NAMA : SURIYANINGSIH
NIM
: 12.1101.201
KLS
: GH12
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul
dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa
saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
1.
2.
3.
4.
5.
DEFINISI
Mobilitas Fungsional adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang.
Imobilisasi adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau
pada satu atau lebih ekstremitas( nanda, 2005:131)
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya
sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik
di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada
jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi
disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh.
Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system respirasi,
menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat
pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)
PENYEBAB
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai contoh:
Gangguan sendi dan tulang:
Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan menghambat pergerakan
(mobilisasi)
Penyakit saraf:
Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarap
Penyakit jantung atau pernafasan
Gangguan penglihatan
Masa penyembuhan
BATASAN KARAKTERISTIK
1. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas
di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
2. Keengganan untuk melakukan pergerakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Gangguan neuromuskuler
11.
Depresi
12.
Ansietas berat
MANIFESTSI KLINIS
Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifan
Efek
Hasil
Penurunan
maksimum
konsumsi
oksigen
Intoleransi ortostatik
Konstipasi
PENATALAKSANAAN
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic.
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung
pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat
imoblitas atau ketidak aktifan
1)
Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya
interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah
meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan
termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2)
Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan.
Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu
1.
kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor
pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman;
Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas
diberikan)
Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
3)
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang
latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi
atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
2.
3.
Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah
dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian tentang
berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas
fisik
Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya
multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli
gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang
dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitas dan penanganan konsekuensi
aktual atau potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas
meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik
intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien
untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk
hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
jam:
Data biografi
Terdapat : Nama, Tempat &tanggal lahir , Pendidikan terakhir , Agama, Status, TB/BB,
Penmpilan, Ciri-ciri tubuh, Alamat, Orang yang dekat dihubungi, Hubungan dengan usila,
Alamat.
Riwayat keluarga
Genogram :
Keterangan :
Riwayat Pekerjaan :
Terdapat Pekerjaan saat ini, Alamat pekerjan, Jarak dari rumah, Alat transportasi, Pekerjaan
sebelumnya, Berapa jarak dari rumah, Sumber sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan.
Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal, Jumlah kamar, Kondisi tempat tinggal, Jumlah orang yang tinggal dirumah,
Derajat privasi, Tetangga terdekat, Alamat / telpon.
Riwayat rekreasi
Hobby/minat, Keanggotaan organisasi, Liburan perjalanan.
Sistem pendukung
Perawat /bidan/dokter/fisioterapi, jarak dari rumah, pelayanan kesehatan dirumah, makanan yang
dihantarkan, perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga, dll.
Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual, dll.
Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5 tahun yang
lalu, keluhan utama (provocative/palliative, quality/quantity, region, severity scale, timming.
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan.
KELUHAN UTAMA ;
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian.
Penatalaksanaan masalah kesehatan :
Tindakan yang dilakukan klien saat sakit.
Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di pelayanan kesehatan.
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Selama ini klien tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan seperti merokok atau
minum-minuman keras.
Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan , serta cuaca
yang extrim.
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penyakit yang diderita : penyakit keturunan seperti Hipertensi, dan mempunyai riwayat penyakit
stroke
Pola aktifitas Hidup sehari hari
Kemampuan Perawatan Diri
Independen
Bantuan
Bantuan
Bantun orang Dependent
Alat
orang lain
lain
&
peralatan
makan /minum
mandi
Berpakaian
Ke WC
Transfering/pindah
Ambulasi
KATZ Indeks
Termasuk katagori yang mana:
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah,dan mandi.
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke
toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang
yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap
mampu.
B. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO
1
FUNGSI
Mengendalikan
pembuangan tinja
SKOR
rangsang 0
1
2
KETERANGAN
Tak terkendali/tak teratur (perlu
pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x
seminggu).
Terkendali teratur.
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang
tak
terkendali
(hanya 1x/24 jam)
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
Makan
0
1
2
Berubah sikap dari berbaring ke 0
duduk
1
2
3
Berpindah/ berjalan
Memakai baju
10
Mandi
TOTAL SKOR
Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas, Istirahat & tidur, Sexual.
Psikologis :
a)
Persepsi klien
b)
Konsep diri
c)
Emosi
d) Adaptasi
0
1
2
3
0
1
2
0
1
2
0
1
J.
abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara berjalan selangkah-selangkah
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson).
8. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan
awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan
sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan
dihilangkan
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya
dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
9. Mengkaji Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih
sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba.
Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan
atau nyeri pada abdomen bagian bawah
10. Mengkaji Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah,
rasa penuh, tekanan. Pengosongan rektum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi
mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
11. Mengkaji Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar
mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi,
lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatanhambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidur
posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan
yang potensial dapat meningkatakan mobilitas
K.
Status kognitif/Afektif sosial.
1)
SPSMQ
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Skore
+
No
Pertanyaan
4a
Jawaban
10
2)
MMSE
Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai
Max
Pasien Pertanyaan
Orientasi
5
Registrasi
Mengingat
3
Bahasa
9
Nilai Total
3)
3
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1
Saya merasa lebih baik mati.
0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
H. Menarik diri dari social
3
2
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka se
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit pe
mereka .
1
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1
Saya berusaha mengambil keputusan.
0
Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri
3
2
Penilaian
0-4
Depresi tidak ada atau minimal.
5-7
Depresi ringan.
8-15
Depresi sedang.
16+
Depresi berat.
Dari beck AT, beck RW : screening depressed patients in family practice(1972)
4)
APGAR keluarga
No Uraian
1
Fungsi
Adaptation
Penilaian
Pertanyaan pertanyaan yang dijawab:
Selalu
: skore 2
Kadang-kadang
: skore 1
Hamper tidak pernah: skore 0
Total
Skore
Partnershi
p
Growth
Affection
Resolve
L. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
2.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang
menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
Pemeriksaan Laboratorium: Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ,
kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan rasa nyaman nyeri
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
Gangguan perfusi jaringan perifer
Kurang perawatan diri
Resiko terhadap cidera
Resiko terjadi infeksi
Konstipasi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrom
disuse
Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan penyakit rematik seperti pengapuran tulang
atau patah tulang.
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan fraktur, pemasangan
traksi pen, imobilitas fisik.
D. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan; Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
resiko tinggi sindrom disuse
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
1.
Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendisendi
2. Klien mampu mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
Intervensi keperawatan
Rasional
Memberikan informasi sebagai dasar dan
1. Observasi tanda dan gejala penurunan pengawasan keefektifan intervensi
mobilitas sendi, dan kehilangan
Memberikan informasi tentang status
ketahanan
respirasi dan fungsi jantung klien
2. Observasi status respirasi dan fungsi
jantung klien
3. Observasi
lingkungan
terhadap
bahaya-bahaya
keamanan
yang
Meningkatkan harga diri:meningkatkan
potensial. Ubah lingkungan untuk rasa kontrol dan kemandirian klien
menurunkan
bahaya-bahaya
Membantu
perawatan
diri
dan
keamanan
kemandirian pasien
4. Ajarkan
tentang
pentingnya latihan
tujuan
dan
1.
2.
3.
4.
Diagnosa keperawatan: Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan penyakit rematik
seperti pengapuran tulang atau patah tulang.
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
Klien menyatakan nyeri terkontrol
Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan kontraktur
Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi kompensasi tubuh
Klien mampu mendemonstrasikan tehnik atau prilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Interfensi keperawatan
Rasional
1.
Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat
Memaksimalkan
fungsi
sendi,
5.
Dorong klien mempertahankan postur tegak
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila
terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Moorhouse, geissler, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, 1999
Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta, PTGramedia
Pustaka Utama, 1999.
Joseph J. Gallo, William Reichel, Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2, Jakarta, EGC,
1998.
L. Stokckslarger, Jaime, Schaeffer, liz, Buku Saku Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, 2007.
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika, 2005.
R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono, Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke 2,
Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth,
Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001