HALUSINASI PENDENGARAN
DI SUSUN OLEH
NAMA : PRATIWI
NIM : P18011
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
B. MACAM-MACAM HALUSINASI
1 Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2 Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine
7. Kinisthetic
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
D. FAKTOR PRESIPITASI
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
d. Bicara lambat
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
Gejala klinis :
Gejala klinis :
1. Memperlihatkan permusuhan
G. PENATALAKSANAAN
H. POHON MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama/Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga :
1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, karena pada
umumnya apabila klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran walaupun sebelumnya pernah mendapat perawatan di rumah
sakit jiwa, tetapi pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala
sisa, sehingga klien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
1) Genogram
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas diri
c) Ideal diri
d) Harga diri
3) Hubungan sosial
4) Spiritual
a) Nilai keyakinan
b) Kegiatan ibadah
f. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas Motorik
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Proses pikir
9) Isi pikir
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
13) Kemampuan penilaian
14) Daya tilik diri
3) Mandi
4) Berpakaian
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
3) Menarik diri
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
Analisa Data Keperawatan
Evaluasi
Gangguan TUM Setelah dilakukan 2 x Bina hubungan saling percaya
Persepsi Klien tidak 20 menit interaksi dengan mengungkapkan prinsip
Sensori: mencederai diharapkan klien komunikasi terapeutik:
Halusinasi diri,orang dapat BHSP 1. Sapa klien dengan ramah baik
Pendengar lain,dan lingkungan dengan K.H : verbal maupun nonverbal.
An 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
TUK 1. Ekspresi wajah 3. Tanyakan nama lengkap dan
1. Klien bersahabat. nama panggilan yang disukai
dapat membina 2. Ada kontak klien.
hubungan saling mata. 4. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya 3. Mau berjabat 5. Tunjukkan sikap empati dan
tangan. menerima klien apa adanya.
4. Mau 6. Buat kontrak waktu, topik dan
menyebutkan nama tempat setiap kali berinteraksi
5. Mau dengan klien.
menjawab salam
6. Mau
mengutarakan
nmasalah yang
dihadapinya
TUM Setelah dilakukan 2 x 1. Adakan kontak sering dan
Klien tidak 20menitinteraksi singkat secara bertahap.
mencederai diri, diharapkan klien 2. Observasi tingkah laku klien
orang dapat mengetahui yang terkait dengan
lain, dan lingkungan halusinasinya dengan halusinasinya : bicara dan
K.H : tertawa tanpa sebab,
TUK 1. Klien dapat memandang ke kiri/ke
1. Klien menyebutkan kanan/ke depan seolah- olah
dapat mengenal waktu, isi, ada teman bicara.
halusinas 3. Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan klien
inya dan frekuensi sedang berhalusinasi :
timbulnya tanyakan apakah ada suara
halusinasi. yang di dengarnya.
2. Klien dapat b. Jika klien menjawab ada,
mengungkap kan lanjutkan : apa yang di
bagaimana katakan suara itu.
perasaannya c. Katakan bahwa
terhadap perawat percaya klien
halusinasi mendengar suara itu, namun
tersebut. perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi).
d. Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti klien.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
4. Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi (jika
sendiri, jengkel, atau sedih).
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, dan malam, terus-
menerus, atau sewaktu-
waktu).
5. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dirasakannya jika
terjadi halusinasi (marah, sedih,
takut, atau senang), beri
kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
TUM Setelah dilakukan 2 1. Identifikasi bersama klien
Klien tidak x 20 menit tindakan yang dilakukan jika
mencederai interaksi terjadi halusinasi
diri,orang diharapkan klien (tidur, marah,
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.