Anda di halaman 1dari 71

PENANGANAN COVID-19 DI BALI DAN MAKASSAR

Disusun guna memenuhi tugas praktek kesehatan matra

Dosen Pengampu : Desak Nyoman Sithi, SKp.,MARS.,PhD Ns. Ronny


Basirun S, S.Kep.,M.Si(Han)

Disusun oleh :
Mustika Widiyastuti 1710711026
Nadia Syaripah Hanum 1710711027
Nada Mutiara 1710711028
Risa Safitri 1710711029
Sukmawati Dewi 1710711032
Nur Aulia Fikri 1710711039

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN


JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan karena pertolongan-
Nya penulis dapat mengungkapkan ide, pikiran serta gagasan yang tertuang dalam
makalah ini.
Makalah yang berjudul Penanganan Covid-19 di Bali dan Makassar ini
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kesehatan Matra.
Dengan mengangkat judul makalah tersebut, kami mencoba memberikan
pengetahuan mengenai pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia khususnya
di Bali dan Makassar.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya. Selain
itu, kami pun berterima kasih kepada Ibu Desak Nyoman Sithi, SKp.,MARS.,PhD
dan Pak Ns. Ronny Basirun S, S.Kep.,M.Si(Han) selaku dosen mata kuliah
Praktek Kesehatan Matra yang telah memberikan bimbingan dan juga masukan
kepada penulis.
Semoga dengan disusunya makalah ini, dapat bermanfaat bagi mahasiswa
fakultas ilmu kesehatan UPN Veteran Jakarta guna mengetahui terkait COVID-19
yang terjadi di Indonesia khususnya di Bali dan Makassar. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun kata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Jakarta, 15April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini dunia sedang menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) yang pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia / Public
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan
jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
antar negara (Kemenkes RI, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
dan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2020).
Sampai dengan tanggal 15 April 2021, dilaporkan total kasus terkonfirmasi
89.392.928 dengan 1.941.463 kematian dimana kasus dilaporkan di 162 negara
(WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard | WHO Coronavirus
Disease (COVID-19) Dashboard, no date). Di Indonesia sendiri dilaporkan total
kasus terkonfirmasi 1.589.359 dengan 1.438.254 sembuh dan 43.073 meninggal,
dimana kasus dilaporkan di 34 provinsi. Jika dilihat berdasarkan jumlah kasus
terkonfirmasi terbanyak tiap provinsi maka 10 provinsi dengan angka kasus
terkonfirmasi tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Banten, Bali, Riau, dan DIY (Peta Sebaran
| Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, no date).
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu dari 10 provinsi dengan
jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi dimana berada pada urutan ke-6 dengan
jumlah kasus terkonfirmasi 60.713. Menurut Info Corona Kota Makassar, Covid-
19 di Makassar menyebar sejak 3 Maret 2020 dimana Pemerintah Pusat
menyatakan bahwa terdapat 2 orang tekonfirmasi positif Covid-19 dan sampai
tangga 14 April 2021 jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 29.632 dengan
28.624 sembuh dan 533 meninggal. Sebaran Covid-19 di Kota Makassar sebagai
berikut :
Sumber : infocorona.makassar.go.id

Provinsi Bali merupakan salah satu dari 10 provinsi dengan jumlah kasus
terkonfirmasi tertinggi dimana berada pada urutan ke-8 dengan jumlah kasus
terkonfirmasi 42.460. Menurut Info Corona Bali, sampai tangga 15 April 2021
jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 42.460 dengan 39.458 sembuh, 1.774
perawatan, dan 1228 meninggal. Sebaran Covid-19 di Bali sebagai berikut :

Tabel 1 Sebaran Covid-19 di Bali


No. Kabupaten / Jumlah Kasus
Positif Sembuh Meninggal Dalam Perawatan
Kota
1. Jembrana 2.234 2.133 76 25
2. Tabanan 4.356 4.094 156 106
3. Badung 8.096 7.619 210 267
4. Denpasar 13.379 12.244 283 852
5. Gianyar 4.870 4.659 129 82
6. Bangli 2.172 2.029 85 58
7. Klungkung 1.667 1.568 55 44
8. Karangasem 1.743 1.545 89 109
9. Buleleng 3.256 2.965 132 159
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Bali dan Makassar memiliki caranya masing – masing dalam menangani


Covid-19 ini. Bali memiliki 11 RS rujukan Covid-19 yaitu RSUP Sanglah, RSUD
Sanjiwani Gianyar, RSUD Kab. Buleleng, RSUD Tabanan, RSUD Wangaya,
RSD Mangusada, RSU Universitas Udayana, RSU Negara, RSUD Klungkung,
dan RS Pratama Giri Emas, sedangkan Makassar memiliki 7 RS rujukan Covid-19
yaitu RSUD Labuan Baji, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, RS Unhas, RSUD
Sayang Rakyat, RSUD Haji, RSKD Dadi, DAN RS Dr. Tajuddin Chalid, MPH.
Bali dan Makassar memiliki jumlah terkonfirmasi Covid yang tinggi yang
mana hal tersebut mempengaruhi dari segala aspek kehidupan. Bali merupakan
provinsi dengan mata pencaharian utamanya pada sektor pariwisata, dengan
adanya pandemi Covid-19 ini berdampak pada pemasukan daerahnya, untuk itu
penulis tertarik membahas penanganan Covid-19 yang terjadi di Bali dan
Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Pada saat ini dunia sedang menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) yang pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan
sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia / Public
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan
jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
antar negara (Kemenkes RI, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. ). Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2020).
Sampai dengan tanggal 15 April 2021, dilaporkan total kasus
terkonfirmasi 89.392.928 dengan 1.941.463 kematian dimana kasus dilaporkan di
162 negara (WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard | WHO
Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard, no date). Di Indonesia sendiri
dilaporkan total kasus terkonfirmasi 1.589.359 dengan 1.438.254 sembuh dan
43.073 meninggal, dimana kasus dilaporkan di 34 provinsi. Jika dilihat
berdasarkan jumlah kasus terkonfirmasi terbanyak tiap provinsi maka 10 provinsi
dengan angka kasus terkonfirmasi tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Banten, Bali, Riau,
dan DIY (Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, no
date).
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu dari 10 provinsi dengan
jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi dimana berada pada urutan ke-6 dengan
jumlah kasus terkonfirmasi 60.713 dan Provinsi Bali merupakan salah satu dari
10 provinsi dengan jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi dimana berada pada
urutan ke-8 dengan jumlah kasus terkonfirmasi 42.460. oleh karena itu penulis
akan menjelaskan mengenai kasus Covid-19 yang terjadi di Bali dan Makassar
dengan pertanyaan sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Covid-19?
b. Apa saja gejala Covid-19 ?
c. Bagimana cara penularan Covid-19?
d. Bagaimana cara penanggulangan Covid-19 ?
e. Apa yang dimaksud dengan vaksin ?
f. Bagaimana kronologis Covid-19 di Bali dan Makassar ?
g. Apa dampak kesehatan Covid-19 di Bali dan Makassar ?
h. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan non pemerintah ?
i. Bagaimana kajian aspek kesehatan matra pada Covid-19 di Bali dan
Makassar ?
j. Bagaimana Rapid Health Assesment (RHA) Covid-19 di Bali dan
Makassar ?
k. Bagaimana penanganan awal (Triage, Stabilisasi, dan Evakuasi) Covid-
19 di Bali dan Makassar ?
l. Bagaimana penanganan lanjutan (RS Rujukan) Covid-19 di Bali dan
Makassar ?
m. Bagaimana penatalaksanaan korban meninggal karena Covid-19 di Bali
dan Makassar ?
n. Apa saja pembelajaran baik (Lesson Learned) yang didapat dari Covid-
19 di Bali dan Makassar ?
o. Apa strategi penanganan bencana perlu dilakukan pada Covid-19 di
Bali dan Makassar ?
p. Apa pedoman atau instrumen edukatif yang bisa digunakan dalam
penanganan Covid-19 di Bali dan Makassar jika dilihat dari aspek
kesehatan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kesehatan Matra.
2. Untuk mengetahui apa itu Covid-19.
3. Untuk mengetahui gejala Covid-19.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan Covid-19.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan Covid-19
6. Untuk mengetahui apa itu vaksin.
7. Untuk mengetahui bagaimana kronologis Covid-19 di Bali dan
Makassar.
8. Untuk mengetahui apa saja dampak kesehatan Covid-19 di Bali dan
Makassar.
9. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan
non pemerintah.
10. Untuk mengetahui bagaimana kajian aspek kesehatan matra pada
Covid-19 di Bali dan Makassar.
11. Untuk mengetahui bagaimana Rapid Health Assesment (RHA) Covid-
19 di Bali dan Makassar.
12. Untuk mengetahui bagaimana penanganan awal (Triage, Stabilisasi, dan
Evakuasi) Covid-19 di Bali dan Makassar.
13. Untuk mengetahui bagaimana penanganan lanjutan (RS Rujukan)
Covid-19 di Bali dan Makassar.
14. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan korban meninggal
karena Covid-19 di Bali dan Makassar.
15. Untuk mengetahui apa saja pembelajaran baik (Lesson Learned) yang
didapat dari Covid-19 di Bali dan Makassar.
16. Untuk mengetahui apa saja strategi penanganan bencana perlu
dilakukan pada Covid-19 di Bali dan Makassar.
17. Untuk mengetahui apa saja pedoman atau instrumen edukatif yang bisa
digunakan dalam penanganan Covid-19 di Bali dan Makassar jika
dilihat dari aspek kesehatan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari maklaah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
Covid-19 yang terjadi di Indonesia khususnya di Bali dan Makassar,
menambah pengetahuan mengenai Covid-19 sebelum terjun langsung saat
Covid-19 sebagai tenaga kesehatan.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam makalah ini adalah Covid-19 yang terjadi Indonesia
khususnya di Bali dan Makassar. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
terkait COVID-19 yang terjadi di Indonesia khususnya di Bali dan Makassar
yang bersumber dari jurnal, berita, situs pemerintahan info corona daerah Bali,
Makkasar, dan Sulawesi Selatan, situs Kementerian Kesehatan, dan situs
covid 19.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Covid-19

Coronavirus merupakan sekelompok besar virus yang menyebabkan


penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia, biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit serius
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom pernapasan akut
berat (SARS). Coronavirus ditemukan pertama kalipada manusia muncul di
Wuhan, Cina pada desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) dan menyebabkan penyakit
Covid-19 (Kemkes, 2020)

2.2 Gejala Covid-19

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala,


ringan, sedang, berat dan kritis (Burhan et al., 2020) :

1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak
ditemukan gejala.
2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,
anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya
seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual
dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering
dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare,
hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam.
3. Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan atau
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat
(batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding
dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat). Kriteria napas cepat :
usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5
tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari:
frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 <
93% pada udara ruangan.
ATAU
Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk
atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
a. sianosis sentral atau SpO2<93% ;
b. distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting,
tarikan dinding dada yang sangat berat);
c. tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
d. Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan,
≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
sepsis dan syok sepsis.
2.3 Penyebaran Covid-19

Menurut WHO (2020) penyebaran Covid-19 melalui :

1. Melalui droplet : Transmisi Covid-19 dapat terjadi melalui kontak


langsung, kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang
terinfeksi melalui sekresi seperti air liur, dan sekresi saluran pernapasan
atau droplet saluran pernapasanyangkeluar saat orang yangterinfeksi
batuk,bersin,berbicara, atau bernyanyi. Droplet memiliki ukuran diameter
> 5-10 µm sedangkan droplet yang berukuran ≤ 5 µm disebut sebagai
droplet nuclei atau aerosol. Transmisi droplet dapat terjadi ketika
seseorang melakukan kontak erat berada dalam jarak 1 meter dengan
orang yang terinfeksi yang mengalami gejala pernapasan.

2. Melalui udara : Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran


agen infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol)
yang tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang
jauh.

Seseorang dapat terinfeksi oleh pasien Covid-19. Virus ini dapat menyebar
melalui droplet (percikan air ) dari mulut atau hidung pada saat bersin atau
batuk. Droplet tersebut jatuh pada benda di lingkungan sekitarnya.
Kemudian jika seseorang telah menyentuh benda tersebut terkontaminasi
oleh droplet, dan kemudian orang menyentuh mata, hidung atau mulut,
sehingga orang tersebut mungkin terinfeksi Covid-19, atau secara tidak
sengaja tertular Covid-19. Itulah mengapa penting jaga jarak maksimal 1
meter dengan orang sakit (Kemkes, 2020).

2.4 Pencegahan

Untuk mencegah transmisi, WHO (2020) merekomendasikan serangkaian


komprehensif langkah-langkah yang mencakup:

a. Mengidentifikasi kasus suspek sesegera mungkin, melakukan tes, dan


mengisolasi semua kasus (orang yang terinfeksi) di fasilitas yang sesuai
b. Mengidentifikasi dan mengarantina semua kontak erat orang yang
terinfeksi dan melakukan tes terhadap orang-orang yang menunjukkan
gejala sehingga dapat diisolasi jika terinfeksi dan membutuhkan
perawatan
c. Menggunakan masker kain dalam situasi-situasi tertentu, misalnya di
ruang publik di mana transmisi komunitas terjadi dan langkah-langkah
pencegahan lain seperti penjagaan jarak fisik tidak memungkinkan
d. Menjalankan kewaspadaan kontak dan droplet untuk tenaga kesehatan
yang merawat pasien suspek dan terkonfirmasi COVID-19, dan
menjalankan kewaspadaan airborne jika prosedur yang menghasilkan
aerosol dijalankan
e. Terus-menerus menggunakan masker bagi tenaga kesehatan dan
pengasuh yang bekerja di area klinis, selama semua kegiatan rutin
sepanjang giliran kerjanya
f. Selalu membersihkan tangan dengan sering, menjaga jarak fisik jika
memungkinkan, dan menjalankan etiket batuk dan bersin; menghindari
tempat-tempat yang ramai, tempat-tempat kontak erat, dan tertutup, dan
tempat-tempat dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk; mengenakan
masker kain saat berada di ruang tertutup yang terlalu padat untuk
melindungi orang lain; dan memastikan ventilasi lingkungan yang baik
di semua tempat tertutup; serta pembersihan dan disinfeksi lingkungan
yang tepat.

Menurut Kemkes (2020) Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk


mencegah tertularnya virus ini adalah:

1) Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan
sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat.

2) Mencuci tangan secara teratur menggunakan air dan sabun atau handrub
berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh
virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga merupakan salah
satu tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit
bersumber dari tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal
yang sangat penting.
3) Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau
lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

4) Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.

5) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan


menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh
mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus
dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.

6) Gunakan masker penutup mulut dan hidung ketika Anda sakit atau saat
berada di tempat umum.

7) Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan
benar, lalu cucilah tangan Anda.

8) Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.

9) Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat,


terutama jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera
hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka.
Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah
melakukan perjalanan terutama ke negara terjangkit, atau pernah kontak erat
dengan orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti arahan dari petugas
kesehatan setempat.

10) Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi


dan akurat. Ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat. Informasi dari sumber yang tepat dapat membantu
Anda melindungi dari Anda dari penularan dan penyebaran penyakit ini.

2.5 Vaksin
Vaksinasi di Wilayah Bali
Pada tanggal 22 januari 2021 vaksinasi di bali dimulai 31.000 dosis untuk
tenaga kesehatan. Per tanggal 24 maret 2021 bali sudah mendapatkan 700.000
lebih dosis, tetapi jumlah tersebut belum cukup untuk mencapai herd imunity.
jumlah tersebut belum memenuhi standar untuk mencapai kekebalan kelompok
(herd immunity). Setidaknya, untuk mencapai herd immunity, sebanyak 70
persen atau sekitar 3 juta penduduk Bali harus divaksinasi. Untuk mencapai 70
persen itu, kita harus kebut vaksinasi massal. Dan ini berarti membutuhkan
sekitar 6 juta dosis vaksin. Ini yang sekarang kita kebut ke pemerintah pusat.
Masyarakat Bali, lanjutnya, harus bisa segera divaksin. Hal ini sesuai dengan
petunjuk Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerjanya tanggal 16 Maret
yang lalu. Bali perlu mengebut proses vaksinasi seiring dengan rencana
membuka pariwisata untuk wisatawan mancanegara. Jumlah kasus harian
Covid-19 yang masih cukup banyak menjadi kendala bagi Bali dalam
membuka penerbangan internasional. Pemprov Bali dinilai tidak pernah
menutup penerbangan internasional. Keputusan tersebut merupakan bagian
dari kebijakan Pemerintah Pusat melalui Keputusan Kementrian Hukum dan
HAM nomor 11 tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing
Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia. Berbagai persiapan tengah
didorong pemerintah untuk kembali membuka wisata bagi wisatawan
mancanegara di Juni-Juli 2021. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Sandiaga Uno langkah ini akan mengutamakan persiapan sektor
kesehatan, meningkatkan kemampuan SDM terkait layanan wisata dimasa
pandem. selain itu vaksinasi masyarakat Bali yang sudah mencapai 70%
diharapkan bisa memberikan ras aman dan nyaman bagi para wisatawan
(CNBC Indonesia, 2021).
BAB III

ANALISIS KASUS KEJADIAN BENCANA

3.1 Kronologis Kejadian COVID-19


3.1.1 Kronologis Kejadian COVID-19 di Makassar
Menurut data Info Corona Kota Makassar, pada tanggal 3 Maret 2020
Pemerintah Pusat menyatakan adanya penyebaran awal virus Covid-19 di
Makassar yang terjadi karena 2 orang dinyatakan positif terjangkit virus Corona
(COVID-19). Nurdin Abdullah selaku Gubernur Sulawesi Selatan mengatakan
dua dari warganya yang positif Covid-19, satu diantaranya baru saja pulang dari
umroh dan satu lainnya adalah mahasiswa asal Jakarta. Pasien positif yang baru
saja pulang umroh tersebut awalnya mengalami diare dan batuk setelah sepekan
pulang dari umroh. Selanjutnya sempat menjalani perawatan beberapa hari di RS
Siloam Makassar dengan keluhan demam dan sesak napas. Ketika dilakukan foto
thorax, hasilnya menunjukkan pneumonia dikedua paru-parunya (Info Corona
Kota Makassar, 2021).

Penambahan kasus positif Corona di Sulawesi Selatan setiap harinya


berasal dari penularan lokal di kota Makassar. Dimana kesadaran akan physical
distancing dinilai masih kurang. Hal ini dilihat dari masih ramainya jalanan kota
Makassar dalam beberapa hari terakhir dan masih banyaknya masyarakat yang
belum paham tentang tata cara penanganan di masa pandemi virus Covid-19,
hingga penjagaan akses keluar masuk Kota Makassar yang kurang efektif karena
tidak dilakukan secara ketat sehingga masih ada saja orang yang mampu keluar
masuk Kota Makassar tanpa menunjukkan surat keterangan bebas Covid-19.
Padahal, pemerintah Kota Makassar melalui Peraturan Wali Kota (Perwali)
Nomor 36 Tahun 2020 tentang Percepatan Pengendalian Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) mewajibkan setiap pendatang yang akan masuk Kota Makassar
membawa surat keterangan bebas Covid-19.
Terkait surat keterangan bebas Covid-19 ini ada pengecualian, dimana
dilakukan dengan penelusuran kontak (sebagaimana yang disebutkan di Ayat (3)
yakni berlaku bagi ASN, TNI/Polri, karyawan swasta, buruh, pedagang, dan
penduduk yang berdomisili di kawasan Mamminasata (Makassar, Maros,
Sungguminasa, dan Takalar) yang bekerja di Kota Makassar hanya perlu
membawa atau memperlihatkan kartu identitas sebagai warga kota Makassar
tanpa perlu membawa bukti surat keterangan bebas covid-19. Namun sebenarnya
hal tersebut tidak ada pengecualian, karena tidak ada jaminan bahwa orang-orang
yang dikecualikan ini tidak memiliki virus dalam tubuhnya, mengingat karena
penyebaran Covid-19 yang sangat mudah menular dan penularannya yang cepat.

Kemudian ada kebijakan khusus untuk pelajar dan orang sakit. Pada Pasal
7 Ayat (1) dijelaskan bahwa warga dengan urusan yang sangat penting dan darurat
bisa masuk ke Kota Makassar. Mereka diberikan kebijakan khusus sesuai dengan
pertimbangan Gugus Tugas Covid-19 Daerah. Ketentuan tersebut diberikan
kepada pelajar/mahasiswa yang mendaftar di Kota Makassar dengan
menunjukkan kartu peserta tes/pendaftaran. Selanjutnya, orang sakit yang dirujuk
ke Kota Makassar dengan menunjukkan surat rujukan dari rumah sakit daerah asal
tanpa harus ada surat keterangan bebas covid-19.

Selanjutnya Ombudsman kota Makasaar menerima keluhan masyarakat


mengenai Rapid-Test berbayar di luar janji pemerintah yang dalam hal ini
disediakan Pemerintah Provinsi Sulsel. Pemerintah memfasilitasi tes gratis kepada
warga, tapi beberapa masyarakat mengaku diminta membayar layanan tersebut.
Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan, batas normal biaya Rapid Test sebesar
Rp.150.000. Namun sejumlah warga yang memberikan informasi ke Ombudsman
mereka dikenakan biaya di atas harga normal yang ditetapkan pemerintah.
(Aswandi, Madjid and Aqila, 2020).

Hal ini menjadikan penerapan aturan walikota Makassar tidak maksimal


untuk menekan laju penyebaran kasus Covid-19 karena dengan adanya
pengecualian untuk orang-orang tertentu. Sehingga hal ini menyebabkan
penyebaran kasus virus Corona di Makassar meningkat pesat sampai dengan saat
ini, dimana saat ini menempati urutan ke 5 dengan jumlah kasus positif mencapai
1.583.182 kasus, kemudian dalam perawatan sebanyak 108.384 kasus, kasus yang
sembuh sebanyak 1.431.892 kasus, serta yang meninggal yaitu sebanyak 42.906
kasus.

3.1.2 Kronologis Kejadian COVID-19 di Bali

Menurut informasi CNBC Indonesia, pada tanggal 10 Maret 2020 pasien


awal yang dinyatakan positif Covid-19 di Bali dan meninggal pada tanggal 11
Maret 2020 yaitu salah satu warga negara asing yang termasuk dalam imported
case atau terinfeksi virus dari luar Indonesia . WNA yang bersuia 53 tahun ini
baru empat hari lalu masuk wilayah Indonesia dan memiliki komplikasi seperti
diabetes, hipertensi, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), yang
mengakibatkan daya tahan tubuh melemah dan kemudian bakteri yang semula
tidak menimbulkan penyakit akan menjadi masalah dengan tidak dikendalikan
populasinya (Asmara, 2020).

Penambahan kasus positif Covid-19 di Bali meningkat setiap harinya


dimana Bali termasuk destinasi wisata terpopuler di dunia, sehingga tidak luput
dengan masalah terabaikannya protokol kesehatan saat melakukan pariwisata di
Bali. Pesona Bali terpancar dari keindahan pulau Bali. Banyak pesona yang
memanjakan mata yang dapat dinikmati di Bali. Sehingga Bali sangat
diprioritaskan sebagai tujuan wisata destinasi dunia dan digemari oleh wisatawan
dunia. Maka dari itu hidup berdampingan dengan virus menjadi pilihan paling
bijak untuk diterapkan saat ini, untuk tetap menjaga dan menggerak sedikit demi
sedikit roda perekonomian Bali. Hal ini menjadikan meningkatnya angka virus
Covid-19 karena kunjungan daripada wisatan ke Bali masih meningkat pada 5
tahun terakhir (Paramita and Putra, 2020).

Menurut Data Satuan Tugas Penanganan Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) Provinsi Bali, saat ini sebanyak 42.326 kasus dinyatakan positif
Covid. 39.333 kasus dinyatakan sembuh dari Covid-19, 1.225 kasus dinyatakan
meninggal dan 1.768 kasus dinyatakan aktif virus Covid-19. Jumlah tersebut pling
banyak ditempati oleh kota Denpasar Bali, dimana 12.200 kasus dinyatakan
terkonfirmasi positif Covid, 283 orang meninggal, dan 835 dinyatakan aktif virus
Covid-19 (Info Corona Provinsi Bali, 2021)
Paramita & Putra (2020) mengatakan semenjak meningkatnya angkat
penyebaran kasus Covid-19 di Bali terutama di Denpasar, dan setelah adanya
sosial distancing serta PSBB di Bali, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
menyebutkan, ekonomi Bali dalam dalam tiga bulan pertama (triwulan I) 2020
tumbuh negatif, yakni -1,14 persen, dibandingkan kondisi tahun lalu pada
triwulan I-2019. Pertumbuhan minus ini di luar kebiasaan dan diduga sangat
dipengaruhi merebaknya wabah virus korona yang memengaruhi pergerakan
masyarakat secara individu ataupun secara sosial. BPS Provinsi Bali melaporkan,
jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali pada Maret
2020 sebanyak 156.876 kunjungan. Jumlah kunjungan selama Maret 2020 itu
turun sedalam 56,89 persen dibandingkan jumlah kedatangan wisman selama
Februari 2020 yang tercatat sebanyak 363.937 kunjungan. Penurunan pada sektor
pariwisata diyakini berdampak domino terhadap lapangan usaha lainnya yang
juga mengalami penurunan.

Ketatnya penerapan protokol kesehatan demi memutus rantai pandemi


Covid-19 membuat mobilitas manusia menjadi hampir terhenti. Jumlah
keberangkatan dan kedatangan penumpang internasional dan domestik dari
Bandara Ngurah Rai pada triwulan II-2020 tercatat mengalami penurunan hampir
100 persen (internasional -99,45 persen dan domestik -94,79 persen).
Penyeberangan laut juga mengalami penurunan yang dalam, yaitu -67,75 persen
untuk penumpang dan -63,17 persen untuk kendaraan niaga.

Hal ini mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan terhadap tingkat


penghunian kamar (TPK) di Bali. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel adalah
perbandingan antara banyaknya malam kamar yang terpakai dengan banyaknya
malam kamar yang tersedia (dalam persen). Pada triwulan II-2020, TPK hotel
berbintang tercatat sebesar 2,45 persen, mengalami penurunan 41,11 persen
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 43,56 persen. Selain itu, capaian
pada triwulan ini tercatat sebagai capaian triwulan terendah selama tiga puluh
tahun terakhir (Wijaya and Mariani, 2021).

Semenjak diumumkan pada bulan maret oleh pemerintah tingkat


kunjungan wisatawan pada bulan maret menurut hampir 50 persen. Hal ini tentu
sangat berdampak bagi pulau Bali perputaran ekonominya bergantung pada
pariwisata

3.2 Dampak Yang Ditimbulkan


Dampak kesehatan yang ditimbulkan daripada adanya virus COVID-19
yaitu:
a. Jumlah kasus
1. Dunia
 Kasus terkonfirmasi positif sebanyak 138 juta kasus.
 Kasus terkonfirmasi sembuh sebanyak 78.8 juta kasus.
 Kasus terkonfirmasi meninggal sebanyak 2.97 juta kasus.
2. Indonesia
 Kasus terkonfirmasi positif sebanyak 1.58 juta kasus.
 Kasus terkonfirmasi sembuh sebanyak 1.43 juta kasus.
 Kasus terkonfirmasi meninggal sebanyak 42.906 juta kasus
3. Makasar
 Kasus terkonfirmasi positif sebanyak 1.431.892 kasus.
 Kasus terkonfirmasi sembuh sebanyak 1.431.892 kasus
 Kasus terkonfirmasi meninggal sebanyak 42.906 kasus
 Kasus terkonfirmasi dalam perawatan sebanyak 108.384
4. Bali
 Kasus terkonfirmasi positif sebanyak 42.326 kasus.
 Kasus terkonfirmasi sembuh sebanyak 39.333 kasus
 Kasus terkonfirmasi meninggal sebanyak 1.225 kasus
 Kasus terkonfirmasi aktif sebanyak 1.768 kasus

b. Dampak yang dirasakan Tenaga Kesehatan


Kondisi pandemi membuat tenaga kesehatan berada dalam tekanan berat
yang memicu timbulnya stres. Tenaga kesehatan berisiko tinggi mengalami
masalah kejiwaan berupa stres ringan hingga berat akibat tekanan yang
meningkat yang harus mereka hadapi. Gangguan psikologis yang dialami para
petugas kesehatan pada masa pandemi Covid-19 mayoritas disebabkan oleh
rasa takut akan penularan dan infeksi pada keluarga, teman, kolega, serta
adanya stigma negatif dari masyarakat (Handayani et al., 2020)
Sejalan dengan itu, penelitian di India dan Singapura 42,6% petugas
kesehatan mengalami stres sedang hingga berat (Chew et al., 2020). Maka,
situasi pandemi menyebabkan tekanan jiwa tenaga kesehatan meningkat dan
memicu terjadinya stres. Stres dianggap sebagai suatu ancaman sehingga
menyebabkan tenaga kesehatan akan merasa cemas.
Pandemi Covid-19 memberikan tekanan yang luar biasa kepada tenaga
kesehatan. Sangat penting untuk mengetahui dan melakukan demoralisasi
untuk mendapatkan dorongan dan dukungan dari tenaga profesional kesehatan
yang berkualias. Tenaga kesehatan dapat terus mencari penguatan diri melalui
telepon, email, atau kontak video kepada orang-orang terdekat atau keluarga
(Shader, 2020 dalam Rejo et al., 2020).
Ditambahkan dengan penelitian Hanggoro et al. (2020) yang menyatakan
bahwa gangguan psikologis yang muncul pada tenaga kesehatan baik berupa
kecemasan, depresi maupun insomnia selama pandemik ini meningkat karena
muncunya perasaan cemas terhadap kesehatan pada dirinya dan pada
keluarganya. Didukung dengan tenaga kesehatan yang menjadi responden
dalam penelitian ini, mereka merasa berisiko terpapar Covid19 (75,3%). Hal
ini lah yang menjadi faktor yang meningkatkan rasa kecemasan yang ada.
Selain itu, stigma yang ada juga meningkatkan munculnya gangguan
psikologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu mendapatkan dukungan
yang besar dari berbagai pihak, termasuk pemerintah agar dapat mengurangi
gangguan psikologis yang terjadi.
Selain itu, para petugas kesehatan juga berisiko tinggi tertular COVID-19,
hal ini terjadi jika tidak menggunakan APD sesuai dengan tingkat
perlindungan penanganan pasien Covid-19 (Rismawan et al., 2020).

c. Pasien Covid Mengalami Gangguan Psikologis


Aslamiyah (2021) mengatakan pasien Covid-19 juga tidak lepas dari
masalah psikologis seperti cemas, takut, stres, dan insomnia. Rasa takut ini
bisa terjadi karena belum jelas obat daripada Covid-19 itu sendiri, selain itu
pasien merasa sedih karena dampak karantina yang membatasi interaksi antara
dirinya dengan keluarga. Kemudian stres, stres penderita Covid ini disebabkan
karena karantina yang merupakan bagian dari upaya pemutusan mata rantai
COVID. Seluruh pasien mengalami beban mental dan pikiran serta terkekan
ketika dinyatakan sebagai orang yang terinfeksi COVID-19. Ditambah dengan
proses karantina yang cukup lama.
Selanjutnya insomnia, dimana dengan adanya tindakan isolasi atau
karantina dan menyebabkan gangguan tidur dengan persentase 29,2% dari
seluruh gejala kesehatan mental yang ditemukan. Kemudian pasien covid-19
juga merasa tidak percaya diri akibat munculnya stigma penyakit yang diderita
adalah aib.

3.3 Upaya Pemerintah dan Non-Pemerintah


a. Kebijakan Pemerintah Makassar
1. Peraturan Walikota Makassar Nomor 36 Tahun 2020 Mengenai
Percepatan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Edukasi Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran
Covid-19 (Pasal 3)
(1) Edukasi dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yaitu:
a. Wajib menggunakan masker
b. Wajib menjaga jarak (physical distancing) minimal 1 meter
c. Wajib menyediakan sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan
air dan sabun dan/ atau handsanitizer.
d. Wajib menjaga kebersihan dan penyemprotan disinfektan
secara berkala
e. Wajib menempatkan petugas pada setiap pintu masuk untuk
melakuikan deteksi dan pemantauan suhu tubuh
f. Wajib menyampaikan setipa 2 jam informasi yang
mengedukasi baik secara langsung maupun melalui pengeras
suara dan
g. Wajib memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis,
untuk mengingatkan pengunjung agar selalu menggunakan
masker, jaga jarak dan menjaga kebersihan guna memutuskan
rantai penularan Covid-19.
(2) Edukasi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dilakukan pada:
a. Sekolah dana tau pendidikan institusi
b. Aktivitas kerja tempat kerja
c. Tempat kegiatan keagamaan dirumah ibadah
d. Tempat usaha dan fasilitas umum
e. Tempat kegiaatan sosial dan budaya
f. Pergerakan orang dan barang menggunakan moda transportasi
g. Pasar dan pedangang kaki lima, dan
h. Tempa titik kumpul lainnya yang bersifat insidentil.

Koordinasi
Pasal 4
(1) Koordinasi, pengerahan sumber daya dan operasional percepatan
pengendalian dan penanganan Covid-19 melalui koordinasi
pendekatan edukasi secara massif, pengawasan secara massif, serta
monitoring dan evaluasi yang dilakukan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 daerah
(2) Sasaran koordinasi pendekatan edukasi secara massif, pengawasan
secara massif, serta monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada
aktivitas kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)

Pasal 5
(1) Ketua ORW dibantua ketua ORT selaku bagian dari satuan tugas
Covid-19 Kelurahan mempunyai tugas melaporkan setiap hati:
a. Tingkat kepatuhan dan kesadaran warga terhadap kondisi
Covid-19 di wilayahnya
b. Aktivitas warga lain yang masuk dan keluar di wilayahnya dan
c. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat
(2) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu apparat
BABINKAMTIBMAS dan BABINSA wajib melaporkan kepada
camat setempat sesuai laporan ketua ORW
(3) Camat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib melapotkan
dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 daerah
sebagai bahan bagi pimpinan dalam pengambilan kebijakan
percepatan penaganan Covid-19.

Pembatasan Pergerakan Lintas Antar Daerah


Pasal 6
(1) Setiap orang yang masuk dan keluar wilayah Kota Makassar wajib
melengkapi diri dengan surat keterangan rekomendasi COVID-19
dari Gugus Tugas dan/atau Rumah Sakit/Puskesmas daerah asal
dan berlaku selama 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterbitkan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap
orang yang memasuki wilayah Kota Makassar dengan
menggunakan kendaraan umum dan/atau pribadi melalui
transportasi darat, laut dan udara.
(3) Ketentuan dalam ayat (1), dapat dikecualikan kepada:
a. ASN yang bekerja di Kota Makassar,
b. TNI / POLRI yang bekerja di Kota Makassar,
c. karyawan swasta yang bekerja di Kota Makassar; d. buruh
yang bekerja di Kota Makassar;
d. pedagang yang berdagang di Kota Makassar; dan
e. Penduduk yang berdomisili di kawasan MAMMINASATA
yang bekerja di Kota Makassar.
(4) Ketentuan yang dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf
e wajib bukti diri bahwa benar bekerja di Kota Makassar kepada
petugas.
(5) Ketentuan dimaksud pada ayat (3) huruf d dan huruf e wajib surat
keterangan Lurah / Kepala Desa Asal Daerah bahwa benar adalah
buruh yang bekerja di Makassar dan pedagang yang menjajakan
dagangannya di Makassar.
(6) Ketentuan yang dimaksud pada ayat (3) huruf wajib identitas
identitas bahwa benar adalah penduduk yang berdomisili / di
menetap MAMMINASATA.

Pasal 7
(1) Dalam hal urusan sangat penting dan darurat yang mengharuskan
wilayah Kota Makassar dapat memberikan kebijakan khusus sesuai
dengan pertimbangan Gugus Tugas COVID-19 Daerah.
(2) Ketentuan dimaksud pada ayat (1) yang diberikan kepada
a. pelajar / mahasiswa yang mendaftar di Kota Makassar dengan
menunjukkan kartu peserta tes / pendaftaran;
b. orang sakit yang dirujuk ke Kota Makassar dengan
menunjukkan surat rujukan dari Rumah Sakit daerah asal;
c. kategori lainnya yang sangat penting dan darurat.

Pasal 8
Pergerakan Lintas
(1) Dalam melaksanakan Pembatasan Pergerakan Lintas Daerah maka
Gugus Tugas COVID-19 Daerah membentuk posko di batas
wilayah masuk Kota Makassar.
(2) Tugas Gugus Tugas COVID-19 Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tugas sebagai berikut
a. memberhentikan kendaraan roda dua atau lebih dan
menurunkan penumpang serta menahan kendaraan dan / atau
surat kendaraan yang tidak mematuhi ketentuan yang
dimaksud;
b. memberhentikan orang yang beraktifitas yang tidak
menggunakan masker;
c. setiap orang yang keluar masuk wilayah Kota Makassar dengan
menunjukkan surat rekomendasi dari Gugus Tugas Daerah
Asal dan berlaku selama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterbitkan; dan
d. Keberadaan orang yang memiliki surat rekomendasi dari
Gugus Tugas Daerah Asal dan berkelanjutan selama 14 (empat
belas) hari sejak tanggal diterbitkan dan setelah penyakit suhu
tubuhnya lebih dari 37,5 derajat celcius maka orang tersebut
tidak diperbolehkan memasuki wilayah Kota Makassar.
(3) Untuk ketentuan dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dapat dilakukan
sampling Rapid Test dan jika hasilnya reaktif maka tidak
diperbolehkan memasuki wilayah Kota Makassar.

PENGAWASAN
Pasal 9
(1) Pengawasan dilakukan oleh Gugus Tugas COVID-19 Daerah
dalam rangka Percepatan Pengendalian COVID-19 untuk
mengukur upaya massif yang telah dilakukan oleh Gugus. Tugas
COVID-19 pada tingkat Kecamatan dan Kelurahan yang berbasis
ORT / ORW.
(2) Penilaian dalam lingkungan yang dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan kriteria yang dimaksud:
a. umat secara massa dan kesadaran masyarakat dalam protokol
yang tepat dan benar;
b. partisipasi masyarakat membantu pemerintah daerah dalam
percepatan penanganan COVID-19 di Kota Makassar, dan
c. menurunnya jumlah kasus COVID-19 di wilayah masing-
masing (3) Pengawasan pada kegiatan dan tempat yang
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) sebagai episentrum penularan
COVID-19 dilakukan oleh Gugus Tugas COVID-19 dengan
semua melibatkan infrastruktur sampai pada tingkat Kelurahan,
ORT dan ORW turut serta secara otomatis dalam pengendalian
COVID-19 di Makassar.
(3) Hasil pengawasan yang dimaksud pada ayat (3) akan menjadi
bahan evaluasi dalam rangka percobaan penanganan COVID-19 di
Makassar.
(4) Apabila hasil Pengawasan yang dimaksud pada ayat (4), data dan
fakta adanya peningkatan COVID-19 pada wilayah ORT dan
ORW maka akan dilakukan kegiatan sosial berskala kecil melalui
pertimbangan yang ditetapkan oleh Ketua Gugus Tugas COVID-
19 Daerah.

SOSIALISASI
Pasal 10
(1) Gugus Tugas COVID-19 Kota Makassar melaksanakan sosialisasi
pelaksanaan Percepatan Penanganan COVID-19, baik secara
langsung dan / atau melalui media massa, media sosial, influencer,
media elektronik dan media lainnya.
(2) Dalam melaksanakan sosialisasi yang dimaksud pada ayat (1)
Gugus Tugas COVID-19 Kota Makassar melibatkan antara lain:
a. Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada tingkat
Kecamatan;
b. Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada tingkat
Kelurahan sampai dengan tingkat ORT / ORW; dan
c. Melibatkan semua elemen masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, lembaga perguruan tinggi negeri dan TP.PKK.

SANKSI
Pasal 11
(1) Setiap orang yang tidak dapat menunjukkan surat izin tertulis
dalam Pasal 6 ayat (1) tidak diizinkan memasuki wilayah Kota
Makassar
(2) Setiap orang yang beraktifitas di jalan raya dan beraktifitas pada
kegiatan dan tempat yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
diperlukannya tidak menggunakan masker dapat dilakukan
pemeriksaan Rapid Test ditempat dan / atau dikenakan sanksi
sosial.
(3) Apabila hasil Rapid Test reaktif dimaksud pada ayat (1) dilakukan
isolasi selama 14 (empat belas) hari;
(4) Sanksi sosial yang dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kerja
sosial yang akan ditentukan oleh Tim Satuan Gugus Tugas
Penegakan Disiplin COVID 19 Daerah.
(5) Setiap orang atau badan / penanggungjawab kegiatan / tempat
usaha yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1)
dikenakan sanksi berupa:
a. Teguran tertulis;
b. Pembubaran atas kegiatan yang dilaksanan pribadi orang atau
badan;
c. Penutupan tempat usaha milik orang atau badan pribadi; dan
d. Pencabutan izin usaha atau pencabutan izin kegiatan orang
pribadi

2. Peraturan Walikota Makassar Nomor 53 Tahun 2020 mengenai


“Pedoman Penerapan Protokol Kesehatan Pada Pelaksanaan Kegiatan
Pernikahan, Respsi Pernikahan dan Pertemuan Di Kota Makassar”.
3. Peraturan Gubernur Selatan Nomor 60 Tahun 2020 mengenai
“Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan
Sebagai Uoaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019 Provinsi Sulawesi Selatan”
4. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 1574/VI Tahun 2020
mengenai “ Perpanjangan Waktu Pemberlakuan Intensif Pembebasar
Denda Pajak Kendaraan Bermotor 2020 Dalam Masa Pandemik
Covid-19 di Provinsi Sulawesi Selatan
5. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 1418/VI Tahun 2020
Mengenai “ Penetapan Tenaga Kesehatan Pendukung Pelayanan
Laboratorium Covid-19 Provinsi Sulawesi Selatan”
6. Keputusan Walikota Makasar Nomor 1153/360 Tahun 2020 mengenai
“Penetapan Perpanjangan Permberlakuan Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Kota Makasar Provinsi Sulawesi
Selatan.

b. Kebijakan Pemerintah Bali


Menurut Sudarsana et al. (2020) beberapa kebijakan Provinsi Bali sebagai
bentuk penanganan virus Covid-19, antara lain:
1. Pembentukan Satuan Tugas COVID-19, yang ditentukan dengan
Keputusan Gubernur Bali Nomor 236/03-B / HK / 26 "0 pada tanggal
10 Maret 2020. Bali merupakan provinsi pertama membentuk Satgas di
Indonesia, bahkan mendahului pemerintah pusat yang baru membentuk
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada 13 Maret 2020
2. Mengeluarkan kebijakan "Bali dalam Status Siaga COVID-19", dengan
Surat Pernyataan Nomor 360/3054 / SET / BPBD pada tanggal 16
Maret 2020. Selanjutnya, Status Siaga COVID-19 di Provinsi Bali
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Nomor 258/04-G / HK / 2020,
16 Maret 2020.
3. Mengeluarkan kebijakan tentang Pencegahan Penyebaran COVID-19
dengan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 7194 Tahun 2020, pada
tanggal 16 Maret 2020 yang berisi kegiatan belajar mengajar bagi
siswa di rumah dengan menggunakan media online, pelaksanaan tugas-
tugas penyelenggaraan pemerintahan yang diupayakan dari rumah,
membatalkan kegiatan perjalanan dinas keluar daerah, kecuali untuk
urusan yang sangat kedekatan dan kegiatan keramaian / hiburan yang
melibatkan massa.
4. Menetapkan 11 Rumah Sakit Rujukan Penanganan COVID-19 dengan
Keputusan Gubernur Bali Nomor 259/03-B / HK / 2020, pada tanggal
16 Maret 2020.
5. Mengeluarkan kebijakan terkait penutupan objek wisata dengan Surat
Edaran Nomor 730/8080 / Sekret, pada tanggal 20 Maret 2020.
6. Mengeluarkan Kebijakan Keramaian Termasuk Sabung Ayam (Tajen)
dengan Surat Edaran tentang Pembatasan Kegiatan Nomor 730/8125 /
Sekret, tanggal 20 Maret 2020.
7. Mengeluarkan kebijakan tanggal 27 Maret 2020 berupa imbauan
kepada masyarakat agar masyarakat tidak berkumpul, mengurangi
interaksi, memperhatikan massa, dan menjaga jarak sosial dengan
mengurangi aktivitas di luar rumah, bekerja digmumah, belajar di
rumah, dan di rumah tangga. Meniadakan kegiatan adat dan agama
yang mengumpulkan banyak massa. Mengimbau masyarakat untuk
mengurangi / menghindari perjalanan ke Bali atau keluar Bali, kecuali
ada kepentingan yang sangat dekat dengan warga negara yang
penyelenggara pintu masuk Pulau Bali (Bandara, Pelabuhan
Penyeberangan, dan Pelabuhan Laut) agar meningkatkan pengawasan
terhadap perlintasan penumpang sesuai protokol pintu masuk dan
protokol kesehatan COVID-19.
8. Mengeluarkan Instruksi Gubernur Bali Nomor 8551 Tahun 2020
tentang Penguatan Pencegahan dan Penanganan COVID-19 di Bali
yang berisi tentang rekomendasi dari warga beraktivitas di akan
kembali ke negaranya. Kepada Operasional hiburan malam,
meniadakan kegiatan keramaian dan / atau hiburan, termasuk tajen, dan
meniadakan kegiatan lain yang melibatkan banyak orang. Memperkuat
kegiatan adat dan agama. Memperkuat kesatuan masyarakat yang
meiakukan perjalanan keluar dan / atau masuk ke Bali.
9. Mengeluarkan kebijakan berupa penunjukan RS PTN UNUD sebagai
RS Khusus Isolasi COVID-19, dengan Surat Gubernur Bali Nomor:
800/3521 / DisKes pada tanggal 27 Maret 2020.
10. Mengeluarkan kebijakan berupa Keputusan Bersama Gubernur Bali
dan Majelis Desa Adat Provinsi Bali tentang Pembentukan Satuan
Tugas Gotong Royong Pencegahan COVID-19 berbasis Desa Adat di
Bali, pada tanggal 28 Maret 2020. Selanjutnya Satgas Gotong Royong
melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanganan COVID-19 secara
sekala dan niskala di bawah koordinasi langsung Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19.

c. Kebijakan Non Pemerintah Makassar


1. Penyemprot disinfektan di daerah-daerah yang menjadi tempat
berkumpul masyarakat oleh para relawan karang taruna, di seluruh
Kecamatan di Kota Makassar (Jusmawandi and Safriadi, 2021).
2. Penerapan Kampung Tangguh
3. Damkar Melakukan Desinfektan
4. Membatasi Masyarakat Keluar Masuk Makassar
5. Mahasiswa Melakukan Edukasi Pencegahan Covid-19 Pada Tunanetra

d. Kebijakan Non Pemerintah Bali


1. Satuan Tugas Gotong Royong Berbasis Desa Adat dalam
merefleksikan upaya pencegahan dan penanganan di wilayah
Kelurahan Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar (Prasetia, Ngurah and Paramartha, 2020)
2. Edukasi Desa Adat dalam menangani Covid-19 serta cara
mengatasinya (Sukamerta, 2020)
3. Pelaku pariwisata menetapkan beberapa hal berikut untuk memberikan
rasa aman dan nyaman berwisata di masa pandemi ini yakni : High
Standart Sanitation, High Standars Security, Staycation, Niche
Tourism, Solo Travel Tour, Virtual Tourism (Paramita and Putra,
2020)
4. Mahasiswa KKN Melakukan Program Pencegahan Covid-19
5. PMI Melakukan Edukasi
6. Aksi Penyehatan Lingkungan
7. Edukasi oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK)
3.4 Kajian Aspek Kesehatan Matra

3.4.1 Rapid Health Assesment (RHA)

Penilaian Cepat Masalah Kesehatan (RHA) merupakan serangkaian


kegiatan yang meliputi pengumpulan informasi guna mengukur kerusakan
dan mengidentifikasi kebutuhan dasar penduduk yang menjadi korban dan
memerlukan ketanggapdaruratan segera. RHA dilakukan secara cepat
karena harus dilaksanakan dalam waktu yang terbatas selama atau segera
setelah suatu kedaruratan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Pelaksana RHA
 Tim RHA merupakan bagian dari TRC (Tim Reaksi Cepat), yang
berasal dari :
- Jajaran kesehatan Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Bila Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dapat menangani, maka
Tim Provinsi dan atau Tim Pusat yang melakukan RHA.
 Tim RHA bisa diberangkatkan dalam waktu 0-24 jam, minimal
beranggotakan:
- Dokter umum
- Epidemiolog
- Sanitarian

Lokasi pelaksanaan RHA

 Lokasi bencana tempat masyarakatnya terkena dampak bencana


secara langsung
 Lokasi pengungsian
 Fasilitas kesehatan
 Daerah sekitarlokasi bencana/kejadian yang kemungkinan dapat
membantu sumber daya yang dimiliki.

Manfaat RHA
 Mengidentifikasi kejadian krisis kesehatan dan besaran dampak yang
terjadi di lokasi bencana.
 Menginventarisasi kebutuhan yang harus segera dipenuhi sebagai
bentuk respons.

Tujuan RHA

Untuk mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan kesehatan


akibat bencana termasuk dampak dan ancaman potensi kesehatan, serta
membuat rekomendasi tindakan prioritas dalam pelaksanaan
ketanggapdaruratan.

Pelaksanaan RHA

 Tahap persiapan, perlu dipertimbangkan faktor waktu dan jarak


seperti berikut:
- Memerlukan waktu secepat mungkin atau beberapa jam setelah
kejadian (dalam waktu 0 -72 jam)
- Dalam situasi tertentu yang memerlukan pertimbangan faktor
keamanan dan keselamatan, waktu pelaksanaan perlu dipersingkat
dan didampingi oleh pihak keamanan.
- Bila daerah bencana tersebar di beberapa lokasi, perlu dibentuk
beberapa tim dengan menggunakan instrumen dan waktu yang sama.
 Pengumpulan Data
- Melakukan observasi lapangan di daerah bencana.
- Wawancara dengan informan kunci seperti, pejabat, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan, petugas organisasi lokal dan
internasional, serta masyarakat di daerah bencana.
- Mengambil data sekunder dari instansi terkait.
- Menyebarkan angket.
 Mengolah dan menganalisis data menjadi laporan untuk bahan
rekomendasi.

3.4.2 Penanganan Awal (Triage, stabilisasi dan Evakuasi)


a. Triage
Triage merupakan Tindakan untuk mengelompokkan korban berdasarkan
beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan
berdasarkan sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia. Infeksi
COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan ampai berat bahkan
sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan
syok septik. Deteksi dini manifestasi klinis akan menentukan waktu yang
tepat penerapan tatalaksana dan PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat
inap tidak diperlukan kecuali ada kekhawatiran untuk perburukan yang
cepat sesuai dengan pertimbangan medis. Deteksi COVID-19 sesuai
dengan definisi operasional surveilans COVID-19. Pertimbangkan
COVID-19 sebagai etiologi ISPA berat. Semua pasien yang pulang ke
rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami
perburukan (Isbaniah, 2020). Berikut manifestasi klinis yang berhubungan
dengan infeksi COVID-19:

Uncomplicated Pasien dengan gejala non-spesifik seperti demam,


illness batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise,
sakit kepala, nyeri otot. Perlu waspada pada usia lanjut
dan imunocompromised karena gejala dan tanda tidak
khas.
Pneumonia Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda
ringan pneumonia berat. Anak dengan pneumonia ringan
mengalami batuk atau kesulitan bernapas + napas
cepat: frekuensi napas: <2 bulan, 60x/menit; 2-11
bulan, 50x/menit; 1-5tahun, 40x/menit dan tidk ada
tanda pneumonia berat.
Pneumonia Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau
berat / ISPA dalam pengawasan infeksi saluran napas, ditambah
berat satu dari: frekuensi napas >30 x/menit, distress
pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90%
pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
 sianosis sentral atau SpO2 , 90%;
 distress pernapsan berat (seperti mendengkur,
tarikan dinding dada yang berat);
 tanda pneumonia berat: ketidaknyamanan menyusi
atau minum, letargi atau penurunan kesadaran atau
kejang.
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada yang
dapat menyingkirkan komplikasi.
Acute Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu
Respiratory minggu. Pencitraan dada (CT scan toraks, atau
Distress ultrasonografi paru): opasitas bilateral, efusi pluera
Syndrome yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru,
(ARDS) kolaps lobus atau nodul.
Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat
gagal jantung atau kelebihan cairan. Perlu
pemeriksaan objektif (seperti ekokardiografi) untuk
menyingkirkan bahwa penyebab edema bukan akibat
hidrostatik jika tidak ditemukan faktor risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
 ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg (dengan PEEP atau continuous positive
airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O, atau yang
tidak diventilasi)
 ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/ FiO2 ≤ 200
mmHg (dengan PEEP C5 cmH2O, atau yang tidak
diventilasi)
 ARDS berat: PaO2/ FiO2 ≤ 100 mmHg (dengan
PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
 Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤ 315
mengidentifikasikan ARDS (termasuk pasien yang
tidak diventilisi)

Kriteria ARDS pada anak berdasarkan


Oxygenation Index dan Oxygenatin Index
menggunakan SpO2:
 PaO2 / FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2 / FiO2
≤264: Bilevel noninvasive ventilation (NIV)
atau CPAP ≥5 cmH2O dengan menggunakan
full face mask
 ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤
Oxygenation Index (OI) <8 atau 5 ≤ OSI <7,5
 ARDS sedang (ventilisi invasif): 8 ≤ OI <16
atau 7,5 ≤ OSI <12,3
 ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau
OSI ≥ 12,3
Sepsis Pasien dewasa: Disfungsi organ yang mengancam
nyawa disebabkan oleh disregulasi respon tubuh
terhadap dugaan atau terbukti infeksi*. Tanda
disfungsi organ meliputi: perubahan status
mental/kesadaran, sesak napas, saturasi oksigen
rendah, urin output menurun, denyut jantung cepat,
nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah
rendah, ptekie/purpura/mottled skin, atau hasil
laboratorium menunjukkan koagulopati,
trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi,
hiperbilirubinemia.
Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi
dan kriteria systemic inflammatory response syndrome
(SIRS) ≥2, dan disertai salah satu dari: suhu tubuh
abnormal atau jumlah sel darah putih abnormal.
Syok septik Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun
sudah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan
vasopresor untuk mempertahankan mean arterial
pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum> 2
mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD
di bawah normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan
tanda berikut: perubahan status mental/kesadaran;
takikardia atau bradikardia (HR 160 x/menit pada bayi
dan HR 150 x/menit pada anak); waktu pengisian
kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea;
mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau
hipotermia.
(Isbaniah, 2020)

Penanganan Awal di Bali


Setiap hari ditemukan kasus positif tapi penderita yang sembuh
juga meningkat sehingga berimbang. Hingga saat ini kegiatan tracing
sudah lebih baik dari 1 kasus positif bisa men-tracing 20 orang. Di
samping itu, kegiatan screening dengan tes cepat juga sudah lebih aktif
lagi, begitu ditemukan reaktif dilanjutkan dengan tes usap PCR sehingga
banyak dijumpai kasus baru.
Puskesmas di kabupaten/kota sudah mampu melakukan screening
dan pelacakan kasus, tapi tidak menjadi tempat rujukan bila ditemukan
kasus positif COVID-19. Selain ada 11 Rumah Sakit Rujukan kasus positif
COVID-19, maka seluruh rumah sakit lain di Provinsi Bali tetap menjadi
tempat peawatan penderita tersebut meski tidak termasuk Rumah Sakit
Rujukan.
Langkah-langkah pengendalian dan pencegahan COVID-19 yang
sudah dilakukan di tingkat komunitas dan fasilitas pelayanan kesehatan di
Provinsi Bali adalah pemberlakuan Work from Home (WFH); penutupan
sekolahsekolah dan mal-mal; penerapan protokol kesehatan di tempat
umum, kantor-kantor, dan fasilitas-fasilitas umum berupa penggunaan
masker, penerapan physical distancing, mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir serta penggunaan hand sanitizer.
Pelaksanaan protokol kesehatan diawasi oleh Satgas masing-
masing kabupaten/kota. Selain itu, pelaksanaan screening temuan kasus
baru lalu dilanjutkan dengan tracing dan bila ada kasus positif dalam
jumlah besar di suatu klaster maka akan diberlakukan penguncian tempat
(lockdown) oleh satgas desa adat untuk memutus rantai penyebaran.

Penanganan Awal di Makassar


Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan memiliki
komitmen yang kuat dalam penanganan COVID-19. Hal ini terlihat pada
Posko Gugus Tugas Provinsi Sulawesi Selatan yang terus bekerja aktif
selama 24 jam sehari semenjak dibentuknya Gugus Tugas Provinsi pada
tanggal 17 Maret 2020. Komitmen yang kuat juga ditunjukkan dengan
keseriusan Pemprov untuk melakukan refocusing dan realokasi anggaran
APBD 2020 untuk penanganan COVID-19 dengan menggunakan
mekanisme Non Biaya Tidak Terduga (BTT) dan Biaya Tidak Terduga
(BTT). Terdapat 10 fungsi Gugus Tugas Provinsi Sulsel dalam
menjalankan percepatan penanganan COVID-19, antara lain: Pengarah,
Pelaksana, Satgas Pencegahan Penyebaran COVID-19, Satgas
Penanganan, Satgas Pasca Pandemi (Pemulihan), Satgas Dukungan, Pusat
Data dan Koordinasi Pengendalian, Unit Akuntabilitas dan Pengawasan,
Anggota Gugus Tugas, Rumah Sakit Rujukan dan Rumah Sakit
Penyangga.
Pemprov Sulsel memiliki strategi kesehatan masyarakat sebagai
strategi utama dalam pengendalian bencana non alam COVID-19. Hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut: Dengan melaksanakan 3 macam
strategi pengendalian, yakni edukasi, contact tracing dan testing, maka hal
tersebut akan berkontribusi terhadap 90 persen penurunan kasus di
Sulawesi Selatan. Gugas Tugas Provinsi mengindikasikan bahwa kegiatan
edukasi yang maksimal akan menghasilkan 25 persen penurunan kasus,
sebagaimana juga strategi contact tracing. Kedua strategi tersebut harus
juga diikuti dengan strategi massive testing yang memiliki kontribusi
terbesar, yaitu 40 persen terhadap penurunan kasus COVID-19.

3.4.3 Penanganan lanjutan (RS Rujukan)

a. Penanganan lanjutan (RS Rujukan) di Bali


Sejauh ini total jumlah rumah sakit yang menjadi rujukan
pasien COVID-19 di daerah Pemprov Bali adalah 11 Rumah Sakit,
yaitu RSUP Sanglah Denpasar, RSUD Sanjiwani Gianyar, BRSU
Tabanan Bali, RSUD Buleleng, RSUD Wangaya, RSUD Bali Mandara
Prov Bali, RSD Mangusada, RSU Universitas Udayana (UNUD), RSU
Negara, RSUD Klungkung, dan RS Pratama Giri Emas (BNPB, 2020).
Dari 11 Rumah Sakit Rujukan tersebut, RSPTN UNUD
digunakan khusus pasien COVID-19 dan 1 lokasi karantina untuk
pasien reaktif tes cepat dan 2 lokasi karantina/lokasi pasien positif
swab PCR dengan status OTG. Untuk menunjang kelancaran
penanganan wabah COVID-19 tersebut, hingga saat ini ditetapkan 3
Laboratorium Tes PCR yang dimiliki Pemprov Bali, yaitu Lab RSUP
Sanglah, Lab RSPTN UNUD, dan Lab Universitas Warmadewa
dengan kapasitas pemeriksaan sampel per hari maksimal 600 sampel
dan hasilnya keluar dalam waktu sehari, sementara untuk mobil PCR
belum ada. Untuk surveilans (pengawasan) dan kontak tracing
dilakukan oleh petugas surveilans di Dinas Kesehan Provinsi,
Kab/Kota seProvinsi Bali (BNPB, 2020).
Rata-rata rentang waktu rawat inap untuk kasus positif
COVID-19 di RS dan atau tempat karantina adalah 13 hari dengan
maksimum 60 hari dan minimum 2 hari, sedangkan rentang usia
terbesar penderita COVID-19 adalah 25-44 tahun. Case Fatally Rate
(CFR)- nya 0,78% dan angka kesembuhan rata-rata 64,3%.
Penelusuran orangorang yang kontak erat dengan individu kasus
positif COVID-19 masih rendah, yaitu untuk 1 kasus positif baru
mampu men-tracing 13 orang. Kabupaten/ kota yang melakukan
tracing akan melaporkannya ke bagian surveilans Dinkes Provinsi
Bali. Selanjutnya tim surveilans akan mengecek ulang sehingga
ditemukan klaster-klaster (BNPB, 2020).
Pada wilayah bali terdapat beberapa hotel yang dijadikan RS
darurat atau tempat karantina yang ditujukan pasien OTG agar
pengawasannya lebih terkontrol dari tenaga medis yang disediakan
pemerintah, hotel yang disediakan selain menjadi tempat isolasi juga
untuk memulihkan imun tubuh dan kesehatan. Selain untuk pasien
covid-19, tenaga kesehatan yang menangani juga diprioritaskan
mendapatkan fasilitas dihotel tersebut. Terdapat 4 hotel yang
disediakan untuk tempat karantina yaitu hotel mercure sanur dengan
kapasitas 100 tempat tidur, hotel paragon jimbaran dengan kapasitas
200 tempat tidur, hotel ibis Denpasar dengan kapasitas 140 tempat
tidur dan hotel ibis kuta dengan kapasitas 120 tempat tidur.

b. Penanganan Lanjutan (RS Rujukan) di Makassar


Sejauh ini total jumlah rumah sakit yang menjadi rujukan pasien
COVID-19 di Makassar terdapat sebanyak 7 Rumah Sakit, yitu RSUD
Labuang Baji, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, RS Unhas, RSUD
Sayang Rakyat, RS Dr. tajuddun Chalid, MPH, RSKD Dadi, RSUD
Haji.
Pada wilayah makassar terdapat beberapa hotel yang dijadikan RS
darurat atau tempat karantina yang ditujukan pasien OTG, pasien
positif covid-19 dan tenaga medis. Program karantina dihotel ini
dinamai wisata covid-19. Jumlah hotel yang menjadi RS darurat adalah
terdapat enam hotel yaitu hotel almadera, hotel maxone, hotel Dalton,
hotel sutomo, hotel grand sayang dan hotel grand puri perintis.

3.4.4 Penatalaksanaan Korban meninggal

a. Penyiapan dan pembungkusan jenasah dari luar RS sebelum


dipindah ke ruang pemulasaraan jenasah di fasyankes
 Pada kejadian kematian di luar rumah sakit, Petugas Pemeriksa
Jenazah (PPJ) melakukan penapisan dugaan penyebab
kematian. Apabila kematian dinyatakan berhubungan dengan
COVID-19, maka jenazah ditansportasikan ke rumah sakit
setelah ditutup semua lubang tubuhnya dan dimasukkan ke
dalam kantong jenazah yang kedap air. Bila tdk ada kantong
jenaasah yg kedap air maka bs diganti dengan plastik
pembungkus.
 Pastikan bahwa petugas yang kontak dengan jenasah
menerapkan kewaspadaan standar sesuai dengan tingkat risiko
dan kontaknya.
 Petugas harus memakai APD (penutup kepala, face shield atau
google dan masker medis, dan gaun (bukan coverall) yang
tidak tembus cairan) selama transport ke rumah sakit.
 Setelah tiba di ruang pemulasaran jenasah di rumah sakit maka
petugas yg mendampingi jenasah selama transport wajib
melepas semua APD saat tiba di rumah sakit dan segera
melakukan cuci tangan dengan sabun.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)
b. Penyiapan dan pembungkusan jenasah dari dalam RS sebelum
dipindah ke ruang pemulasaraan jenasah
 Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada
keluarga mengenai tata laksana pada jenazah yang meninggal
dengan penyakit menular, terutama pada kondisi pandemi
COYID-19.
 Pemulasaraan jenazah dengan penyakit menular ateu
sepatutnya diduga meninggal karena penyakit menular harus
dilakukan desinfeksi terlebih dahulu.
 Embalming (pengawetan jenasah) tidak dianjurkan oleh WHO.
 Desinfeksi jenazah dilakukan oleh tenaga yang memiliki
kompetensi untuk itu, yaitu Dokter spesialis forensik dan
medikolegal dan teknisi forensik dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) lengkap:
- Shoe cover atau sepatu hoots.
- Apron. Apron gaun lebih diutamakan.
- Masker N-95.
- Penutup kepala atau head cup.
- Goggle atau.face shield.
- Hund schoen/sarung tangan bedah non steril.
 Bahan desinfeksi jenazah dengan penyakit menular
menggunakan larutan formaldehyde 10% atau lebih dengan
paparan minimal 30 menit dengan teknik intraarterial (bila
memungkinkan), intrakavitas dan permukaan saluran
pernapasan. Setelah dilakukan tindakan desinfeksi, dipastikan
tidak ada cairan yang menetes atau keluar dari lubang- lubang
tubuh. Bila terdapat penolakan penggunaan formaldehyde,
maka dapat dipertimbangkan penggunaan klorin dengan
pengenceran 1:9 atau 1:10 untuk teknik intrakavitas dan
perrmukaan saluran napas.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)
c. Proses dekontaminasi jenasah saat tiba di ruang pemulasaraan
jenasah
 Tindakan pemandian jenazah hanya dilakukan setelah tindakan
desinfeksi dan dapat dilakukan oleh ptugas yang sama dengan
petugas dekontaminasi tanpa melepas APD terleih dulu.
 Terhadap jenasah beragama Islam, sesuai dengan Fatwa MUI
no 18 tahun 2020 no. 3 G: Jika menurut pendapat ahli yang
terpercaya bahwa memandikan atau menayamumkan tidak
mungkin dilakukan karena membahayakan petugas, maka
berdasarkan ketentuan dlarurat syar’iyyah, jenazah tidak
dimandikan atau ditayamumkan.
 Sedangkan terhadap jenasah beragama lain dapat dilakukan tata
cara memandikan dan penyiapan jenasah oleh petugas dengan
mematuhi ketentuan berikut:
- Petugas pemandi jenazah menggunakan APD lengkap
(Shoe cover atau sepatu hoots, Apron/Apron gaun lebih
diutamakan, Masker N-95, Penutup kepala atau head cup,
Goggle atau face shield, Hund schoen/sarung tangan bedah
non steril)
- Petugas pemandi jenazah dibatasi hanya sebanyak dua
orang.
- Keluarga yang hendak membantu memandikan jenazah
hendaknya juga dibatasi serta menggunakan APD
sebagaimana petugas pemandi jenazah.
 Sebelum wajah jenasah ditutup, keluarga inti dapat melihat
jenasah dari jarak 2 meter, tidak menyentuh ataupun mencium
jenasah, dan mematuhi kewaspadaan standar (kebersihan
tangan masuk dan keluar ruangan, masker medis, dan jaga
jarak dengan pelayat lain minimum 2 meter atau 3 langkah).
 Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian,
jenasah dimasukkan kantong jenasah atau bungkus jenasah
dengan kain tidak tembus air dan/atau plastik, dan pastikan
tidak ada cairan yang keluar dari jenasah yang terbungkus
tersebut. Untuk memastikan tidak adanya kebocoran cairan,
maka pembungkusan dengan plastik dapat dilakukan lbh dari 1
lapis. Bagian luar bungkus jenasah dapat didesinfeksi sebelum
ditransportasikan.
 Jenasah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
 Bila diperlukan pemetian, maka dilakukan cara berikut: jenazah
dimasukkan ke dalam peti jenazah dan ditutup rapat: pinggiran
peti disegel dengan sealant 'silikon; dan dipaku/disekrup
sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing 20 cm. Peti
jenazah yang terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan
peti minimal 3 cm.
 Setelah dimasukkan peti jenasah, maka petugas segera melepas
pakaian APD di ruang pemulasaran jenasah dan segera
melakukan cuci tangan dengan sabun.
 Petugas pengantar jenasah ke pemakaman tetap menggunakan
masker bedah dan hanscoen/sarung tangan bedah.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)
d. Desinfeksi dan kebersihan lingkungan
 Virus Covid-19 dapat masih infeksius di permukaan benda mati
hingga 9 hari, oleh karena itu kebersihan peralatan dan
lingkungan penting dikerjakan.
 Kamar jenasah harus tetap bersih dan cukup ventilasi.
 Pencahayaan harus cukup. Peralatan dan furnitur harus terbuat
dari bahan yang mudah dibersihkan dan didesinfeksi.
 Peralatan yang digunakan untuk pemulasaraan harus segera
dibersihkan dan didesinfeksi
 Permukaan lingkungan tempat mempersiapkan jenasah agar
segera dicuci dengan sabun atau cairan deterjen, dan
sesudahnya didesinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,5%, atau
etanol 70% setidaknya 1 menit.
 Petugas harus menggunakan APD (Shoe cover atau sepatu
hoots, Apron/Apron gaun lebih diutamakan, Masker N-95,
Penutup kepala atau head cup, Goggle atau face shield, Hund
schoen/sarung tangan bedah non steril) sebagaimana di atas.
 Limbah ditatalaksana sesuai standar PPI.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)
e. Persemayaman, shalat jenasah
 Bagi jenasah beragama Islam, jenasah dimasukkan ke dalam
peti mati dengan cara dimiringkan ke kanan dan dilakukan
shlat gaib
 Peti jenasah harus segera menuju tempat pemakaman untuk
menghindari resiko kontaminasi terhadap keluarga dan pelayat.
Untuk jenasah beragama Islam, maka sholat yang dianjurkan
adalah sholat ghaib (sesuai Fatwa MUI no.18 tahun 2020).
 Pelayat dapat hadir sepanjang mereka mematuhi kewaspadaan
standar (kebersihan tangan masuk dan keluar ruangan, masker
medis, dan jaga jarak dengan pelayat lain minimum 2 meter
atau 3 langkah).
 Anak kecil dan orang dewasa berusia 60 tahun atau lebih, dan
orang yang memiliki penyakit berisiko tinggi tidak
diperkenankan melayat.
 Pulang melayat, cuci tangan dan cuci muka dengan sabun
sebelum makan atau melakukan pekerjaan lain.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)
f. Pemakaman
 Pengurusan administrasi pemakaman dilakukan mengikuti tata
cara pemakaman yang diatur Pemerintahan Daerah. Pemerintah
Daerah menetapkan lokasi Tempat Pemakaman bagi jenazah
pasien yang meninggal akibat COVID-19.
 Ketentuan mengenai taman pemakaman mengikuti ketentuan
Pemerintah Daerah. Ketentuan umum WHO mengenai taman
pemakaman mensyaratkan jarak aman 250 meter dari sumur
atau sumber air yang digunakan untuk air minum, dan 30 meter
dari sumber air lainnya.
 Keluarga dan pelayat lain dapat menghadiri dengan mematuhi
kewaspadaan standar (kebersihan tangan, masker medis, dan
jaga jarak dengan pelayat lain minimum 2 meter atau 3
langkah).
 Bagi jenasah beragama Islam, pelaksanaan pemakaman dapat
mengikuti Fatwa MUI No 18 tahun 2020.
 Bagi jenasah beragama lainnya juga dapat mengikuti aturan2
yg berlaku yg dianjurkan oleh pemerintah dalam situasi saat
ini.
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pembelajaran Baik (Lesson Learned) yang Bisa Diperoleh dari


Penanganan Bencana
Pada setiap kejadian tentunya kita sebagai manusia dapat mengambil suatu
pelajaran dari sebuah proses yang terjadi termasuk pada proses pengangan
bencana non-alam atau pandemic covid-19 yang terjadi di Indonesia. Pelajaran
baik tersebut menurut (Bappenas, 2021) antara lain adalah:
a. Untuk aturan transportasi lintas daerah di kota Makassar setiap orang yang
masuk dan keluar wilayah Kota Makassar wajib melengkapi diri dengan
surat keterangan rekomendasi COVID-19 dari Gugus Tugas atau Rumah
Sakit/Puskesmas daerah asal dan berlaku selama 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterbitkan. Ketentuan sebagaimana dimaksud berlaku bagi
setiap orang yang memasuki wilayah Kota Makassar dengan
menggunakan kendaraan umum dan/atau pribadi melalui transportasi
darat, laut dan udara dan terdapat pengecualian kepada ASN yang bekerja
di Kota Makassar, TNI / POLRI yang bekerja di Kota Makassar, karyawan
swasta yang bekerja di Kota Makassar, buruh yang bekerja di Kota
Makassar, pedagang yang berdagang di Kota Makassar dan penduduk
yang berdomisili di kawasan MAMMINASATA yang bekerja di Kota
Makassar sedangkan pada wilayah Bali peraturan lintas daerah tersebut
tidak ada pengecualian terhadap siapapun.
b. Pada aspek pariwisata didaerah bali saat ini menerapkan kelonggaran
aturan yaitu jam operasional restoran/rumah makan/café diperbolehkan
hingga pukul 22.00 WITA dan diberlakukan kuota 50% dari kapasitas
jumlah pengunjung sedangkan jika dibandingkan dengan daerah
pariwisata lainnya yaitu Yogyakarta peraturan jam operasional hingga
pukul 19.00 WIB, lalu menggunakan uang elektronik untuk transaksi
pariwisata dan pembatasan jumlah pengunjung restoran yaitu 25% dan
kuota pada tempat pariwisata 50%.
c. Dari aspek rumah sakit rujukan pada wilayah bali terdapat 11 rumah sakit
rujukan yang tersebar di seluruh wilayah bali dan juga disediakan 4 hotel
sebagai tempat karantina atau isolasi untuk para pasien covid-19 dan para
tenaga kesehatan, sedangkan pada wilayah makassat terdapat 7 RS rujukan
untuk pasien covid-19 dan terdapat 6 hotel tempat karantina atau isolasi
untuk para pasien covid-19 dan para tenaga kesehatan.

4.2 Strategi untuk perlindungan kesehatan pada masyarakat

Covid-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup tinggi,


sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan masyarakat yang
dilakukan secara komprehensif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
penularan dalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap
fasyankes. Tingkat penularan Covid-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya
interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan
kesehatan masyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat
baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukum serta komponen masyarakat
lainnya. Adapun perlindungan kesehatan masyarakat dilakukan melalui:

a. Upaya pencegahan (prevent)


1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan
pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari
pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan
kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,
pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19
seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan
fasilitas umum dan lain sebagainya.
b. Upaya penemuan kasus (detect)
1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang
berada di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat dan
fasilitas umum atau kegiatan lainnya.

c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)


Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih
luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasyankes untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium
serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat
terkait respond adanya kasus COVID-19 meliputi:
1) Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial Pembatasan fisik harus
diterapkan oleh setiap individu. Pembatasan fisik merupakan kegiatan
jaga jarak fisik (physical distancing) antar individu yang dilakukan
dengan cara:
a) Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jaga
jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan
berciuman
b) Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian
c) Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan
kantor memberlakukan ini
d) Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
e) Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata
f) Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung,
bersilaturahmi, mengunjungi orang sakit, melahirkan tatap muka dan
menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon,
internet, dan media sosial
g) Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya
h) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka dan pakai masker kain meski di dalam
rumah
i) Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain bersama
keluarganya sendiri di rumah
j) Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah
k) Jika terpaksa keluar harus menggunakan masker kain
l) Membersihkan /disinfeksi rumah, tempat usaha, tempat kerja, tempat
ibadah, kendaraan dan tempat tempat umum secara berkala
m) Dalam adaptasi kebiasaan baru, maka membatasi jumlah pengunjung
dan waktu kunjungan, cek suhu pengunjung, menyediakan tempat
cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, pengecekan masker dan
desinfeksi secara berkala untuk mall dan tempat tempat umum
lainnya
n) Memakai pelindung wajah dan masker kepada para
petugas/pedagang yang berinteraksi dengan banyak orang

Semua orang harus mengikuti ketentuan ini untuk mengikuti petunjuk


ini dengan ketat dan membatasi tatap muka dengan teman dan keluarga,
khususnya jika Anda:
a) Berusia 60 tahun keatas
b) Memiliki penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes
melitus, hipertensi, kanker, asma dan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) dan lain- lain
c) Ibu hamil
Pada suatu wilayah yang telah terjadi penularan COVID-19 di
komunitas, perlu dilakukan tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-I9 dengan
tetap memperhatikan pembatasan fisik. PSBB paling sedikit meliputi:
meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan;
dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu,
pembatasan sosial juga dilakukan dengan meminta masyarakat untuk
mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam rumah
maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
2) Penerapan Etika Batuk dan Bersin
Menerapkan etika batuk dan bersin meliputi:
a) Jika memiliki gejala batuk bersin, pakailah masker medis. Gunakan
masker dengan tepat, tidak membuka tutup masker dan tidak
menyentuh permukaan masker. Bila tanpa sengaja menyentuh segera
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan
pembersih tangan berbasis alkohol
b) Jika tidak memiliki masker, saat batuk dan bersin gunakan tisu lalu
langsung buang tisu ke tempat sampah tertutup dan segera cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan pembersih
tangan berbasis alkohol
c) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas
bagian dalam
3) Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah
Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang
bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti (penyakit paru,
jantung, ginjal dan kondisi immunocompromise). Tindakan ini dapat
dilakukan pada pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan dan
kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan
terjadinya perburukan. Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu
perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan
tersebut harus memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan
pasien. Pertimbangan lokasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum,
atau alat angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat.
Perlu dilakukan informed consent sebagaimana formulir terlampir
terhadap pasien yang melakukan perawatan rumah. Penting untuk
memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang
tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan
untuk pemantauan harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu
elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan
oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.
4) Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko Tindakan
karantina dilakukan untuk mengurangi risiko penularan dan identifikasi
dini COVID-19 melalui upaya memisahkan individu yang sehat atau
belum memiliki gejala COVID-19, tetapi memiliki riwayat kontak
dengan pasien konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat bepergian ke
wilayah yang sudah terjadi transmisi lokal. Tindakan karantina dilakukan
terhadap populasi berisiko seperti kontak erat dan pelaku perjalanan dari
luar negeri. Karantina dilakukan terhadap kontak erat untuk mewaspadai
munculnya gejala sesuai definisi operasional. Lokasi karantina dapat
dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat. Penting untuk
memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang
tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum yang dapat digunakan
untuk observasi harus diidentifikasi dan dievaluasi sebagai salah satu
elemen kesiapsiagaan menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan
oleh pejabat atau petugas kesehatan masyarakat.

Namun strategi penanganan Covid-19 yang masih belum efektif dilakukan


adalah lockdown. Kasus positif Covid-19 di Bali meningkat pada awal tahun
2021. Peningkatan kasus ini karena libur panjang akhir tahun, banyak wisatawan
yang berkunjung ke Bali saat libur akhir tahun pada bulan Desember dan
sekaligus menyambut tahun baru. Wisatawan yang datang pada akhir tahun
sekitar 400.000 lebih (Detik News, 2021). Pariwisata di Bali dibuka karena sektor
pariwisata adalah sumber penghasilan masyarakat Bali, meski tetap ada yang
berkebun dan bertani. Mereka pun akan menjual hasil panen ke hotel dan
restoran.. Terlebih, para pelaku industri masih harus membayar maintenance
tempat dan upah kerja. Selain itu, pelaksanaan upacara adat juga dianggap
menyebabkan naiknya angka kasus positif Covid-19 di Pulau Bali karena kasus
transmisi lokal yang terjadi di lingkungan rumah tangga atau keluarga.
Dibutuhkan strategi efektif baik berupa sinergitas antara pemerintah pusat dengan
daerah maupun melibatkan aparat keamanan seperti POLRI dan TNI. Pemerintah
daerah setempat juga dapat mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi
penyebaran virus Covid-19 di daerahnya masing-masing (Putu, Suharyanti and
Sutrisni, 2020). Sesuai dengan SE Nomor 06 Tahun 2021 tentang Perpanjangan
PPKM berbasis Desa/Kelurahan dalam Tatanan Kehidupan Era Baru Bali berlaku
sejak 9 Maret hingga 22 Maret 2021 tentang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) namun PPKM dinilai masih belum efektif (I Wayan Tagel
Winarta, 2021).
Sedangkan untuk kota Makassar di Sulawesi Selatan jumlah orang yang
terpapar Covid-19 mengalami peningkatan yang signifikan. Faktor yang
menjadikan penularan kembali meningkat yaitu meningkatnya aktifitas ekonomi
masyarakat, pelaksanaan Pilkada, lemahnya penerapan protokol kesehatan. Pj
Wali Kota Makassar, Rudy Djamaluddin mengatakan pelaksanaan pilkada pada
akhir tahun menjadi penyumbang terbesar kasus saat ini. Titik-titik peningkatan
covid itu sebulan sebelum pencoblosan, dan masih terjadi peningkatan seminggu
sampai dua minggu setelah pencoblosan, hingga saat ini pun kasus covid-19
masih meningkat (Adi Mirsan, 2021). Seharusnya pelaksanaan pilkada dilakukan
secara online agar tidak menimbulkan kerumunan dan perlu ditingkatkan
pengawasan penerapan protokol kesehatan dengan melibatkan TNI dan Polri
untuk membantu dan memastikan tidak ada pelanggaran protokol kesehatan. Bagi
yang melanggar protokol kesehatan bisa diusulkan ke Polrestabes untuk di proses
secara hukum (Ikhbal, 2020).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan masih terdapat strategi
penanganan Covid-19 yang belum efektif atau tidak dilaksanakan. Sehingga perlu
di lakukan kembali lockdown karena jumlah kasus positif dan tingkat kematian
akibat corona selalu di atas rata-rata nasional, sedangkan tingkat kesembuhannya
selalu di bawah rata-rata nasional. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di
perketat seperti restoran, rumah makan, warung makan, cafe, pedagang kaki lima
bisa melayani tamu makan di tempat hingga pukul 20.00 WIB membatasi
kapasitas tamu di restoran menjadi maksimal 25 persen, serta pusat perbelanjaan
atau mal beroperasi hingga pukul 20.00.

4.3 Pedoman atau Instrumen Edukatif yang Bisa Digunakan Dalam


Penanganan Bencana Dari Aspek Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI (2020) menyebutkan dalam buku Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus deases (Covid-19) bahwa
pencegahan dan pengendalian penyebaran virus bisa dilakukan dengan
memberikan edukasi kepada masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan
dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Tenaga kesehatan dapat
memberikan edukasi terkait dengan pengendalian covid-19 kepada masyarakat
yaitu memberi pemahaman bahwa Penularan Covid-19 terjadi melalui droplet
yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui
hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan Covid-19 pada individu
dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan
Covid-19).
3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak
memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai
rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
4) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian
sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30
menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan
tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan
dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui
pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur, yang
meliputi;
1) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh

2) Cara kesehatan tradisional untuk meningkatkan nafsu makan


3) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi susah tidur

4) Cara kesehatan tradisional untuk mengatasi stress

5) Cara kesehatan tradisional untuk mengurangi keinginan merokok

6) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol

Ausrianti, Andayani, Surya, & Suryani (2020) melakukan edukasi terkait


pencegahan covid-19 terhadap para pengemudi ojek online. Metode yang
digunakan adalah penyuluhan dengan menggunakan media daring (aplikasi
zoom). Penyampaian materi lebih kurang 30 menit yang diikuti oleh 20
pengemudi ojek online dan ditutup dengan sesi tanya jawab. Target dari
pemberian edukasi tersebut adalah pengemudi ojek online karena para pengemudi
ojek online tidak memungkinkan menjalankan himbauan pemerintah yang bekerja
dari rumah karena ojek online bekerja dilapangan yang menawarkan jasa ke mitra
atau konsumen. Pengusul bersama dengan mitra telah menentukan persoalan
prioritas yaitu ketidakmampuan ojek online mengikuti himbauan dari pemerintah
untuk bekerja dari rumah sehingga perlunya peningkatan pengetahuan pengemudi
ojek online terhadap covid-19, dan dapat meminimalisir penyebaran covid-19.
Pengemudi ojek online membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang covid-
19,salah satu cara untuk peningkatan pengetahuan pengemudi ojek online ini
adalah dengan penyuluhan kesehatan tentang covid-19agar dapat meminimalisir
penularan atau penyebaran covid-19. Dengan memberikan penyuluhan kesehatan
ini diharapkan pengemudi ojek online memahami pengertian covid-19, memahami
penyebab covid-19, komplikasi covid-19, pengobatan covid-19 dan pencegahan
covid-19 (Ausrianti, Andayani, Surya, & Suryani, 2020).
Sampurno, Kusumandyoko & Islam (2020) menyebutkan bahwa budaya
media sosial di Indonesia mampu menyampaikan edukasi terkait covid-19. Saat
ini, pertumbuhan situs jejaring sosial membawa peluang baru untuk
menyebarluaskan intervensi kesehatan masyarakat dan mempromosikan
peningkatan besar di bidang perilaku kesehatan. Contohnya seperti:
1) Sistem algoritma dalam instagram langsung memberikan tawaran kepada
penggunanya untuk menuju tautan resmi tentang covid-19. Selain itu, tagar
instagram juga membantu dalam pencarian informasi terkait covid-19 dengan kata
kunci #covid19.

2) Hal serupa terjadi di twitter, di mana mereka memberikan tautan cepat menuju
situs resmi covid-19 yang dikelola oleh pemerintah di halaman utama mereka.
Kemudahan akses informasi tersebut tentunya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam mengedukasi terkait covid-19.

Usaha dari media sosial yang mengarahkan langsung berita-berita terkait covid-19
yang saat ini merupakan tingkat urgensi paling tinggi, merupakan bentuk
pencegahan terhadap meraknya hoax yang dapat berpotensi meresahkan
masyarakat Indonesia dan berpotensi meruntuhkan rantai kenasionalismean
masyarakat.
CNN Indonesia (2020) menyebutkan bahwa terdapat beberapa tenaga
kesehatan yang aktif memanfaatkan media sosial untuk memberikan edukasi
terkait covid-19.
1)dr.Jiemi Andrian
Seorang Dokter spesialis kejiiwaan atau psikiater di Rumah Sakit Siloam
Bogor, Jiemi Ardian aktif menggunakan Twitter dan Facebook untuk
menyampaikan informasi soal corona. Sebagai seorang psikiater dr. Jiemi
membagikan berbagai rekomendasi darinya berkaitan soal masalah kejiwaan di
akibat wabah virus corona.
2)dr. Dirga Sakti Rambe
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinologi dari Rumah Sakti
Omni, Dirga Sakti Rambe aktif menggunakan Twitter sebagai saluran
komunikasi untuk menyampaikan informasi terkait covid-19.

Instrumen Edukatif Penanganan Covid-19 di Bali


1) Desa Adat
Ikatan sosial yang terjadi antara desa adat dengan masyarakat di
Bali, dianggap menjadi salah satu kunci efektif dalam berbagai upaya
pencegahan COVID-19. Oleh karena itu keberadaan desa adat tersebut
memiliki peran penting dalam mengatur warganya dalam mematuhi
protokol kesehatan. Terkait tugasnya secara nyata, satgas di desa adat
melaksanakan berbagai upaya sosialisasi, edukasi, pencegahan,
pengawasan serta pembinaan terkait dengan COVID-19. Misalnya
Desa Adat Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali. Desa adat tersebut
memberlakukan sanksi adat berupa kerja bakti membersihkan
lingkungan selama tiga hari berturut-turut bagi warga yang melanggar
aturan. Di wilayah itu, warga yang masih tidak mematuhi penggunaan
masker, harus bersiap menjalani sanksi berupa denda sosial dengan
membersihkan lingkungan di kawasan desa adat Intaran selama tiga
hati berturut-turut atau diganti dengan denda beras lima kilogram yang
dapat diuangkan menjadi Rp50 ribu. Untuk pengawasannya, Pecalang
bersama dengan para pemuda desa setempat akan berjaga di berbagai
titik di desa adat tersebut untuk memeriksa apakah warga dan
pengendara yang melintas melalui wilayah desa itu telah mengenakan
masker. Sebelum sanksi tersebut diterapkan, pihak desa adat juga telah
melakukan sosialisasi dengan membagikan masker kepada masyarakat
yang masih belum mengenakan dan meminta mereka untuk melakukan
'push-up' sebagai efek jera (Yusuf and Ardhi, 2020).
2) Edukasi oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP.PKK)
Ketua TP PKK mengedukasi masyarakat untuk tidak takut kembali
produktif. Namun agar tetap aman dari Covid-19 hendaknya senantiasa
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau tidak pernah
meninggalkan hand sanitizer yang berbasis alkohol jika bepergian
keluar rumah, dan menggunakan masker dengan baik (menutup hidung
hingga dagu) serta menerapkan etika batuk/ bersin. Selain itu,
usahakan mengkonsumsi gizi seimbang (memasak daging hingga
matang), rajin berolahraga, cukup istirahat dan menghindari stres dan
selalu memakai masker saat keluar rumah. Tidak hanya memberikan
edukasi TP.PKK juga memberikan sebanyak 410 ton beras dan
103.000 masker yang disalurkan oleh TP PKK kepada warga
terdampak Covid-19, yang tidak masuk ke dalam daftar penerima
bantuan dari pemerintah. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk
kepedulian Tim Penggerak PKK sehingga gotong royong di tengah
masyarakat dapat kembali dibangun dan diaktifkan, karena semuanya
adalah warga Bali yang senasib sepenanggungan (Pemprov Bali,
2020).
3) Aksi Penyehatan Lingkungan
Pemerintah melakukan penyemprotan (spraying) disinfektan ke
sejumlah tempat publik, seperti lokasi dengan kerumunan turis. Namun
tidak menyeluruh. Salah satunya di dermaga penyeberangan ke
kepulauan Nusa Penida di Pantai Mertasari, Sanur. Penyemprotan
dilakukan pada kursi, besi pemegangan tangan, payung-payung
berjemur di pantai, dan lainnya. Sejumlah turis juga diberikan masker.
Penyemprotan ini sudah dilakukan sehari setelah pasien pertama di
Indonesia yang diidentifikasi sebagai kasus 25 meninggal di Bali.
Namun, publikasi edukasi dan penyediaan titik cuci tangan atau hand
sanitizer masih terbatas (Suriyani, 2020).
4) PMI Melakukan Edukasi
Dalam rangka pencegahan penularan covid-19 di Desa Akah, PMI
Klungkung didampingi KBD Banjar Gede,Kelian Banjar Gede, Kasi
kesejahteraan, Bhabinsa dan Bhabinkamtibmas Desa Akah
melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan di pasar Banjar Gede Desa
Akah. Edukasi kepada warga dalam menjalankan protokol kesehatan
tata cara cuci tangan, cek suhu sebelum masuk pasar, cara memakai
masker yang benar dan sprying disinfektan di lingkungan Pasar Gede
Desa Akah (Pemerintah Kecamatan Klungkung, 2020).
5) Mahasiswa KKN Melakukan Program Pencegahan Covid-19
Para mahasiswa melakukan edukasi covid-19 di masa adaptasi
kebiasaan baru di desa Tegalbadeng Barat. Pelaksaan pemberian
edukasi covid-19 ini melalui pembuatan media edukasi berupa poster
digital yang akan disosialisasikan di media sosial (grup WA),
melakukan pemasangan banner protokol new normal di desa tersebut
dan memberikan sembao untuk warga yang terdampak covid-19
(MAYRA, 2020).

Instrumen Edukatif Penanganan Covid-19 di Makassar


1) Penerapan Kampung Tangguh
Konsep ‘kampung tangguh” adalah mendorong masyarakat untuk
berinisiatif mengatasi masalah secara mandiri dalam menghadapi
pandemi, kemandirian itu mulai dari penyediaan posko kesehatan,
dapur umum, lumbung pangan dan pemyediaan APD untuk evakuasi.
Adapun jumlah kampung tangguh nusantara di Sulsel sebanyak 2.670
tersebar di 3.048 desa/kelurahan (Tim SINDOnews, 2021).
2) Gabungan Damkar Melakukan Desinfektan
Salah satu upaya yang dilakukan secara intens yakni melakukan
penyemprotan Disinfiktan dengan melibatkan tim Dinas Pemadam
Kebakaran (Damkar) Kota Makassar bersama tim Kwartir Cabang
(Kwarcab) Pramuka Kota Makassar beserta Tagana Dinas Sosial
Makassar. Disinfektan dilakukan dibeberapa titik penyebaran
pendemik virus covid 19 di dalam wilayah kota Makassar.
Penyemprotan dilakukan oleh tim gabungan ini dibagi dalam dua
jadwal yakni penyemprotan pagi dan sore. (Penanggulangan Covid-19
Pemerintah Kota Makassar, 2020).
3) Membatasi Masyarakat Keluar Masuk Makassar
Masyarakat yang akan masuk atau keluar dari wilayah makassar
diwajibkan mengantongi surat keterangan bebas Covid-19 atau rapid-
test yang berlaku 14 hari. Petugas-petugas akan berjaga di area
perbatasan-perbatasan untuk memantau pergerakan masyarakat yang
keluar masuk (Padmasari, 2020).
4) Mahasiswa Melakukan Edukasi Pencegahan Covid-19 Pada Tunanetra
Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab
sosial untuk membantu masyarakat yang merasakan dampak Covid-19.
Fokus ditujukan kepada masyarakat tunanetra, mengingat kelompok
masyarakat ini memiliki jumlah yang tidak sedikit. Kegiatan ini
diantaranya pemberian edukasi pencegahan Covid-19 dan panduan
Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dalam bentuk audio,
bantuan logistik serta pemberian bantuan sabun cuci tangan cair 50
bungkus dan masker kain 100 lembar (DPRD Makassar, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Adi Mirsan (2021) Kasus Covid-19 Terus Meningkat, Pj Wali Kota Makassar:
Pilkada Beri Sumbangsi Besar, Fajar News.

Aslamiyah, S. (2021) ‘Ekonomi Pasien Covid-19 di Kelurahan Dendang , Langkat


, Sumatera Utara’, 1(1), pp. 56–69.

Asmara (2020) Pasien Pertama Positif Corona Meninggal di RSUP Sanglah Bali,
cnbcindonesia.com. Available at:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200311155633-4-144129/pasien-
pertama-positif-corona-meninggal-di-rsup-sanglah-bali (Accessed: 16 April
2021).

Aswandi, Madjid and Aqila (2020) ‘MENILIK ATURAN RAPID TEST DI


TENGAH ADAPTASI KEBIASAAN BARU (STUDI KASUS KOTA
MAKASSAR) Ririn’, Journal of Chemical Information and Modeling, 4(9), pp.
1689–1699.

Ausrianti, R. et al. (2020) ‘Edukasi Pencegahan Penularan Covid 19 serta


Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pengemudi Ojek Online’, Jurnal
Peduli Masyarakat, 2(2), pp. 59–64. doi: 10.37287/jpm.v2i2.101.

Bali, P. (2020) Ketua TP PKK Bali Edukasi Bahaya dan Pencegahan Covid-19 di
Buleleng, Baliprov.go.id.

Bappenas, K. P. (2021) Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 Indonesia.


Kementrian PPN.

BNPB (2020) Pengalaman Indonesia Dalam Menangani Wabah COVID-19


Periode Maret - Juli 2020.

Burhan, E. et al. (2020) Pedoman Tatalaksana Covid-19. 3rd edn.

Chew, N. W. S. et al. (2020) ‘A multinational, multicentre study on the


psychological outcomes and associated physical symptoms amongst healthcare
workers during COVID-19 outbreak’, Brain, Behavior, and Immunity. Elsevier,
88(April), pp. 559–565. doi: 10.1016/j.bbi.2020.04.049.

CNBC Indonesia (2021) Bali Mau Dibuka Untuk Wisatawan Asing Juni 2021,
cnbcindonesia.com.

CNN Indonesia (2020) ‘Jajaran Dokter yang Rajin Bagikan Informasi Corona di
Medsos’, cnnindonesia.com, April.

Detik News (2021) ‘No Title’, Detik News.

DPRD Makassar (2020) Fakultas Keperawatan Unhas Edukasi Cegah Covid-19


ke Tunanetra di Makassar, sulselsatu.com.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020) ‘Pencegahan Penularan


Covid-19 Dan Perlindungan Masyarakat’, pp. 1–4.

Handayani et al. (2020) ‘Anxiety and depression and the related factors in nurses
of Guilan University of Medical Sciences hospitals during COVID-19: A web-
based cross-sectional study’, International Journal of Africa Nursing Sciences,
13(3), pp. 365–374. doi: 10.1016/j.ijans.2020.100233.

Hanggoro, A. Y. et al. (2020) ‘Dampak Psikologis Pandemi COVID-19 pada


Petugas Tenaga Kesehatan: A Studi Cross-Sectional di Kota Pontianak’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), pp. 13–18.

I Wayan Tagel Winarta (2021) No Title, Jawa Pos.

Ikhbal, A. M. (2020) Kasus Covid Meningkat, Pelanggar Protokol Kesehatan di


Makassar Bakal Disanksi Tegas, Sulsel News.
Info Corona Kota Makassar (2021) Info Penanggulangan Covid-19 Kota
Makassar, infocorona.makassar.go.id. Available at:
https://infocorona.makassar.go.id/ (Accessed: 16 April 2021).

Info Corona Provinsi Bali (2021) Provinsi Bali Tanggap COVID-19,


infocorona.baliprov.go.id. Available at: https://infocorona.baliprov.go.id/
(Accessed: 16 April 2021).

Isbaniah, F. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease


(COVID-19)’, Germas, pp. 0–115.

Jusmawandi, J. and Safriadi, S. (2021) ‘Gerakan Relawan Muda Penyemprot


Disinfektan Pencegah Penyebaran Novel Corona Virus Di Kota Makassar’, JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(1), pp. 179–187. Available at:
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/3718.

Kemenkes RI (2020) ‘Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor


hk.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan pencegahan dan pengendalian’,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2019.

Kementerian Kesehatan RI (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian Kesehatan, 5, p. 178.

Kementrian Kesehatan RI, P. P. K. K. (2014) ‘Buku Saku Petugas Lapangan


Penanggulangan Krisis Kesehatan’, (4), p. 103.

Kemkes (2020) ‘Pertanyaan dan Jawaban Terkait Coronavirus Disease 2019


( COVID-19 ) Update 6 Maret 2020’, pp. 1–9.

MAYRA, G. (2020) ‘Laporan KKN UNNES Bersama melawan Covid-19’,


Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Padmasari, S. I. (2020) Tekan Penyebaran Covid-19, Warga Keluar Masuk


Makassar Bakal Dibatasi, merdeka.com.

Paramita and Putra (2020) ‘Analisis Potensi Wisata Desa Dengan Kerangka 6A
Studi Kasus Desa Ngajum, Malang’, Media Wisata, 18(2), pp. 231–250. doi:
10.36275/mws.

Pemerintah Kecamatan Klungkung (2020) No Title, akah.aan.desa.id.

Penanggulangan Covid-19 Pemerintah Kota Makassar (2020) PJ Walikota


Makassar lepas tim Gabungan Damkar Semprot Disinfektan Cegah Penularan
Covid 19, https://infocorona.makassar.go.id.

Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (no date).

Prasetia, I. M. H., Ngurah, I. G. and Paramartha, D. (2020) ‘PARTA : Jurnal


Pengabdian Kepada Masyarakat DESA ADAT DALAM RANGKA
PENCEGAHAN WABAH CORONA VIRUS DISEASE 2019 Pendahuluan’,
1(1), pp. 36–43.

Putu, N., Suharyanti, N. and Sutrisni, N. K. (2020) ‘Strategi Pencegahan


Penyebaran Virus Covid-19 Berbasis Adat Di Bali’.

Rejo et al. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Depresi Pada


Tenaga Kesehatan Saat Pandemi’, Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), pp. 495–502.

Rismawan, W. et al. (2020) ‘Bantuan Apd Dalam Penanganan Wabah’, 1(2), pp.
67–72.

Sampurno, M. B., Kusumandyoko, T. and Islam, M. A. (2020) ‘Budaya Media


Sosial, Edukasi Masyarakat, dan Pandemi COVID-19’, SALAM: Jurnal Sosial
dan Budaya Syar-i, 7(5). doi: 10.15408/sjsbs.v7i5.15210.

Sudarsana et al. (2020) COVID-19: Perspektif Agama dan Kesehatan. Denpasar:


Yayasan Kita Menulis.

Sukamerta, I. M. (2020) ‘Keynote Speaker PERAN DESA ADAT DALAM


PENANGANAN COVID-19 DI’, Proceedings Nasional Universitas
Mahasaraswati Denpasar, pp. 1–4.

Suriyani, L. De (2020) Tangani Pandemi COVID-19, Ini Aksi Penyehatan


Lingkungan Versi Pemerintah Bali dan Warga, mongabay.co.id.

Tim SINDOnews (2021) Tekan Covid-19, Kapolri Apresiasi Kampung Tangguh


Balla Ewako Sulsel, makassar.sindonews.com.

WHO (2020) ‘Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi terhadap kewaspadaan


pencegahan infeksi’, pp. 1–10.

WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard | WHO Coronavirus Disease


(COVID-19) Dashboard (no date).

Wijaya and Mariani (2021) ‘Dampak Pandemi Covid-19 Pada Sektor Perhotelan
Di Bali Bagus’, 3, pp. 49–59.

Yusuf, F. and Ardhi, Y. (2020) In Picture: Cegah Covid-19 Melalui Peran Desa
Adat Bali, Republica.co.id.

Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (n.d.).


Retrieved April 15, 2021, from https://covid19.go.id/peta-sebaran

WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard | WHO Coronavirus Disease


(COVID-19) Dashboard. (n.d.). Retrieved April 15, 2021, from
https://covid19.who.int/

https://infocorona.baliprov.go.id/

https://infocorona.makassar.go.id/

Adi Mirsan (2021) Kasus Covid-19 Terus Meningkat, Pj Wali Kota Makassar:
Pilkada Beri Sumbangsi Besar, Fajar News.
Aslamiyah, S. (2021) ‘Ekonomi Pasien Covid-19 di Kelurahan Dendang , Langkat
, Sumatera Utara’, 1(1), pp. 56–69.
Asmara (2020) Pasien Pertama Positif Corona Meninggal di RSUP Sanglah Bali,
cnbcindonesia.com. Available at:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200311155633-4-144129/pasien-
pertama-positif-corona-meninggal-di-rsup-sanglah-bali (Accessed: 16
April 2021).
Aswandi, Madjid and Aqila (2020) ‘MENILIK ATURAN RAPID TEST DI
TENGAH ADAPTASI KEBIASAAN BARU (STUDI KASUS KOTA
MAKASSAR) Ririn’, Journal of Chemical Information and Modeling,
4(9), pp. 1689–1699.
Ausrianti, R. et al. (2020) ‘Edukasi Pencegahan Penularan Covid 19 serta
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pengemudi Ojek Online’,
Jurnal Peduli Masyarakat, 2(2), pp. 59–64. doi: 10.37287/jpm.v2i2.101.
Bali, P. (2020) Ketua TP PKK Bali Edukasi Bahaya dan Pencegahan Covid-19 di
Buleleng, Baliprov.go.id.
Bappenas, K. P. (2021) Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 Indonesia.
Kementrian PPN.
BNPB (2020) Pengalaman Indonesia Dalam Menangani Wabah COVID-19
Periode Maret - Juli 2020.
Burhan, E. et al. (2020) Pedoman Tatalaksana Covid-19. 3rd edn.
Chew, N. W. S. et al. (2020) ‘A multinational, multicentre study on the
psychological outcomes and associated physical symptoms amongst
healthcare workers during COVID-19 outbreak’, Brain, Behavior, and
Immunity. Elsevier, 88(April), pp. 559–565. doi:
10.1016/j.bbi.2020.04.049.
CNBC Indonesia (2021) Bali Mau Dibuka Untuk Wisatawan Asing Juni 2021,
cnbcindonesia.com.
CNN Indonesia (2020) ‘Jajaran Dokter yang Rajin Bagikan Informasi Corona di
Medsos’, cnnindonesia.com, April.
Detik News (2021) ‘No Title’, Detik News.
DPRD Makassar (2020) Fakultas Keperawatan Unhas Edukasi Cegah Covid-19
ke Tunanetra di Makassar, sulselsatu.com.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (2020) ‘Pencegahan Penularan
Covid-19 Dan Perlindungan Masyarakat’, pp. 1–4.
Handayani et al. (2020) ‘Anxiety and depression and the related factors in nurses
of Guilan University of Medical Sciences hospitals during COVID-19: A
web-based cross-sectional study’, International Journal of Africa Nursing
Sciences, 13(3), pp. 365–374. doi: 10.1016/j.ijans.2020.100233.
Hanggoro, A. Y. et al. (2020) ‘Dampak Psikologis Pandemi COVID-19 pada
Petugas Tenaga Kesehatan: A Studi Cross-Sectional di Kota Pontianak’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), pp. 13–18.
I Wayan Tagel Winarta (2021) No Title, Jawa Pos.
Ikhbal, A. M. (2020) Kasus Covid Meningkat, Pelanggar Protokol Kesehatan di
Makassar Bakal Disanksi Tegas, Sulsel News.
Info Corona Kota Makassar (2021) Info Penanggulangan Covid-19 Kota
Makassar, infocorona.makassar.go.id. Available at:
https://infocorona.makassar.go.id/ (Accessed: 16 April 2021).
Info Corona Provinsi Bali (2021) Provinsi Bali Tanggap COVID-19,
infocorona.baliprov.go.id. Available at: https://infocorona.baliprov.go.id/
(Accessed: 16 April 2021).
Isbaniah, F. (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19)’, Germas, pp. 0–115.
Jusmawandi, J. and Safriadi, S. (2021) ‘Gerakan Relawan Muda Penyemprot
Disinfektan Pencegah Penyebaran Novel Corona Virus Di Kota
Makassar’, JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(1), pp. 179–187.
Available at: http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/3718.
Kemenkes RI (2020) ‘Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
hk.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan pencegahan dan
pengendalian’, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2019.
Kementerian Kesehatan RI (2020) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus deases (Covid-19)’, Kementrian Kesehatan, 5, p. 178.
Kementrian Kesehatan RI, P. P. K. K. (2014) ‘Buku Saku Petugas Lapangan
Penanggulangan Krisis Kesehatan’, (4), p. 103.
Kemkes (2020) ‘Pertanyaan dan Jawaban Terkait Coronavirus Disease 2019
( COVID-19 ) Update 6 Maret 2020’, pp. 1–9.
MAYRA, G. (2020) ‘Laporan KKN UNNES Bersama melawan Covid-19’,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Padmasari, S. I. (2020) Tekan Penyebaran Covid-19, Warga Keluar Masuk
Makassar Bakal Dibatasi, merdeka.com.
Paramita and Putra (2020) ‘Analisis Potensi Wisata Desa Dengan Kerangka 6A
Studi Kasus Desa Ngajum, Malang’, Media Wisata, 18(2), pp. 231–250.
doi: 10.36275/mws.
Pemerintah Kecamatan Klungkung (2020) No Title, akah.aan.desa.id.
Penanggulangan Covid-19 Pemerintah Kota Makassar (2020) PJ Walikota
Makassar lepas tim Gabungan Damkar Semprot Disinfektan Cegah
Penularan Covid 19, https://infocorona.makassar.go.id.
Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. (n.d.).
Retrieved April 15, 2021, from https://covid19.go.id/peta-sebaran
Prasetia, I. M. H., Ngurah, I. G. and Paramartha, D. (2020) ‘PARTA : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat DESA ADAT DALAM RANGKA
PENCEGAHAN WABAH CORONA VIRUS DISEASE 2019
Pendahuluan’, 1(1), pp. 36–43.
Putu, N., Suharyanti, N. and Sutrisni, N. K. (2020) ‘Strategi Pencegahan
Penyebaran Virus Covid-19 Berbasis Adat Di Bali’.
Rejo et al. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Depresi Pada
Tenaga Kesehatan Saat Pandemi’, Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), pp. 495–
502.
Rismawan, W. et al. (2020) ‘Bantuan Apd Dalam Penanganan Wabah’, 1(2), pp.
67–72.
Sampurno, M. B., Kusumandyoko, T. and Islam, M. A. (2020) ‘Budaya Media
Sosial, Edukasi Masyarakat, dan Pandemi COVID-19’, SALAM: Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5). doi: 10.15408/sjsbs.v7i5.15210.
Sudarsana et al. (2020) COVID-19: Perspektif Agama dan Kesehatan. Denpasar:
Yayasan Kita Menulis.
Sukamerta, I. M. (2020) ‘Keynote Speaker PERAN DESA ADAT DALAM
PENANGANAN COVID-19 DI’, Proceedings Nasional Universitas
Mahasaraswati Denpasar, pp. 1–4.
Suriyani, L. De (2020) Tangani Pandemi COVID-19, Ini Aksi Penyehatan
Lingkungan Versi Pemerintah Bali dan Warga, mongabay.co.id.
Tim SINDOnews (2021) Tekan Covid-19, Kapolri Apresiasi Kampung Tangguh
Balla Ewako Sulsel, makassar.sindonews.com.
WHO (2020) ‘Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi terhadap kewaspadaan
pencegahan infeksi’, pp. 1–10.
WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard | WHO Coronavirus Disease
(COVID-19) Dashboard. (n.d.). Retrieved April 15, 2021, from
https://covid19.who.int/
Wijaya and Mariani (2021) ‘Dampak Pandemi Covid-19 Pada Sektor Perhotelan
Di Bali Bagus’, 3, pp. 49–59.
Yusuf, F. and Ardhi, Y. (2020) In Picture: Cegah Covid-19 Melalui Peran Desa
Adat Bali, Republica.co.id.

Anda mungkin juga menyukai