Oleh:
Abdul Aziz Hakim (110120160020)
Anarti Fatmawati (110120160053)
Dhany Kurniawan (110120160052)
Ekky Bima Rachmawan (110120160056)
Praisila Glory Florencia Jonathan (110120160017)
Syamsul Rijal (110120160005)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak atas
kesehatan dari warga negara, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 UU No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap orang berhak
atas kesehatan. Menurut Birgit Toebes, dikutip dari Titon Slamet Kurnia, hak
atas kesehatan mencakup hak atas layanan kesehatan (right to health care) dan
hak atas perlindungan kesehatan (right to health protection); atau menurut
Eide, mencakup hak untuk memperoleh akses layanan kesehatan dan hak atas
tatanan sosial yang mewajibkan negara melakukan tindakan-tindakan khusus
melindungi kesehatan publik.1 Salah satu upaya pemerintah dalam
perlindungan kesehatan masyarakat adalah melalui penanganan wabah
penyakit.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh
suatu penyakit menular di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat
merupakan kejadian yang mengejutkan dan menimbulkan kepanikan
masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini disebut dengan Kejadian
Luar Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang
masyarakat luas dalam waktu singkat yang diakibatkan oleh penyakit menular.
Di lain pihak, dampak dari perkembangan ilmu dan teknologi saat ini
menimbulkan berbagai penemuan baru dari penyakit-penyakit menular yang
semakin bertambah dan sulit diatasi pengobatannya, misalnya HIVAIDS,
SARS, Flu Burung dan sebagainya.
Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
1
Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal Sebagai HAM di Indonesia, PT
Alumni, Bandung, 2007, hlm. 15
1
2
Hal lain yang perlu ditinjau kembali dari Undang-undang No.4 Tahun
1984 adalah bahwa dalam kenyataannya wabah bukan hanya dapat diakibatkan
oleh penyakit menular namun juga penyakit tak menular dapat menimbulkan
wabah. Selain itu, UU yang ada juga hanya mencakup penanggulangan belum
mencakup pencegahan. Padahal, pencegahan akan menghindarkan terjadinya
korban jiwa maupun kerugian ekonomi yang lebih besar.
Memperhatikan beberapa uraian di atas, maka perlu kiranya disusun
kajian mengenai relevansi substansi UU No.4 Tahun 1984 terhadap
perkembangan yang terjadi saat ini, untuk menjawab urgensi akan suatu revisi
undang-undang. Lebih jauh lagi, kajian ini juga akan memberikan rekomendasi
mengenai perbaikan-perbaikan dimaksud setelah melakukan analisis secara
mendalam komprehensif mengenai regulasi-regulasi yang terkait dengan
penanganan wabah di Indonesia.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah pengaturan terhadap penanganan wabah dalam UU No.4 Tahun
1984 masih relevan dengan perkembangan saat ini?
2. Apa saja perubahan dan penambahan yang perlu dimasukkan agar
penanganan wabah dapat dilakukan sebaik mungkin?
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Pengertian
Beberapa pengertian terkait masalah ini yaitu:
1. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.2
2. Jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah, antara
laini berikut: Kolera, Pes, Demam Berdarah Dengue, Campak, Polio,
Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Avian Influenza H5N1, Antraks,
Leptospirosis, Hepatitis, Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009,
Meningitis, Yellow Fever, Chikungunya.3
3. Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda
yang mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat
menimbulkan wabah.4
4. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah.
5. Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.5
6. Penyakit Karantina adalah Pes (Plague); Kolera (Cholera); Demam
Kuning (Yellow Fever); Cacar (Smallpox); Typhus bercak wabahi, Typhus
2
Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984, Pasal 1 Butir (a)
3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbukan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.
4
Op.Cit, Pasal 1 Butir (b)
5
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbukan Wabah Dan Upaya Penanggulangan,
Pasal 1 Ayat (2)
5
6
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut, PAsal 1
Butir (a)
7
Ibid Pasal 1 Butir (c)
8
Ibid Pasal 1 Butir (n)
7
berangkat atau dibawa pesawat. Pengenaan pidana bagi setiap orang yang
melanggar ketentuan undang-undang ini.
C. Pencegahan
Seperti pada definisi wabah, maka upaya pencegahan yang dilakukan
selama ini adalah upaya bagaimana mencegah kondisi wabah agar tidak terjadi.
Oleh karena itu upaya yang dilakukan selama ini adalah bagaimana menangani
terjadinya KLB (kondisi sebelum wabah terjadi) di Indonesia. Bahkan dalam
pelaksanaannya upaya pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih awal yaitu
mencegah agar KLB tidak terjadi, melalui Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa (SKD-KLB). Penyelenggaraan SKD-KLB secara jelas telah diatur
dalam PERMENKES No. 949 /Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB.
Kegiatan SKD KLB secara umum meliputi:9
1. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB.
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan
kajian secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit
berpotensi KLB dengan menggunakan bahan kajian:
a. data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB,
b. kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi,
c. kerentanan lingkungan,
d. kerentanan pelayanan kesehatan,
e. ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara
lain, serta.
f. sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
9
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 949 /Menkes/SK/VIII/2004,
13
10
Ibid
14
11
Ibid
12
Ibid
15
13
Ibid
14
Sulistyaningsih, 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Hlm.
46
15
Kristina. 2014. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB). Penerbit FK-
UI.Jakarta. Hlm.32
16
D. Penanggulangan
Upaya penanggulangan KLB dilaksanakan dengan tujuan untuk
memutus rantai penularan sehingga jumlah kesakitan, kematian maupun luas
daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam
operasionalnya maka kegiatan penanggulangan selalu disertai kegiatan
penyelidikan yang selanjutnya digunakan istilah penyelidikan dan
penanggulangan KLB. Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis
besar meliputi:17
1. Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi
persiapan administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan logistik dan
bahan laboratorium serta rencana kerja penyelidikan epidemiologi.
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerja sama dengan
unit kesehatan terkait setempat, dapat melakukan wawancara, pemeriksaan
medis dan laboratorium terhadap penderita, pemeriksaan orang-orang
yang mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumber-sumber
penyebaran penyakit, pemeriksaan data perawatan penderita di unit-unit
pelayanan kesehatan, pemeriksaan data perorangan, sekolah, asrama, dan
tempat-tempat lainnya yang berhubungan dengan penyebaran
16
Ibid
17
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
17
18
Wuryanto, M.Arie. 2009. “Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol. 4 No. 1.Semarang Hlm. 68-54
18
19
Hasmi. 2011. Dasar - dasar Epidemiologi. 2011, Trans Info Media. Jakarta.Hal.46
19
20
Machmahon and Pugh 1970: Mauser and Kramer 1985 dalam Maulani, Novie Sri. 2010.
“Kejadian Luar Biasa”, Jurnal KesehatanMasyarakat STIKES HAKLI Semarang.Hal. 6
20
7. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari suatu penyelidikan
dan penanggulangan KLB. Rekomendasi berisi cara-cara penanggulangan
KLB yang sedang berlangsung, usulan penyelidikan dan penanggulangan
KLB lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya penanggulangan KLB
21
22
23
28
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku-Buku
Hasmi. 2011. Dasar - dasar Epidemiologi. Jakarta: Trans Info Media.
Kristina. 2014. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB).
Jakarta: Penerbit FK-UI.
Machmahon and Pugh 1970: Mauser and Kramer 1985 dalam Maulani, Novie
Sri. 2010. “Kejadian Luar Biasa”, Jurnal Kesehatan Masyarakat
STIKES HAKLI Semarang.
Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Titon Slamet Kurnia. 2007. Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal Sebagai
HAM di Indonesia, Bandung: PT Alumni.
Wuryanto, M.Arie. 2009. “Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar
Biasa (KLB) Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia”. Vol.4 No.1.
Semarang
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1962
Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1984
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949 /Menkes/SK/VIII/2004
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbukan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan.
29