Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI PENDENGARAN

DI SUSUN OLEH

NAMA : PRATIWI

NIM : P18011

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


A.    DEFINISI

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan


(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Halusinasi adalah persepsi
sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).

B.     MACAM-MACAM HALUSINASI

1 Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2 Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6. Cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine

7. Kinisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.


C.    FAKTOR PREDIPOSISI

Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

D.    FAKTOR PRESIPITASI

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

E.     MANIFESTASI KLINIK

1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan


Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

     1.Tahap I : halusinasi bersifat  menyenangkan

Gejala klinis :
a.       Menyeringai/ tertawa tidak sesuai

b.      Menggerakkan bibir tanpa bicara

c.       Gerakan mata cepat

d.      Bicara lambat

e.       Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

      2.Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

a.       Cemas

b.      Konsentrasi menurun

c.       Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

      3.Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a.       Cenderung mengikuti halusinasi

b.      Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c.       Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d.      Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

      4.Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a.       Pasien mengikuti halusinasi

b.      Tidak mampu mengendalikan diri

c.       Tidak mampu mengikuti perintah nyata

d.      Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

F.  AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko


mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1.      Memperlihatkan permusuhan

2.      Mendekati orang lain dengan ancaman

3.      Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4.      Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

5.      Mempunyai rencana untuk melukai

G.    PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik


Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi
obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek.

H.    POHON MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama/Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga :

1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, karena pada
umumnya apabila klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran walaupun sebelumnya pernah mendapat perawatan di rumah
sakit jiwa, tetapi pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala
sisa, sehingga klien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

2) Apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik.

3) Apakah pernah mengalami penolakan dari keluarga dan lingkungan.

4) Apakah pernah mengalami kejadian/trauma yang tidak menyenangkan


pada masa lalu.
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikososial

1) Genogram
2) Konsep diri
a) Citra tubuh

b) Identitas diri
c) Ideal diri

d) Harga diri
3) Hubungan sosial
4) Spiritual
a) Nilai keyakinan
b) Kegiatan ibadah
f. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas Motorik
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Proses pikir
9) Isi pikir
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
13) Kemampuan penilaian
14) Daya tilik diri

g. Kebutuhan persiapan pulang


1) Makan
2) BAB/BAK

3) Mandi

4) Berpakaian
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan

8) Kegiatan di dalam rumah


9) Kegiatan di luar rumah
h. Mekanisme koping
1) Regresi
2) Proyeksi

3) Menarik diri
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
Analisa Data Keperawatan

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Gangguan Persepsi Subjektif


Sensori : Halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan
Pendengaran 2. Klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk
bercakap-cakap
3. Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya untuk
melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam dirinya atau
orang lain
Objektif
1. Klien tampak bicara sendiri
2. Klien tampak tertawa sendiri
3. Klien tampak marah-marah tanpa sebab
4. Klien tampak mengarahkan telinga ke arah tertentu
5. Klien tampak menutup telinga
6. Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu
7. Klien tampak mulutnya komat-kamit sendiri

2. Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Gangguan proses pikir
5. Isolasi sosial
6. Harga diri rendah
3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perilaku kekerasan.


b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
c. Gangguan isolasi sosial : menarik diri.
d. Harga Diri Rendah.
e. Koping Individu Tidak Efektif.

4. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 2.3 Strategi Pelaksanaan Halusinasi Pendengaran

Dx Kep. STRATEGI PELAKSANAAN


Gangguan SP 1 :
Persepsi 1. Bantu klien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi
Sensori: pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
Halusinasi 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
4. Peragakan cara menghardik.
5. Minta pasien memperagakan ulang.
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1), Berikan Pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi bercakap-cakap dengan orang lain saat
terjadi halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, dan bercakap-
cakap.
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, dan SP 2), Berikan Pujian.
2. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
3. Diskusikan kegiatan/kemampuan positif yang biasa dilakukan oleh
klien.
4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan).
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, bercakap-cakap
dan kegiatan harian.
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP 2, dan SP 3), Berikan Pujian.
2. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
3. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan prinsip 6B (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat).
6. Latih klien minum obat.
7. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, bercakap-cakap,
kegiatan harian dan minum obat.

Rencana Keperawatan Halusinasi Pendengaran

Dx Kep. Perencanaan Intervensi


Tujuan Kriteria

Evaluasi
Gangguan TUM Setelah dilakukan 2 x Bina hubungan saling percaya
Persepsi Klien tidak 20 menit interaksi dengan mengungkapkan prinsip
Sensori: mencederai diharapkan klien komunikasi terapeutik:
Halusinasi diri,orang dapat BHSP 1. Sapa klien dengan ramah baik
Pendengar lain,dan lingkungan dengan K.H : verbal maupun nonverbal.
An 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
TUK 1. Ekspresi wajah 3. Tanyakan nama lengkap dan
1. Klien bersahabat. nama panggilan yang disukai
dapat membina 2. Ada kontak klien.
hubungan saling mata. 4. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya 3. Mau berjabat 5. Tunjukkan sikap empati dan
tangan. menerima klien apa adanya.
4. Mau 6. Buat kontrak waktu, topik dan
menyebutkan nama tempat setiap kali berinteraksi
5. Mau dengan klien.
menjawab salam
6. Mau
mengutarakan
nmasalah yang
dihadapinya
TUM Setelah dilakukan 2 x 1. Adakan kontak sering dan
Klien tidak 20menitinteraksi singkat secara bertahap.
mencederai diri, diharapkan klien 2. Observasi tingkah laku klien
orang dapat mengetahui yang terkait dengan
lain, dan lingkungan halusinasinya dengan halusinasinya : bicara dan
K.H : tertawa tanpa sebab,
TUK 1. Klien dapat memandang ke kiri/ke
1. Klien menyebutkan kanan/ke depan seolah- olah
dapat mengenal waktu, isi, ada teman bicara.
halusinas 3. Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan klien
inya dan frekuensi sedang berhalusinasi :
timbulnya tanyakan apakah ada suara
halusinasi. yang di dengarnya.
2. Klien dapat b. Jika klien menjawab ada,
mengungkap kan lanjutkan : apa yang di
bagaimana katakan suara itu.
perasaannya c. Katakan bahwa
terhadap perawat percaya klien
halusinasi mendengar suara itu, namun
tersebut. perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
d. Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti klien.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
4. Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi (jika
sendiri, jengkel, atau sedih).
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, dan malam, terus-
menerus, atau sewaktu-
waktu).
5. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dirasakannya jika
terjadi halusinasi (marah, sedih,
takut, atau senang), beri
kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
TUM Setelah dilakukan 2 1. Identifikasi bersama klien
Klien tidak x 20 menit tindakan yang dilakukan jika
mencederai interaksi terjadi halusinasi
diri,orang diharapkan klien (tidur, marah,

lain,dan lingkungan dapat menyebutkan menyibukkan diri).


cara mengontrol 2. Diskusikan manfaat dan cara
TUK halusinasi dengan yang digunakan klien jika
1. Klien K.H : bermanfaat, Beri Pujian kepada
dapat mengontr klien.
ol halusinasi nya 1. Menyebutkan 3. Diskusikan dengan klien tentang
tindakan yang cara baru mengontrol
biasanya halusinasinya
dilakukan untuk :
mengendalika n a. Menghardik/mengusir/ tidak
halusinasinya. memedulikan halusinasinya.
2. Menyebutkan cara b. Bercakap-cakap dengan orang
baru mengontrol lain jika halusinasinya
halusinasi. muncul.
3. Mendemonstra c. Melakukan kegiatan sehari-
sikan cara hari.
menghardik/ d. Minum obat secara teratur
mengusir/ tidak 4. Beri contoh cara menghardik
memperdulika n halusinasi : “Pergi-pergi, kamu
halusinasinya. suara palsu jangan ganggu
saya”
5. Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan dan minta klien
mengulanginya.
6. Beri pujian atas keberhasilan
klien
7. Susun jadwal latihan klien dan
minta klien untuk mengisi
jadwal kegiatan harian.
8. Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan Tn. B
setelah menghardik?
Apakah halusinasinya
berkurang?”Berikan pujian.
TUK dengan K.H : contoh percakapan dan
Klien dapat mengulanginya.
mengontrol 1.Mengontrol 3. Beri pujian atas keberhasilan
halusinasinya halusinasi dengan klien.
bercakap-cakap 4. Susun jadwal klien untuk
dengan orang melatih diri, mengisi kegiatan
lain. untuk bercakap- cakap.
5. Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan Tn.B
setelah latihan bercakap-cakap?
Apakah halusinasinya
berkurang?” Berikan pujian.
TUM Setelah dilakukan 2 1. Diskusikan dengan klien tentang
Klien tidak x 20 menit kegiatan harian yang dapat
mencederai diri, interaksi dilakukan di rumah dan dirumah
orang diharapkan klien sakit.
lain, dan dapat mengontrol 2. Latih klien untuk melakukan
lingkungan halusinasi dengan kegiatan yang di sepakati dan
K.H : masukkan kedalam jadwal
TUK kegiatan.
Klien dapat 1.Mengontrol 3. Tanyakan kepada klien :
mengontrol halusinasi dengan “Bagaimana perasaan Tn.B
halusinasinya melakukan setelah melakukan kegiatan
kegiatan harian. harian? Apakah halusinasinya
berkurang?” Berikan Pujian.
minum obat tidak teratur
(penyakit
kambuh).
3. Diskusikan proses minum obat
klien.
4. Tanyakan kepada klien : “
Bagaimana perasaan Tn.B
dengan minum obat secara
teratur? Apakah keinginan
marahnya berkurang?”.
TUM Setelah dilakukan 2 1. Anjurkan klien untuk mengikuti
Klien tidak x 20 menit terapi aktivitas
mencederai diri, interaksi kelompok,orientasi realita,
orang diharapkan klien stimulasi persepsi.
lain, dan dapat mengontrol
lingkungan halusinasi dengan
K.H :
TUK
Klien dapat 1.Mengikuti
mengontrol TAK.
halusinasinya
TUM Setelah dilakukan 2 1. Diskusikan pentingnya peran
Klien tidak x 20 menit interaksi serta keluarga sebagai
mencederai diri, diharapkan keluarga pendukung klien untuk
orang dapat mengatasi halusinasi.
lain, dan memberi dukungan 2. Jelaskan pengertian,
lingkungan kepada klien tanda-tanda, akibat dan cara
dalam mengontrol merawat klien halusinasi yang
TUK halusinasi dengan dapat dilakukan oleh keluarga.
Klien mendapat K.H : 3. Peragakan cara merawat klien
dukungan keluarga halusinasi.
untuk mengontrol 1.Keluarga dapat 4. Beri kesempatan keluarga untuk
halusinasinya menyebutkan memperagakan ulang, Beri
pengertian, tanda- Pujian.
tanda dan tindakan 5. Tanyakan perasaan
untuk keluarga setelah mencoba cara
mengontrol yang dilatihkan.
halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Antonim. 2008. Askep Halusinasi. Dimuat


dalam http://augusfarly.wordpress.com/2008/08/21/askep-halusinasi/. (Diakses : 8 Agustus
2012)

Anonim. 2009. Askep dengan Halusinasi. Dimuat


dalam http://aggregator.perawat.web.id [Diakses : 15 Oktober 2011]

Anonim. 2008. Halusinasi . Dimuat dalam. http://harnawatiaj.wordpress.com/ [Diakses : 15


Oktober 2011] 

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Keliat Budi Ana. 1999. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta :
fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai