Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OP


CAESAR (POST PARTUM)
DI RUANG BERSALIN

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Oleh:
NAMA : DHEA NATASYA PUTRI GUNAWAN
NIM : P17230204110

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN
LaporanPendahuluaninitelah di responsi dandisetujuipembimbingpada:

Hari :
Tanggal :
Judul : laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op
caesar di ruang bersalin

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

(Nama Dosen) (Nama CI)


NIP NIP
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Postpartum
Di Ruang Bersalin RS.Syuhada Haji

BAB I
KONSEP DASAR POSTPARTUM

1) Pengertian
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan waktu
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan hingga dalam
jangka waktu kurang lebih 6 Minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017).Dalam bahasa
latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak disebut dengan puerperium yang
berasal dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous yang artinya melahirkan. Jadi,
puerperium merupakan masa setelah melahirkan bayi dan masa pulih kembali mulai
kala IV selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. Masa
nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta hingga dengan 6
Minggu atau 42 hari setelah (Dewi & Sunarsih 2012 dalam Aprilianti, 2019).
2) Etiologi
Perdarahan postpartum disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor predisposisi
adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan
penyebab yang paling bermakna. Penyebab perdarahan postpartum paling sering
adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah
laserasi serviks atau vagina, ruptur uteri, dan inversi uteri (Saifuddin, 2014).Sebab-
sebab perdarahan postpartum primer dibagi menjadi empat kelompok utama:
1) Tone (Atonia Uteri)
Atonia uteri menjadi penyebab pertama perdarahan postpartum. Perdarahan
postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-
pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti.
Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia
uteri (Oxorn, 2010).Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir
perdarahan masih ada dan mencapai 500-1000 cc, tinggi fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek (Saifuddin,
2014).Pencegahan atonia uteri adalah dengan melakukan manajemen aktif kala
III dengan sebenar-benarnya dan memberikan misoprostol peroral 2-3 tablet
(400-600 mcg) segera setelah bayi lahir (Oxorn, 2010).
2) Trauma dan Laserasi
Perdarahan yang cukup banyak dapat terjadi karena robekan pada saat proses
persalinan baik normal maupun dengan tindakan, sehingga inspeksi harus selalu
dilakukan sesudah proses persalinan selesai sehingga sumber perdarahan dapat
dikendalikan. Tempat-tempat perdarahan dapat terjadi di vulva, vagina, servik,
porsio dan uterus (Oxorn, 2010).
3) Tissue (Retensio Plasenta)
Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan mengganggu
kontraksi dan retraksi, sinus-sinus darah tetap terbuka, sehingga menimbulkan
perdarahan postpartum.Perdarahan terjadi pada bagian plasenta yang terlepas
dari dinding uterus. Bagian plasenta yang masih melekat merintangi retraksi
miometrium dan perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ tersebut
terlepas serta dikeluarkan (Oxorn, 2010).Retensio plasenta, seluruh atau
sebagian, lobus succenturiata, sebuah kotiledon, atau suatu fragmen plasenta
dapat menyebabkan perdarahan plasenta akpostpartum. Retensio plasenta dapat
disebabkan adanya plasenta akreta, perkreta dan inkreta. Faktor predisposisi
terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio sesarea, pernah
kuret berulang, dan multiparitas (Saifuddin, 2014)
4) Thrombophilia (Kelainan Perdarahan)
Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dapat terjadi setelah abruption
placenta, retensio janin-mati yang lama di dalam rahim, dan pada emboli cairan
ketuban. Kegagalan mekanisme pembekuan darah menyebabkan perdarahan
yang tidak dapat dihentikan dengan tindakan yang biasanya dipakai untuk
mengendalikan perdarahan. Secara etiologi bahan thromboplastik yang timbul
dari degenerasi dan autolisisdecidua serta placenta dapat memasuki sirkulasi
maternal dan menimbulkan koagulasi intravaskuler serta penurunan fibrinogen
yang beredar (Oxorn, 2010).
3) Klasifikasi/jenis gangguan/permasalahan
1. Perdarahan postpartum primer, yaitu ketika ibu kehilangan lebih dari 500
mililiter darah setelah 24 jam pertama melahirkan.
2. Perdarahan postpartum sekunder, yaitu perdarahan yang terjadi hingga 12
minggu setelah persalinan
4) Patofisiologi/ PohonMasalah

POST PARTUM

Perubahan fisiologis Perubahan psikologis

Sistem endokrin Sistem Sistem Kelahiran bayi


reproduksi kardiovaskuler
Fase taking-in
Esterogen involusi Vulva vagina Pendarahan
dan postpartum Fase taking hold
progesteron
menurun
Peningkatan Serviks Luka pada Kehilangan Fase letting go
prolaktin dan vagina jalan lahir veskuler
oksitosin perinum berlebihan
Penambahan anggota
KEKURANG baru
Duktus dan 1. Trauma NYERI
alveoli 2. Edema AN VOLUME
3. Luka CAIRAN
berpoliverasi
4. jahitan RESIKO PENCAPAI
INFEKSI Kurang AN PERAN
efekti Tidak informasi MENJADI
GANGGU ORANG
f efektif AN
TUA
ASI ISTIRAHA
Bendun T TIDUR DEFISIT
kelua gan PENGETAHUAN
r ASI

Ibu tidak RESIKO


tahu cara INFEKSI
menyusui

DEFISIT
PENGETA
HUAN

5) Tanda dan Gejala


Menurut masiroh ( 2013 ) tanda dan gejala post partum adalah sebagai berikut :
a. Organ-organ kembali normal pada posisi sebelum kehamilan
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan terbalik (
kerumitan )
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayi

6) PemeriksaanPenunjang/ Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan padaperiodepasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkalidibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkajikehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateteratau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen inidikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kulturdan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling di pakai selamapasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus
di kaji untukmenentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy
yangmungkin (Bobak, 2004).
7) Penatalaksanaan
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakanpreeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahandarah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairanpengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atauRinger.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkandengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untukmembantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,narkotik
dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat inidiberikan secara
regional/ umum (Hamilton, 1995).
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
POST OP SC
2.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan meliputi distres
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.
 Identitas atau biodata klien
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
 Pemeriksaan fisik
 TTV
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan merasa
lemah.
2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan Setelah melakukan tindakan Pencegahan infeksi
dengan kerusakan integritas keperawatan 1x24 jam A. Observasi :
kulit. diharapkan Tingkat infeksi • Monitor tanda dan gejala
menurun. Kriteria Hasil : infeksi local dan sistemik
- Kebersihan tangan Terapeutik :
meningkat • Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan • Berikan perawatan kulit
meningkat pada area edema
- Nyeri menurun • Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
• Pertahankan teknikn
aseptic pada pasein
beresiko tinggi
Edukasi :
• Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
• Ajarkan cuci tangan
dengan benar
• Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian
antibiotik ataupun imusisasi
(jika perlu)
Intoleransi aktivitas Setelah melakukan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawaran 1x24 jam Observasi :
imobilitas dibuktikan diharapkan Toleransi - Identifikasi keterbatasan
dengan klien merasa aktivitas meningkat. fungsi dan gerak sendi
lemah. Kriteria Hasil : - Monitor lokasi dan sifat
• Kemudahan dalam ketidaknyamanan atau rasa
melakukan aktivitas sehari- sakit selama bergerak atau
hari meningkat beraktivitas
• Kecepatan berjalan Terapeutik :
meningkat - Lakukan pengendalian
• Jarak berjalan meningkat nyeri sebelum memulai
• Perasaan lemah menurun latihan - Berikan posisi
tubuh optimal untuk
gerakan sendimpasif atau
aktif - Fasilitasi menyusun
jadwal latihan rentang
gerak aktif atau pasif -
Berikan penguatan positif
untuk melakukan latihan
bersama Edukasi : -
Jelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan
rencanakan latihan
bersama - Anjurkan pasien
duduk ditempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai)
atau di kursi - Anjurkan
melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara
sistematis

2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah hasil akhir yang didapatkan yang tertera dalam kriteria hasil setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Daftar Pustaka
Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press
Hutabalian, 2011. Buku Sectio Caesarea. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Hadijono, 2008:356. Ibu Post Partum. Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi Dan Indikator Diagnostik). Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai