Anda di halaman 1dari 7

Konsep Pemulihan

Dr John Forbes Nash

Penderita gangguan jiwa, seberat apapun, bisa pulih asalkan mereka


mendapatkan pengobatan dan dukungan psikososial yang dibutuhkannya.
Mereka bisa kembali ke masyarakat, bekerja dan hidup normal sebagaimana
masyarakat pada umumnya. Salah satu contohnya adalah Dr John Forbes Nash
yang meskipun menderita schizophrenia, bisa pulih kembali bekerja dan bahkan
menerima hadiah Nobel. Elyn Sack, yang pernah bernyanyi pada malam hari di
atap gedung perpustakaan yale University karena menderita skizofrenia, kini
menjadi profesor ilmu hukum di University of Southern California, Amerika.
Daniel B. Fisher, juga menderita skizofrenia kini menjadi dokter spesialis jiwa
dan direktur national Empowerment Center, Amerika. Banyak juga bekas
penderita gangguan jiwa yang kemudian menjadi doktor dibidang psikologi
klinis, seperti Fredrick Freese, Mary Ellen Copelan, dan Patricia Deegan.

Hanya saja, proses pemulihan tersebut tidak selalu berjalan lurus dan lancar,
kadang ada proses naik turunnya. Hal ini tidak berbeda dengan orang
kegemukan yang ingin menjadi kurus. Bila tidak dijaga, orang yang telah
bersusah payah untuk menjadi langsing bisa kembali gemuk lagi. Begitu pula
dengan penderita diabetes (penyakit gula darah), hipertensi (tekanan darah
tinggi), bila tidak menjaga kesehatannya, mereka bisa jatuh sakit lagi.

Agar proses pemulihan berjalan dengan baik, diperlukan dukungan dari


berbagai pihak, utamanya dukungan dari keluarga (atau orang dekat), tenaga
kesehatan dan pekerja sosial, kawan sesama penderita gangguan jiwa dan
masyarakat sekitar. Penyakit jiwa berat adalah penyakit serius. Hampir tidak
ada seorangpun bisa pulih dengan sendirinya. Mereka memerlukan bantuan
orang lain.

Pada saat ini, sebagian besar penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak
mendapat dukungan yang memadai. Mereka hanya minum obat dan kontrol ke
dokter ahli jiwa sekali atau dua kali dalam sebulannya. Selepas itu, proses
pemulihan hanya ditangan keluarganya (yang sering tidak mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk mendukung proses
pemulihan). Akibatnya, setelah berusaha selama beberapa tahun tanpa hasil,
keluarga akhirnya menyerah. Mereka menelantarkan anggota keluarganya yang
terkena gangguan jiwa. Ada yang menjadi gelandangan, ada yang dipasung,
ada yang dibuang oleh keluarganya dan dititipkan di panti panti rehabilitasi.

Saat ini kami sedang membangun Tirto Jiwo di desa Kalinongko, Purworejo
diatas lahan seluas 2500 m2. Insya Allah, pada bulan April 2014, Tirto Jiwo akan
sudah operasional. Tirto Jiwo dalam waktu dekat akan menjadi sebuah pusat
pemulihan dan pelatihan bagi penderita gangguan jiwa berat.

Di Tirto Jiwo, masing masing peserta akan mendapat dukungan dan pelatihan
sesuai dengan tingkat pemulihannya. Program  pemulihan Tirto Jiwo antara lain
meliputi kegiatan: psikoedukasi, animal assisted therapy dan gardening
(holticulture) therapy, penguatan mental spiritual, melakukan dan belajar
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis (berternak, berkebun, kerajinan
tangan), kegiatan sosial (sedekah nasi bungkus, merawat masjid/ rumah janda
miskin), serta olah raga dan kegiatan kesenian.
Program pemulihan di Tirto Jiwo disusun fleksibel (tidak kaku), sesuai kebutuhan
dan kesempatan masing masing peserta. Peserta bisa tinggal di Tirto Jiwo
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Hanya perlu diingat bahwa
proses pemulihan biasanya berlangsung cukup lama (lebih dari sebulan) dan
berkelanjutan. Bila peserta hanya bisa tinggal di Tirto Jiwo selama sekitar 1-2
minggu, maka diharapkan pada bulan berikutnya, peserta akan kembali ke Tirto
Jiwo lagi untuk tinggal selama 1-2 minggu lagi. Begitu seterusnya hingga
peserta pulih dan hidup mandiri di masyarakat. Peserta program yang telah
mencapai tingkat lanjut akan membibing dan menjadi panutan (role model) bagi
peserta yang masih berada d tingkat awal dalam jenjang pemulihan. Tirto Jiwo
juga akan dikembangkan agar dapat menjadi “club house”, dimana alumni bisa
berkunjung dan bertemu dan bersosialisasi dengan peserta rogram.

Dukungan keluarga atau orang orang dekat sangat penting dalam pemulihan
penderita gangguan jiwa. Untuk mendukung proses pemulihan, keluarga dari
peserta program pemulihan dapat berkunjung dan menginap (selama beberapa
hari)  di Tirto Jiwo. Selama kunjungan, keluarga diharapkan dapat terlibat dalam
kegiatan pemulihan, khususnya kegiatan yang bersifat sosial (sedekah nasi
bungkus, perawatan rumah janda miskin, dll). Untuk memperlancar proses
pemulihan, dukungan spiritual keluarga (melalui sholat malam, sholat hajad,
sedekah, dll) sangat diperlukan.

Pelayanan psikososial di Tirto Jiwo, tidak bersifat komersial. Tidak akan ada
penderita datang yang ditolak hanya karena ketiadaan biaya dari keluarga,
tentu saja selama masih tersedia fasilitas untuk menampung mereka. Tidak ada
biaya khusus bagi peserta program pemulihan. Peserta  diminta mengisi kotak
amal sesuai kemampuannya. Selain itu, peserta dan keluarga yang
mampu diajak untuk menjadi donator untuk mendukung penderita yang kurang
mampu dan membiayai program sedekah nasi bungkus setiap hari Jumat
serta kegiatan sosial lainnya.

Tahapan Pemulihan
Dari sisi kedokteran, ada beberapa jenis gangguan jiwa berat, seperti
schizophrenia, bipolar disorder, dan depresi. Obat untuk masing masing
gangguan jiwa tersebut berbeda-beda. Penanganan gangguan jiwa secara
medis bagi penderita gangguan jiwa yang menjadi peserta program Tirto Jiwo
diserahkan sepenuhnya kepada dokter ahli jiwa yang selama ini merawatnya.
Tirto Jiwo hanya menangani aspek pemulihan psikososialnya.

R. Andresen, P.Caputi, dan L Oades  (2006) dalam artikelnya yang berjudul


Stages of recovery instrument: development of a measure of recovery from
serious mental illness. yang dimuat dalam Australian and New Zealand Journal
of Psychiatry, 40, 972–980 menyatakan bahwa ada 5 tahap pemulihan
gangguan jiwa.

Tahap 1: Moratorium atau penundaan. Adalah saat dimana penderita


“menarik diri” dan merasa semuanya telah hilang dan tidak mempunyai
harapan.Tahap 2: Awareness (kesadaran).  Penderita mulai sadar bahwa
tidak semuanya telah hilang dan masih ada masa depan bagi dirinya meskipun
menderita gangguan jiwa. Tahap 3: Preparation (persiapan). Pada tahap ini
penderita mulai bersiap-siap untuk memulihkan kesehatan jiwanya.Tahap 4:
Rebuilding (pembanguan kembali). Penderita mulai secara aktif
membangun identititasnya yang baru, menetapkan tujuan agar hidupnya bisa
lebih berarti dan lebih bertanggung jawab atas kehidupannya. Tahap 5:
Growth (pertumbuhan).  Mengisi kehidupannya dengan kegiatan yang penuh
arti, mengontrol dan mengelola penyakitnya secara bertanggung jawab,
menumbuhkan daya tahan dan harga diri.
Penderita gangguan jiwa bisa pulih, dalam arti bisa hidup dan bekerja
sebagaimana anggota masyarakat lainnya. Beberapa prinsip dasar proses
pemulihan adalah sebagai berikut:

 Pemulihan adalah suatu proses membangun suatu kehidupan yang berarti


dan memuaskan sebagaimana didefinisikan oleh penderita sendiri,
meskipun kadang ada kondisi kambuh.
 Pemulihan adalah gerakan menjauh dari gangguan, penyakit dan gejala
menuju kearah sehat, kuat dan sejahtera
 Harapan adalah titik pusat dari proses pemulihan. Harapan timbul antara
lain karena adanya “contoh” atau role model dari mereka yang pulih.
 Dalam membantu proses pemulihan, yang penting bukan kualifikasi
pendidikan dari para staf pengelola pelayanan pemulihan, tetapi yang
diperlukan adalah staf yang mempunyai kemampuan memberi semangat
dan memperkuat harapan, penuh perhatian, kreatif, dan tidak mudah
patah semangat.
 Keluarga dan teman teman penderita berperanan penting dalam proses
pemulihan. mereka perlu dilibatkan dalam proses pemulihan.
Menurut  Andresen, R., Oades, L., dan  Caputi (2003) dalam tulisannya “The
experience of recovery from schizophrenia: towards an empirically validated
stage model, yang dimuat dalam Journal of Psychiatry,37, 586-594, ada 4
komponen dari proses pemulihan, yaitu:

1. Menemukan dan memupuk “harapan”. Timbulnya harapan


merupakan pusat dari proses pemulihan. Tanpa timbulnya harapan, tidak
akan ada proses pemulihan.
2. Membentuk kembali “identitas positif”. Dalam proses pemulihan,
juga diperlukan adanya identitas yang lain selain identitas sebagai
penderita gangguan jiwa. Penderita tetap mempunyai gejala gangguan
jiwa, namun mereka juga mempunyai identitas positif lainnya, seperti:
pelajar, mahasiswa, pegawai, pengusaha, ayah/ibu, dll.
3. Membangun kehidupan yang berarti. Mempunyai pekerjaan dan
penghasilan, utamanya bagi laki laki, merupakan salah satu komponen
penting dari proses pemulihan. Kehidupan yang berarti bisa dicapai
dengan membangun hidup yang bermanfaat bagi sekitar.
4. Mengambil tanggung jawab dan kendali. Dalam proses pemulihan,
penderita gangguan jiwa tidak hanya menggantungkan diri pada dokter
dan orang lain, tapi secara aktif dan bertanggung jawab mengusahakan
pemulihan dirinya.
 

16 THOUGHTS ON “KONSEP PEMULIHAN”

1. Analia on December 11, 2014 at 5:23 pm said:

Salam hormat,pak jika seseorang merasa dirinya tak berguna dan


mengasingkan diri dari keluarga,selalu merasa bersalah n mudah marah
kemudian lama kelamaan dia tak bisa berbicara apakah hal tersebut merupakan
gangguan jiwa,mhon penjelasannya,trimakasih

2. admin on December 13, 2014 at 6:32 am said:

Gangguan jiwa itu bertingkat tingkat, mulai dari gangguan jiwa ringan hingga
berat. Gejala gejala yang seperti disampaikan memang mengarah ke gangguan
jiwa. Coba ditanyakan kepada yang bersangkutan apakah kadang mendengar
suara suara yg orang lain tidak mendengarnya, atau melihat seseuatu yg orang
lain tidak melihatnya. Saran saya, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter
spesialis jiwa terdekat

3. Taufan Irianto on January 24, 2015 at 12:35 pm said:


Alhamdullilah, semoga Allah selalu melimpahkan rahmad dan kekuatan kepada
Team pengelola dalam semua aktivitas di rehabilitasi “Tirto Jiwo” dan di
keluarga.amin

4. admin on January 25, 2015 at 7:48 am said:

Terima kasih atas perhatian dan doanya mas Taufan Irianto. Semoga mas
Taufan Irianto sekeluarga juga selalu dalam limpahan rahmat serta karunia Allah
SWT. amiin

5. win on February 3, 2015 at 9:18 am said:

pak apa dampak menghentikan minum obat tanpa sepengetahuan dokter

6. admin on February 3, 2015 at 11:17 am said:

Dampak yg paling sering dari berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter
adalah penderita menjadi kambuh. Kambuh biasanya akan muncul setelah 3-6
bulan berhenti minum obat. Karena itu sebaiknya keluarga mengupayakan agar
penderita gangguan jiwa minum obat sesuai ketentuan dokter. Selain minum
obat, penderita perlu memperkuat ketahanan jiwanya, misalnya dengan banyak
berdoa, bersosialisasi, beraktivitas, dll
Gejala kalau akan kambuh bervariasi antara satu orang dgn orang lainnya,
namun yg sering gejala awal kalau akan kambuh adalah gelisah,tidak tenang,
sulit tidur, gampang tersinggung, dll

7. Arum on February 9, 2015 at 2:11 am said:

Pak, suami saya memiliki gejala penyakit jiwa (halusinasi gangguan jin) dan ke
dokter psikiater diberi obat setelah 1 minggu gejala sudah hilang, selanjutnya
setelah beberapa hari suami saya yakin bisa mengendalikan gejala dan
memutuskan berhenti dari obat, baru 1 hari tidak minum obat gejala kambuh
(merasakan ada gangguan jin), yang saya mau tanyakan apakah berhenti 1 hari
obat dapat secepat itu menimbulkan gejala? Mohon diberikan pencerahan dan
ilmu dalam mendampingi suami.
Salam
Arum

8. admin on February 9, 2015 at 8:20 am said:

Biasanya obat gangguan jiwa itu berekasinya pelan pelan, perlu waktu beberapa
minggu untuk benar benar beraksi secara penuh. Bila baru minum obat 1
minggu terus berhenti, maka kemungkinan untuk kambuh sangat besar.
Silhakan download dari website tirto jiwo atau website lain di luar negeri tentang
cara mendampingi anggota keluarga yg menderita gangguan jiwa. Coba
kunjungi page download di web tirto jiwo, disana ada buku pedoman
pendampingan untuk membantu pemulihan.
Saran saya: bujuk agar suami kembali minum obat sesuai ketentuan dokter,
belajar cara melawan halusinasi (ada di buku pedoman), ciptakan suasana yg
tenang dirumah, libatkan suami dalam kegiatan kecil sehari hari (jangan biarkan
banyak melamun), banyak berdoa dan memohon kepada Allah.
Semoga bermanfaat

9. asmawati on March 18, 2015 at 1:30 pm said:

assalamualaikum, suami sy depresi dan skrg minum obat tapi masih merasa tdk
tenang dan sering cemas dan gelisah. bagaimana cara pemulihan yg tepat yg
dpt sy lakukan agar suami sy cepat pulih. terimakasih wassalam.

10. admin on March 18, 2015 at 4:03 pm said:

Assalamu’alaikum wr wb. langkah pertama yang perlu ibu lakukan adalah


mempelajari seluk beluk gangguan jiwa dan cara membantu anggota keluarga
yang terkena gangguan jiwa. Semua itu bisa dipelajari dari pedoman yang bisa
di download, maupun yang ada di website. Langkah kedua adalah memperkuat
ketahanan jiwa suami dengan menemani olah raga ringan diluar rumah, makan
dan tidur teratur, melakukan aktivitas rutin dirumah/ di kantor, bergaul dengan
saudara/ sahabat, ikut pengajian, dll. Bila suami masih takut bertemu orang,
lakukan kegiatan kegiatan tersebut secara bertahap.
Langkah ketiga adalah memonitor obat dan gejala awal kalau akan kambuh.
Minum obat secara teratur. Amati gejala kalau akan kambuh (tidak bisa tidur/
tidur terus, makan banyak/ tidak mau makan, gampang tersinggung, dll). Bila
ada gejala awal, segera lakukan untuk membuat tenang (banyak istirahat,
minum obat, banyak dzikir, dll). Hindari faktor pemicu kambuh (kurang tidur,
konflik, minum alkohol, tidak mau minum obat, dll).
Perbaiki pola pikir suami dengan menerapkan CBT (cognitive behavior therapy).
Caranya bisa juga dipelajari dari pedoman yang ada di website.
Yang tidak kalah penting adalah banyak banyak berdoa, sholat sunah, beramal
sholeh. Ajari suami untuk banyak dzikir.
Semoga bermanfaat

11. sanditya on March 20, 2015 at 12:13 pm said:

Assalamu’alaikum, mohon bimbingannya..ibu saya mengalami kecemasan yang


tinggi, gelisah, tidak bisa tenang, sering jalan jalan karena tidak bisa tenang,
tetapi diajak komunikasi masih bisa, tetapi karena berfikir negatif dan emosi
kalo dikasihi nasehat tidak mau, saat ini berdomisili di jogjakarta, bagaimana
untuk pengobatan dengan tirto jiwo ? Terimakasih

12. admin on March 20, 2015 at 4:09 pm said:

Assalamu’alaikum wr wb, Mohon maaf, hingga saat ini di Tirto Jiwo bangunan
bagi penderita gangguan jiwa perempuan belum tersedia (masih dalam proses
pembangunan). Bila selama ini beliau tidak minum obat, kami sarankan agar ibu
bisa diajak berobat ke dokter spesialis jiwa yang ada di Yogyakarta. Selain itu,
sebaiknya ditanyakan apakah beliau sering mendengar suara suara/ bisikan
(halusinasi suara). Hal penting lainnya, perlu dipelajari (atau ditanyakan ketika
sedang agak tenang) hal hal berikut: apa saja yang membuat beliau gelisah,
apa pemicu kegelisahannya, kapan biasanya kegelisahan muncul (misal: ketika
sedang menganggur tanpa kegiatan, dll), apa yang selama ini bisa mengurangi
kegelisahan (misal: mengerjakan pekerjaan rumah yg ringan, dll). Dengan
mempelajari hal hal tersebut, selain minum obat, maka bisa dibuat program
atau kegiatan untuk mengurangi kegelisahan beliau. Bila kondisi sudah lebih
membaik, buat program untuk memperkuat ketahanan jiwa (misalnya: ikut
pengajian, sibukkan dengan kegiatan positif, olah raga ringan diluar rumah, dll).
Insya Allah dengan melaksanakan saran diatas, kondisi kejiwaan ibu akan bisa
pulih. Yang juga tidak kalah penting adalah: usahakan agar seluruh keluarga
mempelajari seluk beluk gangguan jiwa, upayakan untuk melakukan sholat
tahajud dan sholat hajad setiap hari, sedekah, puasa senin-kamis, dll.
Semoga bermanfaat

13. sanditya on March 23, 2015 at 9:43 am said:

Waalaikumsalam, terimakasih atas masukannya, untuk ke dokter jiwa sudah


dilakukan,tetapi kegelisahannya dan kecemasannya masih belum bisa
berkurang, lebih sering kambuhnya dari pada tenangnya..mohon bantuannya
mungkin ada relasi di jogja yang bisa manangani ibu saya.. Terimakasih..

14. admin on March 23, 2015 at 10:44 am said:

Mohon maaf, saya tidak punya informasi tentang pusat pemulihan gangguan
jiwa di Yogya. Bila saat ini kegelisahan masih tinggi, mungkin ada baiknya bila
untuk sementara dirawat di rsj. Bila ada masalah biaya, bisa diatasi dengan
menjadi anggota BPJS. Selama ibu dirawat, sebaiknya seluruh anggota keluarga
(terutama yang tinggal serumah dan yang tinggal di Yogya) untuk mempelajari
seluk beluk gangguan jiwa dan cara membantu pemulihannya. Ilmunya bisa
dipelajari dari website tirtojiwo atau website serupa di LN. Insya Allah, dengan
dukungan keluarga dan rajin minum obat, beliau akan bisa kembali pulih.
Memang tidak akan berjalan dengan mudah dan perlu pengorbanan, namun
mungkin itu cara terbaik dalam mebantu pemulihan gangguan jiwa ibunda.
salam

15. suharti on May 14, 2015 at 4:07 pm said:

saya mempunyi anak laki laki sudah 14 th terserang gangguan jiwa walaupun
minum obat tetap saja kambuh mohon solusinya

16. admin on May 15, 2015 at 12:35 pm said:

Yth Bu Suharti
Mohon maaf, solusi untuk putra ibu yang sudah 14 tahun terserang gangguan
jiwa tidak dapat diberikan hanya melalui ruang komentar ini. Ilmu yang dapat
dituangkan melalui ruang komentar sangatlah terbatas.
Ibu dapat mempelajari ilmu tentang pemulihan gangguan jiwa yang ada di
website Tirto jiwo. Ibu juga dapat memondokkan putranya ke panti pemulihan
gangguan jiwa yang memakai pendekatan yang sama dengan yang dipakai oleh
Pusat Pemulihan Tirto Jiwo atau dapat juga diikutkan dalam program pemulihan
di Tirto Jiwo.
Salam
Gunawan Setiadi

Anda mungkin juga menyukai