapat
menstimulasi langsungkelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal
terhadap ADH yang beredar dalam darah (Grabe, Mark A. 2006).
5
SIADH dapat terjadi akibat hipersekresi ADH dari sumber utamanya di
hipothalamus maupun dari sumber ektopik. Penyebabnya dapat dikelompokkan ke
dalam 4 kelompok besar yaitu gangguan sistem saraf, neoplasma, penyakit pulmonal
dan obat-obatan yang mengakibatkan stimulasi pelepasan ADH, efek terhadap kerja
ADH serta mekanisme lain yang belum diketahui. Selain itu terdapat kelompok
penyebab lain yang tidak termasuk kelompok diatas.
SIADH sering muncul pada dari masalah nonendokrin. Dengan kata lain
sindrom tersebut dapat terjadi pada penderita karsinoma bronkogenik tempat sel-sel
paru yang ganas mensintesis dan melepaskan ADH. SIADH juga bisa terjadi pada
pneumonia berat, pneumotoraks dan penyakit paru lainya. Kelainan pada sistem saraf
pusat diperkirakan juga bisa menimbulkan SIADH melalui stimulus langsung
kelenjar hipofisis seperti:
1. Cidera kepala
2. Pembedahan pada otak
3. Tumor
4. Infeksi otak
5. Beberapa obat (Vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretik
tiazida dll) (Brunner& sudart. 2003).
6
8. Ekskresi natrium melalui urine yang berkelanjutan
9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia (2005), tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH
tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia.
2.5 Patofisiologi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal
dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi.Dimana
akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium
dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.
7
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan
dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi
yang bertanggung jawab akan SIADH , yaitu
8
9
2.7 Penatalaksanaan
10
masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan
emosional.
Rencana non farmakologi
a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
b. Pembatasan sodium
Rencana farmakologi
a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah.
b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin.
c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun.
d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 %
secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas
serum (dengan peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini
mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif.
e. Pengobatan khusus (prosedur pembedahan)
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari
produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor
tersebut.
f. Pengunaan forced diuretik (furosemid dan manitol) berkolaborasi dengan
dokter.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
a. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkanuntuk
membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat
cairan untuk situasi social dan rekreasi).
b. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan
diuretic secara kontinyu.
c. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia
segera lapor dokter.
e. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek
samping.
11
f. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai
sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan
diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus
pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik
untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.Apabila ADH berasal dari
produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.
2.9 Komplikasi
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai
kejang otot, koma dan kematian akibat hipotremia dan intaksikasi air.
12
SIADH dapat mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
13
hormon ADH yang berlebihan dan gangguan pada ginjal dalam
meekskresikan cairan.Pada keadaan ini tertjadi perpindahan cairan dari
ekstrasel ke intrasel, termasuk ke sel otak. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya edema otak yang mana keadaan ini merupakan keadaan berat
yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
2.10 Prognosis
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Penyakit SIADH biasanya sering terjadi pada 1/3 pada anak yang di rawat
inap dengan pneumonia, yang berkolerasi dengan perburukan penyakit
dan kesembuhannya.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh urine sedikit dan pekat.
3. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,
serta riwayat radiasi pada kepala.
4. Riwayat penyakit sekarang
Apakah ada gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam dan keluhan
kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
b. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breath)
Takhipnea
2. B2 (Blood)
Takikardi
3. B3 (Brain)
Kekacauan mental, kejang, kesadaran menurun, sakit kepala,
kebingungan, disorientasi
15
4. B4 (Bladder)
Penurunan volume urin, penurunan frekuensi berkemih
5. B6 (Bowel)
Mobilitas gastrointestinal menurun (anoreksia), mual dan muntah,
peningkatan BB secara tiba-tiba (tanpa odem) sekitar 5-10%
6. B6 (Muskuloskeletal dan Integumen)
Kejang otot, kelemahan otot, letargi, penurunan refleks tendon dalam.
c. Data Penunjang
- Pantau status cairan dan elektrolit
- Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan lebih dari 1 kg
laporkan pada dokter)
- Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan
segera lakukan tindakan untuk mengatasinya.
Pemeriksaan diagnostik
- Natrium serum: menurun < 135 M Eq/L
- Natrium urin: < 15 M Eq/L, menandakan konservasi ginjal terhadap Na.
Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH
- Kalium serum: mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na
dan Kalium sedikit
- Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun, tergantung ion mana yang
hilang dengan DNA
- Osmolalitas: umunya rendah, tetapi mungkin normal atau tinggi
- Osmolalitas urin: mungkin turun/biasanya < 100 m osmol/L , kecuali pada
SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum.
- Berat jenis urin: meningkat (lebih dari 1,020) bila ada SIADH
B. Analisa Data
Data Pendukung Etiologi Masalah
16
Sekresi ADH meningkat
SIADH
Edema
17
Aliran darah ke GI menurun
Aktivasi parasimpatis
Hiponatremi kronik
18
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan sekresi ADH
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan absorspsi nutrisi dan natrium
3. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
sekresi ADH
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan sekresi ADH kembali normal dengan kriteri hasil:
- Volume cairan dan elektrolit dapat kembali dalam batas normal.
- Klien dapat mempertahankan berat badan dan volume urin 800 –
2000 ml/hari
- Input sama dengan output
- Tidak ada edema.
Intervensi Rasional
Monitor TTV Tanda-tanda vital menjadi indikasi
dari kondisi klien.
Pantau masukan dan haluaran Catatan masukan dan keluaran
cairan dan tanda tanda kelebihan membantu mendeteksi tanda dini
cairan setiap 1 – 2 jam. ketidakseimbangan cairan.
Pantau elektrolit atau osmolalitas Untuk mengetahui keadaan natrium
serum resiko gangguan signifikan serum
bila serum Na kurang dari 125
19
mEq/L.
Batasi masukan cairan. Mencegah intoksikasi air.
Kolaboratif: Memenuhi kebutuhan diet secara
Konsultasikan dengan ahli gizi adekuat dan membatasi natrium
untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat
dan pembatasan natrium
Ajarkan pasien/keluarga tentang Agar pasien dan keluarga
penyebab dan cara mengatasi mengetahui cara mengatasi edema,
edema; pembatasan diet; dan pembatasan diet dan penggunaan
penggunaan, dosis, dan efek obat serta efek sampingnya
samping obat yang diprogramkan
20
dimakan.
Kolaborasi: Berikan cairan IV Memenuhi kebutuhan cairan atau
hiperalimentasi dan lemak sesuai nutrisi sampai masukan oral dapat
indikasi dimulai.
Ajarkan pasien / keluarga tentang Untuk mengetahui makanan bergizi
makanan yang bergizi dan tidak yang tepat untuk pasien
mahal
Berikan informasi yang tepat Untuk mengetahui kebutuhan
tentang kebutuhan nutrisi dan nutrisi yang tepat untuk pasien
bagaimana memenuhinya
21
proses belajar struktur internal.
Kurangi stimulus yang merangsang, Menurunkan resiko terjadinya
kritik yang negatif, argumentasi, respon penolakan atau
dan konfrontasi. pertengkaran.
Ajarkan untuk melakukan teknik Dapat membantu memfokuskan
relaksasi. kembali perhatian klien dan untuk
menurunkan ansietaspada tingkat
yang dapat ditanggulangi.
Pertahankan harapan realitas dari Penting untuk mmepertahankan
kemampuan pasien untuk harapan dari kemampuan untuk
mengontrol tingkah lakunya sendiri, mempertahankan harapan,dan
memahami, dan mengingat meningkatkan aktivitas rehabilitasi
informasi kontinu.
E. Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit tubuh kembali kebatas normal
1. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
2. Pengeluaran urin kembali normal
3. Tingkat kesadaran dapat kembali normal.
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
23
terus berkurang akibat ADH merangsang reabsoprbsi air oleh ginjal. (Ellen, Lee, dkk,
2000)
Daftar Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Grabe, Mark A dkk. 2006. Buku saku dokter keluarga. Jakarta:EGC.
24
Price, Sylvia.2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC.
25