Anda di halaman 1dari 174

Kliwon, S.Psi., M.Psi.

, Psikolog

Modul
Pengantar Psikologi
Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018

DIV-TERAPI WICARA
POLITEKNIK KESEHATAN
SURAKARTA

Pengantar Psikologi 1
Kliwon, S.Psi., M.Psi., Psikolog

MODUL
Pengantar Psikologi
Semester Gasal
Tahun Ajaran 2017/2018

DIV-TERAPI WICARA
POLITEKNIK KESEHATAN
SURAKARTA

Pengantar Psikologi 2
DAFTAR ISI

Pertemuan 1 Sejarah dan Definisi Psikologi


Modul 2 Proses Sensoris................................................................................... 13
Modul 3 Persepsi................................................................................................ 27
Modul 4 Ingatan................................................................................................. 40
5 Kesadaran dan Proses Berfikir
6 Teori Belajar
7 Mengingat
8 Proses Perkembangan Jiwa............................................................... 50
9 Kepribadian........................................................................................ 87
10 Motivasi dan Kepribadian
11 Adjusmen Pembentuk dalam Kepribadian
12 Kepribadian Abnormal
13 Teori-Teori dalam Psikologi
14 Kesehatan Mental dan Psikoterapi

Modul 8 Individualitas
...............................................................................................................98
Modul 9 Perilaku Sosial.................................................................................... 108
Modul 10 Konflik................................................................................................. 120
Modul 11 Motivasi............................................................................................... 131
Modul 12 Emosi.................................................................................................... 139
Modul 13 Penyesuaian Diri................................................................................ 157
Modul 14 Kesehatan Mental............................................................................... 167

Pengantar Psikologi 3
MODUL 1
Psikologi sebagai Upaya Ilmiah dan Manusiawi

Psikologi bagian dari ilmu pengetahuan,dimulai dari sebuah perjalanan


panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi
memiliki akar ilmu filosofi sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa,ilmu untuk
kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu
yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan
(Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan
bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan
mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu
yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia
untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an.Di
prakarsai oleh Wilhem Wundt,ia mendirikan laboratorium psikologi pertama di
dunia.

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI PSIKOLOGI


Psikologi berasal dari bahasa Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan
‘logos’ yang artinya ilmu paengetahuan. Jadi secara etimologi(menurut arti
kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik maengenai
macam-macam gejalanya’ prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan
singkat disebut ilmu jiwa.
Secara umum psikologi diartikan ilimu yang mempelajari tingkah laku
manusia atau ilmu yang mempelajari tentang gejal-gejala jiwa
manusia.Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Para
praktisi dalam bidang psikologi disebut para psikolog. Para psikolog berusaha
mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu maupun kelompok,
selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang
mendasari perilaku.
Berikut pengertian psiokologi menurt :
1. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa:
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

2. Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa:

Pengantar Psikologi 1
Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakiakat jiwa
serta prosesnya sampai akhir
3. John Broadus Watson,
Memandang psikologi eksperimental berpendapat bahwa psikologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
nampak(lahiriah) daengan menggunakan metode observasi yang obyektif
terhadap rangsang dan jawaban(respons)
4. Withelm Wundt,
Tokoh psikologi eksperimental berpendapat bahwa psikologi merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari penglaman-pangalaman yang timbul
dalam diri manusia, seperti perasaan pancaindra, fikiran, merasa(feeling)
dan kehendak
5. Woodworth dan marquis
Psikologi ialah: ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu
dari sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam
hubungannya dengan alam sekitar
6. Fieldman
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dan
proses mental.
7. Clifford T. Morgan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia
dan hewan.
8. Gardner Murphy
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh
makhluk hidup  terhadap lingkungannya.
9. Kamus Psikologi (Chaplin)
Psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah ilmu mengenai tingkah
laku manusia dan binatang; studi mengenai organisme dalam segala
variasi dan kompleksitasnya, untuk bereaksi terhadap perubahan yang
terus menerus dan aliran dari kejadian-kejadian fisik/ragawi dan
peristiwa-peristiwa sosial yang menyusun lingkungannya.
10. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993),
Psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya.

11. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001),

Pengantar Psikologi 2
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka
dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah
laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian psikologi adalahilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalamhubungannya dengan
lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang
tampakmaupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak
disadari.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena
sifatnya yang abstrak,tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan
ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupatingkah laku dan proses atau
kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmupengetahuan
yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Perdebatan tentang pengertian dan definisi psikologi ini berlanjut terus
sampai sekarang.Saat ini sudah demikian banyak definisi psikologi sehingga
sulit dikatakan bahwa ada satudefinisi yang berlaku umum. Sebagian pakar
ingin definisi yang lebih konkret daripada jiwa,atau mental, sehingga mereka
mendefinisikan psikologi sebagai “aktivitas mental” (John Dewey,Carr).
Namun ada yang beranggapan bahwa “aktivitas mental” pun masih terlalu
luas. Makamuncullah definisi psikologi sebagai “elemen introspeksi/mawas
diri” (Titchener, Daellenbach),“waktu reaksi” (Scripture), “refleksi” (Pavlov),
atau “perilaku” (Watson). Definisi-definisipsikologi berkembang untuk
menuju psikologi yang objektif dan terukur, sebagai suatupersyaratan yang
penting untuk sebuah ilmu pengetahuan (pasca renaisans).Pada umumnya,
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusiadalam
hubungan dengan lingkungannya.

B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI


Ruang lingkup psikologi ditinjau dari segi objeknya psikologi dapat
dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Psikologi yang mempelajari tentang perilaku manusia.
2. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari tenmtang hewan.
Menurut Emmanuel Kant (1724-8104) ruang lingkup psikologi terbagi menjadi
tiga;

Pengantar Psikologi 3
1. Kognisi; Pemahaman pemikiran.
2. Emosi; Gejala jiwa yang menonjol yang menimbulkan gejolak jiwa.
3. Konasi; Ketindak atau kemauan
Sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari penghayatan dan tingkah
laku manusia, lingkup kajian psikologi memiliki ruang yang luas mencakup
semua bentuk tingkah laku manusia. Secara sistematis lingkup kajian
psikologi dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah suatu ilmu yang mengambil lingkup kajian
pada penghayatan dan tingkah laku individu secara umum, artinya
mencakup semua tingkatan usia semua jenis kelamin, kelompok, suku
bangsa, ras, dan semua fase perkembangan psikologis manusia.
2. Psikologi Khusus
Psikologi khusus adalah suatu cabang psikologi yang mengambil
fokus kajiannya pada tingkah laku individu dalam suatu situasi yang
khusus, baik untuk tujuan teoristis maupun praktik. Ia dapat dibagi
menjadi dua bagian, antara lain :
a. Psikologi Teoristis : yaitu kajian psikologi yang diarahkan pada
pengembangan dan penemuan teori baru, baik teori yang berhubungan
dengan persooalan tingkah laku secara umum, maupun untuk kasus-
kasus khusus.
b. Psikologi praktis : sesuai dengan namanya kajian psikologi praktis
diarahkan untukepentingan-kepentingan lapangan secara praktis. Maka
dari itu psikologi praktis dibagi menjadi beberapa golongan. Secara
sistematik yang tergolong psikologi praktis adalah :
1) Psikologi Perkembangan : dengan fokus pada tingkah laku individu
dalam proses perkembangannya. Dalam hal ini fase-fase
perkembangan individu diperhatikan secara khusus dan akhirnya
menjadiakan psikologi perkembangan mengklasisifikasikan dirinya
dalam tiga spesifikasi khusus antara lain : psikologi perkembangan
anak, psikologi dewasa, dan pskologi lanjut.
2) Psikologi Pendidikan : dengan fokus pada mempelajari tingkah laku
individu dalam sebuah proses pendidikan.
3) Psikologi Kepribadian : dengan fokus pada masalah-masalah
kepribadian.
4) Psikologi Kriminal : dengan fokus pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan kejahatan-kejahatan.

Pengantar Psikologi 4
5) Psikologi Industri : dengan fokus mempelajari tingkah laku individu
dengan situasi lapangan industri.
6) Psikologi Differensial : dengan fokus pada mempelajari perbedaan-
perbedaan-perbedaan bentuk tingkah laku dalam berbagai macam
aspek.
7) Psikologi Komparatif : dengan fokus mempelajari perbandingan
tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan atau binatang.
8) Psikologi Abnormal : dengan fokus mempelajari tingkah laku
seseorang yang tergolong kepada kelompok abnormal.
9) Psikologi Sosial : dengan fokus mempelajari kegiatan-kegiatan
tingkah laku yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial atau
interaksi sosial diantara sesama manusia dalam menghasilkan
kebudayaan.
10) Psikologi Pastoral : dengan fokus mempelajari cara-cara pengikut
suatu agama serta menyakinkan pengkutnya kepada ajaran-ajaran
agamanya. Umumnya ilmu ini dipelajari oleh pemimpin-pemimpin
agama seperti, para pastor dan ulama’.
11) Psikologi Klinis (pengobatan) : dengan fokus mempelajari gejala-
gejala kejiwaan yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.
12) Psikoterapi : dengan fokus mempelajari tata cara pengobatan cacat-
cacat jiwa dengan berbagai metode, misalnya : hypnose,
psikoanalisa atau ungkapan-ungkapan jiwa dan cara lainnya,
termasuk dalam psikologi klinis.
13) Psikoteknik : dengan fokus mempelajari tata cara menetapkan
pribadi seseorang (individu) dan kecakaannya uantk memegang
jabatan tertentu.
14) Psikologi Forensik : Mempelajari tentang penelitian dan teori
psikologi yang berkaitan dengan efek-efek dari faktor kognitif dan
perilaku terhadap proses hukum.

C. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI


Metode penyelidikan adalah suatu ilmu keharusan mutlak adanya, apa
lagi kalau ilmu itu berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh adanya metode-
metode tersendiri untuk menyalidiki terhadap obyeknya, obyek psikologi
adalah penghayatan dan perbuatan manusia dalam alam yang komplek dan
selalu berubah
1. Metode Longitudinal ; yaitu suatu metode yang membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk mencapai  suatu hasil penyelidikan, oleh karena itu

Pengantar Psikologi 5
diperlukan suatu kesabaran dan ketekunan dalam menggunakan  metode
ini.
2. Metode Crossectional; yaitu suatu metode yang dalam penyelidikannya
tidak membutuhkan waktu yang relatif lama. Artinya dalam waktu yang
relatif singkat dapat mengumpulkan data penyelidikan yang banyak.
Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-paengalaman maka akan
diapatkan metode-metode sebagai berikut:
1. Metode yang bersifat filosifis ada beberapa macam antara lain:
a. Metode intuitip
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu
penyelidukan atau dengan cara tidak engaja dalam pergaulan sehari-
hari
b. Metode kontemplatif
Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan obhek yang akan
diketahui dengan mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat
utama yang dipergunakan adalah pekiran yang benar-benar sudah
dalam keadaan obyektif
c. Metode filosofis religius
Metode ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama,
sebagai alat utama untuk meneliti pribadi manusia
2. Metode yang bersifat empiris dapat dibagi menjadi:
1. Metode observasi
Metode obserfasi ialah metode untuk mempelajari kejiwaan dengan
sengaja mengamati secara langsung, teliti dan sistematis.
Observasi dapat melalui tiga cara:
a. Metode introspeksi
Istilah introspeksi berasal dari bahasa latib: (intro: dalam; dan
speaktare: melihat). Jadi pada introspeksi individu mengalami
sesuatu dan ia sendiri dapat pula mengamati, mmpelajari apa yang
dihayati itu.
b. Metode instropeksi eksperimental
Istilah introspeksi eksperimental ialah suatu metode introspeksi,
yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen
secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat
c. Metode ekstropeksi
Metode ekstropeksi ialah suaru metode dalam ilmu jiwa yang
berusaha untuk menyaliduki atau mempelajari dengan sengaja dan
teratur gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang

Pengantar Psikologi 6
lain dan mencobq mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-
gejala jiwa yang yang ditunjukkkan dari mimik dan pantomimik
orang lain
2. Metode pengumpulan bahan
Dengan teknik ini, dimaksudkan suatu penyelidikan yang dilakukan
denagan mengolah data-data yang didapat dari kumpulan daftar
pertanyaan dan jawaban (angket).
Penyelidik dapat menempuh dengan melalui tiga cara:
a. Metode angket interview
Adalah suatu penyelidikan yang dilaksanakan denagan
menggunakan daftr peretanyaan mengenai gejala-gejala kejiwaan
yang harus dijawab oleh oarng banyak, sehingga berdasarkan
jawaban yang diperolehnya itu, dapat diketahui keadaan jiwa
seseorang
b. Metode biografi
Metode ini merupakan likisan atau tulisan perihal khidupan
seseorang, baik sewaktu ia masih hidup maupun sesudah ia
meninggal
c. Metode pengumpulan bahan
Yaitu suatu metode yang dilaksanakan dengan jalan
mengumpulkan bahan-bahan terutama pengumpulan gambar-
gambar yang dibuat oleh anak-anak
3. Metode eksperimen(percobaan)
Istilah eksperimen(percobaan) dalam pskologi berarti pengamatan
secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan
sengaja Tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat ymum
dari gejala-gejala kejiwaan
4. Metode Klinis
Yang disebut metode klinis ialah, nasihat dan bany=tuan kedokteran,
yang diberikan kepada pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang
diterapkan dalam psikologi ialah: kombinasi dari bantuan klinis-medis
dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para
pasien
5. Metode interview
Interview merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan
6. Metode testing

Pengantar Psikologi 7
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan mennggunakan
soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah di
setandardisasikan

D. PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN


Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang
mempelajari manusia dalamkurun waktu bersamaan dengan adanya
pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akantetapi karena
kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi
barutercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt
mendirikan laboratoriumpsikologi pertama didunia.
1. Syarat Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Hampir semua ilmu pengetahuan memiliki fokus utama dalam
pengembangan penelitian,baik itu sebagai penelitian dasar maupun
sebagai suatu penelitian terapan. Suatu penelitiandianggap sebagai suatu
penelitian dasar berarti penelitian itu yang berkaitan dengan usaha-
usahadalam mencari ilmu pengetahuan baru semata, tanpa memerhatikan
apakah hasilpenelitian itu mempunyai kegunaan secara langsung atau
praktis.Agar psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka
psikologi harusmengikuti tahap-tahap persyaratan sebagai ilmu
pengetahuan. Berikut adalah pemenuhansyarat-syarat psikologi sebagai
ilmu pengetahuan:
a. Psikologi bersifat empiris, artinya timbul dan berkembangnya ilmu
psikologi tidakboleh berdasarkan intuisi, pendapat, atau keyakinan-
keyakinan semata. Data empiris,artinya ilmu psikologi itu timbul dan
berkembang berdasarkan data pengalaman ataupengamatan yang
dilakukan melalui kegiatan eksperimen ataupun observasi
yangberulang-ulang. Tanpa adanya pengembangan penelitian, ilmu
psikologi akan menjadistatis dan tidak berkembang. Oleh sebab itu,
dengan penelitian, maka ilmu psikologimemperoleh fakta-fakta yang
berharga dan berkesinambungan guna menambah fakta-faktayang baru
b. Psikologi harus sistematis, artinya, observasi dan eksperimen dalam
penelitianmerupakan alat untuk memperoleh data-data valid. Yang
terpenting dalam kegiatanobservasi/penelitian bisa dimengerti dan
bisa dikonstruksikan menjadi sekumpulanprinsip. Kemudian prinsip
diklasifikasikan menjadi dalil-dalil yang jelas, tepat,menyatakan
susunan dan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.
Sistematis,artinya ilmu psikologi tersusun menurut standar-standar

Pengantar Psikologi 8
penelitian mulai dari tahapobservasi, eksperimen, analisis, pengukuran,
pengujian, dan kesimpulan.
c. Psikologi harus mampu melakukan pengukuran. Suatu penelitian
akan berhargatinggi apabila memiliki alat pengukuran dan
mengembangkan alat-alat pengukuranberikutnya terhadap
pengungkapan suatu penelitian. Psikologi juga harus memiliki
alatpengukuran yang valid, realibel, dan signifikan sehingga data-
datanya dapat dikontroldan dibuktikan secara objektif. Seperti tes NSQ
atau MMPI sebagai alat ukur kecemasan.
d. Psikologi harus memiliki fakta ilmiah. Artinya, ilmu psikologi bisa
tumbuh danberkembang berdasarkan fakta aktual dan dapat
dibuktikan. Fakta-fakta yangterkumpulkan harus mendukung dalam
semua aspek penelitian, terukur mampu mengujihipotesis, dan
akhirnya memberikan dukungan suatu teori atau membuat teori baru.
e. Psikologi harus memiliki definisi umum. Artinya, ilmu psikologi
harus memilikidefinisi yang jelas, luas, singkat, dan sesuai menurut
istilah-istilah yang digunakan,seperti definisi kecerdasan, bakat,
persepsi, perhatian, belajar, ingatan, motivasi, emosi,sikap, dan
kepribadian. Definisinya harus disesuaikan berdasarkan hasil penelitian
dariistilah tersebut.

2. Fungsi psikologi sebagai ilmu


Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
a. Menjelaskan. Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan
mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi
atau bahasan yang bersifat deskriptif.
b. Memprediksikan, apa, bagaimana,dan mengapa tingkah laku itu
terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atauestimasi.
c. Pengendalian,tingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan.Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi
atau pencegahan, intervesi atautreatment serta rehabilitasi atau
perawatan.

E. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN


1. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, oleh karena
itu baik biologi maupun psikologi sama-sama mebicarakan manusia
2. Hubungan Psikologi dengan Sosiologi

Pengantar Psikologi 9
Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang hidup manusia dalam hubungan
golongan. Menurut Gerungan pertemuan antara psikologi dan sosiologi
itulah merupakan daerah dari psikologi sosial
3. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan psikologi. Ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi
perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode
ilmu pengetahuan alam mempengaruhi perkembangan metode psikologi
4. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan obyek dari filsafat yang
antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, sekalipun
akhirnaya psikologi memisahkan diri dari filsafat tetapi disini
hubungannya adalah bersifat timbal balik
5. Hubungan Psikologi dengan Paedagogiek
Paedagogiek sebagai ilmu  yang bertujuan untuk memberikan  bimbingan
hidup manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana
tidak mendasarkan diri kepada psikologi. Dengan demikian paedagogiek
baru bru akan tepat mengenai sasaran, pabila dapat memahami langkah-
langkahnya sesuai dengan petunjuk-petunjuk pesikologi
6. Hubungan Psikologi denagan Agama
Agama sejak turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia denagan
dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi pikologis,
didalam agama terdapat ajaran tentang bagaimana agar manusia mau
menerima petunjuk tuhannya

F. PENDEKATAN-PENDEKATAN TERHADAP PSIKOLOGI


1. Pendekatan Neorobiologi
Pada pokoknya, kejadian-kejadian psikologi tergambat dalam
kebiasaan yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Suatu pendekatan
terhadap studi manusia berusaha menghubungkan perilaku dengan hal-
hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem syaraf,
pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang
mendasari perilaku dan kegiatan mental. Contoh: perubahan yang terjadi
dalam sistem saraf karena adanya proses belajar mengenai hal yang baru.
2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)

Pengantar Psikologi 10
Dengan pendekatan ini, seorang ahli psikologi mempelajari individu
dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan
bagian dalam tubuh.
3. Pendekatan kognitif
Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa kita bukanlah penerima
rangsangan yang pasif, otak kita secara aktif mengolah informasi yang
diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan kategori baru.
4. Pendekatan Psikoanalitik
Dasar pemikiran teori freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita
berasal dari proses yang tidak disdari (unconscious processes) yang
dimaksud dengan proses yang tidak disadari ialah pemikiran, rasa takut,
keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa
pengaruh terhadap perilakunya. Ia percaya bahwa banyak dari implus
pada masa kanak-kanak yang dilarang dan dihukum oleh para orang tua
dan masyarakat berasal dari naluri pembawaan (innate instine)
5. Pendekatan Fenomenologis
Memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif. Pendekatan ini
berhubungan dengan pandangan pribadian mengenai dunia dan
penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya.

Pengantar Psikologi 11
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, M.Si, Psikologi Umum, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003

Boeree. George. 2005. Sejarah Psikologi. Jogjakarta: Prismasophie

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/psikologi-artikel-lengkap.html

Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi


I, Jakarta: Erlangga, 1983.

Sarwono. Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT


RajaGrafindoPersada

Zan Peter. Herri. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana

Pengantar Psikologi 12
MODUL 2
Sensasi dan Persepsi

A. TEORI SENSASI
Sensasi (sensation) :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi
umunya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. beserta
stimulasi yang mempengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut.
Deteksi energy fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-
benda fisik, sel-sel tubuh yang melakukan pendeteksi ini, organ inderawi
( mata, telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses penginderaan
menyadarkan kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen kesadaran
yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti sesungguhnya
dunia nyata. Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita menjadi
sesuatu yang masuk akal.
1. Sensasi Normal
Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap
pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori
berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor
dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat
menimbulkan reaksi dari individu.
2. Sensasi murni
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun
asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya
yang telah kita lihat sebelumnya. Sensasi murni itu terjadi mungkin dalam
peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada
seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat
(Mahmud, 1990:41)

B. PROSES SENSASI
Sistem saraf mengubah pesan pesan menjadi kode salah satu kode yaitu
kode anatomis. Pertama kali diperkenalkan pada 1826 oleh seorang ahli
fisiologi Johannes muller sebagai doktrin energy syaraf spesifik. Menurut
doktrin,berbagai modalitas sensorik yang berbeda muncul karena sinyal yang
diterima oleh organ indera merangsang beragam jalan syaraf yang menuju
area otak yang beragam pula. Sinyal dari mata menyebabkan impuls berjalan

Pengantar Psikologi 13
sepanjang saraf optik, menuju ke korteks visual.sinyal dari telinga. Sinyal dari
telinga menyebabkan impuls berjalan dari saraf auditoris menuju ke korteks
auditoris. Gelombang cahaya dan suara menghasilkan sensasi berbeda karena
adanya perbedaan anatomi ini.
Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli. Serta Sensasi
merupakan unsur-unsur pengalaman pancaindera yang disebabkan
perangsang-perangsang diluar manusia, yaitu cahaya, suara, bau, manis dan
sebagainya. Sensasi mampu kita inderalah yang akhirnya diproses oleh
reseptor dan oleh pemrosesan kognitif tingkat tinggi. Sistem sensorik kita
memiliki keterbatasan kemampuan manerima sensasi, sehingga dengan
sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Konsep kita
mengenai proses perseptual bahwa pendeteksian dan penginterpretasian
sinyal-sinyal sensori, di tentukan oleh energi stimulus yang dideteksi oleh
sistem-sistem sensorik dan oleh otak dan hasil pemrosesan disimpan
dimemori dalam bentuk pengetahuan ( knowledge), yang akan digunakan
kelak dalam suatu kejadian nyata.
Sensasi merupakan proses penerimaan rangsang oleh alat
indera/penginderaan yang belum diberi makna. Proses sensasi yaitu S-O-RS =
Stimulus-Organisme-Respons, adapun prosesnya yaitu :
 Proses fisik          : stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut
sebagai proses kealaman. 
 Proses fisiologis   : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak.
 Proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme mampu
menyadari apa yang diterima dengan inderanya. Ini merupakan proses
terakhir dari sensasi dan merupakan pengamatan atau sensasi yang
sebenarnya.

C. MACAM MACAM SENSASI


1. Sensasi Penglihatan
Alat penginderaannya yaitu mata, dengan melalui penglihatan
individu bisa melihat keindahan atau kejelekan di lingkungannya, serta
mata adalah salah satu instrumen manusia untuk menerima informasi
pada tahap awal dan mata adalah jendela yang menghubungkan manusia
dengan dunia. Misalnya, melihat seseorang yang cantik atau ganteng,
melihat rambu-rambu lalu lintas dan sebagainya.

Pengantar Psikologi 14
2. Sensasi Pendengaran
Sensasi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara pada manusia
dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem
pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Melalui
indera pendengaran ini kita bisa membedakan suara-suara yang keras,
lemah dan lembut dari suatu dialog percakapan, atau mendengarkan nada-
nada musik yang indah. Indra yang digunakan untuk mendengarkan
adalah telinga yang akan terstimulasi oleh adanya gelombang suara.
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi sebagai
pengumpul suara yang kemudian di salurkan ke telingat tengah melalui
lubang auditori. Di telinga tengah ini terdapat gendang telinga yang
fungsinya untuk mengubah suara menjadi getaran yang kemudian
disalurkan oleh tulang martil,landasan dan sanggurdi ke telinga bagian
dalam. Telinga dalam terdiri dari koklea, saluran separuh bulat dan saraf
auditori yaitu saraf pendengaran yang menghantarkan getaran atau pesan
pendengaran dari koklea ke otak untuk ditafsirkan. Di otak pula, terdapat
pusat pendengaran yang akan memproses getaran-getaran yang sampai
dan getaran ini akan ditafsirkan sebagai pendengaran. Disebabkan hal
inilah, kita dapat menikmati sensasi pendengaran. Contohnya yaitu
mendengarkan berita tentang peperangangan ataupun perdamaian,
mendengarkan musik pada saat sedang bosan, mendengarkan suara-suara
seperti ambulance dan sebagainya.
3. Sensasi Perabaan
Alat penginderaannya yaitu kulit, dengan alat perabaan inilah kita
bisa merasakan permukaan benda yang halus atau yang kasar, basah
mauun kering. Dengan perabaan ini pula kita dapat merasakan rasa sakit
apabila tersentuh benda tajam atau kasar. Contoh dari perabaan ini yaitu
lembutnya pada saat menyentuh selimut dan kasarnya pada saat berjalan
di bebatuan dan sebagainya.
4. Sensasi Pengecapan
Alat penginderaannya yaitu lidah, Lidah merupakan bagian tubuh
penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang
berfungsi untuk menangkap rangsangan kimia yang larut pada air) untuk
merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat
yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat
yang berbeda-beda. Letaknya yaitu pada :

Pengantar Psikologi 15
a. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
b. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
c. Rasa Asam = Lidah Bagian Samping
d. Rasa Pahit = Lidah Bagian Belakang
Contohnya yaitu kita dapat merasakan enaknya masakan ibu kita,
pahitnya buah pare/kopi, manisnya gula, asamnya cuka, asinnya garam.
Dan apabila itu semua dapat kita rasakan maka kita akan bisa
membedakan mana makanan yang tidak enak dan makanan yang enak.
5. Sensasi Penciuman
Alat penginderaannya yaitu hidung, dengan alat penciuman itu kita
dapat membedakan mana yang wangi dan mana yang bau. Misalnya
ketika seseorang memakai parfum akan tercium wanginya, tapi ketika
mobil sampah lewat maka akan tercium/menyengatnya bau yang tidak
sedap seperti bau busuk.

D. SYARAT – SYARAT SENSASI


1. Adanya objek yang di amati atau kekuatan stimulus. Objek menimbulkan
stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi. Untuk
bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut
sebagai ambang mutlak (absolute threshold).
2. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris)
yang baiksebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk
menghasilkan respon.
3. Pengalaman dan lingkungan budayapengalaman dan budaya
mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi
sensasi.

E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SENSASI


1. Faktor Eksternal
Kuat lemahnya stimulus distraksi dari lingkungan, jarak stimulus
terhadap alat indera, dan durasi stimulus. Stimulus yang berasal dari luar
apakah sangat signifikan untuk diterima oleh syaraf dan otak. Misalnya
alat pendengaran

2. Faktor Internal
Faktor internal lebih kepada kefungsian alat indera kita sendiri. Jika
alat indera kita masih baik maka dalam menerima rangsangan akan lebih

Pengantar Psikologi 16
efektif lagi, dan tidak timbul keragu-raguan sehingga dapat sinkron
dengan alat pengolahan yaitu syaraf dan otak.

F. APLIKASI SENSASI
Penerapan pendekatan belajar menurut Gestalt terhadap Pemerolehan
Pengetahuan dalam Pembelajaran Matematika.Menurut pandangan penganut
psikologi gestalt, persepsi manusia tidak hanya sebagai kumpulan stimulus
yang berpengaruh langsung terhadap pikiran. Pikiran manusia
menginterpretasikan semua sensasi/informasi. Sensasi/informasi yang masuk
dalam pikiran seseorang selalu dipandang memiliki prinsip
pengorganisasian/struktur tertentu. Artinya, pengenalan terhadap suatu
sensasi tidak secara langsung menghasilkan suatu pengetahuan, tetapi terlebih
dahulu menghasilkan pemahaman terhadap struktur sensasi tersebut.
Pemahaman terhadap struktur sensasi atau masalah itu akan memunculkan
pengorganisasian kembali struktur sensasi itu ke dalam konteks yang baru
dan lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami atau dipecahkan.
Kemudian, akan terbentuk suatu pengetahuan baru.

G. PERSEPSI MENURUT PARA AHLI


Persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang
dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan
dimengerti oleh individu, sehingga individu dapat mengenali dirinya
sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian
terhadap stimulus oleh organisme atau individu, sehingga didapat sesuatu
yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu
(Davidoff).

H. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSEPSI


Seperti telah dipaparkan didepan bahwa dalam persepsi individu
mengorganisasikan dan memginterprestasikan stimulus yang
diterimanya.sehingga Stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
bersangkutan.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus
merupakan salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan
factor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya
beberapa factor,yakni:
1. Perhatian(attention)

Pengantar Psikologi 17
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya Perhatian,Perhatian adalah Proses mental ketika stimuli atau
rangkaia stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainya melemah (Kenneth E. Andersen).
2. Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor
situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat
eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang
menonjol, seperti :
 Gerakan (Movement) secara visual tertarik pada objek-objek yang
bergerak.
 Intensitas Stimuli (Stimulus Intensity), kita akan memerharikan stimuli
yang menonjol dari stimuli yang lain
 Kebaruan (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan
menarik perhatian.
 Perulangan (Repeatation), hal-hal yang disajikan berkali-kali bila
deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian.
3. Faktor Internal Penarik Perhatian
Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau
sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan
mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-
faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi
perhatian kita adalah :
 Faktor-faktor Biologis
 Faktor-faktor Sosiopsikologis.
 Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa
yang kita perhatikan.

I. OBJEK YANG DI PERSEPSI


Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor.stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,tetapi
juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.Namun, sebagaian
terbesar stimulus datang dari luar individu.

J. ALAT INDERA , SYARAF, DAN PUSAT SUSUNAN SYARAF


Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik  sebagai  alat untuk meneruskan

Pengantar Psikologi 18
stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan saraf,yaitu otak sebagai
pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf
motoris.
1. Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal
lain yang termasuk apa yang ingin kita sebut sebagai faktor-faktor
personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,
tetapi karakteristik orang yang memeberikan respons pada stimuli itu.
2. Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor-faktor struktural berasal semata-mara dari sifat stimuli fisik dan
efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada system saraf individu. Para
psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan
prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini
kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori Gestalt,
mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan.
Dengan kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang
terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

K. PROSES TERJADINYA PERSEPSI


Proses terjadinya persepsi dapat dijelas sebagai berikut :Stimulus – Sel
reseptor pada organ indera – syaraf sensorik –individu menyadari adanya
stimulus tersebut.
Objek menimbulkan stimulus,dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor.perlu dikemukakan bahwa antara ocjek dan stimulus itu
berbeda,tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi
satu,misalnya dalam hal tekanan Benda sebagai objek langsung mengenai
kulit,sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau
proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf
sensorik keotak.Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.Kemudian
terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari
apa yang dilihat,atau apa yang didengar,atau apa yang diraba.Proses yang
terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut proses
psikologis.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari
proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang
dilihat,atau apa yang didenga ,atau apa yang doraba,yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera.Proses ini merupakan proses terakhir dari

Pengantar Psikologi 19
persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.Respon sebagai akibat dari
perspsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah
persispan dalam persepsi itu.Hal terebut karena keadaan menunjukkan bahwa
individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja,tetapi individu dikenai
berbagai macam stimulus yang ditimgulkan oleh keadaan sekitarnya.Namun
demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk
dipersepsi.Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon
dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

L. ORGANISASI PERSEPSI
Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul satu
masalah apa yang dipersepsi terlebih dahulu,apakah bagian merupakan hal
yang dipersepsi terlebih dahulu,baru kemudian keseluruhanya.ataukah
keseluruhannya dipersepsi lebih dahulu baru kemudian bagian –
bagiannya.Hal ini berkatan bagaimana seseorang mengorganisasikan apa yang
dipersepsi.Dalam hal ini memang ada 2 teori yabg berbeda satu dengan yang
lainnya,atau bahkan bias dikatakan berlawanan dalam hal persepsi ini,yaitu:
1. Teori Elemen
Menurut teori ini dalam individu mempersepsi sesustu maka yang
dipersepsi mula adalah bagian-bagiannya baru kemudian keseluruhan.
2. Teori Gestalt.
Menurut teori ini seseorang mempersespsi sesuatu maka yang
dipersepsi terlebih dahulu adalah keseluruhannya,atau gestalnya baru
kemudian  bagian-bagiannya.Sampai saat ini kedua teori tersebut masih
bertahan namun rupa-rupannya teori gestalt lebih berkembang dari pada
teori elemen.Baik teori elemen maupun teori gestalt keduannya
berpebgaruh dalam berbagai macanm bidang,misalnya dalam psikologi
belajar.Lingkungan sekitar kita menjadi bermakna karena adanya
organisasi persepsi.Organisasi persepsi ini dilatar belakangi oleh prinsip-
prinsip antara lain:
a. Hukum Gestalt.
Hukum-hukum persepsi menurut teori grstalt adalah sebagai berikut:
1) Hukum Pragnanz.
Pragnanz berarti penting ,meaningful penuh arti atau berarti.Jadi
apa yang dipersepsi menurut hokum ini penuh arti.Suatu kebulatan
yang mempinyai arti penuh
2) Hukum Figure-ground.

Pengantar Psikologi 20
Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam paceptual
field,yaitu Figure merupakan bagian yan dominan,dan ground yang
melatarbelakangi atau melengkapi
3) Hukum Kedekatan.
Bahwa apabila stimulus itu sling berdekatan satu dengab yang lain
aka nada kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu
keseluruhan.
4) Hukum kesamaan(Similitary).
Bahwa stimulus atau objek yang sama mempunyai kecenderungan
untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau sebagai suatu gestalt.
5) Hukum kontinutas.
Bahwa stimulus yang mempunyai arti kontinutas satu dengan yang
lain,akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu
kesatuan.
6) Hukum Kelengkapan atau ketertutupan(Closure).
Bahwa dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempersepsi
sesustu yang kurang lengkap menjadi lengkap,sehingga menjadi
sesuatu yang pebuh arti.
b. Analisis Feature.
Bahwa Neuron pada otak peka terhadap konfigurasi special
seperti kurva,sudut dan tepi.keberdaan neuron ini memungkinkan
stimulus yang diterima dapat dibagi-bagi menjadi unsur-unsur
penyusunan.
c. Top Down dan Bottom Up proccesing
Pada top down processing ; persepsi dibimbing oleh
pengetahuan tingkat tinggi,pengalaman,harapan dan motifasi
.memungkinkan kita menghubungkan pengalaman dengan
persepsi.Bottom up processing  ; mencakup pengenalan dan
pemerosesan informasi tentang masing-masing komponen stimulus.
d. Konstansi bentuk.
Adalah suatu fenomena dimana objek fisik dipersepsikan secara tepat
dan konsisten,meski pada perubahan dalam penampakan atau dalam
lingkungan fisik.misalnya,melihat seseorang berjalan mendekati
kita.dari jauh  kelihatan kecil lalu besar,tapi kita tidak
mempersersikannya bahwa orang tersebut membesar

M. APLIKASI PERSEPSI MELALUI PANCA INDERA

Pengantar Psikologi 21
Beragam stimulus tersebut merupakan dasar dalam pembentukan
persepsi yang dating dari banyak sumber melalui:
– Indera penglihatan (visual)
– Indera pendengaran (auditori)
– Indera perabaan (taktil)
– Indera penciuman (olfaktori)
– Indera pengecap/rasa (gustatori)
1. Persepsi melalui indera penghilatan
Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang
menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke
otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat. Secara
alur dapat dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagian
berikut :
a. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan yang bersifat kealamaan
( fisis)
b. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses
ini merupakan proses fisiologi
c. Di otak sebagian pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang
akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa
yang diterima melalui alat indera.proses yang terjadi dalam otak ini
merupakan proses psiklogi
2. Persepsi melalui indera pendengaran
Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu :
a. Telinga bagian luar : merupakan bagian yang menerima stimulus dari
luar.
b. Telinga bagian tengah : merupakan bagian yang meneruskan stimulus
yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan
transformer.
c. Telinga bagian dalam : merupakann reseptor yang sensitif yang
merupakan saraf-saraf penerima.
Apabila individu dapat menyadari apa yang di dengar, maka
individu dapat mempersepsikan apa yang didengar, dan terjadilah suatau
pengamatan atau persepsi
3. Persepsi Melalui Indera Penciuman
Sel-sel peneriama atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah
dalam. Stimulusnya berujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas
yang dapat menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam

Pengantar Psikologi 22
hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai
respons dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya
yaitu bau diciumnya.
4. Persepsi Melalui Indera pengecap
Indera pengecapan terdapat di lidah.stimulusnya merupakan benda
cair.zat cair itu mengenai ujung srl penerima yang terdapat pada lidah,
yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga
akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsikan tentang apa yang
dicecap itu. Memgenai rasa ini ada 4 macam :
 Pahit
 Manis
 Asin
 Asam
5. Persepsi Melalui Indera Kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, raabaan, tekanaan dan
temperature. Tetapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-
rasa ini Cuma pada bagian tertentu saja yang dapat meneriama stimulus-
stimulus tertentu. Serta stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat
bersifat khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya
stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini
menimbulkan rasa sakit.

6. Panca indera
Indera Stuktur Stimulus Reseptor
Penglihatan Mata Gelombang cahya Sel batang dan
sell kerucut
Pendengaran Telinga Gelombang suara Sel-sel rambut
Perasa/ Lidah Senyawa kimia Ujung saraf
pengecapan perasa
Penciuman Hidung Senyawa kimia Sel-sel rambut
Peraba Kulit Tekanan Sel-sel saraf

N. PERUBAHAN PERSEPSI
1. Halusinasi
Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun

Pengantar Psikologi 23
2. Ilusi
Perbedaan antara sensasi dan interpretasi (persepsi) terhadap pengalaman
indera à dipengaruhi pengalaman masa lalu, menunjukkan struktur
permanen, kokoh dalam otak, menyediakan wawasan cara kerja sistem
persepsi, interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
sungguh terjadi pada panca indera, mis: bunyi angin didengarnya seperti
dipanggil nama, bayangan daun dilihat seperti orang
3. Depersonalisasi
Perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasa lagi, mis: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu
bagian tubuhnya bukan kepunyaannya lagi
4. Derealisasi
Perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan
kenyataan, mis: merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi
5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Mis: anastesi, parastesi, gg penglihatan, perasaan nyeri,
makropsia/mikropsia
6. Gangguan psikofisologik
Gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan
emosi,mis: pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan
timbul sesak/asma, padajantung terjadi palpitasi, pencernaan
mual/muntah diare, perkemihan sering berkemih, mata berkunang2,
telinga tinitus

O. PERBEDAAN SENSASI DAN PERSEPSI


Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang melibatkan penilaian,
inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah,
sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar.
Menurut beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan
denagn perasaan ( terapi bukan dengan emosi ), sedangkan persepsi lebih
berhubungan dengan kognitif. Sensasi sering digunakan secara sinomin
dengan kesan indrawi, sense datum, sensum, dan sensibilium.
Jadi, proses sensasi dan presepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain
disebutkan,”sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan
persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak”
(Mahmud, 1990:4). Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada
setiap individu, interpretasinya berbeda.Sedangkan mekanisme penginderaan

Pengantar Psikologi 24
manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan
persepsi.
Untuk membedakan sensasi dan persepsi secara lebih jelas, kita bisa
membandingkan protet sebuah pemandangan dengan lukisan pemandanagn.
Protet itu berupa pemandanagn sebagaiman yang diterima alat indra,
sedangkan lukisan pemandanagn bergantung pada interpretasinya
pelukis.dengan perkataan lain, mata “menerima”, sedangkan
pikiran”mempersepsikan”.

Pengantar Psikologi 25
DAFTAR PUSTAKA

Arendi, Hannah.Psikologi edisi 9.Jilid 1 hal 236 (online)

Solso, Robert L, Otto H. Maclin dan M. Kimberly Maclin.2002.Psikologi Kognitif.


edisi ke-delapan. Jakarta : erlangga

Wade, carole dan Carol Tavris.2004.Psikologi. Edisi Sembilan Jilid 1. Jakarta :


Erlangga

Walgito, Bimo.1980.Pengantar Psikologi Umum.“ Yogyakarta : Penerbit Andi

Karyono. Pengantar Psikologi Kognitif, Badan Penerbit: Universitas Diponegoro,


Semarang

Pengantar Psikologi 26
MODUL 3
Konsep Kesadaran

A. PENGERTIAN KESADARAN
Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti
dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan
dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun
maksud atau niat. Misalnya ada seorang anak melihat balon Keadaan melihat
tersebut yang ia sadari sendiri itu dinamakan kesadaran. Sedangkan balon
yang ia lihat yang menimbulkan anggapan besar atau berwarna hijau disebut
pikiran (persepsi).Ada dua macam kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran Pasif: Kesadaran pasif adalah keadaan dimana seorang individu
bersikap menerima segala stimulus yang diberikan pada saat itu, baik
stimulus internal maupun eksternal.
2. Kesadaran Aktif: Kesadaran aktif adalah kondisi dimana seseorang
menitikberatkan pada inisiatif dan mencari dan dapat menyeleksi
stimulus-stimulus yang diberikan.

B. TINGKATAN KONSEP KESADARAN


Tingkat kesadaran dibagi menjadi dua yaitu alam sadar dan alam tak sadar.
1. Alam Sadar (Kesadaran = Conscious)
a. Pengertian
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca-
indranya) dan mengadakan pembatasan. terhadap lingkungannya serta
terhadap dirinya sendiri (melalui pehatian).Alam sadar adalah alam
yang berisi hasil-hasil pengamatan kita. kepada dunia luar
(Maramis,1999).
b. Bentuk kesadaran
Menurut Maramis (1999) bentuk-bentuk kesadaran, yaitu: kesadaran
normal, kesadaran menurun, kesadaran meninggi, kesadaran waktu
tidur, kesadaran waktu mimpi, kesadaran waktu disosiasi, trance,
hipnosis, dan kesadaran yang terganggu.
1) Kesadaran normal, suatu bentuk kesadaran yang ditandai individu
sadar tentang diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, per-
hatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan arang dalam
keadaan baik.

Pengantar Psikologi 27
2) Kesadaran yang menurun, suatu bentuk kesadaran yang berkurang
secara keseluruhan, kemampuan persepsi, perhatian, dan
pemikiran. Tingkatan menurunnya kesadaran:
a) Amnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya
ingatan atau lupa tentang suatu kejadian tertentu.
b) Apatis, menurunnya kesadaran ditandai dengan acuh tak acuh
terhadap stimulus yang masuk (mulai mengantuk).
c) Somnolensi, menurunnya kesadaran ditandai dengan mengantuk
(rasa malas, dan ingin tidur).
d) Sopor, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya
ingatan, orientasi, dan pertimbangan.
e) Subkoma dan koma, menurunnya kesadaran ditandai dengan
tidak ada respons terhadap rangsang yang keras.
3) Kesadaran yang meninggi adalah bentuk kesadaran dengart respons
yang meninggi terhadap rangsang.
Contoh : Warna terlihat lebih terang dan suara terdengar lebih keras.
4) Kesadaran waktu tidur, suatu bentuk kesadaran yang ditandai dengan
menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi
berbaring dan tidak bergerak.
Contoh:
a) Nonrapid eye movement sleep (NREM sleep) atau tidur tanpa gerak
mata cepat.
b) Rapid eye movement sleep (REM sleep) atau tidur dengan gerak
mata cepat, 20%-25% dari lamanya tidur malam seorang dewasa
muda dan ada hubungan dengan mimpi.
5) Kesadaran waktu disosiasi, suatu bentuk kesadaran ditandai dengan
keadaan memisahkan sebagian tingkah laku atau kejadian dirinya
secara psikologik dari kesadaran. Bentuk disosiasi, meliputi :
a) Trance, yaitu keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap
lingkungan yang biasanya mulai dengan mendadak. Contoh :
Kesurupan, permainan kuda kepang, dan tari keris.
b) Senjakata histerik atau hysterical twilight state, yaitu kehilangan
ingatan atas dasar psikologik ditandai kesadaran menurun dan
menyempit. .
c) Fugue, yaitu suatu periode penurunan kesadaran dengan pe-
larian secara fisik dari suatu keadaan yang menimbulkan banyak
stres (ada keinginan besar untuk mengembara).

Pengantar Psikologi 28
d) Serangan histerik, yaitu suatu penampilan emosional yang jelas,
dengan unsur menarik perhatian dan kelihatannya tidak ada
kontak dengan lingkungan.
6) Hipnosis ialah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti.

2. Alam Tak Sadar (Unconscious)


a. Pengertian
Alam tak sadar adalah daerah kesadaran yang berisi berbagai ide dan
afek yang ditekan, yang tidak dapat diingat kembali karena ditahan
oleh alam prasadar sebagai sensor. Pengertian lain alam tak sadar adalah
alam yang berisi kompleks-kompleks terdesak Das Es, Das Ich, dan Das
Ueber Ich (Maramis,1999).
b. Ciri-ciri alam tak sadar :
1) Mengandung ide dan afek yang ditekan.
2) Hal-hal yang terdapat dalam alam tak sadar tidak dapat dingat
kembali.
3) Apabila mau muncul ke alam sadar harus melewati sensor alam
prasadar.
4) Memiliki prinsip kesenangan dengan tujuan memuaskan keinginan.
5) Berhubungan erat dengan naluri terutama naluri seksual.

C. TEORI ALAM SADAR DAN ALAM TAK SADAR


1. Teori Sigmund Freud (1856 - 1939)
Menurut Freud bahwa kesadaran hanyalah sebagaian kecil dari
seluruh kehidupan psikis. Psikis diibaratkan fenomena gunung es di
tengah lautan luas dan yang terlihat di permukaan air laut menggam-
barkan hal-hal yang ada dalam alam sadar atau kesadaran, sedangkan
yang berada di bawah permukaan air laut dan merupakan bagian terbesar
adalah hal-hal yang tidak disadari atau ketidaksadaran. Menurut Freud di
dalam ketidaksadaran inilah terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang
mendorong pribadi.
Dalam kehidupan psikis terdapat tiga unsur penting yang mem-
bentuk kepribadian, yaitu: Das Es (the id), Das Ich ( the ego), dan Das Ueber
Ich (the super ego).
Das Es (the id) merupakan bentuk ketidaksadaran, aspek biologis
kepribadian, dan memiliki prinsip kesenangan berisi insting dan nafsu,
terutama nafsu seksual (libido) serta pendorong.

Pengantar Psikologi 29
Das Ich (the ego) merupakan kehidupan psikis, aspek sosiologis
kepribadian, dan memiliki unsur kesadaran yang memiliki kemampuan
menghayati secara lahiriyah dan batiniah. Memiliki prinsip kenyataan dan
mampu beradaptasi dengan kenyataan, serta mampu menjadi filter
keluarnya dorongan instingtif dari Das Es sehingga dapat menghambat
dan mengendalikan prinsip kesenangan.
Das Ueber Ich (the super ego) merupakan aspek moral kepribadian
sehingga mampu mengarahkan, perbuatan yang baik dan benar sesuai
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Freud mengemukakan teori topografik tentang kesadaran. Tingkat
kesadaran menurutnya dibagi menjadi 3 daerah, yaitu: alam sadar, alam
prasadar, dan alam tak sadar.
a. Alam sadar
Alam sadar merupakan bagian kecil dari kehidupan psikis yang
merupakan sistem yang disadari. Kesadaran ini diperoleh melalui
pengamatan (persepsi) baik yang berasal dari luar dirinya (eksternal)
maupun yang dari dalam dirinya (internal). Alam sadar memiliki
hubungan yang sangat erat dengan alam prasadar.
Dalam kehidupan psikis, ternyata hanya bahan-bahan yang ber-
asal dari alam prasadar yang dapat masuk ke alam sadar, sedangkan
hal-hal lain berada di luar kesadaran. Kesadaran itu sendiri merupakan
fenomena subjektif yang isinya hanya dapat dikomunikasikan melalui
perilaku dan bahasa.
b. Alam prasadar atau bawah sadar
Alam prasadar ini merupakan jembatan penghubung antara
alam tak sadar dan alam sadar. Kehidupan psikis alam prasadar disebut
proses berpikir sekunder yang memiliki prinsip kenyataan dan
bertujuan menghambat munculnya keinginan instingtif, menghindari
ketidaksenangan dan mengikat energi psikis agar sesuai dengan ke-
nyataan dan ajaran serta norma individu.
Alam prasadar berisikan kehidupan psikis yang laten dan tang-
gapan yang dapat diingat sehingga sewaktu-waktu dapat dimunculkan
kembali melalui ingatan, persepsi, dan reproduksi. Alam prasadar
menjaga agar hasrat yang mencemaskan dan bertentangan dengan
realitas tidak keluar ke alam sadar.

c. Alam tak sadar

Pengantar Psikologi 30
Alam tak sadar merupakan sistem dinamis yang berisi berbagai
ide dan afek yang ditekan atau terdesak. ha1-hal yang ada dalam alam
tak sadar tidak dapat dimunculkan kembali ke alam sadar karena ada
sensor maupun represi dari alam prasadar. Kompleks terdesak dapat
muncul ke alam sadar apabila alam prasadar dibuat tak berdaya seperti
pada pembentukan gejala nuerotik, dalam keadaan mimpi, atau
dikelabui melalui lelucon. Kehidupan psikis pada alam tak sadar
disebut proses berpikir primer yang mengutamakan pemuasan
keinginan dan erat berkaitan dengan prinsip kesenangan (hedonisme)
dan naluri seksual. Alam tak sadar berisi kekuatan pokok, yaitu nafsu-
nafsu yang merupakan ungkapan libido sebagai sumber segala nafsu
yang hendak tampak keluar.

2. Menurut Kaplan H. dkk (1997), alam tak sadar memiliki 5 ciri, yaitu:
a. Berhubungan erat dengan dorongan insting, yaitu dorongan seksual
dan dorongan mempertahankan diri.
b. Isi alam tak sadar terbatas pada harapan yang mencari pemenuhan
sehingga menimbulkan motivasi.
c. Alam tak sadar ditandai proses berpikir primer yang memiliki tujuan
utama mempermudah pemenuhan harapan dan pelepasan insting yang
diatur oleh prinsip kesenangan.
d. lngatan yang berada dalam alam tak sadar mudah dilepaskan dengan
simbol verbal.
e. Isi yang ada dalam alam tak sadar, untuk dapat disadari, harus melalui
alam prasadar dengan mengalahkan sensor penghambat.

3. Teori Carl Gustaf Jung


Menurut Jung yang terkenal dengan psikologi analitiknya bahwa jiwa
(psikis) manusia yang merupakan totalitas kehidupan jiwa terdiri dari dua
alam, yaitu:
a. Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi untuk adaptasi terhadap dunia
luar (lahiriah).
b. Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi untuk adaptasi terhadap
dunia dalam (batiniah). Ketidaksadaran merupakan tenaga utama dari
kehidupan manusia.
Hubungan antara alam sadar dan alam tak sadar menurut Sumadi
Suryabrata (1989) adalah secara kompensatoris dan batasnya tidak tetap

Pengantar Psikologi 31
atau dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau
ketidaksadaran dapat bertambah atau berkurang.

D. STRUKTUR KESADARAN
Menurut Jung sebagaimana diuraikan oleh Sumadi Suryabah (1983),
komponen pokok kesadaran adalah fungsi jiwa dan sifat jiwa. Fungsi jiwa ialah
suatu bentuk aktivitas kejiwaan yag secara teori tidak berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda (Sumadi Suryabrata, 1989).Jiwa memiliki
empat fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi pikiran, bersifat rasional dan cara bekerjanya dengan penilaian salah-
benar.
2. Fungsi perasaan, bersifat rasional dan cara bekerja tanpa dukungan
penilaian senang dan tidak senang.
3. Fungsi pendriaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian;
sadar (indriawi).
4. Fungsi perasaan, bersifat irasional dan cara bekerjanya tanpa penilaian; tak
sadar (naluri).
Setiap manusia hanya memiliki salah satu fungsi jiwa yug dominan
atau superior sehingga menentukan tipe orangnya. Ada orang yang tipe
pemikir, perasa, pendiriaan, dan intuitif. Keempat fungsi jiwa tersebut bekerja
berpasangan, yaitu apabila sesuatu fungsi menjadi superior dengan menguasai
alam sadar, fungsi pasangannya menjadi inferior dan berada dalam
ketidaksadaran, sedangkam kedua fungsi yang lain sebagai fungsi bantu,
sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian terletak pada alam tak sadar.
Telah disebutkan bahwa hubungan fungsi jiwa tersebut secara kompensatnris
artinya semakin berkembang fungsi dominan atau superior, kebutuhan fungsi
inferior untuk kompensasi semakin besar.
Sikap jiwa ialah arah energi psikis umum atau libido yang menjelma
dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya (Sumadi Suryabrata,
1989).     
Energi psikis memiliki dua arah, yaitu:
1. Ke dalam, yaitu arah energi psikis yang orientasinya ditujukan ke dalam
dirinya (batiniah).
2. Ke dunia luar, yaitu arah energi psikis yang orientasinya ditujukan ke luar
dirinya (lahiriyah).
Setiap individu mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya,
namun cara yang dipakai antara individu satu dan yang lain berbeda.
Contoh:

Pengantar Psikologi 32
1. Ada individu yang acuh terhadap kejadian di sekitarnya dan sebaliknya
ada individu yang sangat peduli terhadap kejadian yang sama.
2. Ada individu cepat merespons terjadinya musibah yang dialami
masyarakat sekitarnya, namun sebaliknya ada yang acuh tak acuh.
Dari contoh tersebut ada individu yang memiliki orientasi ke luar atau
extravert yang dipengaruhi dunia objektif (dunia di luar dirinya). Apabila
menjadi kebiasaan disebut individu tipe extravert. Di samping itu, ada juga
individu yang memiliki orientasi ke dalam atau introvert yang dipengaruhi
dunia subjektif (dunia dalam dirinya). Apabila menjadi kebiasaan disebut
individu tipe introvert. Ciri-ciri keduanya sebagai berikut.
1. Tipe extravert
a. Orientasinya lebih banyak tertuju ke luar (lahiriah).
b. Pikiran, perasaan, dan tindakannya terutama ditentukan oleh
lingkungan sosial maupun nonsosial di luar dirinya.
c. Sifatnya positif terhadap masyarakat, cepat beradaptasi dengan
lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya terbuka, mudah bergaul,
dan hubungan dengan orang lain lancar.
d. Kelemahannya adalah perhatian terhadap dunia luar terlalu kuat yang
akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektif sehingga akan
mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya.
Di samping itu, mereka cenderung cepat melakukan tindakan tanpa
pertimbangan yang matang.
2. Tipe introvert
a. Orientasinya tertuju ke dalam diriinya (batiniah).
b. Pikiran, perasaan, dan tindakannya terutama ditentukan oleh faktor
subjektif.
c. Adaptasi dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar
bergaul, sukar berliubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik
hati orang lain, tingkah lakunya lamban dan ragu-ragu, serta
penyesuaian dengan batinnya baik.
d. Kehidupan batiniah kaya dan terdidik secara baik.
e. Bertindak hati-hati dan penuh perhitungan.
f. Kelemahannya adalah jarak dengan dunia objektif terlalu jauh sehingga
lepas dari dunia objektifnya.
Tipologi lung, hubungan sikap jiwa, fungsi jiwa kesadaran, dan
ketidaksadaran menghasilkan 8 macam tipe manusia. Kehidupan alam sadar
berlawanan dengan alam tak sadar sehingga individu yang kesadarannya

Pengantar Psikologi 33
bertipe pemikir maka ketidaksadarannya adalah perasa dan individu yang
kesadarannya bersifat introvert, ketidaksadarannya extravert, dan seterusnya.
Persona adalah topeng yang dipergunakan individu untuk menutupi
kepribadianya, apabila ia tampil di dunia luar atau dalam alam sadar
sehingga dapat dikatakan bahwa persona merupakan kompromi antara
individu dan masyarakat, antara struktur batiniah dan lahiriah. Apabila
individu dapat menyesuaikan dunia batin dengan dunia lahir dengan baik,
persona itu akan merupakan selubung elastis, yang dengan mudah dapat
dipergunakan. Namun, apabila penyesuaian tersebut tidak baik, persona
dijadikan topeng untuk menutupi kelemahannya.
Contoh:
Seorang pimpinan institusi yang pada dasarnya tidak mampu mengelola
bawahannya dengan baik, namun berlagak "sok pintar, sok pembesar, dan
sok maha tahu", sebagai topeng untuk menutupi kelemahannya sehingga
perilakunya stereotipe dan tidak sesuai dengan keadaan. Keadaan yang
demikian disebut inflasi.

E. TINGKATAN KESADARAN
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
Berikut ini akan diuraikan tiga tingkat kesadaran selanjutnya, yaitu
Existential, Transpersonal Bands, dan Level of Mind.
1. Tingkat Existential
Pada level ini Wilber menyodorkan istilah yang berasal dari filsuf-
filsuf eksistensial, yaitu penyatuan diri dengan orang lain (uniting the self

Pengantar Psikologi 34
and others). Para filsuf eksistensialis mengakui bahwa makhluk di bumi
memiliki ikatan otentik antara total being individu dengan lingkungannya.
 Mereka meyakini bahwa ”Aku” individu hanya eksis ketika berada
dalam relasi dengan orang-orang lain, dan bahwa kehilangan kesadaran
berarti memutuskan hubungan antara diri dengan orang-orang lain.
Di sisi lain, meningkatkan kesadaran berarti melibatkan diri dalam
hubungan mendalam dengan orang-orang lain, yang hasilnya akan
memperkaya kesadaran internal (inner awareness) seseorang. Menurut
Wilber, peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat dicapai secara
sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang), menghentikan
semua konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan eksistensi dasar
seseorang. Untuk menguatkan identitas seseorang agar lebih permanen
pada level ini, biasanya diperlukan bentuk-bentuk terapi eksistensial
semacam meditasi, hatha yoga, terapi Gestalt, psikologi humanistik, dsb.
2. Tingkat Transpersonal Bands
Pada level ini individu mulai menyadari dan mengakui bentuk-
bentuk pengetahuan yang tidak bersifat dualistis (antara subjek dan objek
pengetahuan tidak terpisah). Individu mulai merealisasi dan mengalami
apa yang disebut sebagai reliansi/keyakinan eksklusif dalam pengalaman.
Wilber bersandar pada konsep Jung dalam menggambarkan elemen-
elemen yang ada dalam tingkat transpersonal ini. Jung menggunakan
istilah synchronicity, yaitu suatu kejadian yang penuh makna antara gejala
psikis dan fisik. Bila dua kejadian, yang satu bersifat psikis dan yang lain
bersifat fisik, terjadi dalam waktu yang sama, ini berarti terjadi
synchronicity.
            Aspek psikis dalam fenomena ini dapat termanifestasi dalam suatu
bentuk mimpi, ide, atau intuisi, yang kemudian menjadi kenyataan secara
fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang memikirkan orang lain, menit
berikutnya ia menerima telepon dari orang yang baru saja dipikirkan.
Contoh lain, seseorang bermimpi tentang pesawat jatuh dan ketika ia
membaca koran pada pagi harinya ternyata mimpinya itu benar-benar
terjadi semalam.
Gejala synchronicity muncul bila secara fisik individu dalam
keadaan kurang sadar, misalnya bermimpi atau merenung. Pengetahuan
sinkronistik ini meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan,
yaitu dengan meningkatkan kepekaan intuitif, yang diberdayakan setelah
semua data empiris dijajaki secara objektif. Pada tingkat kesadaran ini
individu mengalami perasaan transendensi, mengalami sebagai saksi

Pengantar Psikologi 35
supra-individual. Artinya individu mampu mengamati aliran dari sesuatu,
tanpa menyela, mengomentari, atau memanipulasi alur peristiwa.
Kapasitas untuk melakukan sintesis, membuat hubungan antara
konteks-konteks yang berbeda, dan mengintegrasikan konsep, yang telah
mulai dimiliki pada saat mencapai tingkat eksistensial, pada tingkat
transpersonal ini kapasitas tersebut difasilitasi. Dengan cara memandang
dunia seperti ini, semua gejala tampak sebagai gerakan atau aktivitas yang
berkesinambungan; semua elemen tampak “terkoneksi (connected)”, saling
berhubungan, dan merefleksikan suatu kesatuan dengan esensi yang sama.
3. Level of Mind
Berikut adalah tingkat kesadaran paling tinggi dalam Spectrum of
Consciousness dari Wilber. Dalam menggambarkan Level of Mind, Wilber
menyatakan bahwa “Diri” orang yang mengalami kesadaran sebenarnya
bukanlah real self (“Diri” sesungguhnya) dari orang tersebut.
Bagaimanapun cara seseorang melihat, berpikir, dan merasakan
dirinya, “Diri” merupakan sesuatu yang kompleks. Ide, konsep, pikiran,
emosi, dan objek mental semuanya secara konstan menyedot energi kita,
yang menyebabkan adanya suatu tabir antara diri kita dengan realitas.
Pada tingkat ini, individu menyingkap tabir tersebut, sehingga
memungkinkan dia mengalami realitas secara langsung. Ini disebut
pengetahuan yang tidak dualistis (nondual knowing). Krishnamurti
menggambarkan kesadaran seperti ini sebagai kesadaran intensif tanpa
pilihan, tidak terkontaminasi oleh pikiran-pikiran, simbol-simbol, atau
dualitas; suatu kesadaran tentang apa (what is).

F. STRUKTUR KETIDAKSADARAN
Terdiri dari ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif.
Ketidaksadaran pribadi, berisi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya,
yang meliputi hal-hal yang terdesak, terlupakan (bahan-bahan ingatan), dan
hal-hal yang teramati, terpikir, dan terasa di bawah ambang kesadaran.
Termasuk juga alam pra sadar, yang merupakan daerah perbatasan antara
ketidaksadaran pribadi dan kesadaran yang berisi hal-hal yang siap masuk ke
kesadaran dan alam bawah sadar, merupakan daerah perbatasan antara
ketidaksadaran pribadi dengan ketidaksadaran kolektif dan berisi hal-hal yang
tidak dapat diingat lagi, hal-hal yang tidak diolah, dan keadaan trance.
Ketidaksadaran kolektif, berisi mitologi dan simbolik masa lalu yang diperoleh
selama pertumbuhan psikis seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu
yang merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas zaman

Pengantar Psikologi 36
dahulu pada saat manusia menghadapi ketakutan, bahaya, perjuangan,
kelahiran, dan kematian. Lapisan-lapisan ketidaksadaran kolektif sebagai
berikut :
1. Paling atas yang berada langsung di bawah ketidaksadaran pribadi,
berisikan emosi, afek, dan dorongan primitif.
2. Di bawah lapisan tersebut, berisikan invasi, yaitu erupsi dari bagian
terdalam dari ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tidak dapat
dibuat sadar.
Manisfestasi ketidaksadaran dapat berupa simptom dan kompleks,
mimpi, dan archetypus.
Simptom adalah gejala dorongan jalannya energi yang normal dan
merupakan tanda bahaya, yang memberi tahu bahwa ada sesuatu dalam
kesadaran yang kurang dan perlu perluasan ke alam tak sadar. Bentuknya
dapat gejala kejasmanian maupun kejiwaan.
Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang terbelah
dan lepas dari kontrol serta memiliki kehidupan sendiri dalam kegelapan dan
ketidaksadaran, yang dapat menghambat maupun memajukan kesadaran
menyebabkan perilaku yang keliru (mis. lupa, salah menulis, salah membaca,
salah ucap, dan salah arah).
Simptom maupun kompleks merupakan gejala yang masih dapat
disadari.Mimpi sering timbul dari hal-hal yang terdesak, memiliki hukum dan
bahasa sendiri. Mimpi tidak terkait sebab-akibat, ruang dan waktu. Bahasa
mimpi adalah perlambang sehingga perlu pemahaman melalui penafsiran.
Menurut Jung, mimpi merupakan manifestasi ketidaksadaran kolektif yang
mempunyai fungsi konstruktif, sebagai regulasi (pengaturan) isi
ketidaksadaran, keberatsebelahan dari konflik.
Fantasi dan khayalan merupakan bentuk manifestasi ketidaksadaran
yang bersangkutan dengan mimpi dan timbul pada saat taraf kesadaran
merendah.
Archetypus adalah isi kejiwaan yang ada sejak zaman purba atau yang
dibawa sejak manusia pertama lahir. Archetypus berbentuk pendapat dan
reaksi instingtif tertentu yang terjadi di luar kesadaran, artinya bahw a setiap
individu akan berbuat sama dan bereaksi sama terhadap suatu peristiwa
secara instingtif dan tanpa disadari serta muncul dari ketidaksadaran kolektif.
Sumber Archetypus adalah ingatan tentang mitos, setan, roh jahat, perbuatan
mistik, dan warisan religius yang diwariskan lelulur, misalnya mitos tentang
kekejaman ibu tiri, sifat ular yang jahat, dan setan yang memiliki sifat jahat.

Pengantar Psikologi 37
G. BENTUK KHUSUS ISI KETIDAKSADARAN.
Bayang-bayang adalah sifat atau kualitas ketidaksadaran sendiri yang
dihadapi sebagai sifat atau kualitas orang lain yang terbentuk dari fungsi dan
sikap jiwa yang inferior. Bayang-bayang merupakan bagian gelap dari
kepribadian karena pertimbangan intelektual, nilai, clan moral kemudian di
masukkan ke dalam ketidaksadaran karena tidak sesuai dengan prinsip
realitas kehidupan alam sadar.
Bila "Aku" adalah pusat kesadaran dan "bayang-bayang" sebagai pusat
ketidaksadaran individu maupun kolektif.Proyeksi adalah menempatkan isi-isi
batin dengan tidak sadar ke objek-objek di luar dirinya.Imago adalah isi
kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain. Animus adalah maskulinitas
(sifat kelaki-lakian) wanita yang ada dalam ketidaksadaran dan tidak
dikembangkan. Jadi, perempuan ketidaksadarannya laki-laki (animus).Anima
adalah femininitas (sifat kewanitaan) laki-laki yang ada dalam ketidaksadaran
manusia dan tidak dikembangkan sehingga laki-laki ketidaksadarannya
adalah perempuan (anima).Anima dan animus memiliki hubungan dengan
persona, yaitu:
1. Anima clan animus merupakan perantara "Aku" dengan dunia batin, dan
fungsinya menanggapi proses psikis individu ke dalam.
2. Persona merupakan perantara antara "Aku" dan dunia luar (lahiriah) dan
berfungsi untuk menanggapi proses psikis individu ke Iuar.
3. Hubungan keduanya adalah kompensatoris.

Pengantar Psikologi 38
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/53163069/18/Tingkat-Kesadaran
Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC
Yusuf Syamssu. Nurihsan Juntika, (2007), Teori Kepribadian, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya

Pengantar Psikologi 39
MODUL 4
Proses Biologis

A. PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti mengalami perkembangan. Perkembangan
manusia tidak tertuju pada aspek psikologi saja, tetapi juga pada aspek
biologis. karena setiap aspek perkembangan individu baik fisik, emosi,
inteligensi, maupun social saling mempengaruhi satu sama lain. Terdapat
hubungan yang positif diantara aspek-aspek tersebut. Apabila seorang anak
dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan maka perkembangan
aspek lainnya pun terganggu, seperti: kecerdasannya kurang berkembang dan
mengalami kelabilan emosional.
Banyak aspek dari perilaku dan fungsi mental dapat dipahami secara
lebih baik dengan mengetahui proses biologi dasar, system saraf, organ indra,
otot dan kelenjar memungkinkan kita mengetahui dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Persepsi seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung
pada bagaimana organ indra mendeteksi stimuli dan bagaimana otak
menginterpretasikan informasi yang datang dari organ indra tersebut. Setiap
prilaku sangat tergantung dari intregasi banyak proses yang terjadi di dalam
tubuh. Intregasi dilakukan oleh system syaraf dengan bantuan system
endokrin, mislanya semua proses yang harus berkordianasi secara efektif
ketika harus menghentikan kendaraan pada saat lampu merah. Selain aspek
biologis yang bersifat indrawi, aspek herediter atau pembawaan juga
mempunyai peran yang tidak kalah penting, seperti dalam kemampuan
mental, temperamen,stabilitas emosional, dan sebagainya. Oleh karena itu
aspek-aspek yang bersifat biologis mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam perkembangan psikologi.

B. GEN, EVOLUSI DAN LINGKUNGAN


Gen merupakan unit dasar dari hereditas, terletak dalam kromosom,
berupa sebuah struktur yang bentuknya tongkat dan terletak di tengah-tengah
(nukleus) setiap tubuh. Manusia mempunyai 46 kromosom, yang tersusun
dalam 23 pasangan. Kromosom berisi molekul-molekul DNA
(deoxyribonuleicacid) yang berbentuk serupa benang. Setiap kromosom manusia
mengandung ribuan gen, masing-masing terletak di tempat tertentu. Semua
gen (sekitar 25.000) bersama-sama membentuk genom manusia. Sejumlah gen
berpengaruh langsung terhadap suatu sifat tertentu dan lainnya berpengaruh
secara tidak langsung. Sejumlah Gen mewariskan dalam bentuk yang sama

Pengantar Psikologi 40
sementara yang lain beraneka ragam, maka hal itulah yang membentuk
individualitas setiap seseorang.
Evolusi merupakan sebuah perubahan frekuensi munculnya gen dalam
sebuah populasi. Meningkat atau berkurangnya frekuensi sifat-sifat tertentu
dalam sebuah populasi sejalan dengan meningkat atau berkurangnya frekuensi
gen –gen yang mempengaruhi sifat-sifat tersebut. Perkembangan seperti ini
dapat menjelaskan perubahan-peruubahan yang berlangsung pada suatu
species tertentu. Ketika perubahan yang terjadi sudah cukup besar, species
baru akan terbentuk. Dalam suatu populasi biasanya terjadi perubahan
frekuensi munculnya gen. Hal tersebut disebabkan oleh proses yang
berlangsung selama pembuahan, seperti adanya kesalahan dalam merangkai
DNA yang asli, saling bertukar tempat dari suatu pasangan kromosom ke
pasangan kromosom lain, hingga ketika produksi sperma dan telur
menghasilkan variasi-variasi genetis baru. Selain itu, proses seleksi alam juga
merupakan salah satu faktor yang perluuntuk diperhitungkan. Menurut
prinsip seleksi alam, nasib dari variasi gen tergantung pada lingkungan. Jika
individu pada sebuah lingkungan memiliki sifat-sifat genetis yang cenderung
lebih berhasil, maka makin lama gen-gen mereka lebih banyak ditemui dalam
populasinya. Melalui proses reproduksi, gen-gen mereka akan terseleksi dari
generasi ke generasi berikutnya dan menyebar ke seluruh spesies. Sebaliknya,
individu yang sifatnya tidak adaptif dalam perjuangan mempertahankan
hidup, tidak akan dapat bereproduksi dengan baik (Eva Latipah, 2012:33-35)
Beberapa hal yang berhubungan dengan gen, evolusi dan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1. Kesamaan Genetis
Manusia di seluruh dunia memiliki kesamaan, misalnya dalam hal
kemamouan berbahasa, berpasangan dan berhubungan seksual, loyalitas
terhadap keluarga dan suku dan sebagainya.
Banyak kesamaan genetis diantara manusia di seantero dunia.
Menurut psikologi evolusi, hal tersebut sebagian erat kaitannya dengan
karakter genetis (bawaan). Yang berkembang selam sejarah evolusi spesies
manusia. Akibat evolusi tersebut, ada banyak kemampuan kecendeungan
dan sifat yang sudah ada sejak lahir atau berkembang secara cepat seiring
dengan kematangan. Sifat-sifat ini tidak hanya mencakup sifat yang
tampak jelas, namun juga mencakup sifat yang tidak begitu tampak jelas.
Beberapa contih dari sifat-sifat tersebut adalah : refleks bayi, minat
terhadap hal-hal baru, hasrat untuk menjelajah dan memanipulasi objek,
impuls untuk bermain, dan keterampilan kognitif dasar.

Pengantar Psikologi 41
2. Keragaman atau variatif genetik
Selain adanya kesamaan pada manusia diseluruh dunia juga
terdapat perbedaan genetis. Contoh nyatanya adalah intelligensi. Sejumlah
psikolog berkeyakinan bahwa IQ (Intteligence quotient) itu mengukur
kualitas umum yang mempengaruhi kebnyakan mental. Skor IQ
sangatdipengaruhi oleh faktor heritabilitas Bagi anak-anak dan remaja
perkiraan faktor heritabilitas sekitar 0,4 atau 0,5 sedang bagi orang dewasa
antara 0,5 sampai 0,8. . Dengan demilian kontribusi genetika menjadi relatif
lebih besar dari pada lingkungan , seiring dengan bertambahnya usia (Eva
Latipah, 2012: 33-35).
Salah satu kemungkinan gen mempengaruhi intteligensi adalah
jumlah sel syaraf otak sebagaimana tercermin dalam volume total dari zat
kelabu di otak (Grey Matter). Selain itu proses perkembangan otak juga
mempengaruhi intteligensi. Pada anak-anak cerdas otak bagian luar yang
berhubungan dengan proses berfikir, pada awalnya lebih tipis (lebih
sedikit zat kelabunya dibanding dengan anak-anak yang lain Namun
demikian otak mereka lbih cepat berkembang dan lebih lama daripada
anak lain. Pada anak-anak yang memiliki skor IQ rata-rata puncak
perkembangan kortek terjadi pada usia 7 atau 8 tahun, adapun pada anak
yang memiliki skor tinggi puncak perkembangannya terjadi pada usia 11
atau 12 tahun. Namun pengalaman stimulasi intteligensi dan bahkan diet
dapat mempengaruhi jumlah koneksi sel syaraf dalam otak. Yang tentunya
memiliki dampak terhadap zat kelabu otak. Menurut para ahli pengalaman
dan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan inttelektual antara
lain : perawatan dalam kandungan, kecukupan gizi, kontak dengan bahan
beracun, lingkungan keluarga yang mungkin memicu munculnya stres.
(Eva Latipah: 2012: 42)

3. Pembawaan (Nature) dan Lingkungan (Nuture)


Pengaruh genetis maupun lingkungan saling berinteraksi untuk
menghasilkan kualitas yang unik, yaitu manusia. Aktif tidaknya sebuah
gen tergantung pengalaman yang dimiliki dan aktifitas dari gen-gen lain.
Aktifitas gen juga berfariasi akibat proses biokimia acak yang terjadi
didalam badan sel.
Para ahli teori dan peneliti menjelaskan bagaimana antara
pembawaan dan lingkungan saling berkaitan dalam hal perkembangan

Pengantar Psikologi 42
psikologi individu. Diantaranya mereka membagi ke dalam faktor-faktor
yng menentukan perkembangan psikologi
a. Peran kematangan
Banyak perubahan yang lazim pada bayi dan masa kanak-kanak awal,
seperti munculnya kemampuan berjalan dan berbicara, yang terlihat
berkaitan kematangan tubuh dan otak. Perkembangan urutan alamiah
perubahan fisik dan pola perilaku, termasuk kesiapan untuk menguasai
berbagai kemampuan baru seperti kemampuan berbicara dan berjalan.
Sebagai man anak-anak tumbuh menjadi remaja dan kemudian menjadi
dewasa, perbedaan-perbedaan individual dalam karakteristik bawaan
dan pengalaman hidup untuk memainkan peranan yang lebih besar,
seperti halnya orang beradaptasi terhadap kondisi internal dan
eksternal yang mereka hadapi sendiri. Meskipun demikian,
kematangan bisa berlanjut mempengaruhi proses biologis (Diane. E
Papalia. dkk, 2009: 18-19)
b. Berbagai lingkungan perkembangan
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak awal, mereka berkembang di
dalam lingkungan sosial dan sejarah. Bagi seorang bayi, biasanya
lingkungan yang terdekat adalah keluarga , tetapi selanjutnya keluarga
mendapatkan pengaruh yang luas dan mengalami perubahan terus-
menerus dari lingkungan di sekitar rumah, komunitas dan masyarakat.
1) Keluarga
Keluarga bisa memiliki arti yang berbeda-beda, tergantung
pada tempat dan masanya. Keluarga inti merupakan sebuah unit
kekeluargaan, ekonomi dan rumah tangga dua generasi yang terdiri
atas 1 atau 2 orang tua dan anak-anak kandungnya. Pada kondisi
keluarga saat ini tidak seperti keluarga dahulu, dimana kedua
orangtua cenderung bekerja di luar rumah dan tidak
memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Kebanyakan anak-
anak malah menghabiskan waktu di tempat penitipan anak atau di
sekolah.

2) Status ekonomi dan lingkungan di sekitar tempat tinggal


Status ekonomi meliputi pendapatan, pendidikan, dan
pekerjaan, yang mempengaruhi berbagai proses dan hasil tersebut
secara tidak langsung, melalui faktor-faktor yang saling terkait,
seperti jenis rumah, dan lingkungan di sekitar rumah. Kemiskinan

Pengantar Psikologi 43
dapat membahayakan kesejahteraan fisik, kognitif dan psikososial
anak-anak dan keluarga. Kemiskinan mungkin membahayakn
secara tidak langsung, melalui dampaknya pada dimana keluarga
tinggal, keadaan emosi orang tua dan praktik pola asuh dan suasana
yang mereka ciptakan di rumah.
3) Budaya
Culture mengacu pada keseluruhan cara hidup sebuah
masyarakat atau kelompok, termasuk adat istiadat, tradisi, hukum,
pengetahuan, nilai, bahasa dan produk-produk fisik, dari perkakas
sampai karya seni, semua perilaku dan sikap yang di pelajari, dibagi
dan ditularkan di antara anggota kelompok sosial. Budaya berubah
terus-menerus, sering kali melalui kontak dengan budaya lain.
4) Ras dan kesukuan
Istilah ras yang secara biologis dan terkenal, dipandang
sebagai pengelompokan biologis yang bisa di identifikasi, sekarang
disepakati oleh para ahli sebagai konstruk sosial, dengan tidak ada
konsensus ilmiah yang jelas mengenai definisinya secara mustahil
diukur secara konsisten. Namun demikian, ras sebagai
pengelompokan sosial tetap menjadi satu faktor dalam banyak
penelitian karena bisa membuat perbedaan pada cara individu
diperlakukan, tempat tinggal mereka, peluang kerja, mutu
pelayanan kesehatan, dan apakah mereka berperan aktif secara
penuh didalam masyarakat (Diane. E Papalia. dkk, 2009: 19-23).
Nature adalah sifat bawaan yang dimiliki individu,
sementara nurture merupakan lingkungan yang mempengaruhi
individu tersebut. Dari ilustrasi di atas, kita dapat melihat bahwa
faktor nature tidak selalu merupakan harga mati. Hingga batas
tertentu, faktor nurture juga akan menunjukan perannya. Artinya
kedua faktor tersebut memiliki bagian peran masing-masing dalam
pembentukan suatu individu.

C. SISTEM SARAF DAN OTAK


1. Sel saraf atau neuron
Blok bangunan dasar otak dan sistem saraf adalah sel saraf (neuron).
Melalui neuron inilah informasi dapat berjalan dari organ indra ke otak dan
dati otak ke otot. Pada dasarnya ada tiga tipe neuron yakni neuron sensor,
neuron motor dan neuron motor. Neuron sensor membawa informasi dari

Pengantar Psikologi 44
organ indra ke otak,neuron motor membawa informasi dari otak ke otot,
dan neuron konektor yang terdapat di dalam otak dan sumsum tulang
belakang, menghubungkan neuron sensor dan neuron motor. Ketiga tipe
neuron ini terdiri dari badan sel dengan beberapa cabang yang disebut
dendrit. Dan sering kali satu diantaranya sangat panjang dan disebtu akson.
Di sepanjang akson inilah impuls saraf berjalan dari badan sel menuju ke
neuron berikutnya pada suatu rantai neuron atau menuju ke otot. Sebuah
impuls dapat dapat dihasilkan dari perangsangan organ indra atau dari
penerimaan impuls yang berasal dari neuron lain. Pada saat impuls berjalan
di sepanjang akson dengan arah yang selalu tetap neuron dikatakan
meletup. Selubung dikelilingi akson yaitu upih myelin, merupakan
pelindung yang mengakibatkan kecepatan konduksi impuls saraf lebih
besar dari pada kecepatan konduksi pada neuron yang tidak bermyelin.
Perangsangan pada neuron harus cukup kuat untuk dapatmenghasilkan
sebuah impuls, artinya harus diatas nilai ambang respons. Jika
rangsangannya lemah tidak bisa menghasilkan impuls yang kuat nemun
dapat merangsang neuron yang lain(Malcolm Hardy, 1988 :2-3)

2. Sistem saraf
Sistem saraf berfungsi untuk mengumpulkan dan memproses
informasi, memberikan reaksi terhadap berbagai rangsangan, dan mengatur
kerja berbagai sel. Manusia memiliki sistem saraf yang mengandung
miliaran sel, para ilmuwan membagi jaringan kerja yang rumit ini ke dalam
dua bagian utama yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
a. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang
belakang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan otak
dengan bagian lain dari tubuh yang terletak dibawah leher. Respon
impuls yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang bersifat reflek.
Dan terkadang gerak reflek ini dapat dipengaruhi oleh pikiran dan
emosi. Sistem saraf berfungsi untuk menerima, memproses,
menginterpretasikan dan menyimpan informasi sensoris yang datang,
seperti informasi tentang rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit,
dan lain sebagainya. Sistem saraf pusat juga mengirimkan pesan untuk
otot, kelenjar, dan organ internal.
b. Sistem saraf perifer
Berfungsi menangani pesan informasi yang masuk dan keluar
dari sistem saraf pusat. Sistem saraf perifer meliputi semua bagian dari

Pengantar Psikologi 45
sistem saraf yang terletak diluar otak dan saraf tulang belakang sampai
saraf-saraf ujung jari tangan dan jari kaki. Sistem saraf perifer ada dua
bagian yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf autonomik. Sistem
saraf somatik terdiri dari saraf-saraf yang membawa impuls dari organ
indra, yakni mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, serta
mempengaruhi otot-otot organ indra dibawah kendali sadar. Semua
bagian tubuh yang dapat anda gerakan atas kehendak anda. Sistem saraf
autonomik berfungsi untuk mengatur fungsi kelenjar , pembuluh darah,
dan organ internal seperti kandung kemih, perut dan jantung, yang
aktivitasnya tidak membutuhkan usaha-usaha secara sadar. Ada dua
seksi pada Sistem saraf autonomik yaitu bagian simpatik dan para
simpatik. Keduanya berhubungan dengan hampir semua kelenjar dan
organ tubuh serta biasanya hasil kerjanya berlawanan untuk membantu
tubuh mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kerja
sistem saraf simpatik dianalogikan dengan sebuah pedal gas mobil.
Sistem saraf simpatik mengerahkan usaha untuk bertindak dan
mengeluarkan energi sementaracara kerja sistem saraf para simpatik
lebih menyerupai rem.sistem saraf parasimpatik tidak menghentikan
proses di dalam tubuh namun cenderung memperlambat atau menjaga
agar semuanya berlangsung secara halus.serta membuat tubuh dapat
menghemat dan menyimpan energi (Eva Latipah, 2012: 47)
c. Otak
Deskrispsi mengenai otak pada umumnya terdiri dari batang
otak, serebelum, talamus, hipotalamus dan kelenjar hipofisis, amigdala,
hipokampus dan serebrum.
1) Batang otak
Bagian otak yang paling bawah adalah batang otak yang
berhubungan dengan sumsum tulang belakang, mengandung
bangunan-bangunan yang mempunyai berbagai fungsi. Salah satu
tugas utamanya ialah mengendalikan berbagai macam perilaku-
dalam yang tidak atau sedikit dikendalikan secara sadar, seperti
misalnya pernapasan, denyut jantung, dan pencernaan. Dalam inti
batang otak terletak sistem pengaktifan retikulum. Jaringan saraf
yang padat ini menyaring informasi yang datang dan
membangkitkan pusat yang lebih tinggi jika terjadi sesuatu yang
menuntut perhatian.
2) Cerebellum

Pengantar Psikologi 46
Letaknya dibagian belakang otak. Cerebellum berkontribusi
dalam menjaga keseimbangan dan mengatur otot agar dapat
bergerak dengan lancar dan tepat. Bagian ini juga terlibat dalam
proses mengingat sejumlah ketrampilan sederhana dan refleks-
refleks yang dipelajari, serta turut berperan dalam tugas-tugas
kognitif yang kompleks seperti menganalisis informasi sensorik,
pemecahan masalah dan pemahaman terhadap kata.
3) Talamus
Merupakan stasiun penghubung bagi jalan saraf dari dan ke
korteks. Impuls-impuls yang menuju ke arah korteks adalah impuls
yang berkaitan dengan informasi indra, seperti misalnya penglihatan
dan pendengaran, sedangkan impuls yang menuju langsung ke otak
kecil adalah impuls yang berkaitan dengan pergerakan anggota
tubuh yang kompleks. Bagian lain dari talamus mempengaruhi
kegiatan tidur dan keterjagaan (Malcolm Hardy, 1988: 13)
4) Hipotalamus dan kelenjar hipofisis
Hipotalamus berkaitan dengan dorongan-dorongan
kelangsungan hidup individu maupun spesies seperti haus, lapar,
emosi, seks, dan reproduksi. Hipotalamus mengatur suhu dengan
cara memicu timbulnya keringat atau menggigil juga mengontrol
tugas yang kompleks dari sistem saraf autonomik.
5) Amigdala
Amigdala bertanggungjawab atas pengevaluasian informasi-
informasi sensorik, menetukan secara tepat arti pentingnya sesuatu
secara emosional dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan
awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu. Misalnya dalam
menilai adanya bahaya atau ancaman. Amigdala juga berperan
dalam menengahi kecemasan dan depresi.

6) Hipokampus
Bagian ini membandingkan informasi sensorik dengan
ekspektasi otak terhadap lingkungan. Jika harapan-harapan
dipenuhi, bagian ini akan memberi tahu sistem pengaktifan
retikulum untuk mereda. Hipokampus juga merupakan pintu
gerbang menuju ingatan.hipokampus memungkinkan kita
membentuk ingatan-ingatan baru tentang fakta-fakta dan kejadian-
kejadian. Informasi tersebut kemudian disimpan di korteks serebral.

Pengantar Psikologi 47
7) Cerebrum
Cerebrum mempunyai bentuk seperti kembang kol. Bentuk-
bentuk pemikiran tingkat tinggi ada berlangsung pada daerah ini.
Cerebrum terdiri dari dua bagian yang disebut dengan hemisfer
serebral. Hemisfer-hemisfer ini dihubungkan oleh kumpulan serabut
yang cukup besar yang disebut korpus kolasum. Secara umum
hemisfer kanan mengontrol sisi kiri tubuh dan hemisfer kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Bagian yang terpenting dari cerebrum
ialah korteks, hanya meliputi beberapa jenis sel teratas dan disinilah
letak kendali utama perilaku kecerdasan. Hal yang paling erat
kaitannya dengan korteks adalah persepsi, belajar, dan ingatan serta
kendali atas fungsi motoris. Pada hemisfer serebral terbagi dalam
empat daerah atau lobus, yakni lobus oksipital, lobus parietal, lobus
temporal, dan lobus frontal(Eva Latipah, 2012: 52)

Pengantar Psikologi 48
DAFTAR PUSTAKA

Diane E, dkk. 2009. Human development. Jakarta: salemba humanika

Hardy, Malcom dan Heyes, Steyes. 1988. Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga

Latipah, Eva. 2012. Pengantar psikologi pendidikan. Yogyakarta: pustaka insan


madani

Pengantar Psikologi 49
MODUL 5
Proses Perkembangan

A. Pendahuluan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari
perkembangan grafik kehidupan jasmaniah maupun rohaniah ataupun
kejiawaan manusia dari semenjak lahir, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua,
dimana pada setiap pase memilik ciri-ciri khas tersendiri. Ilmu pengetahuan
ini merapakan salah satu ilmu pembantu utama dari lingkungan psikologi
sehubungan dengan pembahasan psikologi.
Dengan mendalami psikologi perkembangan maka defiasi-defiasi
tingkah laku manusia dapat dicegah. Karena itulah psikologi perkembangan
merupakan salah satu dasar utama mengatur pembahasan psikologi.
Mempelajari dan memahami tingkah laku manusia atau individu yang
sadar tidak mungkin tanpa mempelajari kehidupan bawah sadar dan tidak
sadar. Menurut psikologi dalam kesadaran adalah suatu kualitas psikis saja.
Sedangkan psikis itu mempunyai kualitas-kuaitas sadar, bawah sadar dan tak
sadar. Karena itu dalam mempelajari individu ataupun manusia sosial
maupun kriminil masalah struktur personality manusia mempunyai kaitan
yang erat dengan tingkah laku manusia secara keseluruhan.
Menurut penelitian ternyata bahwa manusia itu mengalami grafik
kehidupan jasmaniah maupun rohaniah ataupun kejiwaan maksudya dalam
usia muda ataupun sejak usia kelahiran sampai usia tua dan setiap waktu usia
tertentu, terjadi perobahan-perobahan hidup yang mempunyai ciri-ciri khas
tersendiri.
Berdasarkan adanya perobahan-perobahan dan ciri-ciri khas tersendiri
dari usia-usia usia tertentu, para psikolog telah mengadakan pembagian-
pembagian masa-masa itu dan setiap ahli mempunyai pembagian-pembagian
yang perbeda, tapi materi dan peristiwa tersebut pada hakekatnya adalah
sama.
Antara masa yang satu dengan masa yang lain merupakan suatu
rangkaian yang tak terputus, karena sangat relatif sekali mengadakan
pemisahan yang mutlak atas usia-usia dari manusia itu. Secara relatif kita
hanya menetapkan tingkat-tingat usia tertentu untuk memsisahkan satu masa
dengan masa kehidupan lainnya. Dan masa-masa tersebut berdasarkan
terdapatnya perbedaan-perbedaan atau ciri-ciri khas yang tidak terdapat pada
masa lain.

Pengantar Psikologi 50
Dalam Setiap masa-masa perkembangan tersebut sangat perpengaruh
terhadap rentan atau tidaknya seseorang dalam melakukan tindak kriminal. 
Dimana tingkah laku individu atau manusia yang a-sosial maupun yang
bersifat krimil ini tidak dari manusia lain. Karena manusia yang satu dengan
yang lainnya adalah merupakan suatu jaringan yang mempunyai dasar yang
sama.
Makna perkembangan pada manusia adalah terjadinya perubahan yang
besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap,
lebih komleks dan lebih berdiferensiasi. Jadi berbicara soal perkembangan
manusia yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah
perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses
perkembangan ? Untuk menjawab pertanyaan itu maka perlu dipahami
tentang aspek-aspek perkembangan.

B. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi
anggota badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem
tubuh seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta
kesehatan.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi
dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang
perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi,
kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan
bahasa.
3. Pertumbuhan yang seimbang dengan Perkembangan sosial – emosional
yaitu perkembangan berkomunikasi secara emosional, memahami diri
sendiri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan
tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain,
menjalin persahabatan, dan pengertian tentang moral.
Harus dipahami dengan sesungguh–sungguhnya bahwa ketiga aspek
perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh (terpadu), tidak
terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek perkembangan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aspek lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang
anak seperti meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami lingkungan
sekitar di mana ia berada. Ketika seorang anak mencapai tingkat
perkembangan tertentu dalam berpikifr (kognitif) dan lebih terampil dalam
bertindak, maka akan mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang

Pengantar Psikologi 51
dewasa, seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan
berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru (aspek
sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya pengalaman dan pada
gilirannya dapat mendorong berkembangnya semua aspek perkembangan
secara menyeluruh. Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara
sendiri-sendiri.

C. Teori Psikologi Perkembangan Manusia Menurut Para Ahli


Pada pembahasan jiwa (anima) diketahui bahwa manusia memiliki
kesempurnaan dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami
perubahan-perubahan baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis).
Banyak faktor yang menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan
munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Teori-teori tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Teori Nativisme
Pelopor teori ini adalah Athur Schopenhauer. Teori ini menyatakan
bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor
bawaan manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia
memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi dan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan dan
pendidikan diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap
perkembangan manusia.
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak
bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari
keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan
menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori
ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta
mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan
yang tidak baik.
2. Teori empirisme
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa
perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-
pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga
dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk
pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah manusia pada
dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya
akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan
dituliskan. Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan,

Pengantar Psikologi 52
bahkan pendidikan adalh termasuk faktor penting untuk menenukan
perkembangan manusia. Teori ini dipolopori oleh Jhon Locke.
3. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang
menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam
mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini
berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak
kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan
dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki
sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat
keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan
perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor
endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut
keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga
faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen.
Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak
adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-
hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak
konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen
bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen
lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude).
Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu
berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut
sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia
berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang
populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan
pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila
lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah
mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak.
Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh
kesadaran.

D. Teori Perkembangan Dan Pertumbuhan Manusia Erik H. Erikson


Salah satu teori yang mengagumkan dan mudah dipahami dalam
pembahasan tentang psikologi perkembangan adalah teori Erik Homburger

Pengantar Psikologi 53
Erikson.Erikson mengembangkan dua filosofi dasar berkenaan dengan
perkembangan, yaitu:
1. Dunia bertambah besar seiring dengan diri kita
2. Kegagalan bersifat kumulatif
Kedua dasar filosofi inilah yang membentuk teorinya yang terkenal itu.
Ia hendak mengatakan bahwa dunia semakin besar seiring dengan
perkembangan karena kapasitas persepsi dan kognisi manusia juga
mengalami perubahan. Di sisi lain, dalam pengertian Erikson, kegagalan yang
terjadi pada sebuah stage perkembangan akan menghambat sebuah proses
perkembangan ke stage berikutnya. Kegagalan ini tidak lantas hilang dengan
sendirinya, bahkan terakumulasi dalam stage perkembangan berikutnya.
Dari penelitiannya, Erikson yang penganut Freudian (karena
menggunakan konsep ego) ini melihat bahwa jalur perkembangan merupakan
interaksi antara tubuh (pemrograman biologi genetika), pikiran (aspek
psikologis), dan pengaruh budaya.Erikson mengelompokkan tahapan
kehidupan ke dalam 8 stage yang merentang sejak kelahiran hingga kematian.
1. Tahap Bayi (Infancy): Sejak lahir hingga usia 18 bulan.
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang
biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok
Ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif
dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan
sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan
perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan
ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu
memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia
ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi
tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa
pentingnya pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya
dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka
bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang
dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap.

2. Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun


Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri
sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri,
melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus,

Pengantar Psikologi 54
termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet training. Di masa ini, individu
berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring
dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan
tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan
yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun
tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan
semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini,
khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau
mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan
ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.

3. Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun


Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang
orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi
bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu,
anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi
kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan
untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering
diucapkan seorang anak:”KENAPA?”
Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-
laki) juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut
“oedipal struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan
alat kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau
bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan melalui
fase ini menimbulkan perasaan bersalah.
Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga
inti (ayah, ibu, dan saudara).

4. Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun


Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena
individu sepintas hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa
perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase
sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan
perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan
berkembang.
Ketrampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah
pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat,

Pengantar Psikologi 55
kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal
menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan
ketidak mampuan dan rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting
dalam pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting
namun bukan lagi sebagai otoritas tunggal.

5. Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun


Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang
dilakukan untuk saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan
tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di periode ini individu
bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat
kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam
interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai
individu yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup
sosial yang lebih luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan
mengalami kebingungan dan kekacauan peran.
Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi
kehidupan. Di masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan
bebas konflik, yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di
periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman.

6. Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun


Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta.
Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya
melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini
memberikan keintiman di level yang dalam.Kegagalan di level ini
menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa
sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk
pertahanan ego.Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan
persahabatan.
7. Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu
cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta
berbagai permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa
“berwenang” yang diidamkan sejak lama.

Pengantar Psikologi 56
Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan
meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta
memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian
orang lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan
masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut
akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan
interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic,
individu harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak
berhasil di stage ini, timbullah self-absorpsi atau stagnasi.Yang memainkan
peranan di sini adalh komunitas dan keluarga.

8. Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65 tahun hingga


mati
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang
telah dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah
memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas.
Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang
kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan
merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum
menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan
jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling
benar.

E. Kriteria Penahapan Perkembangan Individu Perkembangan Manusia


Ellizabeth Hurlock
Sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi secara bertahap melalui
berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap tahapan
perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda
dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami
tahapan perkembangan tersebut Ellizabeth Hurlock secara lengkap telah
membagi tahapan perkembangan manusia dalam sepuluh tahapan / masa
perkembangan, yaitu :
1. Masa sebelum lahir (Prenatal) selama 280 hari
2. Masa bayi baru lahir (new born) 0,0-2,0 minggu
3. Masa bayi ( baby hood ) 2 minggu-2,0 tahun
4. Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2,0-6,0 tahun

Pengantar Psikologi 57
5. Masa kanak-kanak akhir (later childhood) 6,0-12,0 tahun
6. Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0-15,0 / 16,0
7. Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0-21,0 tahun
8. Masa dewasa awal (early adulthood) 21,0-40,0 tahun
9. Masa dewasa madya (middle adulthood) 40,0-60,0 tahun
10. Masa usia lanjut (later adulthood) 60,0 – seterusnya

F. Perkembangan Anak
Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang
bersifatkualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai
hasilketerkaitannya dengan pengaruh lingkungan. Perkembangan
ditunjukkandengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan
berkesinambungan.
1. Perubahan Bersifat Sistematis
Perubahan dalam perkembangan yang ditunjukkan dengan
adanyasaling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-
aspek fisikdan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.
Misalnya anakdiperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat
huruf-huruf dandiberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar
menulis akan mudahdan cepat dikuasai anak apabila proses latihan
diberikan pada saat ototototnyatelah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentukhuruf telah diperoleh. Dengan demikian anak
akan mampu memegang pensildan membaca bentuk huruf.
2. Perubahan Bersifat Progresif
Perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang
terjadibersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kualitatif
maupunkuantitatif. Misalnya, perubahan pengetahuan dan kemampuan
anak dariyang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih
kompleks.
3. Perubahan Bersifat Berkesinambungan
Berkesinambungan ditunjukkan dengan adanya perubahan
yangberlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-
loncatatau karena unsur kebetulan. Misalnya, agar anak mampu berlari
makasebelumnya anak harus mampu berdiri dan merangkak terlebih
dahulu.Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu
mempelajarihal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya
proses belajar,sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilakubaru.

Pengantar Psikologi 58
 
1. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak
Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangansebagai
berikut:
a. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek
tertentu tetapimenyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu
mungkin lebihterlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih
tersembunyi.Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai
akhir hayatnya,hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat
bahkan sangat lambat,sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya
perkembangan individuitu berirama dan irama perkembangan setiap
anak tidak selalu sama.
b. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan
yangberbeda.
Seorang anak mungkin mempunyai kemampuan berpikir
danmembina hubungan sosial yang sangat tinggi dan
tempoperkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam
aspeklainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang
danperkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang keterampilan
danestetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir
danhubungan sosialnya agak lambat.
c. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi
yang lainnya.Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak
bisa merabansebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
d. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demisedikit.
Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikittetapi
dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-
loncatan.Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek
tertentu.

e. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke


yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.
Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-
kemampuanyang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai denganmemegang benda besar dengan kedua tangannya, baru
kemudianmemegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima

Pengantar Psikologi 59
jarinya.Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat
memegangdengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan ujung-
ujung jarinya.
f. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga
nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase
lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti
tidakberkembang.
g. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat
atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan
dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan
lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula.
Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor
pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan lajuperkembangan
yang lebih cepat atau lebih lambat.
h. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar
dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan
kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
i. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria
berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat
matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki
umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki
lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih
kuatdalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.
 
2. Aspek Perkembangan Anak
Menurut Hadis (2003: 5), secara garis besar ada empat
aspekperkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan
pengembangan anak,yaitu: perkembangan fisik, kognitif, bahasa, dan
sosial-emosional. Namundalam bahasan kali ini hanya akan dibicarakan
tentang perkembangan fisikmotorik,kognitif dan bahasa, sedangkan
perkembangan sosial-emosionalakan dibahas secara terpisah.
a. Perkembangan Motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada
beberapaanak yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada
pula yangmengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak,
pertumbuhan tinggibadan dan berat badan relatif seimbang, tetapi

Pengantar Psikologi 60
secara bertahap tubuh anakakan mengalami perubahan. Bilamana di
masa bayi anak memilikipenampilan yang gemuk maka secara
perlahan-lahan tubuhnya berubahmenjadi lebih langsing, sedangkan
kaki dan tangannya mulai memanjang.Ukuran kepalanya masih tetap
besar jika dibandingkan dengan tubuhnya, namun pada akhir masa
kanak-kanak ukuran kepalanya tidak lagi terlalu besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya.
b. Perkembangan Kognitif
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang
luasmengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa
kognitifadalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang
memperolehpengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan
pengetahuan. Selainitu kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep
yang luas dan inklusif yangmengacu kepada kegiatan mental yang
terlibat di dalam perolehan,pengolahan, organisasi dan penggunaan
pengetahuan. Proses utama yangdigolongkan di bawah istilah kognisi
mencakup : mendeteksi, menafsirkan,mengelompokkan dan mengingat
informasi; mengevaluasi gagasan,menyimpulkan prinsip dan kaidah,
mengkhayal kemungkinan, menghasilkanstrategi dan berfantasi.
Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai
kemampuanyang mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran,
pengertian yangbersifat mental pada diri individu yang digunakan
dalam interaksinya antarakemampuan potensial dengan lingkungan
seperti : dalam aktivitasmengamati, menafsirkan memperkirakan,
mengingat, menilai dan lain-lain.Proses kognitif penting dalam
membentuk pengertian karenaberhubungan dengan proses mental dari
fungsi kognitif. Hubungan kognisidengan proses mental disebut
sebagai aspek kognitif.

Hal-hal yang termasuk dalam aktivitas kognitif adalah:


1) Mengingat.
Mengingat merupakan aktivitas kognitif dimana orang menyadari
bahwapengetahuan berasal dari kesan-kesan yang diperoleh dari
masa lampau.Bentuk mengingat yang penting adalah reproduksi
pengetahuan, misalnyaketika seorang anak diminta untuk
menjelaskan kembali suatupengetahuan atau peritiwa yang telah
diperolehnya selama belajar.

Pengantar Psikologi 61
2) Berfikir.
Pada saat berfikir anak dihadapkan pada obyek-obyek yang
diwakilidengan kesadaran. Jadi tidak dengan langsung
berhadapan dengan obyeksecara fisik seperti sedang mengamati
sesuatu ketika ia melihat, meraba atau mendengar.

c. Tahapan Perkembangan Kognitif


Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa
pertumbuhan ituberlangsung secara terus menerus dengan tidak ada
lompatan. Kemajuankompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan
berurutan selama masa kanakkanakPiaget melukiskan urutan tersebut
ke dalam empat tahapperkembangan yang berbeda secara kualitatif
yaitu : (a) tahap sensori motor,(b) tahap praoperasional, (c) tahap
operasional konkrit dan (d) tahapoperasional formal.
Setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak
akanmelalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal
ini terjadikarena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal
dari pencapaiantahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan
kemunculan itu tidak berubah-ubah,tidak mustahil adanya percepatan
seseorang untuk melewati tahap-tahapitu secara lebih dini di satu sisi
dan terhambat di sisi lainnya.
1) Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor ada pada usia antara 0-2 tahun, mulai
pada masabayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas
motorik dalammengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya
bayi keberadaannya masihterikat kepada orang lain bahkan tidak
berdaya, akan tetapi alat-alat inderanyasudah dapat berfungsi.

2) Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun)


Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum
memahamipengertian operasional yaitu proses interaksi suatu
aktivitas mental, dimanaprosesnya bisa kembali pada titik awal
berfikir secara logis. Manipulasisimbol merupakan karakteristik
esensial dari tahapan ini. Hal ini seringdimanefestasikan dalam
peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanyasudah sangat
pesat, kemampuan anak menggunakan gambar simbolik

Pengantar Psikologi 62
dalamberfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif
akan meningkatlebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya.
3) Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun)
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada
terjadinyaperubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional,
seperti dalam caraberfikir egosentris pada tahap operasional konkrit
menjadi berkurang,ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkanlebih dari satu dimensi secara
serempak dan juga untuk menghubungkandimensi-dimensi itu satu
sama lain. Oleh karenanya masalah konservasisudah dikuasai
dengan baik.
4) Operasional Formal ( 11 - 16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada
apa yangdilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat,
tetapi sudah dapatmembayangkan masalah dalam fikiran dan
pengembangan hipotesis secaralogis. Sebagai contoh, jika A < B dan
B < C, maka A < C. Logika seperti initidak dapat dilakukan oleh
anak pada tahap sebelumnya.
 
d. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan suatu urutan kata-kata, dan bahasa dapat
digunakanuntuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang
berbeda atau waktuyang berbeda. Vygotsky (1978: 80) berpendapat
bahwa “perkembanganbahasa seiring dengan perkembangan kognitif,
malahan saling melengkapi,keduanya berkembang dalam satu lingkup
sosial”.
Piaget (Santrock, 1995: 238) berpendapat bahwa “berpikir
itumendahului bahasa dan lebih luas dari bahasa”. Bahasa adalah salah
satu carayang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam
seluruhperkembangan, pikiran selalu mendahului bahasa. Bahasa dapat
membantuperkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan
perhatian anak padabenda-benda baru atau hubungan baru yang ada di
lingkungan, mengenalkananak pada pandangan-pandangan yang
berbeda dan memberikan informasipada anak. Bahasa adalah salah satu
dari berbagai perangkat yang terdapatdalam sistem kognitif manusia.

Pengantar Psikologi 63
 

Pengantar Psikologi 64
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan. Bandung : Refika Aditama. 2009

Arasjid, Chainur. Suatu Pemikiran Tentang Sikologi Kriminil. Medan : USU Pers.
1997

Bonger W.A. Pengantar Tentang Krminologi. Jakarta : Pembangunan. 1962

Ediwarman. Selayang Pandang Tentang Kriminologi. Medan : USU Pers. 1994

Santoso, Topo dkk. Kriminologi. Jakarta : Rajawali Pers. 2001

Pengantar Psikologi 65
MODUL 6
Belajar, Mengingat, Berpikir

A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang
dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para
ahli :Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.Hilgard (1962) : “belajar adalah
proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah
karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”Di Vesta dan Thompson
(1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman”.Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan
perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik
secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama
terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan
(discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan
hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
pemecahan masalah.

Pengantar Psikologi 66
c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian
dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses
pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan
ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses
pemikiran.
d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.

2. Teori Balajar
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak
teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di
bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu:
a. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
b. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut
sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan
kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre
operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi.

Pengantar Psikologi 67
c. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi
delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4)
penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan
(8) umpan balik.
d. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan
arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt
adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Hal yang penting dalam
mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis
dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral
merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak
dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral),
padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh
dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

3. Jenis-Jenis Belajar
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan
perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar
mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri
yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini,
disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada
kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block
misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika
jenis-jenis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis
belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.

Pengantar Psikologi 68
Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini
merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun
begitu, dari pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu
yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku
yang dibahas.
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini
menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar
menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsef/pengertian,
belajar keterampilan motorik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.
a. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap
arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya
suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada
anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi
dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan
dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga apa arti
kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu
berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan
anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan
kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar
dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil
dengan telinga yang kecil dari pada anjing.
b. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan
sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil
perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia
menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak
dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam
perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu
dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada
orang yang mendengarkan ceritanya.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang
tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa
kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan

Pengantar Psikologi 69
terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah
proses mental yang bergerak kea rah perubahan.
c. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat}
kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan
kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat
kembali kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan,
yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif
tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut.
Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa
pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau,
dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
d. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data
dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental,
sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem,
seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan
konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-
struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua
persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus
dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-
problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
e. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang
memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek
yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan
tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk
repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada
objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda
tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor
dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang

Pengantar Psikologi 70
mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan.
Hanya dirasakan adanya melalui proses mental.
f. Belajar Kaidah
Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran
intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar
kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain,
terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan
beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan
memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai
“besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya
suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu {besi, dipanaskan,
dan memuai}, maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi
dipanaskan memuai”.
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah.
Kaidah merupakan suatu representasi {gambaran} mental dari
kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan
sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan
yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat
penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi {universitas}.
g. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi
dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental,
khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode
bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir
divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang
benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari
suatu masalah.berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang
berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda
tetapi benar.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar


Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator
dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-

Pengantar Psikologi 71
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik.
Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing
faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material
pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi
individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan
bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik.
Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan
kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek
didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang
paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan
lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam
kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya.
Demikian pula, belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang
lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang
hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor
instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun
perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan
belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan
sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus
memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental
ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan
belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk
ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra.
Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar
tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan
belajar.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak
dapat dibahas secara terpisah.Perilaku individu, termasuk perilaku
belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir

Pengantar Psikologi 72
sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti
perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
1) Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang
memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil
yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran
yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran
tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran
dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain
peran (role playing), debat dan sebagainya.
2) Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik
melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan
pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya
pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu
pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
3) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan
kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi
inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
4) Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah
berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri
(ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara
bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang
yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat
dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis
dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2)
penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
5) Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif
boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah

Pengantar Psikologi 73
bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif
semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang
pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut
motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca
karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

5. Perspektif Dalam Belajar


a. Perspektif perilaku
Menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui
perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang
menyebabkan perilaku kita berubah.
b. Perspektif kognitif
Menjelaskan perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada
bagaimana kita menyusun mental (pikiran, perasaan) dan memproses
informasi yang datangnya dari lingkungan . Kedua perspektif tersebut
banyak dikemukakan oleh para psikolog sosial yang berlatar belakang
psikologi.
c. Perspektif struktural
Memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di mana
perilaku kita dibentuk oleh peran yang beraneka ragam dan selalu
berubah, yang dirancang oleh masyarakat kita.
d. Perspektif interaksionis
Memusatkan perhatiannya pada proses interaksi yang mempengaruhi
perilaku sosial kita. Perbedaan utama di antara kedua perspektif
terakhir tadi adalah pada pihak mana yang berpengaruh paling besar
terhadap pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung
meletakan struktur sosial (makro) sebagai determinan perilaku sosial
individu, sedangkan kaum interaksionis lebih memandang individu
(mikro) merupakan agen yang aktif dalam membentuk perilakunya
sendiri.

6. Prinsip Belajar Efektif


Kegiatan belajar itu merupakan proses yang kompleks, bukannya
proses yang sederhana. Belajar melibatkan bukan saja intelek, tetapi juga
fisik, emosi, sosial, persepsi dan sebagainya. Penggunaan prinsip-prinsip
belajar disini secara empiris memang dapat dibenarkan dan secara efektif
dapat disampaikan kepada para calon guru. Prinsip-prinsip belajar juga
akan memberikan pemikiran psikologis kepada guru-guru dan calon guru

Pengantar Psikologi 74
untuk mendapatkan dan menemukan metode-metode mengajar yang jitu
serta memilih secara lebih inteligen antara metode mengajar yang baru
sehingga secara tepat dapat mengarahkan kepadanya
Sehubungan dengan prinsip-prinsip belajar dimaksud, Nasution
mengemukakan antara lain :
a. Agar seseorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan.
b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena paksaan oleh orang lain.
c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan
berusaha denga tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
d. Belajar itu harus terbukti dari perubahan tingkah lakunya.
e. Selain tujuan tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula
hasil-hasil sambilan atau sampingan.
f. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
g. Seorang pelajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya, atau secara
intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.
h. Dalam hal belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain.
i. Untuk belajar diperlukan “insight”.
j. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering
mengejar tujuan-tujuan lain.
k. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
l. Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
m. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
(Abror, 1993).
B. Mengingat/Memori
1. Pengertian Memori
Ditinjau dari sudut jenis memori informasi dan pengetahuan yang
disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam.
a. Semantic Memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang
menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertiaan.
b. Episodic Memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang
menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Menurut Reber (1988), dalam memori semantik, informasi yang
diterima ditransformasikan dan diberi kode arti, lalu atas dasar arti itu.
Jadi, informasi yang kita simpan tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dalam

Pengantar Psikologi 75
bentuk kode yang memiliki arti. Banyak ahli yang percaya bahwa memori
semantik itu berfungsi menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan
bertalian satu dengan yang lainnya.
Memori episodik adalah memori yang menerima & menyimpan
persirtiwa-peristiwa yang terjadi atau dalam waktu dan tempat tertentu,
yang berfungsi sebagai otobiografi. Sebagian ahli memperkirakan bahwa
memori episodik mungkin dapat menyimpan pengetahuan yang bersifat
semantik. Best (1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan
episodik dengan item pengetahuan semantik terhadap hubungan yang
memungkinkan bergabungnya item episodik dalam memori semantik.
Dalam hal ini, item pengetahuan dalam memori episodik dapat diproses
atau dimodifikasi oleh sistem akal kita menjadi item-item yang berbentuk
arti-arti sehingga memperoleh akses ke memori semantik. Diluar
kemungkinan proses ini, belum ada keterangan lain yang lebih akurat
mengenai sifat dan cara penggabungan antara memori episodik dengan
memori semantik. (syah, 2007)

2. Jenis-jenis Memori
a. Memori Jangka Pendek
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapatkan
perhatian ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori yaitu
memori jangka pendek. Menurut Slavin (dalam Nur dkk,1998:8)
dijelaskan bahwa “memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan
yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas hanya
dalam beberapa detik”. Biasanya memori ini menyimpan informasi
yang terkini yang sedang dipikirkan. Satu cara untuk menyimpan
informasi ke dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang
informasi itu atau mengucapkannya berkali-kali. Proses
mempertahankan suatu informasi dalam memori jangka pendek
dengan cara mengulang-ulang disebut menghafal (rehearsal).
Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu
butir tinggal di dalam memori jangka pendek, semakin besar
kesempatan butir itu akan ditransfer ke memori jangka panjang. Tanpa
pengulangan kemungkinan butir itu tidak akan tinggal di memori
jangka pendek lebih dari sekitar 30 detik maka informasi itu dapat
hilang akibat desakan informasi lainnya, karena memori jangka pendek
mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu 5 sampai 9 bits informasi

Pengantar Psikologi 76
(Miller,1956 dalam Nur dkk,1998:9) yaitu hanya bisa berpikir antara 5
sampai 9 hal yang berbeda dalam satu waktu tertentu

b. Memori Jangka Panjang


Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori
tempat menyimpan informasi untuk periode waktu yang panjang.
Memori jangka panjang memiliki kapasitas yang sangat besar tempat
menyimpan memori dengan jangka yang sangat panjang. Banyak ahli
yakin bahwa informasi yang terdapat dalam memori jangka panjang
tidak pernah dilupakan, kemungkinan hanya sekedar kehilangan
kemampuan untuk menemukan kembali informasi yang tersimpan di
dalam memori kita.

c. Memori Implisit
Kemampuan mengingat merupakan salah satu faktor penting
dalam kehidupan anak. Banyaknya rangsangan yang diperoleh sebagai
hasil dari belajar yang optimal, salah satunya ditentukan oleh seberapa
kuat daya ingat anak. Tak heran jika daya ingat menjadi salah satu
indikator kecerdasan selain konsentrasi dan daya nalar.

d. Memory Konstruktif
Didalam proses ini memori konstruktif sangat cenderung
menggunakan pengetahuan umum kita untuk mengkontruksi memori
yang lengkap akan cerita atau peristiwa yang terjadi. jika kita
mendengar suatu kalimat atau cerita, kita sering kali
memperlakukannya sebagai deskripsi yang tidak lengkap dari
peristiwa nyata, sehingga kita menggunakan pengetahuan umum
untuk mengkontruksi deskripsi peristiwa yang lebih lengkap dengan
menambahkan pernyataan pada kalimat dan cerita yang tampaknya
mengikuti kalimat atau cerita itu. Sebagai contoh, saat mendengar,
“Mike memecahkan botol dalam perkelahian di bar.” Dan kita
kemungkinan menyimpulkan botol itu adalah botol air atau whiskey
dan bukan botol susu atau soda. Kita menambahkan kesimpulan ke
memori kita tentang kalimat itu sendiri. Dengan demikian, memori total
kita jauh lebih luas dari informasi asli yang diberikan. Kita mengisi
informasi asli dengan menggunakan pengetahuan umum tentang apa
yang terjadi. kita melakukan hal itu karena kita coba menjelaskan
kepada diri sendiri tentang peristiwa yang kita dengar. Dengan

Pengantar Psikologi 77
demikian, memori konstruktif merupakan produk sanmping dari
kebutuhan kita untuk mengenali dunia.

3. Meningkatkan Daya Ingat,


a. Perhatian.
Bila kita ingin selalu mengingat apa yang dikatakan seseorang,
perhatikanlah dengan baik apa yang dikatakan orang tersebut.
Perhatikan setiap detil dari perkataannya. Pusatkan sepenuhnya
perhatian kita pada lawan bicara yang ada di hadapan kita.
b. Gunakan seluruh panca indera anda.
Semakin banyak anda menggunakan panca indera dalam
memperhatikan sesuatu maka akan semakin lama ingatan terhadap hal
tersebut membekas di otak anda. Lihat, rasakan, dan hayati apa yang
mengalir dari setiap ucapan orang tersebut.
c. Hubungkan dengan sesuatu.
Menghubungkan suatu benda dengan benda yang lain akan
membantu anda mengingat benda tersebut. Misalnya anda bertemu
seseorang lalu anda ingin mengingat namanya, perhatikan dengan
seksama apa yang unik atau berbeda dari orang tersebut. Si Ani yang
berambut lurus dan bermata indah badannya harum bagaikan bunga
mawar. Semakin unik hubungan yang anda buat maka akan semakin
bagus ingatan anda terhadap orang tersebut.
d. Antusialah dalam melakukan sesuatu.
Semakin antusias dan senang anda terhadap sesuatu atau
seseorang maka akan semakin mudah anda mengingatnya dalam
jangka waktu lama. Bila anda menyukai sesuatu atau seseorang maka
anda akan sangat memperhatikannya dan anda akan menggunakan
seluruh panca indera anda untuk merasakannya. Bahkan anda akan
menghubungkannya dengan sesuatu benda yang menarik sehingga bila
anda melihat benda tersebut maka anda akan kembali mengingatnya.
e. Ulangi.
Ulangi, ulangi dan ulangi apa yang ingin anda ingat. Para ahli
dibidang per-otakan mengatakan bahwa otak manusia hanya mampu
mengingat 7 bagian informasi dalam kurang dari 30 detik. Jika anda
ingin lebih lama mengingat maka anda harus selalu mengulangi dalam
benak apa yang ingin anda ingat.
f. Olah ragalah yang cukup.

Pengantar Psikologi 78
Olah raga terutama yang meningkatkan sirkulasi oksigen ke otak
akan meningkatkan fungsi otak secara maksimal. Mengingat adalah
salah satu fungsi otak yang sangat penting.
g. Kendalikan stress anda.
Stress akan meningkatkan kadar hormon kortisol yang
mengganggu fungsi otak akibat matinya sel saraf otak. Stress juga akan
menganggu selera makan dan tidur anda yang pada gilirannya akan
berdampak pula pada kemampuan daya ingat. Salah satu cara untuk
mengendalikan stress adalah dengan berolah raga.
h. Tidurlah yang cukup.
Saat kita terlelap terutama beberapa jam di awal tidur, otak kita
akan menyibukan diri memproses segala informasi yang kita pelajari
sebelumnya. Hal ini tentu akan menambah kemampuan daya ingat.

C. Berpikir
1. Pengertian
Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut
proses atau jalannya.

2. Langkah proses berpikir :


a. Pembentukan pengertian
Pengertian dibentuk melalui empat tingkat, yaitu :
1) Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
2) Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada,
mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
3) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang
tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki.

b. Pembentukan pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang mengiyakan
yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.
2. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan yang secara
tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu
hal.

Pengantar Psikologi 79
3. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang
menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu
sifat pada sesuatu hal.

c. Penarikan kesimpulan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat
baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Keputusan
dibedakan menjadi :
1) Keputusan deduktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-
pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.
2) Keputusan deduktif, keputusan deduktif ditarik dari hal yang
umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan dengan keputusan
induktif.
3) Keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat
khusus yang telah ada.

3. Macam-macam berpikir :
a. Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan proses berpikir yang berlotak dari proporsisi yang
sudah ada, menuju proporsisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Dilihat dari prosesnya, berpikir deduktif berlangsung dari yang umum
menuju yang khusus.
b. Berpikir Induktif
Induksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan.
Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai
kejadian yang ada di sekitarnya.
c. Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif adalah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat
atau tidaknya suatu gagasan.

4. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi


Clara dan William Stern (dalam Kartono, 1990) membagi perkembangan
bahasa anak yang normal dalam empat periode perkembangan , yaitu :
a. Prastadium. Pada tahun pertama : meraban, dan kemudian menirukan
bunyi-bunyi. Mula-mula menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati,
terutama huruf-huruf bibir. Lalu berlangsung proses reduplikasi atau

Pengantar Psikologi 80
pengulangan suku kata seperti : ma – ma, pa – pa, mam – mam, uk – uk,
dan lain sebagainya.
b. Masa pertama (kurang lebih 12 -18 bulan) : stadium kalimat-satu-kata.
Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan
atau satu keinginan. Umpama kata “mama”, dimaksudkan untuk :
“Mama, dudukkanlah saya di kursi itu! Mama, saya minta makan.”
c. Masa kedua (kurang lebih 18-24 bulan) : anak mengalami stadium-
nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai
nama. Jadi ada kesadaran tentang bahasa. Anak mengalami peristiwa
“lapar-kata” : yaitu mau menghafal secara terus menerus kata-kata
baru, dan ingin memahami artinya. Perbendaharaan kata anak menjadi
semakin bertambah dengan cepatnya dan anak selalu merasa “haus-
tanya” dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Pada saat anak mulai meninggalkan kalimat-satu-kata, lalu
menggunakan dua atau tiga kata-kata sekaligus. Mula-mula ia
mengucapkannya dengan tergagap-gagap : lambat laun kalimatnya
terungkapkan lebih lancar. Mulailah muncul kata-kata benda dan kata-
kata kerja, yang disusul dengan kata sifat. Baru sesudah anak berusia 3
tahun, anak mulai menguasai kata-kata penghubung.
d. Masa ketiga(kurang lebih 24-30 bulan) : anak mengalami stadium-flexi
(flexi, flexico = menafsirkan, mengakrabkan kata-kata). Lambat laun
anak mulai menggunakan kata-kata kerja yang ditafsirkan, yaitu kata-
kata yang sudah diubah dengan menambahkan awalan, akhiran, dan
sisipan. Bentuk kalimat-kalimat masih tunggal. Kemudian anak mulai
menggunakan kata-kata seru, kalimat bertanya, dan kalimat penjelasan.
Lalu bisa merangkaikan kalimat-kalimat pendek. Biasanya bentuk
pertanyaan ditujukan pada pengertian nama benda-benda, letak benda
(di mana), dan apakah benda itu.
e. Masa keempat (mulai usia 30 bulan ke atas) : stadium anak kalimat.
Anak mulai merangkaikan pokok pemikiran anak dengan
penjelasannya, berupa anak kalimat. Pertanyaan anak kini sudah
manyangkut perhubungan waktu (kapan, bila), dan kaitan sebab –
musabab (mengapa).

5. Kerancuan Bicara masa Kanak-Kanak yang Umum


Pada periode belajar bahasa tersebut, seringkali anak mengalami
kerancuan bicara yang sifatnya umum. Hurlock (1978) membagi kerancuan
bicara masa kanak-kanak menjadi empat, yaitu :

Pengantar Psikologi 81
a. Lisping berarti penggantian bunyi huruf. Pengganti yang paling umum
adalah th untuk s, seperti dalam “thimple thimon” dan w untuk r, seperti
dalam “wed wose”. Lisping biasanya disebabkan oleh kesalahan bicara
kebayi-bayian. Hilangnya gigi depan mungkin menyebabkan gangguan
temporer. Lisping  pada orang dewasa biasanya timbul karena adanya
ruangan di antara gigi atas depan.
b. Slurring adalah bicara yang tidak jelas akibat tidak berfungsinya bibir,
lidah, atau rahang dengan baik. Kadang-kadang slurring disebabkan
oleh kelumpuhan organ suara atau karena otot lidah kurang
berkembang. Apabila emosi terganggu atau merasa gembira, anak
mungkin berkata tergopoh-gopoh tanpa mengucapkan setiap huruf
dengan jelas. Slurring paling umum terjadi selama tahun-tahun pra
sekolah sebelum bicara menjadi kebiasaan.
c. Stuttering (menggagap) adalah keragu-raguan, pengulangan bicara
disertai dengan kekejangan otot kerongkongan dan
diafragma. Stuttering  timbul dari gangguan Pernafasan yang sebagian
atau seluruhnya diakibatkan oleh tidak terkoordinasinya otot bicara.
Hal ini mirip dengan seorang yang berada dalam keadaan takut yang
menyebabkan ia seolah kehilangan kata-kata. Biasanya disertai dengan
gemetaran, terhentinya bicara, dan sewaktu-waktu pembicara tidak
sanggup mengeluarkan bunyi. Kemudian, apabila ketegangan otot
berlalu, kata-kata membanjir ke luar dan kemudian diikuti dengan
kekejangan yang lain. Stuttering dimulai pada waktu anak berusia 2, 5
dan 3,5 tahun. Normalnya stuttering menurun pada saat anak dapat
melakukan penyesuaian rumah dan social yang lebih baik.
d. Cluttering adalah berbicara dengan cepat dan membingungkan, yang
sering keliru disamakan dengan stuttering. Biasanya terjadi pada anak
yang pengendalian motorik dan perkembangan bicaranya
terlambat. Cluttering  merupakan kesalahan bicara berlebihan yang
dilakukan oleh orang normal. Tidak seperti stuttering, cluttering dapat
diperbaiki jika orang memperhatikan benar hal-hal yang ingin
dikatakan.

6. Kondisi yang Menimbulkan Perbedaan dalam Belajar Berbicara


Telah disebutkan beberapa kali bahwa kemampuan anak dalam berbicara
tidak sama antara satu anak dengan anak yang lain. Perbedaan-perbedaan
tersebut antara lain dipengaruhi oleh beberapa kondisi (Hurlock, 1978),
yaitu :

Pengantar Psikologi 82
a. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang
tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota
kelompok social dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut.
b. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi akan belajar berbicara lebih
cepat dan  memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul
ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
c. Keadaan sosial ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi akan lebih
mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirnya lebih baik, dan lebih
banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan social
ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari
kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak didorong untuk berbicara dan
lebih banyak dibimbing untuk melakukannya.

d. Jenis kelamin
Dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki lebih tertinggal
dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki
lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang
diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang
anak perempuan.
e. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka
akan semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan ia akan
semakin  bersedia menyisihkan waktu dan mengeluarkan usaha yang
lebih besar untuk belajar.
f. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya
bicara dan didorong dengan menanggapinya, maka akan semakin awal
mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
g. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih
awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang
tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar
anaknya berbicara.
h. Urutan kelahiran

Pengantar Psikologi 83
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak
yang lahir kemudian. Hal ini disebakan orang tua dapat menyisihkan
waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak
yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang
lahir kemudian.
i. Metode pelatihan anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak
harus dilihat dan bukan didengar” merupakan hambatan untuk belajar,
sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar.
j. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan
bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan
saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka
miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara
agar orang lain dapat memahami mereka.
k. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebyanya dan semakin
besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok
sebaya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
l. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
mempunyai kemampuan bicara lebih baik, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya
jelek. Kenyataannya, bicara seringkali dipandang sebagai salah satu
petunjuk anak yang sehat.

Pengantar Psikologi 84
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L dan Ricard C Atkinson. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta:


Erlangga.

Elliot, S.N., Kratochwill, T.R., Littlefield, J., Travers, J.F. 1999. Educational


Psychology : Effective TeachingEffective Learning. Second Edition. Madison :
Brown & Benchmark Publishers.

Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak : Jilid 1.  Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Kartono, K. 1990. Psikologi Perkembangan.  Bandung : Penerbit Mandar Maju

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R., 1992. Psikologi Perkembangan :


Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Cetakan ke-8 Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta,


1984.

Sobur, Alex, Psikologi umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003

Syah, Muhibbin.2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Grid Publising, Inc.,
Indianola Avenue, 1981.

Uno, Hamzah B.2005. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

Walgito, Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.

Walker, Conditioning and Instrumental Learning, Wadsworth Publising Coy, Inc.,


Belmont, California, 1967

Pengantar Psikologi 85
MODUL 7
Kepribadian

A. Konsep Kepribadian
Dalam kehidupan manusia sebagai individu atau pun makhluk sosial,
kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan. Ada kalanya
senang, tentram, dan gembira. Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan
bahwa manusia juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah,
frustasi dan sebagainya. Ini menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika
kehidupan.
Kepribadian pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku
manusia secara umum yang tercermin dari ucapan dan perbuatannya.
Kepribadian berbeda dengan karakter, karena pengertian kepribadian
dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian baik kepribadian maupun karakter
berwujud tingkah laku yang ditujukan ke lingkungan sosial, keduanya relatif
permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas
individu. Kepribadian meliputi segala corak perilaku dan  sifat yang khas dan
dapat diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa dilihat dari luar, yang
digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan,
sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang
khas bagi individu. Wujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan tersebut
tentu terus berkembang dan adanya komponen-komponen atau faktor-faktor
yang mempengaruhinya yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu
kepribadian.
Konsep-konsep kepribadian sebenarnya merupakan aspek-aspek atau
komponen-komponen  kepribadian karena  pembicaraan mengenai
kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang ada di dalamnya, seperti
karakter, sifat-sifat, dan lainnya. Interaksi antara berbagai aspek tersebut
kemudian terwujud sebagai kepribadian.
Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian
bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang
berhubungan dengan kepribadian diantaranya ialah character, temperament,
traits, type dan habit. (Alwisol, 2005: 8)

1. Character (Watak)

Pengantar Psikologi 86
Penjelasan umum mengenai watak ialah kepribadian yang
dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang
tersebut bertindak. Yang dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang
menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kukuh maka ia
dinamakan seseorang yang berwatak atau sebaliknya. Menurut Sumadi
(1985) dikutp dari Sunaryo (2004), watak adalah keseluruhan atau totalitas
kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional
seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam
(dasar, keturunan, dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar
(pendidikan dan pengalaman, serta faktor-faktor eksogen) (Sunaryo, 2002:.
128).
Secara arti normatif kata watak dipergunakan apabila orang
bermaksud mengenakan norma-norma kepada orang yang sedang
dibicarakan. Misalnya ungkapan “Ia orang yang pandai, tetapi sayang
tidak berwatak dan Ia orang yang terdidik, tetapi tak punya watak”. Orang
berwatak apabila sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dipandang dari
segi norma-norma sosial adalah baik dan sebaliknya.
Secara arti deskriptif watak menurut Allport (1937) bahwa “character
is personality evaluated, and personality is character devaluated”. Menurutnya
kepribadian dan watak adalah satu dan sama, tetapi dipandang dari segi
yang berlainan. Apabila orang akan mengenakan  norma-norma, yang
berarti mengadakan penilaian lebih tepat dipergunakan istilah “watak”.
Apabila tidak mengadakan penilaian sehingga menggambarkan apa
adanya, dipakai istilah “kepribadian”. (Sunaryo, 2002:. 128)

2. Temperament (Tabiat)
Temperament adalah kepribadian yang lebih bergantung pada
keadaan badaniah, atau kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
tabiat adalah konstitusi kejiwaan. Temperament memiliki aspek yang
meliputi:
a. Motalitas (kegestian atau kelincahan) ditentukan oleh otot, tulang dan
saraf perifer.
Contoh:
 Orang bekerja dan bereaksi dengan lincah dan gesit.
 Orang bekerja dengan tenang.
b. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan keadaan hormonal dan saraf
otonom.

Pengantar Psikologi 87
Contoh:
 Orang dengan vitalitas tinggi: baru bangun pagi sudah penuh gairah
hidup dan memiliki berbagai rencana.
 Orang yang mudah bosan, kurang kreativ, dan kurang inovatif.
c. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan keadaan neurohormonial dan
saraf pusat.
Contoh:
 Bila ada sesuatu yang menakutkan, ada orang yang bereaksi segera
dan spontan secara emosional.
 Ada orang yang biasa-biasa saja dalam menghadapi hal yang
menakutkan atau mengejutkan.

3. Traits (Sifat)
Sifat adalah sistem neuropskis yang digeneralisasikan dan diarahkan,
dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang
secara sama, memulai serta membimbing perilaku adaptif dan ekspensi
secara sama.

4. Tipe
Perbedaan antara sifat dan tipe menurut Allport adalah:
a. Individu dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi tidak dapat memiliki suatu
tipe.
b. Tipe adalah konstruksi ideal si pengamat dengan mengabaikan sifat-
sifat khas individualnya.
c. Tipe menunjukkan perbedaan buatan, sedangkan sifat refleksi
sebenarnya dari individu.

5. Habit  (Kebiasaan)
Kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian


Perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang
lebih baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perkembangan
adalah suatu perkembangan menjadi lebih sempurna dalam hal akal,
pengetahuan, dan lain-lain.
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada

Pengantar Psikologi 88
segi material, melainkan pada segi fungsional. Perkembangan pribadi sebagai
perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari
pertumbuhan dan belajar (Abu Ahmadi, 2005: 6)
Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku
yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan
sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan
perubahan, produk dan proses serta struktur dan
perkembangan.Perkembangan merupakan suatu proses yang tidak lepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perkembangan tersebut, baik faktor
pendukung maupun faktor penghambat.
Menurut Sjarkawi faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
seseorang dapat dikelompokkan kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal (Sjarkawi, 2008 :19).Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri orang itu sendiri. faktor internal ini biasanya merupakan faktor
genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya ialah bawaan sejak lahir
danmerupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah
satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari
sifat kedua orang tuanya.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga,
teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media sosial atau
media informasi.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah
unsur-unsur badan dan jiwa manusia disatu pihak, dan lingkungan di lain
pihak. Badan dan jiwa disebut sebagai faktor endogen, dan lingkungan adalah
faktor eksogen. Faktor endogen disebut juga faktor dalam, faktor internal,
faktor bawaan dan faktor keturunan. Sedangkan faktor eksogen disebut juga
faktor luar, faktor eksternal empiris, dan faktor pengalaman.
Selain faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian juga
terdapat faktor yang menghambat pembentukan kepribadian antara lain (Paul
Henry Mussen, 1994 : 77):

1. FaktorBiologis
Faktor biologis, yang merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula  disebut faktor fisiologis seperti
keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah,  kelenjar-
kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui

Pengantar Psikologi 89
bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan
adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi
yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada
setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik
tersebut memainkan peranan  yang  penting  pada kepribadian seseorang.

2. Faktor Sosial
Faktor  sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk
juga kedalam faktor sosial  adalah  tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang di
sekitarnya. Dengan  lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam
perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan
bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga
yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula
terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga
terhadap perkembangan anak  sejak kecil adalah sangat mendalam dan 
menentukan perkembangan  pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan
karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh
yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas 
pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta
umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional.
Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari
lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan  bahwa
faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadian.

3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di
mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a. Nilai-nilai (values). Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai
hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam
kebudayaan itu. Untuk  dapat diterima sebagai anggota suatu

Pengantar Psikologi 90
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b. Adat dan tradisi, yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggotaanggotanya, juga menentukan
pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak
pada kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan
keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula
tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupannya.
d. Bahasa. Bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa
dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul
dengan orang lain.
e. Milik kebendaan. Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa,
makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi
keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian
manusia yang memiliki kebudayaan itu.

C. Keterkaitan Antara Teori Kepribadian dan Pendekatan Konseling


Suatu teori terdiri dari segugusan asumsi yang saling berhubungan
tentang gejala-gejala empiris tertentu, dan definisi-definisi empiris yang
memungkinkan si pemakai beranjak dari teori abstrak ke observasi empiris
(Calvin S, dkk, 1993: 37). Dapat disimpulkan bahwa teori kepribadian harus
merupakan segugusan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta definisi-
definisi empirisnya. Suatu teori kepribadian harus terdiri dari sekumpulan
asumsi tingkahlaku manusia beserta aturan-aturan untuk menghubungkan
asumsi-asumsi dan definisi-definisi supaya menjadi jelas interaksinya dengan
peristiwa-peristiwaempiris atau peristiwa-peristiwa yang bisa diamati.
Teori kepribadian mempunyai peranan penting dalam pendekatan
konseling, yang dimana konseling merupakan suatu proses interaksi antar
konselor dan konseli dalam upaya membantu pemecahan masalah yang
dihadapi oleh konseli. Penyelesaian masalah yang dihadapi oleh suatu
individu tentunya menggunakan berbagai pendekatan yang berkaitan dengan
teori-teori kepribadian. Yang kepribadian itu sendiri merupakan corak tingkah

Pengantar Psikologi 91
laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi
dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari
dalam dirinya sendiri (internal) sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Teori
kepribadian memberikan pemahaman mengenai gejala tingkah laku individu,
yang dimana masalah yang dihadapi oleh individu berkaitan dengan tungkah
laku yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya. Segala tingkah laku
individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai
perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya.
Bila dicermati, pada hakekatnya konseling itu bersifat psikologis. Dari
sisi tujuan, proses serta konsep yang tercakup menunjukkan bukti bahwa
konseling merupakan proses psikologis. Dari sisi tujuannya, rumusan tujuan
konseling itu adalah berupa pernyataan yang menggambarkan segi-segi
psikologis (perilaku) dalam diri klien, dari prosesnya, seluruh proses
konseling merupakan proses kegiatan yang bersifat psikologis, dan dilihat dari
teori atau konsepnya, konseling bertolak dari teori -teori atau konsep-konsep
psikologi.

D. Pembentukan Karakteristik Kepribadian


Pembentukan kepribadian juga merupakan hasil dari pengalaman-
pengalaman yang dialami oleh individu, khususnya mengenai pengalaman-
pengalaman yang ikut membentuk kepribadian menurut Drs. H. Abu Ahmadi
(2005:202) dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu pengalaman umum
dan pengalaman khusus.
Pengalaman umum yaitu pengalaman yang dialami oleh tiap-tiap
individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya
dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai
laki-laki atau wanita mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari
peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap
terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan.
Selanjutnya pengalaman khusus, yang merupakan suatu pengalaman yang
khusus dialami oleh individu sendiri. pengalaman ini tidak bergantung
kepada status dan peranan orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman umum maupun khusus di atas memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada tiap-tiap individu, dan individu tersebut
juga merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda
pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu struktur kepribadian
yang tetap (permanen). Sebelum sampai kepada proses pembentukan

Pengantar Psikologi 92
kepribadian yang matang, dewasa dan permanen, proses pembentukan
pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkatan yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk
menjadi sama (identik) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak,
saudara, guru, dan sebagainya.
Pada masa remaja tahap identifikasi ini dapat menyebabkan
kebingungandan kekaburan akan peranan sosial, karena remaja-remaja
cendrung mengdentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus,
misalnya dengan ayah, bintang filem kesayangannya, dan tokoh idola lainya.
Kepribadian seseorang itu diekspresikan ke dalam beberapa karakteristik,
sehingga dengan mengerti karakteristik-karakteristik tersebut dapat
dimengerti pula kepribadian orang yang bersangkutan.
Menurut Abu Ahmadi (2005) karakteristik untuk mengenali kepribadian
adalah:
1. Penampilan fisik: tubuh yang besar, wajah yang tampan, tubuh yang sehat,
pakaian yang kusut, semuanya menggambarkan kepribadian dari orang
yang bersangkutan, apakah ia berwibawa dan percaya diri sendiri atau
kurang semangat dan mempunyai rendah diri.
2. Temperamen: yang merupakan suasana hati yang menetap dan khas pada
orang yang bersangkutan, misalnya pemurung, pemarah, periang, dan
sebagainya.
3. Kecerdasan dan sebagainya
4. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai.
5. Sikap sosial.
6. Kecendrungan-kecendrungan dalam motivasinya.
7. Cara-cara pembawaan diri, misalnya sopan-santun, banyak bicara, mudah
bergaul dan sebagainya.
8. Kecendrungan patologis, yaitu tanda-tanda adanya kelainan kepribadian
seperti reaksi-reaksi yang skiofrenis dan sebagaiya.
Karakteristik juga terbagi dalam dua hal, yaitu karakteristik kepribadian
yang sehat, dan karakteristikkepribadian yang tidak sehat. Menurut E. B.
Hurlock (1986) karakteristik kepribadian yang sehat ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Mampu menilai diri secara realistic. Individu yang kepribadiannya sehat
mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya,
menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan
kemampuan (kecerdasan dan keterampilan).

Pengantar Psikologi 93
2. Mampu menilai situasi realistic. Individu dapat menghadapi situasi atau
kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistic dan mau menerima
secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu
yang harus sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistic. Individu dapat
menilai prestasinya (keberhasilan yang diperolehnya) secara realistic dan
mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh atu
mengalami “Superiority complex”, apabila memperoleh prestasi yang tinggi,
atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila mengalami kegagalan, dia tiak
mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistic (penuh
harapan).
4. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang
bertanggung jawab. Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara
berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku
di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia
dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau
konstruktif, tidak deskruptif (merusak).
7. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin
dicapainya. Namun, merumuskan tujuan itu ada yang realistic dan ada
yang tidak realistic. Individu yang sehat kepribadiannya dapat
merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya untuk
mencapai tujuan tersebut dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan) dan keterampilan.
8. Menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri.
9. Merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain.
10. Tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain
dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
11. Penerimaan social. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, dan memiliki sikap bersahabat
dalam berhubungan dengan orang lain.
12. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat
hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

Pengantar Psikologi 94
13. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai
kebahagiaan. Kebahagiaan ini didukung oleh factor-faktor achievement
(pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan dari orang lain), dan
affection (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).
Adapun karakteristik kepribadian yang tidak sehat, ditandai dengan:
1. Mudah marah (tersinggung.
2. Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan.
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih
muda atau terhadap binatang.
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum.
6. Mempunyai kebiasaan berbohong.
7. Hiperaktif.
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
9. Senang mengkritik/mencemooh orang lain.
10. Sulit tidur.
11. Kurang memiliki tanggung jawab.
12. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama.
13. Bersikap psimis dalam menghadapi kehidupan.

Pengantar Psikologi 95
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu. (2005). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian, Malang: Universitas Muhammadyah Malang

Calvin S, dkk. (1993). Psikologi Kepribadian 1Teori-teori Psikodinamik (klinis),


Yogyakarta: Kanisius

Paul Henry Mussen. (1994). Perkembangan dan Kepribadian Anak, Jakarta: Arcan

Sjarkawi. (2008). Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: Bumi Aksara

Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Pengantar Psikologi 96
MODUL 8
Konsep Individualitas

A. Konsep Dasar Psikologi Individual


Aliran psikologi individual dipelopori oleh Alferd Adler dan
dikembangkan sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald
Dinkmeyer, yang dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Dalam corak
terapi ini perhatian utama diberikan kepada kebutuhan seseorang untuk
menempatkan diri dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam
corak terapi ini adalah rasa rendah diri (inferiority Feeling), usaha untuk
mencapai keunggulan (striving for superiority), dan gaya hidup perseorangan
(a person’s lifestyle). Manusia kerap mengalami rasa rendah diri karena
berbagai kelemahan dan kekurangan yang mereka alami, dan berusaha untuk
menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri melalui aneka usaha
mencari konvensasi terhadap rasa rendah diri itu, dengan mengejar
kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Dengan
demikian manusia bermotivasi untuk menguasai situasi hidupnya, sehingga
dia merasa puas dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam
bayangannya sendiri. Untuk mencapai itu anak kecil sudah mengembangakan
suatu gaya hidup perseorangan, yang mewarnai keseluruhan perilakunya
dikemudian hari meskipun biasanya tidak disadari sendiri. Selama proses
terapi konselor mengumpulkan informasi tentang kehidupan konseling
dimasa sekarang dan dimasa lampau sejak berusia sangat muda, antara lain
berbagai peristiwa dimasa kecil yang masih diingat, urutan kelahiran dan
keluarga, impian-impian dan keanehan dalam perilaku. Dari semua informasi
itu konselor menggali perasaan rendah diri pada konseli yang bertahan
sampai sekarang dan menemukan segala usahanya untuk menutupi
perasaannya itu melalui suatu bentuk konvensasi, sehingga mulai tampak
gaya hidup perseorangan. Selanjutnya konselor membantu konseli untuk
mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih membahagiakan bagi konseli dan
merancang suatu gaya hidup yang lebih konstruktif. Dalam melayani anak
muda yang menunjukkan gejala salah suai dalam bergaul dalam pihak teman
disekolah, konselor berusaha menemukan perasaan rendah diri yang
mendasari usaha konvensasi dengan bertingkah laku aneh, yang ternyata
menimbulkan berbagai gangguan didalam kelas. Menurut pendapat Schmidt
(1993) banyak unsure dalam psikologi individual cocok untuk diterapkan
dalam konseling disekolah baik dalam konseling individual maupun
konseling kelompok.

Pengantar Psikologi 97
Psikologi individual mempunyai arti yang penting sebagai cara untuk
memahami tingkah laku manusia. Pengertian seperti gambaran semua, rasa
rendah diri, kompensasi, gaya hidup, diri yang kreatif, memberi pedoman
yang penting untuk memahami sesama manusia. Aliran ini tidak memberikan
susunan yang teliti mengenai struktur, dinamika, serta perkembangan
kepribadian, tetapi mementingkan perumusan petunjuk-petunjuk praktis
untuk memahami sesama manusia. Karena itu justru dalam praktik
pendidikanlah teori Adler ini punya arti yang sangat penting karena hal-hal
berikut ini.
1. Penentuan tujuan-tujuan yang susila, seperti:
a. Keharusan memikul tanggung jawab
b. Keberanian menghadapi kesukaran-kesukaran hidup
c. Mengikis dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan
kemasyarakatan
d. Menyelami diri sendiri dan membuka kecenderungankecenderungan
egoistis yang yang tersembunyi.
2. Optimismenya dalam bidang pendidikan. Lain dari pada itu
pendekatannya secara psikologi sosial berarti membuka halaman baru
dalam bidang psikologi kepribadian.
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh
dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut
dalam kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial
di atas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup untuk
memutuskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi
untuk melaksanakan:
a. Tanggung jawab sosial
b. Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
Bilamana Freud berpendapat bahwa “libido sexsual” (hal yang ada
diluar kesadaran) adalah nafsu pokok yang mempengaruhi hidup manusia,
maka Adler merujuk pada struktur kepribadian yang kompleks, artinya
manusia bertindak atas apa yang dirasakan terhadap lingkungan sekitarnya,
bukan atas apa yang tidak disadarinya.

B. Pandangan Tentang Hakekat Manusia


Psikologi individual didasarkan atas pandangan holistik mengenai
pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa model ini dipusatkan

Pengantar Psikologi 98
kepada individu sebagai lawan kelompok manusia. Kata tersebut berarti
bahwa manusia di pandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisahmenjadi bagian – bagian,
maka kepribadian itu di pandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan
yang tidak dapat di pisahkan. Manusia tidak terpisah dari bagian – bagian,
dan kepribadiannya pun berpadu menjadi suatu kesatuan dan hanya dapat
dipahami apabila kepribadian tersebut dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Salah satu implikasi dari pandangan tersebut adalah bahwa klien
seyogyanya dipandang sebagai suatu bagian terpadu dalam sistem sosial.
Psikologi individual tertumpu pada keyakinan pokok bahwa kebahagiandan
keberhasilan seseorang pada umumnya berkaitan dengan keterikatan sosial.
Sebagai makhluk sosial,manusia mempunyai kebutuhan untuk bermanfaat
pula dalam masyarakat, mengingat manusia itu juga melekat dalam
masyarakat maka manusia tidk dapat dipahami dalam terpisah dari konteks
sosial. Adler berpendapat bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang kuat
untuk merasa bersatu dengan orang lain. Dengan demikian manusia akan
mampu bertindak dengan berani dalam menghadapi dan menangani
permasalahan hidup. Manusia memiliki kebutuhan yang kuat untuk
memnempati dan menemukan tempat yang berarti dalam masyarakat.
Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh orang lain
merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia.
Manusia itu tidak hanya membutuhkan manusia lain, manusia juga
mempunyai perasaan untuk diterima oleh orang lain. Pada gilirannya
pengembangan minat sosial itu menjadi tujuan dari konseling, manusia yang
tidak memiliki minat sosial akan merasa sakit dan manusia yang memiliki rasa
minat sosialnya akan merasa sehat. Adler menyamakan konsep minat sosial
ini dengan perasaan identifikasi dan simpati terhadap orang lain. Adler
mengemukakan bahwa minat sosial itu berarti : “melihat dengan mata orang
lain, mendengar dengan telinga orang lain, dan merasa dengan hati orang
lain”.

C. Konsep-konsep Pokok Teori Adler Sebagai Aliran Psikologi


1. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler memilih nama Individualitas psychology dengan harapan
dapat menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak

Pengantar Psikologi 99
dapat dipecah.Psikologi individual menekankan kesatuan kepribadian.
Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-
sifat, serta nilai-nilai yang khas dan setiap perilakunya menunjukkan corak
khas gaya kehidupan yang bersifay individual, yang diarahkan pada
tujuan tertentu.

2. Kesadaran dan ketidaksadaran


Adler memandang unitas (kesatuan) kepribadian juga terjadi antara
kesadaran dan ketidaksadaran. Menurut Adler, tingkah laku tidak sadar
adalah bagian dari tujuan final yang belum terformulasi dan belum
terpahami secara jelas. Adler menolak pandangan bahwa kesadaran dan
ketidaksadaran adalah bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unify.
Pikiran sadar, menurut Adler, adalah apa saja yang dipahami dan diterima
individu serta dapat membantu perjuangan mencapai keberhasilan,
sedangkan apa saja yang tidak membantu hal tersebut akan ditekan ke
ketidaksadaran, apakah pikiran itu disadari atau tidak tujuannya satu yaitu
untuk menjadi super atau mencapai keberhasilan. Jika Frued memakai
gunung es sebagai ilustrasi yang menggambarkan hubungan dan
perbandingan antara alam sadar dan alam tidak sadar, Adler memakai
ilustrasi mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang ke arah yang
berbeda untuk mencapai kehidupan yang sama.

3. Tujuan-tujuan fiksi yang final


Konsep adler tentang motivasi manusia sangat berlawanan dengan
Freud. Menurut pandangan Adler tingkah laku seseorang adalah
ditentukan oleh persepsinya, khususnya dari apa yang hendak diinginkan
dimasa depan, dan tidak oleh apa yang dialami atau dilakukan pada masa-
masa yang lalu.
Fenomena psikologistidak dijelaskan oleh insting, imfluse
(dorongan), dan pengalaman traumatis, seperti yang dikemukakan oleh
sigmund freud, namun hanya oleh perspektif dengan melihat jalan yang
akan dilalui, yaitu sub-ordinat dari seluruh hidup, menuju tujuan yang
sifatnya akhir. Teori Adler membimbing tingkah laku kita untuk membuat
fiksi yang final. Tujuan ini adalah “fictional”, sebab dia tidak menjadi dasar
penting didalam kenyataan. Agaknya ini sejalan tentang apa yang
mungkin menjadi dasar dalam menginterprestasikan dunia.

4. Inferioriti untuk menjadi superioriti

Pengantar Psikologi 100


Bagi Adler, kecenderungan motivasi manusia adalah dorongan
“feeling of inferiority” untuk menjadi superior. Jadi tingkah laku
ditentukan oleh gambaran masa depan kita sendiri, seperti tujuan dan
harapan kita. Dengan feeling inferiority yang dimiliki, dapat
menumbuhkan hasrat menjadi superior. Sebetulnya kita dalam hidup ini
selalu mencoba untuk mendekati kesempurnaan. Hidup ini pada dasarnya
adalah pergulatan antara feeling inferior untuk menjadi superior.
Inperiority bukanlah perasaan rendah diri terahadap orang lain,
tetapi adler mengartikannya sebagai perasaan “kurang” atau tidak mampu
dalam menyelesaikan tugas-tugas pemenuhan kebutuhan. Konsep adler
tentang superioriti sama dengan pendapat jung tentang “transedence” dan
pelopor dari self realization atau self-actualization oleh horney, maslow
dan lainnya. Usaha untuk menjadi superior, bagi adler berarti selalu
mencoba untuk menjadi yang terbaik dan berusaha untuk dekat dan
semakin dekat kepada tujuan yang ideal yang diinginkan.

5. Minat sosial
Minat sosial bersumber dari hubungan ibu dananak selama bulan-
bulan pertama kelahiran anak. Setiap orang memiliki benih minat sosial
yang ditaburkan selama tahun-tahun pertama kehidupan mereka. Kedua
orang tua mungkin mempengaruhi minat sosial anak dengan cara yang
agak berbeda. Tugas seorang ibu adalah mengembangkan sebuah ikatan
yang mendorong kedewasaan minat sosial seorang anak.
Konsep adler tentang minat sosial tidak mudah didefenisikan,
aslinya dari kata “gemeinschaftsgefuhl” yang apabila diartikan tidak ada
kata yang tepat, sehingga akan selalu menimbulkan debat. Dalam hal ini
maksudnya ialah “minat sosial”, yaitu yang membawa individu
memperhatikan kesejahteraan orang lain dan seluruh hidupnya diarahkan
bagi membimbing pribadinya untuk berbuat bagi kepentingan orang lain
itu.
Walaupun kapasitas minat sosial tersebut dibawa semenjak lahir
adler meyakini bahwa keadaan minat tersebut masih kecil, tetapi kapasitas
tersebut banyak diperolehnya dari hubungan antar manusia. Hasil
tanggung jawab ini adalah peran ibu sebagai orang pertama dalam
pengalaman sosial anak guna mengembangkan potensi ini. Jika ibu tidak
membantu anak dalam mengembangkan minat sosial maka anak akan
mengalami masalah dalam hidup bermsyarakat. Bagi adler minat sosial itu

Pengantar Psikologi 101


memungkinkan orang berusaha menjadi superior yaitu menuju sehat
dalam fungsi penyesuaian.

6. Gaya Hidup
Konsep tentang gaya hidup dijelaskan Adler sebagai keunikan
pribadi. Gaya hidup yang uniki adalah menemukan tujuan khusus yang
hendak kita miliki dalam kehidupan, dan kita memilihnya untuk dirinya
sendiri. Bagi adler,untuk dapat dicatat contoh yang paling menonjol dari
ciri kehidupan adalah bergerak. Salah satu dari bentuk adanya gerak
tersebut yaitu berbicara, berpikir, merasa dan melakukan suatu perbuatan.
Banyak gaya hidup orang didunia ini, misalnya seorang ingin menjadi
superior dengan cara kuat dan mampu dalam bidang fisika, dan yang
lainnya berusaha untuk mampu dalam bidang seni, yang lainnya dalam
bidang politik, bidang dakwah dan sebagainya.

7. Kekuatan kreatifitas diri


Kekuatan kreatifitas diri adalah prinsip yang penting dalam
kehidupan manusia dan itu merupakan “kekuatan ketiga” yang
menentukan tingkah laku manusia, menurut adler faktor bawaan memberi
kita kemampua yang pasti, dan lingkungan memberi kita pengaruh yang
pasti. Kedua faktor ini dalam kombinasinya memberi pengalaman dan
penafsiran bawaan dan lingkungan agar kita menjadi orang baik dan dapat
kreatif membentuk sikap, khususnya bagi kehidupan dan hubungan
dengan dunia luar. Konsep adler tentang kreatifitas diri, tidak bersifat pasif
dalam menerima pengalaman, tetapi dianya sebagai aktor dan initiator dari
tingkah laku. Konsep ini digaris bawahi oleh adler yang memandang
kepribadian tersebut lebih dinamis. Seseorang adalah konstans terhadap
kehidupan aktif menafsirkan dan menggunakan seluruh pengalamannya.

8. Hubungan kepribadian dengan urutan kelahiran


Teori urutan kelahiran Adler berdasarkan keyakinan bahwa
kombinasi hereditas, lingkungan dan kreatifitas akan menentukan
kepribadian. Adler meyakini masing-masing anak dalam keluarga
dilahirkan dengan perbedaan genetik, dan perbedaan setting sosial dan
masing-masing anak menafsirkan situaisi yang berbeda.
Penting untuk dilihat kesamaan diantara anak tersebut adalah
urutan kelahirannya (anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya).
Perbedaan tersebut dalam hal mereka menginterprestasikan pengalaman

Pengantar Psikologi 102


yang mereka peroleh dalam keluarga. Misalnya anak pertama lebih banyak
menerima perhatian sampai adiknya lahir. Anak bungsu dan anak tunggal
mengalami masalah dalam penyesuaian sosialnya.

D. Perkembangan Kepribadian
Pada periode 4-5 tahun merupakan saat yang menjadi dasar yang
sangat menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Adler meyakini
bahwa setiap orang dilahirkan dengan dilegkapi “feeling of inperiority” (rasa
rendah diri), namun dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superioriti (rasa
diri lebih).
Manusia kerap kali mengalami rasa rendah diri karena kelemahan dan
keterbatasan yang mereka miliki, untuk menghilangkan ketidakseimbangan
dalam diri tersebut. Mereka melakukan tindakan kompensasi dengan
mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal.
Dengan demikian manusia temotivasi untuk menguasai situasi hidupnya
sehingga dia merasa puas dan dapat menunjukkan keunggulannya, paling
sedikit dalam bayangannya sendiri.
Perjuangan untuk mencapai superioriti itu mendorong usaha-usaha
dalam diri individu. Gerald Corey menguraikan bahwa orang mencoba
mengatasi inferioritas dasarnya dengan kekuasaan. Dengan berusaha untuk
mencapai superioritas, ia ingin mengubah kelemahan dengan kekuatan atau
mencoba mencapai keunggulan pada suatu bidang sebagai konpensasi dari
kekurangannya dibidang-bidang lain. Usaha-usaha inilah yang membawa
keperkembangan kepribadian yang diikuti dengan perkembangan hubungan
sosial, maka terbentuklah gaya hidup yang sukar untuk diubah, karena
banyak ditentukan oleh pengalaman-pengalaman pada umur 4-5 tahun.

E. Struktur Kepribadian Dari Teori Adler


Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial, bahwa manusia
merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi. Sejak lahir
manusia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan biologisnya yaitu makan, minum, dll. Manusia sebagai
makhluk sosial yang sebenarnya tidak perlu lagi dibuktikan dengan
kebenarannya sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Adler yakin bahwa
manusia memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan
interior, perasaan yang menggerakkan orang untuk bergerak untuk menjadi
superioritas dan menjadi sukses.
1. Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.

Pengantar Psikologi 103


2. Pada awalnya manusia dilahirkan feeling of inferioriti kemudian menjadi
dorongan bagi perjuangannya ke arah feeling of superiority.
3. Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasar dan
menginterpretasikan kemampuan itu, dari pada itu sosial interesnya pun
berkembang.
4. Selanjutnya terbentuk life style yang unik untuk masing-masing individu
yang bersifat self determenistik, teleologis dan holistik.

F. Perkembangan Kepribadian Abnormal


Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang disebabkan oleh
inferioriti feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau dibesar-besarkan
serta berlangsung secara tidak wajar akan menimbulkan bibit
ketidaknormalan, apalagi dibarengi dengan (1) cacat fisik maupun mental, (2)
perlakuan orang tua yang tidak wajar, (3) apabila anak ditelantarkan. Menurut
Gerald Corey adler menkankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan
anak mengembangkan gaya hidup yang keliru.
Adler menyatakan bahwa gaya hidup yang salah adalah hasil dari tiga
kondisi dimasa kanak-kanak. Kelemahan organik atau cacat, pemanjaan dan
pengabaian. Anak-anak dengan cacat fisik akan kesulitan akan kesulitan
dalam tugas-tugas kehidupannya. Melalui pemahaman orang tua dapat
dikembangkan kekutan untuk berkompensasi dari kelemahannya tersebut
dibidang lain. Anak yang dimanjakan sukar berkembangan minat sosialnya
dan harapannya selalu berpusat pada dirinya. Selanjutnya anak-anak yang
diabaikan akan menjadi musuh atau berlawanan dimasyarakat dan bersifat
mendominasi akibat dari balas dendam terhadap kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Pemanjaan dan pengabaian akan memberi konstribusi pada apa
yang disebut adler dengan “pampere life style” (gaya hidup manja). Menurut
adler gaya hidup yang manja akan berpotensi berbahaya bagi keseluruhan
anggota masyarakat.

G. Sumbangan Konsep Model Psikologi Individual


Apabila ditelaah secara lebih mendalam tentang model psikologi
individual, cukup banyak konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan
dalam proses konseling kelompok maupun konseling individual. Sumbangan
tersebut antara lain dari penekanannya pada unsur sosial dalam pembentukan
dalam perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan sumbangan model ini dalam psikologi adalah
sebagai berikut:

Pengantar Psikologi 104


1. Pandangannya tentang persepsi, dan fiksi yang amat menentukan tingkah
laku, dalam hal ini konselor dapat menggalih persepsi yang keliru dari
kliennya, sehingga terlihat tidak lagi logis dan realistis. Tugas konselor
dalam konseling tentunya mengembalikan persepsi yang tidak benar
tersebut kembali agar dapat menjadi logis sehingga dapatditerima dalam
interaksi sosial terhadap orang lain
2. Konsep Adler tentang minat sosial dapat dipakai konselor pada saat
konseling guna mengungkapkan apakah selama ini pada diri klien telah
perkembangan minat sosialnya, banyak masalah yang disebabkan oleh
tidak berkembangnya minat sosial ini, pengungkapan tentang hal ini
diperlukan konselor guna mengajak klien membangkitkan kembali minat
sosial ini dengan cara berpikir dan bertingkah laku yang selalu
memperhatikan kondisi dalam lingkungan sosial.
3. Konsep dasar tentang feeling of inferioriti dan feeling of superioriti,
membawa konselor untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan
tindakan konfensasi positif, sehingga dapat diraihnya keberhasilan dalam
bidang lain. Keberhasilan yang dicapainya akan dapat menekan feeling of
inferioriti yang mungkin slema ini dominan ada dalam diri klien.

Pengantar Psikologi 105


DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. Psikologi Individual. 2004. Malang. UMM Press


Hendri, Novi. Model – Model Konseling. Medan. 2013. Perdana Publishig
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. 1990. Jakarta. Rajawali
Taufik. Model-model Konseling. Padang. 2012. UNP Padang
Winkel , WS. & M.M. Hastuti Sri, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
2010. Media Abadi. Yogyakarta

Pengantar Psikologi 106


MODUL 9
Perilaku Sosial

A. Pengertian Perilaku Sosial


Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia  (Rusli Ibrahim, 2001).
Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri
pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan
dari orang lain.Ada ikatan  saling ketergantungan diantara satu orang  dengan
yang lainnya.   Artinya bahwa kelangsungan  hidup manusia berlangsung
dalam  suasana saling mendukung  dalam kebersamaan. Untuk itu manusia
dituntut  mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak
orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam  Rusli  Ibrahim
(2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang
yang dinyatakan dengan hubungan timbal  balik  antar pribadi. Perilaku sosial
juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991
dalam  Rusli  Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan,
tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain
dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama,
ada orang yang melakukannya  dengan tekun,  sabar dan selalu
mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya.
Sementara di pihak lain, ada orang yang  bermalas-malasan, tidak sabaran dan
hanya ingin mencari  untung sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa
pada  hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28).
Sejak  dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk
memuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan,
interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara
individual.   Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi
sosial  maka manusia tidak  dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai
sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu
pada awalnya  dapat  diketahui  dari perilaku kesehariannya. Pada saat
bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan
perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat
internal maupun yang bersifat eksternal.  Pada aspek  eksternal situasi sosial
memegang pernana  yang cukup penting. Situasi  sosial diartikan  sebagai 

Pengantar Psikologi 107


tiap-tiap situasi di  mana terdapat saling  hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi
yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai 
situasi sosial. Contoh situasi sosial  misalnya  di lingkungan  pasar, pada saat
rapat, atau dalam  lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.

B. Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial


Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang
dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
1. Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika  seseorang lebih sering bergaul dengan  orang-orang yang
memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku
seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan
pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter
sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu.  Pada aspek
ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat
mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan
emberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan sesuatu perbuatan.

2. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan
pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan
berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon  pelatih
yang terus  berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih  yang baik,
menjadi idola  bagi atletnya dan orang lain  akan terus berupaya dan
berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku
sosialnya. Contoh lain misalnya seorang  siswa karena selalu  memperoleh
tantangan dan pengalaman sukses  dalam pembelajaran penjas maka ia
memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani  yang ditunjukkan oleh 
perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk
beraktivitas jasmani dengan benar.

3. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang.Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau
pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya

Pengantar Psikologi 108


seolah    keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat  yang terbiasa 
lembut dan halus dalambertutur kata.

4. Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu
mungkin  akanterasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam 
lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau  berbeda. Dalam 
konteks pembelajaran pendidikan  jasmani  yang terpenting adalah untuk
saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

C. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial


Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat  pula  ditunjukkan oleh
sikap sosialnya.  Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara
bereaksiterhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial
dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap 
obyek sosial yang menyebabkan terjadinya  cara-cara tingkah laku yang
dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan,
1978:151-152).
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya
merupakan karakter atau ciri kepribadian yang  dapat  teramati ketika 
seseorang berinteraksi dengan orang lain.  Seperti dalam  kehidupan
berkelompok, kecenderungan perilaku  sosial seseorang yang menjadi 
anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.
Perilaku sosial dapat  dilihat  melalui sifat-sifat  dan pola respon antarpribadi,
yaitu :
1. Kecenderungan Perilaku Peran
a. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki  sifat  pemberani  secara sosial, biasanya
dia  sukamempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau
tidak seganmelakukan sesuatu  perbuatan yang  sesuai norma di
masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat
tenaga. Sedangkan sifatpengecut menunjukkan perilaku atau keadaan
sebaliknya, seperti kurang  suka mempertahankan haknya, malu dan 
segan berbuat  untukmengedepankan kepentingannya.

b. Sifat berkuasa dan sifat patuh

Pengantar Psikologi 109


Orang yang  memiliki  sifat  sok berkuasa dalam  perilaku sosial
biasanya ditunjukkan  oleh perilaku seperti bertindak tegas,
berorientasi  kepada kekuatan, percaya  diri,  berkemauan keras, suka
memberi perintah dan  memimpin  langsung.  Sedangkan sifat yang
patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang  sebaliknya, 
misalnya  kurang tegas dalam  bertindak, tidak  suka memberi perintah
dan tidak  berorientasikepada kekuatan dan kekerasan.
c. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki  sifat inisiatif biasanya suka
mengorganisasi  kelompok, tidak sauka mempersoalkan latar belakang,
suka memberi  masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan,
dan biasanya suka  mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat
orang yang pasif secara sosial  ditunjukkan oleh perilaku yang
bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang
dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau
masukan.
d. Sifat mandiri dan tergantung
Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala
sesuatunya  dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana
sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak
berusaha mencari nasihat atau  dukungan dari orang lain, dan secara
emosiaonal  cukup stabil. Sedangkan sifat  orang  yang ketergantungan
cenderung menunjukkan perilaku  sosial sebaliknya dari sifat orang
mandiri, misalnya  membuat  rencana  dan melakukan segala sesuatu
harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan
emosionalnya relatif labil.
2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial
a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki  sifat dapat  diterima oleh orang lain biasanya 
tidak  berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya,
pemaaf dan tulus menghargai  kelebihan  orang lain. Sementara  sifat
orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak
mengakui kelebihan orang lain.
b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya  memiliki  hubungan sosial  yang
baik,  senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian.
Sedangkan orang  yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan
perilaku yang sebaliknya.

Pengantar Psikologi 110


c. Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati
orang,dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah
cenderung bersifat sebaliknya.
d. Simpatik atau tidak simpatik.
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan
dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang
tertindas.Sedangkan orang yang tidak simpatik  menunjukkna sifat-sifat
yang sebaliknya.
3. Kecenderungan perilaku ekspresif
a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
bekerjasama)
Orang yang  suka bersaing biasanya menganggap hubungan  sosial
sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan,
memperkaya dirisendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing
menunjukkan sifat-sifatyang sebaliknya
b. Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang  agresif  biasanya suka menyerang orang lain  baik
langsungataupun tidak  langsung, pendendam, menentang atau  tidak
patuh  padapenguasa, suka bertengkar  dan suka menyangkal. Sifat
orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
c. Sifat kalem atau tenang secara sosial
Orang yang  kalem  biasanya  tidak nyaman jika berbeda dengan orang
lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu
jika ditontonorang.
d. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari
pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.
 
D. Perilaku  Sosial Individu Menurut Krech,  et.al.
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang
hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata
lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai
dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan
naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai
aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.
Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami
perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan

Pengantar Psikologi 111


ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari : (1) Kecenderungan
Peranan (Role Disposition); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas,
kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu, (2) Kecenderungan
Sosiometrik (Sociometric Disposition); yaitu kecenderungan yang bertautan
dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan (3) Ekspressi
(Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi
diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).
Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role
Disposition) terdapat pula empat kecenderungan yang bipolar, yaitu :
1. Ascendance-Social Timidity
Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan arah
berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan
orang lain, terutama yang belum dikenal.
2. Dominace-Submissive
Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah
berlawanannya kecenderungansubmissive, yaitu mudah menyerah dan
tunduk pada perlakuan orang lain.
3. Social Initiative-Social Passivity
Social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan
arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak
acuh.
4. Independent–Depence
Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah
berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada
orang lain.
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan
peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan
ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya
dalam bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman
sebaya; (3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak
mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial
individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-
ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) kurang mampu bergaul secara
sosial; (2) mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif
dalam mengelola kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila akan
melakukan suatu tindakan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan
pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan

Pengantar Psikologi 112


individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan
keberhasilan berperilaku pada masa lampau
Sementara itu, Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu
sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tahap Ciri-Ciri
Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3) Segala sesuatu dilihat berdasarkan
Subyektif pandangan sendiri
Kritis I ( 3 – 4 )
Pembantah, keras kepala
Trozt Alter
Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )
Mulai bisa menyesuaikan diri dengan
Masa Subyektif Menuju
aturan
Masa Obyektif
Anak Sekolah ( 6 – 12 ) Membandingkan dengan aturan –
Masa Obyektif aturan
Kritis II ( 12 – 13 ) Perilaku coba-coba, serba salah, ingin
Masa Pre Puber diuji
Remaja Awal ( 13 – 16 ) Mulai menyadari adanya kenyataan
Masa Subyektif Menuju yang berbeda dengan sudut
Masa Obyektif pandangnya
Remaja Akhir  ( 16 – 18 ) Berperilaku sesuai dengan tuntutan
Masa Obyektif masyarakat dan kemampuan dirinya

E. Paradigma Perilaku Sosial


B.F Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran
behaviorisme kedalam sosiologi.Skinner melihat kedua paradigma fakta sosial
dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti
mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat
diterangkan secara rasional.
Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner menyerang
langsung paradigma definisi sosial dan secara tidak langsung terhadap
paradigma fakta sosial. Konsep kultur yang didefinisikan oleh paradigma
fakta sosial dinilai mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya
mengenai nilai-nilai sosial. Menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu
tidak perlu disertai dengan unsur mistik seperti ide dan nilai sosial itu.
Alasannya karena orang tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai
dalam mempelajari masyarakat.
Kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Yang diperlukan adalah
pemahaman terhadap kemungkinan penguatan penggunaan paksa.

Pengantar Psikologi 113


Skinner berusaha menghilangkan konsep voluntarisme Parson. Menurut
Skinner, pandangan yang menganggap manusia mempunyai bagian dalam
yang serba bebas adalah pandangan yang bersifat mistik dan berstatus
metafisik sehingga harus disingkirkan dari dalam ilmu sosial. Pandangan yang
menilai manusia mempunyai bagian dalam yang menentukan tindakannya itu
hanya diperlukan untuk menerangkan sesuatu yang memang belum mampu
diterangkan melalui berbagai cara yang ada. Eksistensinya tergantung kepada
ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk menerangkannya. Dalam hal ini
Paradigma Perilaku Sosial menyanggupi untuk menerangkannya.

F. Pokok Persoalan Paradigma Sosial


Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar
hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-
macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut
paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam
hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat
atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan
terhadap tingkah laku.
Bagi paradigma perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki
kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus
yang datang dari luar dirinya. Jadi tingkah laku manusia lebih bersifat
mekanik.
 
G. Teori-Teori Paradigma Sosial
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial :
1. Teori Behavioral Sociology
Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip
psikologi perilaku kedalam sosiologi. Memusatkan perhatiannya kepada
hubungan antara akibat dan tingkah laku yang terjadi didalam lingkungan
aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar Behavioral sociology
adalah reenforcement yang berarti ganjaran (reward). Tidak ada sesuatu
yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan
tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap
perilaku itu sendiri.
2. Teori Exchange
Tokoh utamanya George Homan. Teori ini dibangun sebagai reaksi
terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara
langsung dari tiga jurusan

Pengantar Psikologi 114


a. Pandangan tentang emergence
Homan mengakui bahwa selama berlangsungnya proses interaksi,
timbul suatu fenomenabaru. Menurutnya untuk menerangkan
fenomena yang timbul dari proses interaksi tidak   diperlukan proposisi
baru lagi.
b. Pandangan tentang psikologi
Sosiologi pada akhir abad 19 masih merupakan anak angkat psikologi.
Sosiologi dewasa ini sudah berdiri sendiri.
c. Metode penjelasan dari Durkheim
Menurut Durkheim obyek studi sosiologi adalah barang sesuatu dan
sesuatu yang dianggapsebagai barang sesuatu. Barang sesuatu ini dapat
diterangkan bila dapat ditemukan faktor-faktor penyebabnya. Menurut
Homan fakta-fakta sosial tertentu yang selalu menjadi penyebab dari
fakta sosial yang lain belum merupakan suatu penjelasan. Yang
perludijelaskan adalah hubungan antara penyebab dan akibat dari
hubungan itu selaluditerangkan oleh proposisi psikologi.
Keterangannya mestilah bersifat psikologi, artinya harus diterangkan
melalui pendekatan perilaku (behavioral). Menurut Homan variabel-
variabelpsikologi selalu menjadi variabel perantara (intervening
variables) diantara dua fakta sosial.

H. Metode Paradigma Perilaku Sosial


Paradigma perilaku sosial lebih banyak menggunakan metode
eksperimen dalam penelitiannya. Keutamaan metode eksperimen ini adalah
memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol dengan ketat
obyek dan kondisi disekitarnya. Memungkinkan pula untuk membuat
penilaian dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari perubahan-
perubahan tingkah laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja didalam
eksperimen itu.
1. Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran
bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan
oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku
para anggotanya.
2. Macam kelompok sosial
Sekolah merupakan salah satu contoh kelompok sosialMenurut Robert
Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada

Pengantar Psikologi 115


tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran
jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
 Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak
memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh:
Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah keamatan.
 Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan
tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara
anggotanya.
 Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran
jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat
dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
 Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

3. Faktor pembentuk
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari
diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam
keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua
faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah
kedekatan dan kesamaan.
a. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan georgafis, terhadap
keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita
bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun
atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak
geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan
interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya
kelompok pertemanan.
b. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada
kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya.

Pengantar Psikologi 116


Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang
yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud
adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi,
atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor
utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok
sosial yang disebut keluarga.

4. Pembentukan norma kelompok


Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat
dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu.
Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam
kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu
pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan
para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di
antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak
lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau
menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma
terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang
masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma,
yaitu norma kelompok.
 

Pengantar Psikologi 117


DAFTAR PUSTAKA

1. Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya


Remaja.
2. Krech et.al.1962.  Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha.
3. henriprihantono.blogdetik.com (george ritzer,sosiologi ilmu pengetahuan
berparadigma ganda.)
4. id.wikipedia.org
5. http://dendibatinova.wordpress.com/2011/10/17/perilaku-siosial/ 

Pengantar Psikologi 118


MODUL 10
Konflik

A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan, konflik adalah pertentangan yang timbul di dalam
seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang
ada di sekitarnya, atau suatu proses sosial antara dua atau lebih pihak (orang
atau kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi.  
Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan
(the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara
dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua
belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu
sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan
tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan
tujuan kelompok, pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi
kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak
percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar
pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok
pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik
muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan
dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Dan hasil dari sebuah konflik:
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami
konflik dengan kelompok lain.
2. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
3. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbul benci, saling
curiga, dan lain-lain.

Pengantar Psikologi 119


4. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia didominasi bahkan
penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
5. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik
dapat menghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua
dimensi:  pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil
tujuan pihak lainnya.
Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
1. Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
2. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk “memenangkan” konflik.
3. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan “kemenangan” konflik bagi pihak tersebut.
4. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk menghindari konflik.
Pengertian konflik menurut para ahli:
1. Pengertian Konflik Sosial Menurut Robbins: konflik dimaknai sebagai suatu
proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara
negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu
ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah
satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut.
2. Pengertian Konflik Sosial Menurut Fisher: tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bisa terjadi karena hubungan
antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau
merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.
3. Pengertian Konflik Sosial Menurut White & Bednar: konflik sosial adalah suatu
interaksiantara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung
merasakan adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling
mengganggu satu sama lain dalam mencapai tujuan itu.
4. Pengertian Konflik Sosial Menurut Cassel Concise dalam Lacey: mengemukakan
bahwa konflik sebagai “a fight, a collision, a struggle, a contest, opposition
of interest, opinion or purposes, mental strife, agony”. Pengertian tersebut
memberikan penjelasan bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu

Pengantar Psikologi 120


benturan, suatu pergulatan, pertentangan kepentingan, opini-opini atau
tujuan-tujuan, pergulatan mental, penderitaan batin.
5. Pengertian Konflik Sosial Menurut Wexley & Yukl: konflik juga merupakan
perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties) yang
ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau
mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi
lawannya.
6. Pengertian Konflik Sosial Menurut Clinton: konflik adalah relasi-relasi
psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tak bisa
dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-
struktur nilai yang berbeda. Konflik juga merupakan suatu interaksi yang
antagonis mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas mulai dari
bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung, sampai
pada bentuk perlawanan terbuka.

B. Jenis-jenis Konflik
1. Menurut Baden Eunson :
a. Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara
manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah
dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa
bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan
tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan
karir.
b. Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja
pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk
konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang
alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c. Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku
dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif
apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit
tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan
menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran.
Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi
pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan
pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah
produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang
akhli dan teknologi yang tepat.

Pengantar Psikologi 121


d. Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya
dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena
tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari
seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.

2. Menurut Dahrendorf:
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya
antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)).
a. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
b. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan
massa).
c. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
d. Konflik antar atau tidak antar agama.
e. Konflik antar politik.
f. Konflik individu dengan kelompok.

C. Faktor Penyebab Konflik


1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam
menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang
merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang
dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.


Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakangkebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan

Pengantar Psikologi 122


yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya
perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh
masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi
bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh
ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atauladang. Bagi para
pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik
sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidangpolitik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat
terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya
konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena
perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan
upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan
yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume
usaha mereka.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.


Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan ituberlangsungcepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada
masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah
itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam
organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal
kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika
terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-
proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan

Pengantar Psikologi 123


terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehidupan masyarakat yang telah ada.

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai


berikut:
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas;
2. Hambatan komunikasi;
3. Tekanan waktu;
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal;
5. Pertikaian antar pribadi;
6. Perbedaan status;
7. Harapan yang tidak terwujud.

D. Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
1. Disiplin: mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka
harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: konflik dapat dikelola
dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya: perawat junior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi: suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan
yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer
untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang
efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai
satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif: mendengarkan secara aktif merupakan hal
penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan
para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka
dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda
bahwa mereka telah mendengarkan.

Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada:


1. Konflik itu sendiri;

Pengantar Psikologi 124


2. Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya;
3. Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik;
4. Pentingnya isu yang menimbulkan konflik;
5. Ketersediaan waktu dan tenaga.

E. Strategi Dalam Menyiasati Konflik


1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak
seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran
merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi
untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi”.

2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah,khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam
konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda
tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa
memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk
alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi


Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
a. Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat
mempunyai tujuan kerja yang sama.

Pengantar Psikologi 125


b. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk
saling mendukungdan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Ada beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :


1. Diawali melalui penilaian diri sendiri;
2. Analisa isu-isu seputar konflik;
3. Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri;
4. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat
konflik;
5. Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat;
6. Mengembangkan dan menguraikan solusi;
7. Memilih solusi dan melakukan tindakan;
8. Merencanakan pelaksanaannya.

F. Metode Penyelesaian Konflik


1. Dominasi & Meredakan
a. Dominasi atau kekerasan yang bersifat penekanan otokratik. Ketaatan
harus dilakukan oleh pihak yang kalah pada otoritas yang lebih tinggi
atau kekuatan yang lebih besar.
b. Meredakan atau menenangkan, metode ini lebih terasa diplomatis
dalam upaya menekan dan meminimalkan ketidaksepahaman.
2. Kompromi/Jalan Tengah
a. Pemisahan, pihak-pihak yg berkonflik dipisah sampai menemukan
solusi atas masalah yang terjadi.
b. Arbitrasi, adanya peran orang ketiga sebagai penengah untuk
penyelesaian masalah.
c. Kembali ke aturan yang berlaku saat tidak ditemukan titik temu antara
kedua pihak yang bermasalah.

3. Pemecahan Masalah Integratif


a. Konsensus, sengaja dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik,
bukan hanya menyelesaikan masalah dengan cepat.
b. Konfrontasi, tiap pihak mengemukakan pandangan masing-masing
secara langsung dan terbuka.
c. Penentu tujuan, menentukan tujuan akhir kedepan yang lebih tinggi
dengan kesepakatan bersama.

Pengantar Psikologi 126


G. Contoh Konflik
1. Konflik Vietnam berubah menjadi perang;
2. Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol,
sehingga timbul kekerasan. Hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan
Palestina;
3. Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik
bersejarah lainnya;
4. Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk
konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di
Kazakhstan.
5. Konflik yang terjadi antar individu dan kelompok
Misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para
tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak
boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap
sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi
para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya
diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan
bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga
harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan
konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini
dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan
individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha
yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para
buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
6. Tawuran pelajar
a. Dendam karena kekalahan dengan sekolah lain
Biasanya ini terjadi ketika adanya pertandingan bola antar
sekolah. Dimana tim sekolah yang satu kalah dengan sekolah yang lain.
Hal ini menyebabkan adanya rasa kecewa dan celakanya mereka ini
biasanya melampiaskan rasa kekecewaannya dengan mengajak
berkelahi tim sekolah lain tersebut. Hal ini tentunya merupakan bentuk
ketidaksportifan pelajar dalam mengalami kekalahan.
b. Dendam akibat pemalakan dan perampasan

Pengantar Psikologi 127


Apabila seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak
atau dirampas uang dan hartanya, dia akan melapor kepada pentolan
di sekolahnya. Kemudian pentolan itu akan mengumpulkan siswa
untuk menghampiri siswa dari sekolah musuh ditempat dimana
biasanya mereka menunggu bis atau kendar aan pulang. Apabila
jumlah siswa dari sekolah musuh hanya sedikit, mereka akan balik
memalak atau merampas siswa sekolah musuh tersebut. Tetapi jika
jumlah siswa sekolah musuh tersebut seimbang atau lebih banyak,
mereka akan melakukan kontak fisik.
c. Dendam akibat rasa iri akibat tidak dapat menjadi siswa di SMA yang
diinginkan.
Ketika seorang siswa mendaftar masuk ke SMA negeri, tetapi ia
malah tidak   diterima di sekolah tersebut. Dia akan masuk ke SMA lain
bahkan ia bisa bersekolah di SMA swasta yang kualitasnya lebih
rendah. Disebabkan oleh dendam pada sekolah yang dulu tidak
menerimanya sebagai siswa, dia berusaha untuk membuat siswa yang
bersekolah di sekolah tersebut merasa tidak nyaman. Dia akan
memprofokasikan dan mencari-cari kesalahan sekolah tersebut agar
akhirnya terjadi kontak fisik.

Pengantar Psikologi 128


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://the-divider.blogspot.com/2013/03/pengertian-konflik.html
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/05/manajemen-konflik-
definisi-ciri-sumber.html
http://awaysidik.blogspot.com/p/apa-itu-konflik-contoh-konflik-dan.html
http://carideny.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-konflik-penyebab-konlik.html

Pengantar Psikologi 129


MODUL 11
Motivasi

A. Pengertian Motivasi
Dalam keseharian, kita sudah mengenal istilah motivasi.Motivasi di
pahami sebagai dorongan.Sesuatu yang membuat seseorang berprilaku,
sesuatu yang mendorong orang untuk berbuat.
Sartain mengatakan pada umumnya motivasi atau dorongan adalah
suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang
(incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan atau membatasi tingkah
laku organisme itu .jika yang kita tekankan adalah faktanya atau objeknya
yang menarik organisme itu, maka kita gunakan istilah “perangsang”
(incentive)
Menurut Gage dan Berliner (1984) motivasi merupakan sesuatu yang
membuat seseorang untuk bergerak (energy) dan memberikan arah pada
aktivitasnya (activity). Beliau menjelaskan bahwa “energy and direction are at
the center of the consep of motivation”. Energy dan arah merupakan inti
(center) dari konsep motivasi. Motivasi juga merupakan konsep yang luas
(motivation is board concept) dan sangat berkaitan dengan beberapa istilah
lain seperti: kebutuhan (needs), kepentingan (interest), nilai-nilai (values),
sikap (attitude), aspirasi (aspiration) dan insentif (incentives). Beberapa istilah
ini memberikan pengaruh pada energy dan arah aktivitas kita.
Bisa dipahami bahwa motivasi secara bahasa adalah energy atau
kekuatan. Sedangkan secara makna dipahami bahwa, motivasi merupakan
sesuatu energy yang mendorong seseorang untuk berbuat dan melakukan
sesuatu. Dalam konteks belajar, motivasi belajar diartikan sesuatu yang
memberikan energi dan kekuatan siswa untuk belajar, dan menggerakkan
kegiatannya untuk itu.

B. Fungsi Motivasi

Pengantar Psikologi 130


Maslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah sebuah fungsi
dari lima kebutuhan dasar, yaitu :
1. Psikologi
Kebutuhan dasar yang utama, antara lain kebutuhan akan makanan,
minum, udara untuk bertahan hidup.
2. Keamanan
Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional.
3. Cinta
Keinginan untuk dicintai dan mencintai.
4. Penghargaan
Kebutuhan akan reputasi, kebanggan, dan pengakuan dari orang lain
5. Aktualisasi diri
Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi.

C. Teori Motivasi
Herbert j, klausmer (1985) dalam bukunya edutacional psychology
menjelaskan secara umum bahwa, ada 3 teori yang familiar untuk
menggambarkan (describe) dan menjelaskan (explain) tentang motivasi. Tiga
teori itu adalah: psychoanalytic theory, Association theory, dan humanistic
theory.
1. Psychoanalytic theori
Teori psikologi analitik ini berasal dari freud (1953). Beliau tertarik
dalam memahami dan mengobati prilaku normal. Dua konsep motivasi
dalam teori freud ini adalah apa yang diistilahkan dengan homeostasis dan
hedonism.Homeostatis menjelaskan tentang aktivasi atau energy dari
prilaku .Homeostatis juga bersumber dari adanya dorongan (drive)untuk
mempertahankan lingkungan internal yang stabil misalnya adanya
kebutuhan seperti makan.Hedonism menunjukan tentang arah kegiatan
.kegiatan di arahkan pada tujuan yang telah ditentukan .
Tiga dorongan yang mendorong individu berperilaku yaitu apa
yang disebut dengan id,ego and superego. Biasanya bayi dan kanak –kanak
perilaku nya secara vlangsung digerakan oleh sesuatu yang dinamakan
id .ego, sementara ego berkembang kemudian dan memungkinkan
individu untuk mengahadapi realitas dengan kesadarannya . Dan
dorongan tertinggi adalah superego yaitu dorongan yang sesuai dengan
Pengantar Psikologi 131
hati nurani,ini merupakan mekanisme internal, atau sistem nilai. Jadi
superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
2. Association theory
Menurut Herbert J, klausmeir (1985), teori asosiasi merupakan
bagian dari teori motivasi. Teori asosiasi (Association theory) merupakan
teori yang menjelaskan bagaimana motivasi terkait dengan adanya antara
stimulus-dengan respon. Dengan kata lain teori ini menekankan
pentingnya lingkungan dalam menentukan prilaku. Ada beberapa hal
terkait dengan teori asosiasi ini yaitu:
Satisfaction and annoyance (kepuasan dan kejengkelan): teori ini di
kemukakan oleh Edwar Lee Thordike, beliau merupakan pioner dalam
psychology of learning. Dia menjelaskan, bahwa motivasi untuk belajar
melalui hukum yang dinamakan dengan learning by the law of effect.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon,
yang diikuti dengan hal yang memuaskan, seperti adanya pemberian
hadiah (reward) maka kekuatan koneksi nya akan meningkat (responnya
akan meningkat). Sebaliknya, ketika hubungan stimulus dan respon yang
diikuti dengan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti, hukuman maka
koneksinya akan melemah.
Need and drive (kebutuhan dan dorongan) kebutuhan dan
droongan ,dua hal yang mrmpunyai kaitan. Adanya kebutuhan membuat
seseorang melakukan sesuatu,sehingga dapat mengurangi kebutuhan itu
sendiri. Hasilnya adanya kepuasan dan sesuatu yang menyenangkan

3. Humanistik theory
Teori humanistik dalam teorinya yang maslow dikenal dengan
istilah need theory. Dalam teori kebutuhan ini ada empat tingkatan yang
masing-masing ada dua tingkatan. Adapun keempat hirarki itu adalah
physical, organization needs, and aesthetic needs (Gage dan Berliner)
a) Physical, organization needs
Ada dua kebutuhan dasar manusia di sini yaitu survival needs
dan security needs. Survival needs merupakan kebutuhan dasar
manusia, dimana manusia sangat membutuhkannya sepanjang
kehidupannya. Misalnya: makan, bernafas dan lainnya.Security needs,
yaitu kebutuhan yang terkait dengan keamanan dirinya, tidak ada
kekhawatiran tentang esok hari dan lainnya.
Pengantar Psikologi 132
Keamanan juga menjadi hal pokok yang menjadi perhatian
manusia. Manusia tidak akan memikirkan kebutuhan lainnya seperti
pengetahuan dan lain sebagainya, jika keamanan tidak terjamin. Begitu
juga dalm pembelajaran, hendaknya guru mesti memahami
ini.Bagaiman menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi siswa
dalam pembelajaran. Sehingga siswa enjoy dalam menikmati proses
pembelajaran.
b) Affilitation social needs
Setelah terpenuhinya kebutuhan physical organizational
needs,maka manusia butuh akan kebutuhan yang diatasnya yaitu apa
yang kita namakan oleh maslow dengan affilitation social needs, yaitu
kebutuhan untuk berafialiasi atau kebutuhan untuk diterima secara
social, ditengah-tengah lingkungan dimana dia berada kebutuhan ini
dibagi dalam dua tingkatan yaitu belonging needs dan esteem needs.
Belonging needs merupakan kebutuhan untuk bisa diterima
secara social. Fitrahnya manusia adalah manusia sebagai makhluk
sosial.Maka ini merupakan kebutuhan pokok yang ada dalam diri
individu, dia senang jika dianggap keberadaannya diakui, tidak hanya
sekedar berada saja. Sedangkan esteem needs merupakan kebutuhan
fitrah manusia juga, dimana manusia sangat senang untuk dihargai.
Manusia merupakan makhluk yang unik, yang memiliki karakteristik
sendiri, karenanya kebutuhan ini menjadi penting.
c) Achievement, intellectual needs
Kebutuhan tentang achievement, intellectual needs mencakup
akan dua kebutuhan yaitu, needs for knowledge dan needs for
understanding. Dua kebutuhan ini merupakan lanjutan dari kebutuhan
sebelumnya jika mengikut hirarki kebutuhannya maslow.
Needs of knowing merupakan kebutuhan untuk memperoleh
dan mendapat informasi dan pengetahuan (acces information) dan
pengetahuan (lore).Hal ini ditandai dengan adanya keinginan untuk
mengetahui bagaiman melakukan sesuatu (how to do things), ingin
mengetahui makna dari sesuatu yang dia lihat, berupa peristiwa (event)
atau symbol (symbol).
Needs for understanding, merupakan kebutuhan tidak hanya
pada ranah pengetahuan saja, akan tetapi kebutuhan diatas tingkat
pengetahuan. Yaitu kebutuhan untuk memahami (understanding).
Pengantar Psikologi 133
Kebutuhan untuk memahami ini, berhubungan dengan pemahaman
akan sebuah teori, integrasi pengetahuan dalam struktur yang luas.
d) Aesthetic needs
Hirarki kebutuhan dalam teori kebutuhan Maslaw ini setelah
achievement, intellectual needs adalah, apa yang dinamakan dengan
aesthetic needs yaitu kebutuhan akan estetika. Kebutuhan akan
apresiasi, kebutuhan akan keseimbangan dan keteraturan dalam
kehidupan. Adanya rasa keindahan dan cinta untuk semua.
Banyak teori motivasi lain yang perlu dipahami sehingga nantinya
dapat bermanfaat dalam ranah pendidikan .diantara apa yang di
simpulkan oleh djiwandono (2006) :
1. Cognitive dissonance
Menyatakan diri menjadi seseorang yang baik merupakan sesuatu
kebutuhan dan menjadi motivator yang kuatbagi individu.Perilaku
seseorang yang memberikan alasan untuk menunjukan dirinya positif
ini dalam teori psikologi disebut dengan cognitive dissonance.
2. Arbution theory
Satu konsep untuk teori atribusi adalah locus of control .kata locus
berarti location . seseorang yang percaya bahwa sukses atau aggal
adalah haknya atau karena usahanya sendiri atau kemampuannya
sendiri . seseorang dengan external locus adalah seseorang yang lebih
percaya bahwa ada faktor-faktor lain seperti keberuntungan atau nasib
tugas sulit atau perbuatan lain yang menyebabkan gagal atau sukses.
3. Covington’s theoryof self-worth
Teori self-worth( menghargai dirinya sendiri ) adalah salah satu teori
motivasi berprestasi . Menurut teori ini seseorang individu belajar dari
persepsi masyarakat bahwa seseorang dinilai karena prestasinya.

4. Expectancy theory of motivation


Teori ini dikenal dengan teoriharapan . Karena teori ini sebagian besar
bergantung harapan seseorang untuk mendapatkan hadiah

D. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
Pengantar Psikologi 134
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu.Bagi seorang manajer, tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi
kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.Bagi seorang
guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para
siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Sebagai contoh,
seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan
kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan
pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya pada diri sendiri, di
samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika
disuruh maju ke depan kelas.

E. Penggolongan Motivasi
Motivasi dalam penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik (intrinsic motivation) dan motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation)
(paul eggen,don kauchak, 1997)
Intrinsic motivation merupakan motivasi yang dimana individu untuk
terlihat dalam aktivitasnya untuk kepentingan dirinya sendiri.Sementara
dalam extrinsic motivation terlihat dalam suatu kegiatan, dan menganggapnya
sebagai lat untuk mencapai tujuan.Dalam bahasa umum dipahami intrinsic
motivation, motivasi yang dating dalam diri individu sendiri, sedangkan
extrinsic motivation, motivasi yang datang dari lingkungan individu itu.

F. Pengukuran dan Usaha Peningkatan Motivasi


Motivasi merupakan suatu yang abstrak dan tidak kelihatan.Akan
tetapi dia hanya bisa dapat diamati dan dilihat melalui cirri-ciri tertentu.
Makmun menjelaskan beberapa indikator yang bisa dilihat untuk melihat
bagaimana motivasi seseorang, dalam hal ini diarahkan kedalam kontek
motivasi belajar:
1. Durasinya kegiatan, beberapa lama kemampuan penggunaan waktunya
untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pembelajaran.

Pengantar Psikologi 135


2. Frekuensinya kegiatan, berapa sering kegiatan belajar dilakukan. Berapa
sering siswa membaca, menganalisa buku-buku pelajaran.
3. Persistensinya, ketetapan dan kelekatannya terhadap tujuan.
4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
5. Devosi, pengabdian dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran bahkan jiwa
atau nyawanya untuk mencapai tujuan.
6. Tingkatan aspiransinya, terkait dengan rencana, cita-cita, sasaran atau
target, dan idolanya, yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan.
7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari
kegiatan (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positir atau
negative) (Makmun:2007).
Dalam proses pembelajaran di sekolah , banyak upaya yang bisa dilakukan
untuk meningkatkan motivasi mahasiswa . Diantaranya adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang positif terhadap suasana pembelajaran
2. Menjelaskan tujuan dari kegiatan pembelajaran
3. Memberikan pujian pada siswa
4. Menciptakan kompetisi yang sehat didalam kelas
5. Memberikan nilai dalambentuk angka
6. Memberikan ulangan

Pengantar Psikologi 136


DAFTAR PUSTAKA

(1) Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.
(2) Agus. TEORI-TEORI MOTIVASI. http://agus.blogchandra.com/teori-teori-
motivasi/
(3) Sudrajad, akhmad. 2008. TEORI-TEORI MOTIVASI
(4) Ryanti, D.B.P & Prabowo, H. Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum 2. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
(5) Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : PT. Gramedia

Pengantar Psikologi 137


MODUL 12
Perasaan dan Emosi

A. PERASAAN
1. Pengertian Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat
subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak
bergantung kepada perangsang dan alat-alat indra. Sedangkan menurut
Prof. Hukstra, perasaan adalah suatu fungsi jiwa yang dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan
tidak senang ( Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, hal : 75).
Sementara menurut Koentjaraningrat perasaan adalah suatu
keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif dan negatif( Drs. Alex
Sobur, M. Si, Psikologi Umum, hal : 426). Selain itu dalam pandangan
Dirganusa, Perasaan (feeling) mempunyai dua arti. Di tinjau secara
fisiologis, perasaan adalah pengindraan, sehingga merupakan salah satu
fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam
psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap
sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya “ Saya rasa nanti sore
hari akan hujan”( Ibid, hal : 427).
Perasaan selalu bersifat subjektif karena ada unsur penilaian tadi
biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seseorang
individu. Kehendak itu bisa positif artinya individu tersebut ingin
mendapatkan hal yang dirasakannya suatu yang memberikan kenikmatan
kepadanya, atau juga bisa negatif artinya ia hendak menghindari hal yang
dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat
kepadanya.

2. Macam-macam perasaan
Dalam mempelajari perasaan, hal ini tampak pada pembagian
perasaan yang dilakukan oleh para ahli. Salah satu dimensi yang
dikemukakan oleh Wundt adalah mengenai perasaan yang dikaitkan
dengan waktu yaitu perasaan yang telah nyata dengan perasaan yang

Pengantar Psikologi 138


masih dalam jangkaun waktu yang aka datang. Dalam hal ini teori harapan
ini jelas adanya kaitan anatara perasaan yang timbul dengan kemungkinan
tercapainya tujuan dan pentingnya tujuan, walaupun tujuan tersebut
secara objektif belum dicapai oleh individu yang bersangkutan.
Disamping itu Max Scheler 1950 berpendapat bahwa ada empat
macam tingkatan dalam perasaan.
a. Perasaan tingkat sensoris yaitu perasaan didasarkan atas kesadaran
yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian. Misal rasa sakit,
panas, dingin.
b. Perasaan kehidupan vital yaitu perasaan yang bergantung pada
keadaan jasmani keseluruhan, Misal rasa segar, lelah.
c. Perasaan psikis atau kejiwaan yaitu perasaan senang, susah ,takut dsb.
d. Perasaan kepribadian yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keseluruhan pribadi Misal perasaan harga diri, perasaan putus asa, dan
perasaan puas.
Bigot 1950 juga memberikan klarifikasi atau pendapat mengenai
perasaan sebagai berikut:
a. Perasaan keindaraan yaitu perasaan yang berkaitan dengan alat indara
misal perasaan yang berhubungan dengan pencecapan, Misal rasa asin,
pahit, manis, perasaan lapar, haus, lelah dan sebagainya.
b. Perasaan psikis atau kejiwaan yang masih dibedakan atas
2) perasaan intelektual, perasaan yang timbul apabila orang dapat
memecahkan sesuatu soal atau mendapatkan hal hal baru sebagai
hasil kerja dari segi intelektual.
3) perasaan kesusilaan, apabila orang mengalami hal hal yang baik
atau buruk menurut norma norma kesusilaan.
4) perasaan keindahan, apabila seseorang mengalami sesuatu yanag
indah atau yang tidak indah.
5) perasaan haraga diri , perasaan yang menyertai harga diri
seseorang.
6) perasaan ketuhanan, perasaaan menyertai kepada ketuhanan yang
mempunyai sifat sifat serba sempurna.
7) perasaan kemasyarakatan atau perasaan sosial, pearasaan ini timbul
dalam hubungannya dengan interaksi sosial yaitu hubungan
individu satu dengan individu lain.

Pengantar Psikologi 139


Menurut Max Scheler membagi perasaan menjadi empat golongan
yaitu(Ibid, hal : 427) :
a. Perasaan pengindraan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
pengindraan misalnya : rasa panas, dingin dan sakit.
b. Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan
tubuh misalnya : rasa lesu, segar.
c. Perasaan psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-
perubahan psikis misalnya : rasa senang, sedih
d. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang dialami secara pribadi misalnya :
perasaan terasing.

W. Stren mengadakan pembagian perasaan sebagai berikut(Ibid,) :


a. Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya perasaan
senang yang diperlihatkan masa sekarang dalam hubungan dengan
ransangan-ransangan yang dialami pada waktu sekarang juga.
b. Perasaan yang bersangkutan dengan masa lampau, misalnya perasaan
senang pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa di
masa lampau.
c. Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya
perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan
datang.

Perasaaan dapat digolongkan dua menurut keadaan perasaan


seseorang yaitu (Agus Sujanto,)
a. Golongan Eukoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa senang,
gembira dan optimis.
b. Golongan Diskoloi, ialah golongan orang yang selalu merasa tidak
senang, murung dan pesimis

Sedangkan menurut Drs. Agus Sujanto membagi rumpun perasaan


sebagai berikut:
a. Perasaan rendah (biologis) terdiri atas :
1) Perasaan keinderaan (sensoris), ialah perasaan yang timbul waktu
indera kita menerima ransangan.

Pengantar Psikologi 140


2) Perasaan vital (kehidupan), ialah perasaan yang bergantung kepada
keadaan tubuh kia sesewaktu, misalnya merasa senang sekali karena
sehat.
3) Perasaan tanggapan, ialah perasaan yang mengiringi apabila kita
menanggap sesuatu atau keadaan, misalnya seorang prajurit masih
merasa senang sekali kalau ia ingat betapa sang saka berkibar
dengan megahnya.
4) Perasaan instink, ialah perasaan yang mengiringi sesuatu instink
yang sedang timbul, misalnya kita akan merasa senang, kalau pada
saat makan, di meja makan selalu tersedia hidangan yang berganti-
gantian.
b. Perasaan luhur (rohani) terdiri atas :
1) Perasaan keindahan, ada dua macam : perasaan keindahan negatif,
ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang
buruk. Perasaan keindahan yang positif, ialah perasaan keindahan
yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang baik.
2) Perasaan intelek, ialah perasaan yang timbul sebagai akibat dari
hasil intelek, misalnya kalau kita dapat memecahkan sesuatu yang
sulit, timbul rasa senang dan sebaliknya.
3) Perasaan kesusilaan, ialah perasaan yang timbul karena indera kita
menerima peransang susila atau jahat.
4) Perasaan ketuhanan, ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui
adanya tuhan. Misalnya orang akan merasa bahagia kalau ia merasa
bahwa tuhan selalu melindungi dan dekat padanya.
5) Perasaan diri, ini ada dua macam : positif dan negatif. Perasaan diri
positif adalah perasaan yang timbul bila ia dapat berbuat sama atau
lebih dari orang lain. Perasaan diri negatif adalah perasaan yang
timbul kalau tidak dapat berbuat seperti atau mendekati orang lain.
6) Perasaan simpati, ialah perasaan yang timbul karena orang lain
mengalami rasa senang atau tidak senang.
7) Perasaan sosial, ialah perasaan yang timbul karena melihat keadaan
masyarakat.

B. EMOSI
1. Pengertian Emosi

Pengantar Psikologi 141


Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state
accompained by characteristic motor and glandular activies “ (suatu
keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan
motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi
merupakan “ setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna
afektif baik pada tingkatan lemah (dangkal) maupun pada tingkatan yang
luas (mendalam).
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, emotion. Emosi
adalah suatu perasaan ingin melebihi dari sifat individu terhadap suatu
objek sehingga cendrung berupaya untuk mengekpresikan dan
mengaplikasikannya. Sedangkan menurut William James, emosi adalah
kecendrungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan
objek tertentu dalam lingkungannya. Selain itu Crow & Crow
mengemungkakan tentang emosi yaitu suatu keadaan yang bergejolak
pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment (penyesuaian
dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan individu.

2. Teori Emosi
Teori teori emosi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Teori yang berpijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.
b. Teori yang hanya mencoba mengklarifikasikan dan mendeskripsikan
pengalaman emosional (emotional experience).
c. Melihat emosi dalam kaitanya dengan perilaku, dalam hal ialah
bagaimana hubungannya dengan motivasi.
d. Teori yang mengaitkan emosi dengan aspek dengan aspek kognitif.

Selain itu adanya hubungan emosi dengan gejala antara emosi


dengan gejala kejasmanian.
1. Teori emosi dengan gejala kejasmanian.
a. Teori James_Lange
Menurut teori ini emosi akibat atau hasil persepsi dari keadaan
jasmani ( felt emotion is the perception of bodily states ) orang sedih
karena menangis, orang takut karena gemetar dan sebagainya.
b. Teori Schacter_Singer

Pengantar Psikologi 142


Menurut teori ini bahwa emosi hasil dari interprestasi dari aroused
atau stirred up dari keadaan jasmani ( bodily states).
c. Teori Cannon _ Bard
Menurut teori ini emosi bergantung pada aktivitas dari otak bagian
bawah.
2. Teori hubungan antar emosi.
Robert plutchik (Morga 1984) bahwa emosi berkaitan dengan emosi
primer (primary emotion) dan hubunganya satu dengan yang lain.
3. Teori emosi berkaitan dengan motifasi.
Tomkins Mengemukakan bahwa emosi itu menimbulkan energi untuk
motifasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa motif atau dorongan hanya
memberikan informasi mengenai sementara kebutuhan.
4. Teori kognitif mengenai emosi
Teori ini dikemukakan oleh Richard Lazarus dan teman teman sekerja,
yamg mengemukakan teori ini tentang emosi yang menekankan pada
penafsiran atau penegertian mengenai informasi yang datang dari
bebrapa sumber.

3. Macam-Macam Emosi
Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dapat dibagi:
a. Marah, orang bergerak menentang sumber frustasi;
b. Takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi;
c. Cinta, orang bergerak menuju sumber kemenangan;
d. Depresi, orang menghentikan respon-respon terbukanya dan
mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.
Dari hasil penelitiannya, John B. Watson menemukan bahwa tiga
dari keempat emosional tersebut terdapat pada anak-anak, yaitu : takut,
marah dan cinta.
a. Takut
Pada dasarnya, rasa takut itu bermacam-macam. Ada yang
timbul karena seorang anak kecil memang ditakut-takuti atau karena
berlakunya berbagai pantangan di rumah. Misalnya saja, rasa takut
akan tempat gelap, takut berada di tempat sepi tanpa teman, atau takut
menghadapi hal-hal asing yang tidak di kenal. Kengerian-kengerian ini
relatif lebih banyak diderita oleh anak-anak daripada orang dewasa.

Pengantar Psikologi 143


Karena, sebagai insan yang masih muda, tentu saja daya tahan anak-
anak belum kuat.
Jika dilihat dari secara objektif, bisa dikatakan bahwa rasa takut
selain mempunyai segi-segi negatif, yaitu bersifat menggelorakan dan
menimbulkan perasaan-perasaanan gejala tubuh yang menegangkan,
juga ada segi positifnya.
Ada beberapa cara untuk mengatasi rasa takut pada anak.
Pertama, ciptakanlah suasana kekeluargaan/lingkungan sosial mampu
menghadirkan rasa keamanan dan rasa kasih sayang. Kedua, berilah
penghargaan terhadap usaha-usaha anak dan pujilah bila perlu. Ketiga,
tanamkanlah pada anak bahwa ada kewajiban sosial yang perlu ditaati.
Keempat, tumbuhkanlah pada diri anak kepercayaan serta keberanian
untuk hidup; jauhkanlah ejekan dan celaan.

b. Marah
Pada umumnya, luapan kemarahan lebih sering terlihat pada
anak kecil ketimbang rasa takut. Bentuk-bentuk kemarahan yang
banyak kita hadapi adalah pada anak yang berumur 4 tahun. Pada
anak-anak yang masih kecil, kemarahan bisa ditimbulkan oleh adanya
pengekangan yang dipaksakan, gangguan pada gerak-geriknya,
hambatan pada kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan, oleh segala
sesuatu yang menghalang-halangi keinginan seorang anak.
1) Dalam sebuah studi yang dilakukan Goodenough, terdapat cukup
bukti yang memperlihatkan bahwa anak-anak lebih mudah menjadi
marah apabila pada malam sebelumnya mereka tidak cukup
beristirahat.
2) Navaco pula mengemukakan bahwa amarah “bisa dipahami sebagai
reaksi tekanan perasaan”

c. Cinta
Apakah cinta ? sesungguhnya betapa sulitnya kita menjelaskan
kata yang satu ini. Sama halnya ketika kita harus mendefinisikan ihwal
kebahagiaan. Penyair Mesir, Syauqi Bey, melukiskan “cinta” dlam
sebuah sajaknya :
Apakah cinta ? Mulanya berpandangan mata, lantas saling
senyum, kata berbalas kata, dan memadu janji, akhirnya bertemu.
Pengantar Psikologi 144
Namun, yang digambarkan Syauqi Bey di atas adalah cinta romantis,
yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah
puas bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat ke jenjang
pernikahan.
Dalam bukunya The Art of Loving (Seni Mencinta), Erich Fromm
sedemikian jauh telah berbicara tentang cinta sebagai alat mengatasi
keterpisahaan manusia, sebagai pemenuh kerinduan akan kesatuan.
Akan tetapi, di atas kebutuhan eksitensi dan menyeluruh itu, timbul
suatu kebutuhan biologis, yang lebih spesifik yaitu keinginan untuk
menyatu antara kutub-kutub jantan dan betina. Ide pengutuban ini
diungkapkan dengan paling mencolok dalam mitos bahwa pada
mulanya laki-laki dan wanita adalah satu, kemudian mereka
dipisahkan menjadi setengah-setengah, dan sejak itu sampai seterusnya,
setiap lelaki terus mencari belahan wanita yang hilang dari dirinya
untuk bersatu kembali dengannya.

4. Proses Terjadinya Emosi


Proses terjadinya emosi melibatkan faktor psikologis maupun factor
fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya
stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif.
Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak.
Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi
pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian.
Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan
secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas
tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan
raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah
kita.
Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak
ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bias
memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi
atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan,
menjengkelkan, mengecewakan.
Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah,
sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita
buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan
Pengantar Psikologi 145
fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara
lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.

C. HUBUNGAN ANTARA PERASAAN DAN EMOSI


Menurut pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling) mempunyai dua
arti. Ditinjau secaa fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga
merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia
luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu
penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam
ungkapan berikut: “Saya rasa nanti sore akan hujan”. Ungkapan itu berarti
bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian
emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intese). Perkataan
emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau “emovere” yang artinya
mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.
Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state)
yang ada pada individu atau organisme pada sesuatu waktu . Misalnya
seseorang merasa sedih , senang, takut, marah ataupun gejala gejala yang lain
setelah melihat , mendengar , atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain
perasaan dan emosi disifatkan sebagai suatu keadaan kejiwaan pada
organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh organisme. Pada umumnya peristiwa atau keadaan tersebut
menimbulkan kegoncangan kegoncangan dalam diri organisme yang
bersangkutan.Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) itu. Menurut Chaplin
(1972) yang dimaksud perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai
akaibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal.
Mengenai emosi Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai
emosicukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari
berbagai orientasi.Namun demikian dapat dikemukakan atas general agreement
bahawa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas
dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta
berkaitan dengan perasaan yang kuat. Karena emosi lebih intens dari pada
perasaan dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan
lingkungan kadanag kadang terganggu.

D. PERBEDAAN ANTARA PERASAAN DAN EMOSI


Pengantar Psikologi 146
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan
tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak
jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan
sebagai perasaan, tetati juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang
dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada pada emosi atau
perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang
disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal)
maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).

E. KOMPONEN EMOSI
1. Komponen Kognitif: emosi yang timbul dari pola pikir individu yang
bersifat subjektif.
Contoh dari kognitif: berhalusinasi saat berada dalam suatu ruangan yang
gelap. Membayangkan beberapa hewan-hewan yang menakutkan dan
menjijikkan seperti kelabang, kecoa, tikus, dan lainnya.
2. Komponen Fisiologis: emosi yang timbul yang berkaitan dengan fungsi-
fungsi syaraf tubuh.
Contoh dari fisiologis: timbul keringat dingin, badan yang gemetaran,
jantung berdegup kencang, keluar air mata, dan sebagainya.
3. Komponen Behavior: emosi yang berkaitan dengan ekspresi wajah dan
mimik seseorang
Contoh dari behavior: berteriak, menangis, tertawa, dll.

F. MACAM-MACAM EMOSI
Emosi juga bermacam-macam antara lain :
1. Emosi Takut, merupakan emosi darurat yang disebabkan oleh situasi yang
membahayakan. Manifestasi takutini dapat tampak dari luarnya, misalnya
roman mukanya jadi pucat,gemetar, keluar keringat dingin.
2. Emosi Terkejut, emosiini terjadi karena apabila seseorang atau kelompok
menghadapi situasi baru dengantiba-tiba. Misalnya, anak yang sedang
duduk membaca Koran tiba-tiba diberikabar tentang kematian
ayahnya,maka terjadilah emosi terkejut campur dengan sedih.
3. Emosi Marah, emosi ini terjadi karena keinginan seseorang terhalang atau
terganggu oleh situasi lain.
4. Emosi murung,hal ini sebagai variasi emosi marah. Misalnya keadaan
mukanya yang suram atau membrengut.
Pengantar Psikologi 147
5. Emosi lega, sebagai emosi karenasesuatu yang diinginkan dapat tercapai.
Misalnya dengan belajar susah payah dan ternyata dapat lulus ujian. Maka
hati merasa lega, puas,senang.
6. Emosi kecewa, emosi ini terjadi karena keinginangagal atau tertunda.
7. Emosi Sedih Nestapa, emosi ini terjadi karena peristiwa-peristiwa yang
menyedihkan,misalnya kecelakaan berat, kematian anggota keluarga.
Tampak pada tangis , wajah yang tidak cerah, kelihatan lesu.
8. Emosi Asmara, rasa dorongan seksual yang mempunyai bentuk-bentuk
pelahiran tertentu,karena situasi dan tingkah laku yang khusus.
9. Emosi Benci, rasa tidak senang kepada orang lain. Gejalanya muka muram
tanda rasa tidak senang.
10. Emosi Gembira,Senang,Sukaria, tandanya muka berbinar-binar,tersenyum
dan tertawa,menari-nari bersorak sorai (Ki Fudyartanta, 2011: 338-339).

G. TEORI EMOSI
Ada beberapa teori emosi diantaranya:
1. Teori James-Lange
Wiliam James adalah psikolog dari USA, sedangkan Lange adalah
seorang fisiolog dari Denmark. Dua sarjana yang terpisah satu sama
lainnya, dan memunculkan teorinya tahun 1880,dimana teori tersebut
sampai sekarang masih dalam perdebata. Pokok persoalannya teori
tersebut ingin menjelaskan apakah yang menjadi sebab-sebab timbulnya
emosi. Kedua sarjana tersebut memikirkan pernyataan yang disadari
mengenai pelahiran perasaan dan ingin mengetahui bagaimana asal mula
(genesis) perasaan itu. Misalnya, kalau kita menghadapi situasi bahaya,
mengapa kita tidak dengan cepat mengindrainya, tanpa kebingungan dan
rasa takut? Umumnya orang berpendapat, bahwa situasi bahaya
menimbulkan rasa takut,dan hal menstir (mempergolakkan) badanbagian
dalam dan menghasilkan tingkah laku menghadapi atau melarikan diri
dari bahaya.
James dan Lange berpendapat yang bertentangan dengan pendpat
umum. James dan Lange mengatakan, bahwa rasa takut tidak disebabkan
oleh situasi bahaya melainkan oleh akibat(efek) dari keadaan badan yang
bergolak –the effect of the stirred -  up bodily state. Rasa takut disebabkan oleh
Pengantar Psikologi 148
sensasi masal seluruh tubuh, terutama organ-organ dalam. Oleh Karena itu
emosi, menurut teori James –Lange adalah jalan badan untuk merasa (the
way the body feels) ketika dalam keadaan organis yang bergerak dan ketika
membentuk gerakan – gerakan karakteristikdari emosi. Untuk
membuktikan teorinya, James mengadakan suatu eksperimen. Misalnya
rasa takut, sebagai sensasinya denyut jantung cepat , napas jarang, bibir
gemetar, dan sebagainya, apakah yang diperbuat? Hanyalah pengetahuan
tentang Bahaya dan harapan untuk lari. “without the body states” see the
bear,and judge it best to run, receive the insult, and deem it right to strike, but we
should not actually feel, afraid or angry.
Jadi singkat kata menurut James-Lange dapat dirumuskan bahwa:
“kita melarikan diri dan kemudian kita takut, dan bukan kita takut lalu
melarikan diri”. “Karena kita menangis, maka kita sedih dan bukan karena
kita sedih lalu kita menangis”. Teori James-Lange ini lebih bersifat teori
ferifeer dari pada teori sentral, artinya emosi adalah sebagai akibat sensasi
ferifeer (bagian tubuh umumnya) dan bukan sebagai akibat dari proses
yang terjadi dalam otak (pusat syaraf sentral).

2. Teori emosi dari C.S. Sherrington dan W.B. Cannon.


Kedua sarjana ini adalah masing-masing sebagai fisiolog dan
psikolog. Sherrington mengadakan eksperimen dengan mengoprasi saraf –
saraf yang membawa rangsang dari bagian bawah pada anjing, tetapi
anjing masih pula menunjukkan gejala-gejala emosi seperti mula-mula,
misalnya rasa takut ,marah senang dan sebagainya. Orang yang
sebelumnya menyebabkan kemarahan anjing, tetap membuktikan emosi
marah,misalnya mata terbuka lebar melonjak-lonjak, mau menggigit, pupil
terbuka, sebaliknya orang yang memberi makanan diterima dengan
emosisenang. Disini terbukti, bahwa sensasi ferifeer bukanlah sumber satu
satunya pada emosi.
Cannon menyelidiki lebih lanjut. Dia mengoprasi saraf symphatis
pada kucing, dimana emosi marah tergantung pada syaraf tersebut.
Ternyata kucing masihmenunjukkan emosi marah, misalnya melonjak-
lonjak, mengisis giginya, telinganya tegak kebelakang, mencakar- cakar ,
semua emosi marah kucing masih seperti sebelunya sebelum oprasi.
Dari penyelidikan-penyelidikan Sherrington dan Cannon tersebut,
mereka menyimpulkan , bahwa gejala emosi tidak berasal dari sensasi
Pengantar Psikologi 149
ferifeer tetapi dari sentral yaitu dari cortex otak. Pada manusia juga
mendukung pendapat terakhir ini. Ada seseorang pengendara kuda jatuh
dan patah lehernya , sehinnga saraf spinalisnya putus dan tidak dapat
berfungsi lagi, tetapi penderita ini masih memperlihatkan gejala-gejala
emosi sepertiketika masih sehat (Ki Fudyartanta, 2011: 341-342).

3. Teori Cannon-Bard
Dalam teori yang dikenal sebagai teori emosi Cannon-Bard, mereka
mengajukan model yang diilustrasikan dalam bagian kedua dari figur 2
(cannon 1929). Teori tersebut menolakpandangan bahwa ketergugahan
fisiologis saja dapat mengarah pada persepsi terhadap emosi. Malah teori
ini berasumsi bahwa, baik ketergugahan fisiologis maupun pengalaman
emosional dihasilkan secara simultan oleh stimulus saraf yang sama yang
menurut Cannon - Bard berasal dari talamus di otak.
Teori ini menyebutkan bahwa setelah kita memersepsi stimulus
yang mengangkat emosi , talamus merupakan tempat awal terbentuknya
respon emosional. Kemudian thalamus mengirimkan sinyal ke system
syaraf otonom, sehingga menghasilkan respon instingtif. Pada saat yang
bersamaan, talamus juga mengomunikasikanpesan ke selebral
korteksmengenaiasal emosi yang dialami. Dengan demikian, setiap emosi
yang berbeda tidak selalu memiliki pola fisiologis unik yang menyertainya
selama pesanyang dikirimkan ke serebral korteks berbeda tergantung pada
emosi yang spesifik tersebut.
Teori Cannon – Bard sepertinya telah akurat dalam menolak
pandangan bahwa ketergugahan fisiologis saja akan berpengaruh terhadap
emosi. Meskipun demikian penelitian terbaru menyebutkan bahwa
hipotalamus dan system limbik, bukan thalamus,memainkan peran utama
dalam pengalaman emosional. Selain itu,  terjadinya respon fisiologis dan
emosional secara stimulan – yang merupakan asumsi fundamental dari
teori Cannon  - Bard belum dapat disimpulkan secara pasti. Ambiguitas
tersebut telah memberikan ruang untuk teori emosiyang lain yaitu teori
Schachter – singer.

4. Teori Schachter – Singer: Emosi Sebagai Label

Pengantar Psikologi 150


Teorinya adalah kepercayaan bahwa emosi ditentukan oleh
ketergugahan fisiologis yang tidak spesifik dan intepretasinya, berdasarkan
pertanda dari lingkungan.
Misalnya ketika anda diikuti oleh seseorang di suatu jalanan yang
gelap pada malam tahun baru, anda menyadari bahwa seseorang diikuti
oleh bayangan lain pada sisi lain jalan tersebut. Sekarang, asumsikan
bahwa dari pada anda bereaksi dengan rasa takut, asumsikan orang itu
tertawa. Akankah reaksi dari individu lain akan cukup untuk membuat
membuat rasa takut anda hilang? Mungkin anda pada kenyataan nya,
memutuskan bahwa tidak ada halyang perlu ditakutkan dan kembali
bersemangat di malam itu dengan mulaimerasakan kebahagiaan.
Pendekatan untuk menjelaskan emosi ini menekankan bahwa kita
mengidentifikasikan emosi  yang kita alami dengan mengobservasi
lingkungan kita dan membandingkan dirikita dengan orang lain.
Eksperimen klasik Schachter – singer menemukan bukti bagi
hipotesis ini. Dalam penelitian tersebut, partisipan diberitahu bahwa
mereka akan menerima suntikan vitamin. Pada kenyataan nya mereka
diberi epinefrin, obat yang menyebabkan respon yang biasanya terjadi
pada saat reaksi emosional kuat, seperti peningkatan
ketergugahanfisiologis, termasuk tingkat detak jantung dan pernafasan
yang lebih tinggi serta wajah yang yang memerah. Anggota dari kedua
kelompok kemudian secara individual ditempatkan dalam situasi ketika
seseorang asisten eksperimenter berperilaku tertentu. Dalam sebuah
kondisi ia berperilaku marah dan kasar, sementara pada kondisi lain ia
berperilaku seolah olah ia sngat bergembira.
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk menentukan bagaimana
partisipan tersebut akan bereaksi secara emosional terhadap perilaku sang
asisten. Ketika mereka diminta untuk menggambarkan emosi mereka pada
akhir eksperimen, partisipan yang dihadapkan pada asisten yang marah
melaporkan bahwa mereka merasa marah. Sementara pada partisipan yang
dihadapkan pada asisten yang bergembira melaporkan bahwa mereka
merasa gembira. Secara keseluruhan, hasilini menunjukkan bahwa
partisipan terhanyut dalam lingkungan dan perilaku orang lain, sehingga
haltersebut menjelaskan ketergugahan fisiologis yang mereka alami.
Kemudian hasil dari eksperimen shcachter – singer ini mendukung
pandangan kognitif mengenai emosi ketika emosi ditentukan secara
Pengantar Psikologi 151
bersama-sama oleh jenis ketergugahan fisiologis yang tidakspesifik dan 
pelabelan terhadap ketergugahan tersebut berdasarkan pertanda dari
lingkungan. Meskipun penelitian terbaru telah menemukan bahwa
ketergugahan lebih spesifik dari yang dipercaya oleh schachter-
singer,mereka benar dalamm mengasumsikan bahwa ketika sumberdari
ketergugahan fisiologis tidak jelas, kita dapat melihat pada lingkungan
sekitar kita untuk menentukan apayang sedang kita alami (Robert S.
Feldman, 2011, 35-37).

H. IMPLIKASI EMOSI DALAM PENDIDIKAN


Berbicara pendidikan tentu erat kaitannya dengan inteligensi yang
dimiliki dalam individu pula. Pengaruh inteligensi dalam perkembangan jiwa
seseorang amat ditentukan dalam penggunaan alat pikirnya. Namun perlu
dicatat ia bukan satu-satunya alat yang menentukan tingkat perkembangan
manusia. Pada abad 19, orang-orang barat begitu mengagumi akan pentingnya
IQ sebagai faktor penentu kesuksesan hidup. Namun belakangan posisi IQ
mulai bergeser dan digantikan dengan kecenderungan baru yakni bahwa
justru Emotional Quotient (EQ) lah yang dinilai sebagai kesuksesan seseorang.
Kemudian salah arti apabila emosi hanya berpengaruh pada hal negatif,
karena emosi merupakan suatu hal yang sangat berperan dalam segala
aktifitas termasuk dalam pendidikan. dalam hal ini proses belajar dalam
upaya mencapai suatu keberhasilan dan prestasi dalam pendidikan. Dari
fungsi emosi sendiri yaitu kaitannya kemampuan manusia dalam bertahan
hidup dan kaitannya dalam semangat dalam kehidupannya, baik dalam
bekerja, makan, dll.
Dari fungsi diatas terbukti bahwa emosi mempunyai suatu kekuatan
yaitu energizer/spirit, maka jika kekuatan ini dikaitkan dalam proses
pendidikan maka emosi ini akan memicu prestasi serta keberhasilan individu
dalam pendidikan ketika individu tersebut menggunakan Emosinya dengan
tepat. karena menurut penelitian bahwa yang mempengaruhi keberhasilan
bukanlah tingkat IQ yang tinggi saja namun aspek lainnya yang justru
berperan lebih besar daripada IQ, terbukti bahwa IQ hanya berpengaruh 20%
saja dalam keberhasilan, akan tetapi 80% lainnya dipengaruhi oleh kecerdasan
yang lain termasuk didalamnya peran emosi perlu dipertimbangkan.
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi
yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar
Pengantar Psikologi 152
yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar
atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran
yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri
pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar.
kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan
kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan
suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan
berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si
pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi
pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam
mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang
lain.
Maka dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses
pendidikan, emosi sangat berperan dan perlu untuk dilibatkan dalam proses
pembelajaran karena emosi mempunyai suatu kekuatan yang dapat memicu
kita dalam mencapai suatu prestasi belajar. Maka dengan ini keberhasilan
sangatlah keliru jika dianggap factor utamanya adalah IQ yang tinggi karena
banyak orang yang berhasil dalam sisi akademik namun tidak bisa melakukan
apapun dengan keberhasilannya dalam kehidupan yang nyata, oleh karena itu
keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktifitas, apalagi jika kita
dapat mengelola emosi itu dengan tepat.

Pengantar Psikologi 153


DAFTAR PUSTAKA

(1) Fauzi Ahmad ( 2010), Psikologi Umum, Pustaka Setia , Bandung:


(2) Sobur Alex ( 2009), Psikologi Umum, Pustaka Setia , Bandung:,.
(3) Suryabrata Sumadi (2009), Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada ,
Jakarta,
(4) Yusuf Syamsu (2010) , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja
Rosda Karya , Bandung
(5) Mustaqim, 2001, Psikologi Pendidikan. Pustaka Pelajar. Semarang.
(6) Sobur. A, 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung.
(7) Sujanto. A, 1979. Psikologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
(8) Bimo Walgito 2010. Psikologi umum. Yogyakarta
(9) Carole wade& carol tavris, Psikologi edisi ke 9 jilid 2,(Penerbit
Erlangga:Jakarta),2007,hal 106
(10) Ki Fudyartanta,Psikologi Umum,(Yogyakarta:pustaka pelajar),2011,hal
(11) Robert S. Feldman,understanding psychology,(Jakarta:Salemba
Humanika),2011,hal35-37
(12) www.wordpress.com/implikasiemosidalampendidikan .

Pengantar Psikologi 154


MODUL 13
Penyesuaian Diri

A. Pengertian Penyesuaian Diri


Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian
yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang
terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan:  "Genetic changes can improve the
ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is
called adaptation". Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan
lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya.
Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan
alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation
dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment. (http://www.e-psikologi.com).
Penyesuaian diri menurut Hamalik (2000: 16) adalah “Kemampuan
setiap individu untuk menyesuaikan perkembangan dalam dirinya, baik
mencakup segi jasmaniah, pengetahuan tentang alam dan ilmu pengetahuan
sosial, kebutuhan berkomunikasi melalui bahasa dan matematika, seni dan
sastra dan yang lebih penting lagi ialah memahami keseluruhan kehidupan
melalui agama dan filsafat sesuai usia dan kemampuannya”. Menurut
Standler dan young (Hamalik, 2000: 112) bahwa penyesuaian diri dibutuhkan
oleh siswa, saat ia memperoleh pengalaman pertama.
  Sedangkan menurut Enung (2008: 198) penyesuaian diri adalah
“Merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi
lingkungannya”.
Penyesuaian diri adalah “Individu yang mampu menyesuaikan diri
dengan baik, idealnya mampu menggunakan mekanisme penyesuaian diri
secara luwes, tergantung pada situasinya”. (Siswanto, 2007: 35).
Menurut Sunarto (2008: 222) penyesuaian diri adalah “Proses
bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan”.
Kemudian menurut Sobur (2003: 527) penyesuaian diri adalah
“Kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan
lingkungan”.

Pengantar Psikologi 155


Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah
psikologi, penyesuaian disebut adjustment. Adjustment itu sesuatu proses
mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan
lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga
mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. Proses
penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam
kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru.
Atas uraian ini, Sunarto (2008: 45) mengemukakan bahwa penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Pengertian dapat dibatasi bahwa “kemampuan manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan menyenangkan antara
manusia dengan lingkungannya”. Ahli lain mengemukakan bahwa
“penyesuaian diri berarti kemampuan untuk mempertahakan eksistensinya,
dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan tuntutan sosial (Endra, 2008: 45).
Berdasarkan beberapa pendanpat diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan penyesuaian diri adalah kemampuan setiap individu
untuk menyesuaikan perkembangan dalam dirinya untuk memperoleh
pengalaman, baik mencakup segi jasmaniah, pengetahuan tentang alam dan
ilmu pengetahuan sosial, kebutuhan berkomunikasi melalui bahasa, seni,
sastra, agama dan filsafat agar dapat terjadi hubungan yang lebih sesuai
dengan orang lain dan lingkungannya dengan menggunakan mekanisme
penyesuaian diri secar luwes, tergantung pada situasinya sehingga terjadi
keseimbangan terhadap kebutuhan individu dengan lingkungan materi dan
alam agar dapat bertahan hidup.
Jadi penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk berada
pada suatu lingkungan yang wajar. Dengan penyesuaian diri individu
diharapkan mampu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan, ketegangan-
ketegangan, fustasi dan konflik-konflik yang dihadapinya. Selain itu
diharapkan juga individu selalu berusaha untuk dapat diterima oleh
lingkungan dan menjaga keharmonisan hubungan dengan lingkungan dimana
ia berada.

Pengantar Psikologi 156


Penyesuaian diri akan terus berlangsung terus menerus sesuai dengan
tingkat perkembangan aindividu itu sendiri dalam menghadapi lingkungan.
Dengan demikian individu sepanjang hidupnya akan selalu melakukan
penyesuaian diri baik dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masalah penyesuaian diri buakanlah masalah sederhana tetapi masalah yang
menyangkut seluruh aspek keperibadian individu. Individu adalah sesuatu
yang unik dan dinamik, tumbuh dan berkembang terus-menerus serta
memiliki macam-macam kebutuhan.

B. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor-faktor baik fisik maupun psikis
dan faktor eksterknal berupa kondisi lingkungan baik social, alam,
kebudayaan, serta agama. Menurut Sunarto dan Hartono (2006:229)
menyatakan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1. Kondisi jasmaniah
2. Perkembangan dan kematangan, terutama kematangan emosional,
intelektual dan sosial
3. Penentu psikolagis yang meliputi pengalaman belajar, pembiasaan,
determinasi diri, frustasi, dan konflik
4. Kondisi lingkungan terutama rumah, keluarga, dan sekolah
5. Penentu kultural dan agama
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi penyesiaian diri adalah faktor eksternal dan internal
individu. Faktor individu meliputi pembawaan, kebutuhan pribadi, kondisi
jasmaniah, perkembangan dan kematangan.  Sedang faktor eksternal individu
adalah lingkungan, baik keluarga, lembaga, maupun masyarakat.

C. Karakteristik Penyesuaian Diri


Individu yang melakukan penyesuaian diri terhadap kondisi ligkungan
diharapkan akan menimbulkan terjadinya keharmonisan dalam hidupya.
Tetapi sering terjadi keharmonisan yang timbul itu hanya bersifat nisbi,
sehingga akan menimbulkan hambatan bagi perkembangan dalam kehidupan
individu tersebut.
Oleh karena itu, maka dapat diketahui bahwa karakteristik penyesuaian
diri itu ada yang positif dan ada yang negatif. Masing-masing penyesuaian
diri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pengantar Psikologi 157


1. Penyesuaian diri yang positif
Hurlock (dalam Yusuf, 2000:130-131) penyesuaian yang sehat ditandai:
a. Mampu menilai diri secara realistik
Individu yang sehat mampu menilai dirinya sebagai mana apa adanya
baik kelebihan maupun kekurangan yang menyangkut fisik dan
kemampuannya.
b. Mampu menilai situasi secara realistik
Individu menghadapi situasi atau kondisi secara realistik dan
menerimanya secara wajar.
c. Mampu memiliki prestasi yang diperoleh secara realistik
Individu dapat menilai prestasinya secara realistic dam meraeksinya
secara rasional. Dia tidak akan menjadi sombong, angkuh atau menjadi
frustasi bila mengalami kegagalan.
d. Menerima tanggung jawab
Individu ini mempunyai keyakinan terhadap kemampuan untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dialaminya.
e. Kemandirian
Individu mempunyai sifat mandiri dalam berperilaku an bertindakserta
dalam pengambilan keputusan dan mengembangkan diri seta
menyesuaiakan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di
lingkungan.
f. Dapat mengontrol emosi
Individu dapat menghadapi situasi frustasi secara positif
g. Penerimaan sosial
Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi aktif dalam
lingkungan sosial dan memiliki sifat bersahabat dalam berhubungan
dengan orang lain.
h. Memiliki filsafat hidup
Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama.

2. Penyesuaian diri yang negatif


Adapun penyesuaian diri yang tidak sehat menurut Hurlock (dalam Yusuf:
2000) ditandai dengan:
a. Mudah marah
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan

Pengantar Psikologi 158


d. Ketidakmampuan menghindari perilaku menyimpang
e. Mempunyai kebiasaan berbohong
f. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
g. Senang mencemooh orang lain
h. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
i. Kurang memiliki kesadaran untuk mematuhi ajaran agama
j. Bersikap pesimis dalam meghadapi kehidupan

D. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri yang berhasil menurut Fitri (http://tribk06.multiply.com)
adalah sebagai berikut:
1. Bilamana dengan sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang
satu dengan dan mengurangi yang lain.
2. Bilamana tidak menganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan
yang sejenis.
3. Bilamana bertanggung jawab terhadap masyarakat dimana ia berada
(saling mneolong secara positif).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam
penyasuaian diri akan ditandai dengan:
1. Dapat diterima dalam kelompok serta dapat berpartisipasi dalam
melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam kelompok.
2. Mampu memenuhi segala jenis kebutuhannya tanpa mengganggu
tanggung jawabnya sebagai anggota kelompok.
3. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat turut ambil bagian dalam
aktivitas kelompok ataupun dalam hubunggannya dengan teman atau
orang dewasa.
4. Memperlihatkan sikap dan perilaku yang menyenangkan terhadap orang
lain dan mendapat reaksi setuju dari anggota kelompok atau masyarakat.

Kegagalan dalam penyasuaian diri akan ditandai dengan:


1. Adanya rasa tidak puas yang mendalam dalam bentuk perasaan kecewa,
gelisah, lesu, depresi, dan sebagainya.
2. Adanya kerja atau kegiatan yang tidak efisie, misalnya siswa gagal dalam
pelajaran di sekolah.
3. Adanya gejala pusing kepala, sakit perut, gangguan pencernaan dan
sebagainya.

Pengantar Psikologi 159


4. Mendapat reaksi tidak setuju dari kelompok atau masyarakat.

Individu yang berhasil dalam menyesuaikan diri akan merasa puas dan
bahagia, perasaan tersebut akan mendorong individu berpartisipasi dan
menjalankan peranannya sebagai anggota kelompok dengan memperhatikan
norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya.

E. Variasi Penyesuaian Diri


Schneiders (1964: 429) mengungkapkan setiap individu memiliki pola
penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan
yang dihadapinya. Bagaimana individu menyesuaikan diri di lingkungan
rumah dan keluarganya, di sekolahnya, bagaimana individu dapat
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, serta cara menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial menentukan adanya variasi penyesuaian diri
(Varietas of Adjustment), artinya adanya klasifikasi penyesuaian diri yang
berdasarkan pada masalah dan situasi yang dihadapi dan berkaitan dengan
tuntutan lingkungan. Empat variasi penyesuaian diri yang lebih penting dan
krusial dalam kehidupan seorang manusia yaitu: 
 Penyesuaian dengan dirinya sendiri (Personal Adjustment)
 Penyesuaian sosial (Social Adjustment) 
 Penyesuaian diri dengan pernikahan (Marital Adjustment) 
 Penyesuaian diri dengan pekerjaan (Vocational Adjustment).
Schneiders (1964) membagi penyesuaian diri ke dalam beberapa
kategori. Pembagian itu berdasarkan konteks situasional dari respon yang
dimunculkan individu, terdiri dari penyesuaian personal (pribadi),
penyesuaian sosial, penyesuaian perkawinan, dan penyesuaian vokasional
(pekerjaan). Di bawah ini akan dibahas 2 macam penyesuaian diri yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.

1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima
dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya
dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya
sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak
obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian
pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.

Pengantar Psikologi 160


Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau
kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan
keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap
nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya kesenjangan antara individu
dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Kesenjangan inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam
rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus
melakukan penyesuaian diri.

2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat
tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih
berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah
laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-
persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini
dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat
sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu
menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada,
sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya
yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi
dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan
penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai
penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang
harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk
mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap
masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah
ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan
individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu
mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut

Pengantar Psikologi 161


lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial
pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan
individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan
mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan
sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari
segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang
disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
Penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan
individu terhadap lingkungan di luar dirinya, seperti lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat. Penyesuaian sosial yang dilakukan individu
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Kondisi Fisik, yang meliputi keturunan, kesehatan, bentuk tubuh, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik
b. Pertumbuhan dan Kematangan, yang meliputi perkembangan
intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional. Pertumbuhan
yang bersifat biologis berhubungan dengan perkembangan reproduksi,
remaja diharapkan mampu mengelola dorongan seksualnya sehingga
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Perkembangan fisik selama pubertas bagi remaja merupakan masa yang
membutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, remaja akan
menemukan bentuk tubuh yang baru dan proses-proses alamiah yang
sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.
c. Kondisi Psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustrasi,
dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang
dalam penyesuaian diri. Kebutuhan-kebutuhan psikologis juga
termasuk didalamnya seperti kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang,
dan harga diri
d. Kondisi Lingkungan, yaitu kondisi yang ada di lingkungan seperti
kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi
penyesuaian diri seseorang.

Pengantar Psikologi 162


Pengantar Psikologi 163
DAFTAR PUSTAKA

1. Endra. 2008. Penyesuaian Diri Anak. Jakarta: Rineka Cipta.


2. Enung F. 2008. Psikologi Perkembangan Peserta didik. CV PUSTAKA SETIA.
Bandung.
3. Hamalik. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
4. Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta.
5. Sobur A. 2003. Psikologi Umum. CV. PUSTAKA SETIA. Bandung
6. Gunarsa, S.D, dan singgih D. gunarsa. Psikologi praktis : anak, remaja, dan
keluarga. Jakarta : PT BPK gunung mulia, 1991.
7. Hurlock, E.B.psikologi perkembangan. Jakarta : penerbit erlangga, 1990.
8. Monks, dkk. Psikologi perkembangan : pengantar dalam ber bagai bagiannya.
Yogyakarta : gadjah mada university press, 1988.
9. Suryabrata, sumadi. Psikologi pendidikan. Jakarta :C.V rajawali, 1991.
10. Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart &
Winston

Pengantar Psikologi 164


MODUL 14
Kesehatan Mental

A. Pengertian Kesehatan Mental


Seseorang bisa dikatakan sehat apabila secara raga dan jiwanya sehat.
Jika raga seseorang sehat tapi jiwanya tidak, sama saja seperti orang yang
sakit. Jiwa yang dimaksudkan disini adalah psikis seseorang, termasuk
mentalnya. Itu mengapa adanya kesehatan mental. Karena untuk menjadi
sehat secara utuh diperlukan tidak hanya sehat fisik tapi juga sehat mental.
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata
“mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche
dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Mental hygiene
merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis
yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan
pencegahan dari kemungkinan timbulnya kerusakan mental atau
malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan;
1. Bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari
2. Bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain, dan
3. Bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil
keputusan.
Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi
setiap fase kehidupan. Kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi
stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.
Banyak pengertian mengenai kesehatan mental, berikut ini beberapa
pengertiannya:
 Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa (neurose)
 Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana
dia hidup dan berinteraksi.
 Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain serta dari gangguan-gangguan dan
penyakit jiwa.
 Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk

Pengantar Psikologi 165


menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan diri.
Menurut Dr. Zakiah Daradjat, kesehatan mental adalah keserasian atau
kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk
dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan kehidupan-
kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku
secara individual, kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat
baik secara mental maupun secara sosial.
Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
 
B. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Menurut Schneiders prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia 
a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung kondisi jasmani
yang baik dan integritas organisme.  
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka
perilaku individu harus sesuai dengan hkikat kemanusiaannya. sebagai
mahluk yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional dan sosial.
Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi
dan kontrol diri baikdengan cara berfikir, memuaskan keinginan,
mengekspresikan keinginan dan bertingkah laku.  
c. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian
diri, perlu memperluas pengetahuan tentang diri sendiri.  
d. Kesehatan mental memerlukan konsep diri: pengetahuan dan sikap
trehadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri secara sehat, yang
meliputi: penerimaan diri dan penghargaan terhadap status diri
ssendiri secara relistik atus wajar.
e. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka
pemahaman diri atau self inside dann penerimaan diri, perlu idisertai
dengan upaya-upaya perbaikan diri dan perwujudan diri.  
f. Kestabilan mental dan penyesuaian diri yang baik dapat dicapai
dengan pengembangan moral yang luhur dalam diri sendiri, seperti
sikap adil, hati-hati, integritas pribadi, rendah hati dan kejujuran.  
g. Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri
bergantung pada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik.

Pengantar Psikologi 166


h. Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya kemampuan
melakukan perubahan sesuai dengan keadaan (kondisi lingkuangan)
dan kepribadian  
i. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha terus
menerus untuk mencapai kematangan berpikir, mengekspresikan emosi
dan melakukan tindakan.
j. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar
mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara
efektif.
2. Prinsip Berdasarkan pada Hubungan Manusia dengan Lingkungan 
a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung pada hubungan
antar pribadi yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.  
b. Penyesuain yang baik dan ketegangan batin tergantung pada kepuasan
dalam bekerja.  
c. Kesehatan mental dan penyesuain diri dicapai dengan sikap yang
realistis, termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan
objektif.
3.  Prinsip Berdasarkan pada Hubungan Manusia dengan Tuhan 
a. Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran terhadap
sesuatu yang lebih luhur daripada dirinya sendiri tempat ia
bergantung: Allah SWT.  
b. Kesehatan mental dan ketenangan batin dicapai dengan kegiatan yang
tetap dan teratur dalam hubungan manusia dengan Tuhan seperti
melalui sholat dan berdo’a. (Syamsu Yusuf,2009)
Kartini Kartono berpendapat ada tiga prinsip pokok secara umum
untuk mendapatkan kesehatan mental, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok
Setiap individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-
kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat
sosial. Kebutuhan- kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut
pemuasan. Timbullah ketegangan ketegangan dalam usaha
pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhan-
kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik/makin banyak jika mengalami
frustasi atau hambatan-hambatan.
2. Kepuasan
Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah
maupun yang bersifat rohaniah. Dia ingin merasa kenyang, aman,
terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati

Pengantar Psikologi 167


dan diakui harkatnya. Intinya ia ingin puas di segala bidang, lalu timbullah
Sense of Importancy dan Sense of Mastery, (kesadaran nilai dirinya dan
kesadaran penguasaan) yang memberi rasa senang, puas dan bahagia.
3. Posisi dan status social
Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status
sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan
simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri
aman/assurance, keberanian dan harapan-harapan di masa mendatang.
Orang lalu menjadi optimis dan bergairah. Oleh karena itu individu-
individu yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa dirinya tidak
aman. Mereka senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi ketakutan.
Dia tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan hari esok, jiwanya
senantiasa bimbang dan tidak seimbang. 
 Seseorang itu dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan
menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu:
1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang
positif. 
2. Memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam
mengatasi problema hidup termasuk stress. 
3. Mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses
mencapai kematangan. 
4. Mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain. 
5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan. 
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan
bagi hidupnya. 
7. Pengawasan diri atau memiliki kontrol terhadap segala keinginan yang
muncul.
8. Memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatannya.
 
C. Dimensi Psikologis Kesehatan Mental
Aspek psikis manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan
sistem biologis, sebagai sub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis
selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah
aspek psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sis jiwa manusia. Ada
beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental,
antara lain :
 Pengalaman awal

Pengantar Psikologi 168


Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang
terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman
awal ini adalah merupakan bagian penting dan bahkan sangat menentukan
bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
 Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang.
Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang
mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat, ketrampilannya
sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan tingkatan
pengalaman puncak. Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa orang-
orang yang mengalami gangguan mental, disebabkan oleh
ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan dasar yang tersusun
secara hirarki. Kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, meliputi
kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, pengetahuan, keindahan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
 
D. Penggolongan Kesehatan Mental
1. Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan faktor-
faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang
disebabkan oleh masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang,
frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang
membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua,
perlakuan kejam pada anak.

5. Gangguan kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara
yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan
masalah.

Pengantar Psikologi 169


6. Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak,
gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan jiwa organic
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau
keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan
lain-lain.
8. Gangguan penggunaan zat-zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-
obatan yang mengubah prilaku.
9. Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan
realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang
berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin
mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti
antara saat gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas
dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang
ditakuti.
 

Pengantar Psikologi 170


DAFTAR PUSTAKA

 Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro


 Dr. Kartini Kartono. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam.
Bandung: CV Mandar Maju.
 Hasan Langgulung. 1986. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
 Moeljono Notosoedirjo, Latipun. 2000. Kesehatan Mental. Universitas
Muhammadiyah Malang.
 http://yudiantara.wordpress.com/2009/01/20/kesehatan-mental/

Pengantar Psikologi 171

Anda mungkin juga menyukai