Disusun Oleh :
SUGIHARTO, S. Kep.
NIM. 201703121
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dari penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sangat berharap semoga ini dapat menambah wawasan dan manfaat
pembaca pada umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini
menyebabkan, 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh Indonesia. Infeksi nosokomial
itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah
sakit. Infeksi yang di dapat di rumah sakit ( nosokomial ) adalah infeksi yang tidak ada
atau berinkubasi pada saat masuk ke rumah sakit. Ini bukan suatu fenomena baru,
tetapi jenis infeksi yang sering terjadi di rumah sakit telah berubah secara drastis sejak
separuh kedua abad ke 18 saat pertama kali infeksi nosokomial pertama kali menarik
perhatian ilmuwan dan kalangan medis (Adams, 2003 ). Rumah sakit sebagai sarana
pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber infeksi bagi orang sakit yang dirawat,
tenaga kesehatan dan setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di
pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau di peroleh melalui petugas
kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi rumah
sakit (Depkes, 2002) Infeksi nosokomial (INOS) merupakan masalah perawatan
kesehatan yang penting diseluruh dunia. Terjadinya infeksi nosokomial menimbulkan
beberapa masalah, yaitu peningkatan angka kesakitan dan kematian, penambahan hari
perawatan, peningkatan biaya perawatan dan ketidakpuasan baik pasien maupun
keluarganya. Infeksi nosokomial juga merupakan salah satu penyakit akibat kerja di
sarana kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2002
prevalensi infeksi nosokomial di Eropa 7,7%, Timur Tengah 9,0%, Asia Tenggara
10% dan pasifik barat 11,8%.2 Surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
RI (Depkes RI) pada tahun 1997 di 10 RSU Pendidikan, bahwa kejadian infeksi
nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Surveilans yang
dilakukan di RSCM Jakarta pada tahun 1991 ditemukan insiden infeksi nosokomial
sebesar 3,22% dan tahun 1996 sebesar 4,6%. Hasil survei dari 11 rumah sakit di DKI
Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin (2003) dan rumah sakit infeksi Prof. Dr. Sulianti
Saroso Jakarta didapatkan angka infeksi nosokomial untuk infeksi luka operasi sebesar
18,9%, infeksi saluran kemih sebesar 15,1%, infeksi aliran darah primer sebesar
26,4%, pneumonia sebesar 24,5% dan infeksi saluran nafas lain sebesar 15,1%, serta
infeksi lain sebesar 32,1%.
RSUD Kayen merupakan rumah sakit milik Pemerintah Daerah tipe C dengan
fasilitas yang belum cukup memadai. Sampai saat ini RSUD Kayen masih dalam
proses membenahi sarana dan prasana sesuai standar rumah sakit pada umumnya.
Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia membuat RSUD Kayen
memaksimalkan semua potensi agar dapat memberikan pelayanan. Harapan dengan
pemahanan tentang infeksi nosokomial dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dan
profesionalisme pemberi pelayanan kesehatan. Harapan diberlakukannya sistem
manajemen mutu seharusnya pemberi pelayanan kesehatan merasa ikut memiliki atau
bertanggung jawab atas keberadaan rumah sakit baik secara organisasi keseluruhan
maupun di tingkat unit khususnya dalam usaha dalam pencegahan INOS. Terjadinya
infeksi nosokomial paling besar oleh karena faktor manusia karena kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kurangnya kesadaran dari direksi untuk melaksanakan
peraturan perundangan K3 serta masih banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS
sebagai pengeluaran yang mubazir, demikian juga dikalangan medis dan para medis
banyak yang menganggap remeh atau acuh tak acuh dalam memenuhi Standard
Oprational Prosedure (SOP) kerja. Penyebab lain adalah dari peralatan dan hygiene
dan sanitasi lingkungan Sedangkan untuk kejadian infeksi nosokomial sampai saat ini
tidak terlaporkan sehingga data di RS tentang kejadian infeksi nosokomial tidak
didapatkan. Untuk memenuhi tugas stase manajemen di program pendidikan
keperawatan Ners, peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang “ Manajemen
Keperawatan tentang Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang Melati RSUD
Kayen“
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis dan membandingan tiga jurnal tentang pengendalian infeksi
nosokomial.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu
Mengetahui Manajemen Keperawatan tentang Pengendalian Infeksi Nosokomial
di Ruang Melati RSUD Kayen.
BAB II
TINJAUAN JURNAL
Kepala Ruang
M. Kafid Alwi, S.Kep,Ns
Ka Tim I Ka Tim II
Sri Murti, S.Kep. Siti Yuni Astuti, S.Kep. Ns.
Anggota Anggota
1. Dwi Bagus S., AMK. 1. Anik Rubiyatin, S.Kep,Ns
2. Supriyo, AMK. 2. Hudiyoko, AMK.
3. Siti Khamidah, S.Kep. Ns. 3. Endang Kadarti, AMK.
4. M. Imam Ashari, AMK. 4. Edy Priyono, AMK.
5. Sri Rahayu, AMK. 5. Wiwit Hartanti, AMK.
6. Yuliana, S.Kep,Ns
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Ruang Melati RSUD Kayen, Pati
Berdasarkan bagan struktur di atas, sudah terdapat jalur koordinasi yang baku. Dan
dalam pelaksanaan pembagian tugas di ruang Melati sudah terlihat jelas antara
tugas kepala ruang, ketua tim I, Katim II dan anggota.
1) Peran manajerial kepala ruang di Ruang Melati sudah dilaksanakan secara
baik; gaya kepemimpinan dilaksanakan dengan tipe demokrasi, peran
organizing dan actuating oleh kepala ruang sudah dilaksanakan dalam
bentuk reward yang berupa pujian dan pengaturan insentif sesuai kinerja
staff, hal ini sudah termasuk dalam punishement.
2) Kondisi lingkungan kerja di Ruang Melati tercipta secara kondusif dan alur
komunikasi terjalin dua arah. Namun berdasarkan perbandingan (rasio)
antara tenaga keperawatan dengan jumlah pasien di Ruang Melati tidak
seimbang, sehingga beban kerja perawat sangat tinggi dan kinerja mereka
kurang maksimal.
3) Jenjang karir untuk perawat yang dinas di Ruang Melati mengikuti aturan
dari Ketatausahaan RSUD Kayen, yang berdasarkan kepada kepangkatan,
masa kerja, dan pendidikan terakhir.
c. Jumlah Tenaga dan Kwalifikasi Pendidikan
Tabel 3.1
Jumlah Tenaga dan Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Tenaga Keperawatan Bulan Mei 2018
KM
R. Perempuan Nurse
Statio
KM n
U
5 4 3 2 1
Masuk
KM 23 24 25 11 12 13 14
KM
R. Laki-laki
R. Isolasi
27 Perempuan 26 22 21 20 19 18 17 16 15
No Nama Jumlah
1. Tempat tidur pasien 29
2. Standart infus 23
3. Almari Pasien 25
4. Meja kerja 1
5. Kursi kerja 1
6. Kipas angin berdiri 2
7. TV 1
8. Telepon antar ruangan 1
9. Illuminator 1
10. Almari alkes 2
11. Bangku tunggu 1
12. Kursi roda 1
13. APAR 1
14. Korentang 1
15. Tensimeter 3
16. Ganti balut set 1
17. Tempat kasa sedang 1
18. Tromol silinderbak instrument steril 1
19. Lemari es 1
20. Kursi dorong pasien 1
21. Pc unit 1
22. Kursi tunggu 4 sandaran 1
23. Loker 9 pintu 1
24. Troley emergenci 1
25. Center 1
26. Timbangan BB / TB 1
27. Waskora 4
28. Examinating lamp 1
29. Pispot 1
30. Neirbekken 1
31. Gunting benang 1
32. Nebulizer 1
e. Administrasi Penunjang
1) Buku Injeksi
2) Buku Observasi
3) Buku Pemeriksaan Vital Sign
4) Buku Timbang Terima
5) Buku pemeriksaan laboratorium
6) Buku Pemeriksaan Radiologi
7) Buku serah terima obat apotik
8) Komputer yang tersambung secara online untuk input SIM RS (masih uji
coba)
5. Mutu (evaluasi Mutu)
a. Pengendalian Infeksi Nosokomial
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala ruang
pengendalian infeksi nosokomial di Ruang Melati telah dilaksanakan dengan
berbagai upaya melalui cuci tangan, penggunaan alat disposable pada masing-
masing pasien dan pemakaian hand scone, penggunaan masker bagi perawat.
Wastafel yang sebagai fasilitas tempat cuci tangan berada pada ruang ners
station. Sudah adaya pengelolaan sampah infeksius dn non infeksius, alat uv
ruangan.
b. Safety Patient
Pelaksanaan sistem keselamatan pasien sudah dilaksanakan di Ruang Melati,
seperti tempat tidur yang dilengkapi dengan restrain dan pengunci. Namun ada
beberapa tempat tidur yang restrain/penguncinya rusak.
A. Kesimpulan
1. Status kepegawaian secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja perawat
karena kewenangan dan kesejahteraan tenaga honorer akan berbeda dengan tenaga
perawat PNS.
2. Infeksi nosokomial bisa terjadi pada kasus dengan pemasangan infus dan kateter
yang tidak sesuai dengan prosedur standar pencegahan dan pengendalian infeksi
yang diterapkan di rumah sakit.
3. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (KPPIRS) belum
terbentuk sehingga belum tercatat data tentang INOS. Namun dari manajemen
RSUD Kayen sudah mengupayakan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
untuk petugas kesehatan yaitu dengan menyediakan sabun anti septik, APD
(masker & sarung tangan) saat akan melakukan tindakan invasif, sebelum kontak
dengan pasien yang dicurigai mudah terkena infeksi.
4. Ruang Melati belum mempunyai SOP tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perawat untuk tindakan K3 yang dilakukan. Karena perawat di Ruang Melati
RSUD Kayen belum ada yang melaksanakan pelatihan tentang INOS maka
belum bisa diteliti hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat dalam
pengendalian INOS. Perawat yang bertugas memberikan pelayanan kepada
masyarakat harus dapat berperilaku professional. Perilaku professional dapat
ditunjukkan dan memiliki atau menerapkan keterampilan professional
keperawatan serta menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan dalam
melaksanakan praktek keperawatan dan kehidupan professional.
B. Saran
1. Mengusulkan untuk dibentuknya Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit (KPPIRS).
2. Mengusulkan untuk menyiapkan SOP Keselamatan dan kesehatan kerja Perawat,
sebagai acuan dalam tindakan.
3. Mengusulkan kepada menejemen dalam upaya meningkatkan tindakan
pengendalian dan pencegahan INOS dikalangan tenaga kesehatan, RSUD Kayen
untuk mengadakan pelatihan secara berkala tentang pengendalian INOS dan
menambah sarana dan fasilitas penunjang medik untuk mendukung terlaksananya
standar prosedur pencegahan INOS.
DAFTAR PUSTAKA
CI Managemen,
Siti Khamidah,S.Kep,Ns