Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN MINI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

SIADH
( Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone
Secretion)

DISUSUN OLEH :
1. dr. Sartika Akib C155222016
2. dr. Muhammad Anasfadli C155222007
3. dr. Muhammad Royhan C155222008
4. dr. Amil Budi Jadi C155222015

PEMBIMBING :

Dr. dr. Yudy Goysal, Sp. S (K)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

i
MAKASSAR

2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................
2.1 Definisi.................................................................................................................
2.2 Etiologi.................................................................................................................
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................
2.4 Manisfestasi Klinis......................................................................................................
2.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................................
2.7 Komplikasi...................................................................................................................
2.8 Prognosis........................................................................................................................
Bab Iii..................................................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui
rangsang haus dan pengeluarannya melalui urine, secara hormonal hali ini
diatur oleh arginin vasopressin (AVP) sebagai hormone ati diuretic. SIADH
( syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion) adalah sindrom
yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya
pengeluaran air bebas melalui urine, kepekatan urine terganggu, hyponatremia,
hipoosmolalitas dan natriuresis.
Syndrome ini sagat jarang, yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya
yang berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau jarang pada
pasien dewasa, pada anak sering menyertai kondisi pasien dengan hipotomik
normovolemia dan hyponatremia. Angka insiden yang pasti sulit diketahui,
karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi lain
berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau system
syaraf.
Pasien usia lanjut dengan hyponatremia yang sedang direhabilitasi
cenderung memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok
usia lanjut dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan
antara SIADH dan usia. Hyponatremia sendiri sering dengan korelasi medis
yang kurang signifikan. Walau bagaimanapun resiko kejadian SIADH
meningkat bila pasien terkena hyponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya
pada anak yang rawat inap dengan pneumonia, yang berkorelasi dengan
perburukan penyakit dan kesembuhannya. Mungkin retriksi cairan pada pasien
ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesembunhannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi SIADH ( Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone


Secretion)

SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik


atau yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter
syndrome.SIADH dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia.

SIADH adalah syndrome yang mempengaruhi keseimbangan air dan


mineral pada tubuh. SIADH adalah keadaan yang diakibatkan oleh kadar ADH
yang berlebihan. Kelebihan ADH akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi air
dari tubulus ginjal, sehingga terjadi penahanan air dan hyponatremia (Arleen N.
Suryatenggara, 2012).

SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang
berasal dari hipofisis posterior.

SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran


ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang
lebih ringan. (Corwin, 2001)

SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah


gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan
ADH dari hipofisis posterior.(elizabet j.corwin, 2001)

2.2 Etiologi SIADH

SIADH disebabkan oleh tiga (3) penyebab utama, yaitu hasilan ADH ektopik
oleh sel kanker, SIADH terimbas obat (drug-induced SIADH), dan jejas di jaras
baroreseptor, terutama di sistem saraf pusat (SSP) dan paru. SIADH juga dapat
dijumpai di pasien AIDS, pengolah raga berat, dan pasien psikosis akut .

4
SIADH dapat terjadi sebagai akibat gejala endokrin paraneoplastik. Gejala
endokrin paraneoplastik terjadi ketika sel kanker menghasilkan hormon atau
peptida yang menyebabkan gangguan metabolik, dalam hal ini ADH. Sekresi
ADH ektopik diakibatkan oleh penunjukkan abnormal gen ADH, baik oleh sel
tumor primer maupun sel metastasis. Sekitar 75% SIADH paraneoplastik
disebabkan oleh kanker paru jenis sel kecil (small cell lung carcinoma–SCLC).
Namun demikian, SIADH dilaporkan juga terjadi di keganasan yang lain, seperti:
karsinoma duodenum dan pankreas, keganasan saluran kemih, mesotelioma,
timoma, dan lain-lain. Secara umum, terdapat hubungan yang kuat antara
keganasan dengan SIADH, sehingga apabila seseorang menderita SIADH dan
menunjukkan gejala yang mencurigakan seperti penurunan berat badan, harus
diperiksa dengan seksama terhadap kemungkinan keganasan lain.
Obat-obatan yang dapat menimbulkan SIADH tidak sedikit. Antidepresan
golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah salah satunya.
Berbagai telitian menunjukkan bahwa hiponatremia berkaitan dengan pemberian
SSRI, dengan kejadian antara 0,5–32%. Faktor kebahayaan terjadi hiponatremia
adalah: usia lanjut, perempuan, pengguna diuretik, berat badan rendah, dan
kepekatan natrium di batas bawah. Obat lain yang dapat menimbulkan SIADH,
adalah: desmopresin, klorpromazin, quinolon, serta kemoterapi seperti:
siklofosfamid, vinkristin, cisplatin. Mekanisme terjadinya SIADH diduga karena
rangsangan sekresi ADH secara berlebihan, atau memperkuat pengaruh ADH di
ginjal.

5
Jejas di jaras baroreseptor juga dapat menimbulkan SIADH, karena
baroreseptor arkus aorta terletak di daerah dada. Perubahan tekanan yang
ditemukan akan diteruskan melalui saraf sensorik (nervus IX dan X) dan berakhir
di otak. Persarafan tersebut juga menyampaikan isyarat yang bersifat hambatan.
Apabila terdapat jejas di jaras tersebut, maka akan terjadi gangguan aliran isyarat
hambatan, dan dapat mengimbas sekresi ADH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
terjadi di kelainan paru seperti radang parenkim paru (pneumonia) terutama yang
disebabkan oleh Legionella dan Mycoplasma, tuberkulosis, atau abses. SIADH
dapat pula terjadi di gangguan SSP seperti tumor, trauma, infeksi, serta
perdarahan.

2.3 Patofisiologi SIADH

Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal


untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urine yang diekskresi. Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan
retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat
dengan hiponatremi delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air
dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi
pekat.Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas
serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini
akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk
meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.

Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan
dapat menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi
yang bertanggung jawab akan SIADH , yaitu

 Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini


disebabkan oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom
guillain Barre. Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat

6
atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga
akan mengalami SIADH.
 ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik
– hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
 Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan .
bermacam-macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan
ADH . obat-obat tersebut termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate,
anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia,
asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin,
siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.

2.3 Manisfestasi Klinis SIADH

Gejala yang sering muncul adalah:

 Hiponatremi (penurunan kadar natrium )


 Mual, muntah, anorexia, diare
 Takhipnea
 Retensi air yang berlebihan
 Letargi
 Penurunan kesadaran sanpai koma.
 Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi urine
yang kurang terlarut.
 Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan
 Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular

Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung pada derajat
lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan pemeriksaan tingka
osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium, Cl dan tes kapasitas
pengisian cairan:

7
1. Na serum >125 mEq/L.

1. Anoreksia.

2. Gangguan penyerapan.

3. Kram otot.

2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.

1. Sakit kepala, perubahan kepribadian.

2. Kelemahan dan letargia.

3. Mual dan muntah.

4. Kram abdomen.

3. Na serum < 1115 mEq/L.

1. Kejang dan koma.

2. Reflek tidak ada atau terbatas.

3. Tanda babinski.

4. Papiledema.

5. Edema diatas sternum.

2.5 Pemeriksaan penunjang


a. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.

Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap


Na).

b. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.

Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan


Kalium sedikit.

8
c. Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion mana yang hilang
dengan DNA.
d. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.

Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH


dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat
(< 1,020) bila ada SIADH.

 Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan


cairan melawan dehidrasi.
 Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi
natrium,natrium serum menurun sampai 170 M Eq/L.
 Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.
 Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
 Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,
hipokalemia, peningkatan natrium urin

2.6 Penatalaksanaan SIADH

Penatalaksanaan medik SIADH harus ditujukan untuk mengatasi keadaan


patologis yang mendasarinya. Keganasan SIADH, akan membaik dengan
kemoterapi. Hiponatremia yang terjadi karena metastasis dalam otak, dapat diatasi
dengan pemberian kortikosteroid dan pengobatan radiasi. Di samping itu, penting
untuk menghentikan penggunaan obat yang dapat memicu SIADH terjadi.

Pengobatan hiponatremia bergantung tingkat keparahan gejala yang timbul.


Pengobatan utama untuk hiponatremia ringan (kadar natrium serum >125 mEq/L)
adalah pembatasan cairan. Cairan NaCl 0,9% diberikan, dengan volume berkisar
antara 800–1200 ml per hari. Apabila cara ini tidak mampu memperbaiki
hiponatremia, maka dapat diberikan infus cairan hipertonis (NaCl 3% atau 5%)
disertai pemberian diuretik. Cara ini akan memperbaiki hiponatremia dalam waktu
3–10 hari. Walaupun demikian, pelaksanaan pembatasan cairan tidak praktis dan

9
relatif sulit terutama untuk pasien anak yang sebagian besar asupan dietnya berupa
cairan.

Apabila pembatasan cairan dan pemberian diuretik tidak berhasil, hiponatremia


dapat diatasi dengan pemberian obat seperti: demeklosiklin, litium, dan urea.
Demeklosiklin adalah derivat tetrasiklin. Walaupun bersifat meracuni ginjal
(nefrotoksik), obat ini digunakan sebagai pengobatan SIADH karena
menyebabkan diabetes insipidus pada 60% pasien yang menggunakannya.
Diabetes insipidus juga dapat diimbas dengan pemberian litium. Litium bekerja
dengan men- downregulate AQP2 pada 30% pasien. Akan tetapi obat ini tidak
boleh digunakan dalam jangka panjang karena mengakibatkan nefritis interstisial
dan gagal ginjal terminal. Obat lain yang dapat digunakan untuk mengatasi
SIADH kronis adalah urea. Di beberapa telitian ditemukan bahwa dengan
pemberian urea lewat rongga mulut adalah tepat guna dan aman, baik untuk anak
maupun dewasa.

Saat ini tersedia obat yang bekerja selektif sebagai antagonis V2, yaitu
golongan vaptan. Vaptan menghalangi reabsorpsi air di tubulus ginjal tanpa
mempengaruhi pembuangan zat terlarut, sehingga disebut sebagai akuaretik.
Beberapa jenis antagonis V2 adalah: tolvaptan, lixivaptan, mozavaptan, dan
satavaptan. Vaptan sangat bermanfaat bagi pasien dengan SIADH kronis yang
tidak dapat diatasi dengan pembatasan cairan dan suplementasi garam.

Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

a. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan


untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal
dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi
tumor tersebut.
b. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan . Pada kasus ringan retensi
cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman
umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium
serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang

10
berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah
terapi pilihan.
c. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat
kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat
masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan
emosional.
 Rencana non farmakologi

1. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)

2. Pembatasan sodium

 Rencana farmakologi
- Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
- Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
- Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
- Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik
saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan
peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload)
cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.
 Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal


dari produksi tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan
tumor tersebut.

Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :

1) Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk


membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat
cairan untuk situasi social dan rekreasi).
2) Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan
diuretic secara kontinyu.
3) Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.

11
4) Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia
segera lapor dokter.
5) Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek
samping.
6) Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
7) Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai
sindrom secara spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan
diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus
pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik
untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.

2.7 Komplikasi Pada SIADH

Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai
kejang otot, koma dan intoksikasi air.

2.8 Prognosis SIADH

Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH


biasanya berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor
primer telah terkontrol. Gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya
bersifat reversibel dan tidak memerlukan rehabilitas jangka panjang.

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat
dan ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat
ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.Angka mortalitas pasien
disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa hiponatremi.
Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%) bila pasien konsentrasi serum Na <
120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia ringanAngka mortalitas pasien
dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum Na secara akut,
tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya 8%. Bayi
dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih baik,
karena lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa

12
menyebabkan angka mortalitas dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin,
karena tidak adekuatnya adaptasi otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.

Pathway SIADH

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau


yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter
syndrome.SIADH dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia.

Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama


karsinoma bronkogenik.Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran
urine,mual dan muntah yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lorraoine, Sylvia. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6. Jakarta: EGC.

Buzduga. 2011. Syndrome Of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion


Associated With Small Cells Lung Cancer With Bone Metastasis. Diakses pada 2
Desember 2019 di http://www.jurnaluldechirurgie.ro/jurnal/docs/jurnal311/art
%2019_vol%207_2011_nr%203.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai