Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN AKTIVITAS

(MOBILISASI)
perawatindonesia1945 / 28 Agustus 2014
BAB I
PENDAHULUAN
 
 Latar Belakang
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan musculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak
agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika
tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien,
yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan
serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas. Imobilitas atau imobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.

 
 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Definisi kebutuhan aktivitas


2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
4. Postur Tubuh
5. Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi
6. Masalah Kebutuhan Aktivitas
7. Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Aktivitas
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas (kosier,1989).

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit


berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.

Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
musculoskeletal.

Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup.

 
 Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
 
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai
kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.

Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan
tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari
epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon


Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.

3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.

4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi,
dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik
pada daerah radial tangan.
 

5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis.

 Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas


 
Kebutuhan Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.

1. Jenis Mobilitas
 Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik
untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
 Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan
traksi. Pasien paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik.
 Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi
dan tulang.
 Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,
paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensorik.
 

1. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas


Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

 Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena


berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
 Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat
berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur
akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
 Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk
beraktivitas.
 Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
 Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia
yang berbeda.
 
Kebutuhan Imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.

1. Jenis imobilitas
 Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
 Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir,
seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
 Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan bagian
anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
 Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya
dalam kehidupan sosial.
 

1. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh. Seperti perubahan
pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam
kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan,
perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan
eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.

 Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal. Mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolism dalam tubuh. Hal tersebut
dapat dijumpai pada menurunnya Basal Metabolisme Rate (BMR) yang menyebabkan
berkurangnya energy untuk perbaikan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempengaruhi
oksigensi sel. Perubahan metabolism imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan resiko gangguan
metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami
immobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberpa dampak dan perubahan metabolisme
diantaranya, pengurangan jumlah metabolisme, antropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah
zat gizi, dan gangguang gastrointestinal.

 Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang,
sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat mengakibatkan
demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot. Sedangkan meningkatnya
demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.

 Gangguan Perubahan Gizi


Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan
kalori dapat mengkibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun. Dimana
sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup
untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.

 Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas


Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini desebabkan
imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah
masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan. Seperti perut kembung, mual dan nyeri
lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

 Perubahan Sistem Pernafasan


Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah
otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar
hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga
menyebabkan anemia.

 Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi
ortostatik dapat disebakab menurunnya kemampuan saraf otonom, pada posisi yang tetap
dan lama, refleks neurovaskuler akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian
darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi
terhambat.

Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam
keadaan normal, darahyang terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan
meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan
kerjanya. Terjadinya trombus juga diakibatkan meningkatnya vena statis yang merupakan
hasil penurunan kontraksi muscular sehingga meningkatkan arus balik vena.

 Perubahan Sistem Muskuloskeletal


 Gangguan Muskular.
Yakni menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas secara langsung. Hal ini ditandai
dengan menurunnya stabilitas. Berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada
otot. Seperti, otot betis yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih
kecil dan menunjukkan tanda lemah dan lesu.

 Gangguan Skeletal
Misalnya, akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan
memendeknya otot. Kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak
berfungsi. Osteoporosis terjadi akibat reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang di
keluarkan melalui urine semakin besar.

 Perubahan Sistem Integumen


Hal ini terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat
imobilitas dan terjadinya isakemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka
decubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan srikulasi yang menurun ke jaringan.

 Perubahan Eliminasi
Misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan kurangnya asupan dan
penurunan curah jantung, sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.

 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara lain, timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubaha siklus tidur dan menurunnya koping
mekanisme.

 Postur Tubuh
 

Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh


yang berhubungan dengan bagia tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh
adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila ke empat bagian tersebut di gunakan
dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal,
seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi jumlah
energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi baik renal maupun gastrointestinal.
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar terdapat beberapa prinsip yang perlu di
perhatikan, diantaranya :

 Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis


imaginer vertikal)  melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga
atau menopang tubuh)
 Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar
 Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
 Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
 Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot
 Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan
ligamen
 Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta
mencegah kelelahan
 Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
 Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah
beban belakang
Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot,
dan kontraktur.

 
Faktor-faktor yang Mempengaruhi postur Tubuh
Pembentukan postur tubuh dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor , diantaranya :

1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal pada organ
atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat
memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang sakit yang banyak
mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.

2. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam membantu
proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen,dan persendian. Apabila
status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada orang tersebut akan berkurang sehingga dapat
mempengaruhi proses keseimbangan.

3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal
tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang.

4. Gaya Hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya
menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat, misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami
ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.

5. Perilaku dan Nilai


Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat mempengaruhi pembentukan postur.
Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat
mempengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu
bersih dari sampah.

 
 Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulasi
 

Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari
muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat.
Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam menggerakkan serta
mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.

1. Prinsip Mekanika Tubuh


 Gravitasi, memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
 Pusat gravitasi, titik yang ada di pertengahan tubuh
 Garis gravitasi, merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi
 Dasar tumpuan, merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh.

 Keseimbangan
Keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi diantara garis
gravitasi dan pusat tumpuan.

 Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi mekanika
tubuh.

1. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh


 Gerakan (ambulating). Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh. Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan
berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dalam posisi
jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi
yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki.
 Menahan (squatting). Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
contoh : posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya
berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan
untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan
dasar tumpuan yang tepat.
 Menarik (pulling). Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh
dalam menarik, sodorkan telapak tangan dengan lengan atas dipusat gravitasi
pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut,
dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan.
 Mengangkat (lifting). Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-
otot besar besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul
untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
 Memutar (Pivoting) merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga
unsur gravitasi agar tidak berpengaruh buruk pada postur tubuh
 
 
 
1. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan
 

 Status Kesehatan.
Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa berkurangya
melakukan aktifitas sehari-hari.

 Nutrisi
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.

 Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.

 Situasi dan Kebiasaan


Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda
yang berat.

 Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.

 Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.

 Tingkat perkembangan tubuh


Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neoromuskular dan tubuh secara
proposional, postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal.

 Kesehatan fisik
Penyakit, cacar tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

 Kelemahan neoromuskular dan skelet


Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lodosis dan kiposis dapat berpengarh terhadap
pergerakan.
 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktvitas bila dibandingkan

1. Dampak Mekanika Tubuh


 

Mekanika tubuh yang benar akan memberikan manfaat yang maksimal untuk tubuh,
gerakan yang dilakukan akan efektif serta mengurangi pemborosan tenaga. Mekanika tubuh
yang salah akan mengakibatkan terjadinya ketegangan sehingga menimbulkan kelelahan
dan gangguan sistem muskuloskeletal selain itu juga meningkatkan resiko kecelakaan pada
sistem musculoskeletal. Apabila seseorang salah berjongkok atau berdiri akan mudah terjadi
kelainan pada tulang vertebra.

2.6 Masalah Kebutuhan Aktivitas


 
1. Gangguan mobilitas fisik
Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan kebutuhan energy karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien
dapat bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/ batasan pada pergerakannya

1. Deficit perawatan diri


Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak mampu bergerak banyak karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang lain untuk
melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena
intoleransi aktivitasnya.

1. Koping individu tidak efektif


Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak mampu bergerak banyak
karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energy yang cukup.    pasien tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan atau perannya karena mereka merasa kurang motivasi
untuk melakukan suatu pekerjaan

1. Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah melakukan aktivitas pasien
langsung merasa lelah, pasien merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.

2.7 Proses dan Tindakan Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan pada Masalah kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
 
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan Imobilitas adalah sebagai
berikut:

1. Riwayat Keperawatan Sekarang


Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

2. Riwayat Keperawatan Penyakit yang pernah Diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas,
misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma
kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla
spenalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan
lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat,
laksansia, dll.

3. Kemampuan fungsi motorik


Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri dan
untuk menlai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.

4. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak
ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


Tingkat 3
peralatan.

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan.
 

5. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul dan kaki.

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

 
Bahu  
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas
kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.
180

 
Siku 150
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju
bahu.
 

 
80-90

Pergelangan Tangan  
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.
80-90
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi.
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh
mungkin
 

Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan


0-20
menghadap ke atas.

 
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak
tangan menghadap ke atas.
30-50

Tangan dan Jari  


Fleksi: Buat Kepalan Tangan 90
90
Ekstensi: Luruskan Jari
30
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
 
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.
20

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya
mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleritas
aktivitas terhadap perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah,
gangguan perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan
aktivitas atau perubahan posisi.

7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi


Dalam megkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat
kekuatan otot dapat ditentukan dengan:

Skala Persentase kekuatan normal Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi


1 10
atau dilihat

Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan


2 25
topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi


4 75
dan melawan tahanan minimal

Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal


5 100
melawan gravitasi dan tahanan penuh.
 

8. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping,dll.

1. Diagnosis/Masalah Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang, fraktur, dan lain-lain.
2. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
3. Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
4. Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5. Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
6. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
7. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
8. Gangguan eliminasi akibat imobilitas
9. Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
10. Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
11. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan
(anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
12. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake)
13. Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
14. Gangguan konsep diri akibat imobilitas
 

1. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:

 Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas tinggi


 Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
 Meningkatkan fungsi respirasi
 Meningkatkan fungsi gastrointestinal
 Meningkatkan fungsi system perkemihan
 Memperbaiki gangguan psikologis
 

1. Tindakan Keperawatan
 

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh sesuai
kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.

1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien


Pengaturan posisi dalam mengatasi kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan dengan tingkat
gangguan, seperti posisi fowler, sim, trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu
pectoral.

 Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Cara:

 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi
semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
 

 Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).

Cara :

 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas
tempat tiduran ditekuk diarahkan ke dada.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut, dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas
tempat tidur.
 

 Posisi Lititomy
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian
perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.

Cara:

 Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik
ke arah perut
 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
 Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
 Pasang selimut
 

 Posisi Trendelenburg
Posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian
kaki. Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.

Cara:

 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan
ujung tempati tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
 Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dcngan meninggikan bagian kaki pasien.
 

 Posisi Dorsal Recumbent


Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia scrta proses persalinan.

Cara:

 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka


 Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan
renggangkan kedua kaki.
 Pasang selimut
 

 Posisi Genu Pectoral


Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.

Cara:

 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
 Pasang selimut pada pasien.
 

Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yang mobilitas sendinya perbatas karna penyakit, diabilitas, atau trauma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan
untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas
persendian.

1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan


Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
3. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pegelangan tangan pasien.
4. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
5. Catat perubahan yang terjadi.
 

1.
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke
tubuhnya.
3. Letakan tangan diatas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya.
4. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
5. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
6. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Pronasi dan Supinasi Lengan bawah.


Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
3. Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lain.
4. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Putar lengan bawh pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
7. Kembalikan ke posisi semula.
8. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Pronasi Fleksi Bahu


Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya.
3. Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Abduksi dan Adduksi


Cara :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
3. Letakan satu tangan perawat diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
4. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat.
5. Kembalikan keposisi semula.
6. Catat perubahan yang tejadi.
 

1. Rotasi Bahu
Cara :

1. Jelaskan prosedur yang dilakukan.


2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
3. Letakan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lainnya.
4. Gerakan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah
5. Kembalikan lengan ke posisi semula.
6. Gerakan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menyentuh ke atas.
7. Kembalikan lengan ke posisi semula.
8. Catat perubahan yang terjadi
 

1. Fleksi dan ekstensi jari- jari


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Pegang jari- jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki.
3. Bengkokkan (tekuk) jari- jari kebawah.
4. Luruskan jari- jari kemudian dorong kebelakang.
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Catat perubahan yang terjadi
 

1. Infers dan efersi kaki


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan
kaki dengan tangan satunya.
3. Putar kaki kedalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
4. Kembalikkan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Letakkan 1 tangan perawat pada telapak kaki pasien dan 1 tangan yang lain diatas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari- jari kaki kearah dada pasien.
4. Kembalikan ke posisi semula.
5. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
6. Catat perubahan yang terjadi
 

1. Fleksi dan ekstensi lutut


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Letakkan 1 tangan dibawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan
yang lainnya.
3. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
4. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
5. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki keatas.
6. Kembali ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Rotasi pangkal paha


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Letakkan 1 tangan perawat pada pergelangan kaki dan 1 tangan yang lain diatas
lutut.
3. Putar kaki menjauhi perawat.
4. Putar kaki kea rah perawat.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
 

1. Abduksi dan aduksi pangkal paha


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Letakkan 1 tangan perawat dibawah lutut pasien dan 1 tangan pada tumit.
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8cm dari tempat tidur,
gerakan kaki menjauhi badan pasien.
4. Gerakan kaki mendekati badan pasien.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dati haisl tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan fungsi sistem tubuh


2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukan keceriaan.
 

Asuhan Keperawatan Pada Masalah Postur Tubuh


 
1. Pengkajian Keperawatan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji postur tubuh, di antaranya:

1. Postur tubuh yang benar pada saat berbaring, duduk dan berdiri.
 Posisi Berdiri
Pengkajian posisi berdiri dilakukan dengan cara menganjurkan pasien pada posisi berdiri,
kepala tegak, dan mata menghadap lurus ke depan. Bila diamati dari belakang, bahu dan
pinggul harus lurus dan sejajar. Amati vertebrata kolumna, apabila dari arah samping kepala
tegak dan lurus dan tulang belakang diluruskan bentuknya seperti huruf S. vertebrata
servikal melengkung ke depan dan vertebrata lumbal melengkung ke depan, kaki
ditempatkan sedikit terpisah untuk mencapai dasar dari topangan dan ibu jari menunjuk ke
depan, dan apabila diamati dari depan berada pada garis tengah vertikal. Apabila posisi
tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar, maka dapat diidentifikasi adanya gangguan
otot/tulang.

 Posisi Duduk
Kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan vertebrata kolumna. Kemudian berat
badan bertumpu pada glutea dan paha. Paha sejajar dan datar pada bagian horizontal
kedua telapak kaki menapak di lantai, dan dengan jarak 2-4 cm perlu dipertahankan antara
tepi tempat duduk dengan lutut dan lengan pasien. Pasien yang dalam keadaan abnormal
akan mengalami kelemahan otot atau paralisis otot, serta adanya perubahan sensasi
(kerusakan saraf).

 Posisi Berbaring
Letakkan pasien dengan posisi latera, semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari
tempat tidur. Kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebrata harus
lurus dengan alas yang ada. Apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat proses
penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.

1. Perubahan dalam tumbuh kembang, identifikasi adanya trauma, kerusakan otot atau
saraf dan kemungkinan factor yang menyebabkan postur tubuh yang buruk.
 

2. Diagnosis Keperawatan
3. Nyeri yang berhubungan dengan posis duduk, berdiri dan berbaring yang salah
akibat pemakaian gips pada daerah ekstremitas, dan lain-lain.
4. Gangguan mobilitas berhubungan dengan drop foot lutut akibat kontraktur.
5. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai
kelemahan otot.
 

3. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan


4. Pertahankan postur tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat.
5. Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih duduk, berdiri dan tidur
secara optimal.
6. Kurangi cidera akibat postur tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien
melakukan aktivitas sehari-hari.
7. Kurangi beban otot dengan cara meletakkan alat dengan dekat dengan pasien dan
bantu kegiatan yang menimbulkan beban berat.
8. Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat.
 

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh, dan pasien
mampuberaktivitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.

 
Asuhan Keperawatan Pada Masalah Mekanika Tubuh dan Ambulasi
 
1. Pengkajian
1. Menilai kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara :
 Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk
 Kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri
 Menilai gaya berjalan
 
2. Diagnosis Keperawatan
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme
otot dan tulang pada extremitas, nyeri akibat peradangan sendi, penggunaan alat
Bantu dalam waktu yang lama.
 Risiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis, gaya berjalan tidak stabil,
penggunaan tongkat yang tidak benar
 Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik secara umum
 

3. Perencanaan
 Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktifitas
 Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
 Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh
 

4. Pelaksanaan
1. Latihan ambulasi
2. Duduk diatas tempat tidur
Cara:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Anjurkan pasien untuk melatakan tangan disamping badannya dengan telapak
tangan menghadap kebawah.
3. Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
4. Bantu pasien untuk duduk dan diberi penopang atau bantal.
 

1. Turun dan berdiri


Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci.
3. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
4. Fleksikan lutut dan pinggang anda.
5. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu anda dan letakkan
kedua tangan anda disamping kanan dan kiri pinggang pasien.
6. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien.
7. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai kursi.
8. Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar nyaman.
 

1.
2. Membantu berjalan
Cara:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau memegang telapak
tangan anda.
3. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
4. Bantu pasien berjalan.
 

2. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau
tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard

5. Evaluasi Keperawatan
 Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
 Hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada klien tidak dapat dilihat
dalam beberapa hari
 Perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klien harus sering kali dilakukan.
 Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi

Anda mungkin juga menyukai