Anda di halaman 1dari 12

Aktivitas sehari hari pada Lansia

A. Kemampuan Aktifitas Sehari-hari Pada lansia


1. Pengertian Kemampuan Aktifitas
Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan
oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya
atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian,
makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte, 2000). Seiring dengan
proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam
beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan
dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan
alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas
sehari- hari tersebut (Stanley, 2006).
Aktifitas dasar sehari-hari bagi anjut usia sebenarnya meliputi
tugas- tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan
kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas. Agar
tetap dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktivitas dasar
maka lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti olah raga. Latihan
aktifitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga
kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL, dan
meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte, 2000).

2. Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari pada Lansia


a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat
banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual
pada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan
jantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon
serta sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks. Efek
samping dari berbagai obat-obatan yang digunakan untuk
menyembuhkan beberapa macam penyakit dapat menyebabkan

6
7

masalah organik, selain itu masalah psikologis juga berpengaruh


terhadap kemampuan untuk mempertahankan gairah seks (Bandiyah,
2009).
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak
sendi banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat
keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat
kontraktur sendi. Keketatan otot betis sering memperlambat gerak
dorso-fleksi dan timbulnya kekuatan otot dorsoflektor sendi lutut
yang diperlukan untuk mencegah jatuh ke belakang.
e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk
menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan
aktivitas. Hal ini berhubungan dengan ketidaktergantungan terhadap
instrumen ADL (IADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini
seorang lanjut usia mempunyai keberanian dalam melakukan
aktivitas atau olah raga (Darmojo, 2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari pada Lansia


Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007)
menyebutkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh
depresi. Kemp dan Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas
sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, kecemasan,
penolakan dan ketidakpastian. Kemauan dan kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas sehari-hari pada lansia adalah sebagian berikut
(Potter, 2005):
a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
1) Umur
Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling
vital bagi kesehatan total lansia. Perubahan normal
muskuloskelatal terkait usia pada lansia termasuk penurunan
tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan,
peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang
lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi yang
menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya
pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare, 2007)..
2) Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi
kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai
contoh sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan, dan
mengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang
dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan
gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit,
atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-
hari. Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam
mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat
disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi
insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari
keduanya. DM disebut sebagai penyakit kronis sebab DM dapat
menimbulkan perubahan yang permanen bagi kehidupan
seseorang. Penyakit kronis tersebut memiliki implikasi yang luas
bagi lansia maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan
yang menyertai, penurunan kemandirian lansia dalam melakukan
aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial lansia
Dikatakan paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia tidak
tahu bahwa mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari
hiperglikemia seperti polidipsi dan poliuria sering tidak jelas,
karena penurunan respon haus dan peningkatan nilai ambang
ginjal untuk pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan,
kelelahan dan kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada
lanjut usia, berakibat tertundanya deteksi adanya DM.
Penampilan klinis seperti dehidrasi, konfusio, inkontinentia dan
komplikasi- komplikasi yang berkaitan DM merupakan gejala-
gejala yang tampak (Potter, 2005).
Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa
kesulitan untuk bangkit dari kursi atau menaiki tangga.
Pandangan yang kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan,
akibat mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang
mengatur okulomotorik. Proteinuria tanpa adanya infeksi, harus
dicari kemungkinan adanya DM (Potter, 2005).
Infeksi khusus yang sering berkaitan dengan DM, lebih
banyak dijumpai pada lanjut usia antara lain otitis eksterna
maligna dan kandidiasis urogenital. Sebaliknya adanya penyakit-
penyakit akut seperti bronkopneumoni, infark miokard atau
stroke dapat meningkatkan kadar glukosa sehingga berakibat
tercapainya kriteria diagnosis DM, pada mereka yang telah ada
peningkatan kadar intoleransi glukosa. Beberapa gejala unik
yang dapat terjadi pada penderita lanjut usia antara lain adalah:
neuropati diabetika dengan kaheksia, neuropati diabetic akut,
amiotropi, otitis eksterna maligna, nekrosis papilaris dari ginjal
dan osteoporosis (Potter, 2005).
Secara garis besar DM dikelompokkan menjadi 2 tipe2
macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM).Pada diabetes mellitus tipe 1
terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel
sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses auto imun/
hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sudah makan ) jika
kosentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan kedalam urin
mekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elekrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotik. Sebagai
akibat kehilangan cairan yang berlebihan. Sedangkan pada
diabetes mellitus tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin
tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan
baik sebagai kunci untuk memasukan glukosa dalam sel.
Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat, Kemungkinan lain
terjadinya diabetes tipe II adalah bahwa sel sel jaringan tubuh
otot si pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (
insulin resisten) sehingga glukosa tidak masuk dalam sel dan
akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini
umumnya terjadi pada pasien gemuk dan mengalami obesitas
(Potter, 2005).
3) Fungsi kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi
rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi
dan memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima,
mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus
untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental
memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi
perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek
dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan
menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-
hari.
4) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang
untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi
pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal.
Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional
seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan
materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi,
maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan
kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar
kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).
5) Tingkat stres
Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap
berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres
disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan
dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek
negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi
aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).
b. Faktor-faktor dari luar meliputi :
1) Lingkungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling
disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia
yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya,
kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap
sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukung oleh lingkungan
yang konduktif seperti keluarga.
Budaya tiga generasi (orang tua, anak dan cucu) di bawah
satu atap makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah di
daerah perkotaan yang sempit, sehigga kurang memungkinkan
para lanjut usia tinggal bersama anak (Hardywinoto, 2005). Sifat
dari perubahan sosial yang mengikuti kehilangan orang yang
dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran sosial
dalam suatu hubungan keluarga. Selain rasa sakit psikologi
mendalam, seseorang yang berduka harus sering belajar
keterampilan dan peran baru untuk mengelola tugas hidup yang
baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat penarikan,
kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi
dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang
memiliki dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi
independent maka proses perasaan kehilangan atau kesepian
akan terjadi lebih cepat, sehingga seseorang tersebut lebih mudah
untuk mengurangi rasa kehilangan dan kesepian (Lueckenotte,
2000).
2) Lingkungan tempat kerja
Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka
bekerja, karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki
situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang
nyaman akan membawa seseorang mendorong untuk bekerja
dengan senang dan giat.
3) Ritme biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang
mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu
mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa
faktor yang ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor
lingkungan seperti hari terang dan gelap. Serta cuaca yang
mempengaruhi aktifitas sehar-hari. Faktor-faktor ini menetapkan
jatah perkiraan untuk makan dan bekerja.

4. Macam-macam Aktifitas Sehari-hari pada Lansia


a. Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika
mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi
hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima
bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan)
b. Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan,
mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan
kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau
membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian.
c. Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa
bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat,
walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau
bedpan pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar
kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah
eliminasi, atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari,
tidak ke kamar kecil untuk proses eliminasi.
d. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari
kursi tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk
mendukung seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan
dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun
dari tempat tidur.
e. Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri
sendiri, kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk
mengontrol perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu
mempertahankan control urin atau defekasi, kateter digunakan atau
kontnensa.
f. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan
bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan
dalam makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan
selang atau cairan intravena.
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan Friedman (1998). Menurut Bondan (2006)
bahwa dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan
interpersonal yang diberikan oleh keluarga kepada pasien berupa
perhatian (perasaan suka, cinta dan empati), bantuan instrumental
(barang, jasa), informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan
dengan self evaluation). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima mereka.
Keluarga juga dapat memberi dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven, 2002).

2. Sumber Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri, atau dukungan dari saudara kandung atau
dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial
keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah
jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman, 1998).

3. Fungsi Dukungan Keluarga


Caplan (1976) dalam Friedman (1998) mengemukakan bahwa
keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional :
a. Dukungan informasional
Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi
untuk mengatasi permasalahan yang dialami. Aspek informatif ini
terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang
dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan (Suparyanto, 2011).
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan
suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-
aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi. Dukungan informasi dari keluarga dalam
bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi
diharapkan dapat memberikan perasaan nyaman dan suasana
kondusif di lingkungan keluarga sehingga dapat mendukung program
pengobatan anggota keluarga yang mederita sakit (Friedman, 1998).
b. Dukungan penilaian
Dukungan penilaian adalah dukungan berupa penghargaan positif
pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat
induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk
dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi (Suparyanto, 2011). Keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Perhatian
anggota keluarga berupa support dan penghargaan diharapkan dapat
memberikan efek spikologis yang positif sehingga Lansia memiliki
semangat untuk beraktivitas sehari-hari (Friedman, 1998).
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang berupa
penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung
seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan
(Suparyanto, 2011). Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dan
kelelahan. Ketersediaan berbagai fasilitas yang nyaman di dekat
penderita gagal ginjal harus semaksimal mungkin dapat disediakan
oleh keluarga sebagai wujud dukungan instrumental. Kebutuhan
asupan gizi yang baik, makanan, minuman dan tempat istirahat yang
nyaman merupakan fasilitas yang minimal bisa dirasakan oleh lansia
di dalam rumahnya (Friedman, 1998).
d. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah bentuk dukungan yang membuat
individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai
oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi
masalah dengan lebih baik (Suparyanto, 2011). Keluarga sebagai
tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Perhatian terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh lansia yang
disampaikan kepada keluarga harus mendapatkan respon yang baik
sehingga lansia merasa di perhatikan dan tidak merasa diacuhkan
sehingga timbul keyakinan dan semangat untuk menjalani aktivitas
kesehariannya (Friedman, 1998).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), faktor
yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain :
a. Bentuk Keluarga
Terdapat bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa
keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan
pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal
dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-
anak dari keluarga yang besar.
b. Umur
Dukungan yang diberikan oleh keluarga khususnya orang tua
(khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali
kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu
yang lebih tua.
c. Tingkat sosial ekonomi
Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau
pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin
ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada
lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial
menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan
yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

Anda mungkin juga menyukai