ABSTRAK
Serangan jantung atau yang biasa disebut juga dengan Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi yang
mengancam jiwa pasien yang di tandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium.
Kondisi yang biasa di rasakan oleh pasien pasca serangan jantung yaitu rasa nyeri di bagian dada. Nyeri
merupakan respon ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu. Apabila nyeri tidak di atasi maka akan
menimbulkan dampak yang tidak nyaman terhadap pasien baik secara fisik ataupun psikologis. Salah satu
intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi imajinasi terbimbing terhadap penurunan
nyeri pasien pasca serangan jantung di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Sampel pada
penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis IMA yang mengalami nyeri sedang. Jenis penelitian ini
adalah adalah kuantitatif desain yang di gunakan adalah quasi experimen “pretest posttest without control
group”, sebelum dan setelah diberikan intervensi dilakukan pengukuran skala nyeri. Analisa yang di gunakan
adalah uji paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (Guided Imagery) terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan jantung p value 0,002 (p value
< α). Penelitian ini merekomendasikan untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian faktor-faktor yang
menpengaruhi nyeri pada pasien IMA.
ABSTRACT
Heart attack or commonly referred to as acute myocardial infarction (AMI) is a life-threatening condition that
is marked by the formation of local necrotic area within the myocardium. The usual condition felt by the
patient after heart attack is the pain in the chest. Pain is a sensation of individual discomfort felt by the
patient. If the pain is not solved it will result in an uncomfortable to the patient either physically or
psychologically. One of the interventions that can be used to reduce pain is a guided imagery relaxation
technique (Guided Imagery). The purpose of this study was to determine the effect of guided imagery
relaxation techniques (Guided Imagery) to decrease the patient's pain after a heart attack at the Flamboyan
Lounge Arifin Achmad Hospital in Riau province. The samples in this study were patients with AMI medical
diagnoses who experienced moderate pain. The type of this research is quantitative design that is used is quasi
experiment "pretest posttest without control group", before and after given intervention measurement of pain
scale. The analysis used is paired sample t test. The result of this research shows that there is influence of
Guided Imagery relaxation technique to the patient's pain relief after heart attack p value 0,002 (p value <α).
This study recommends to develop and carry out research on factors that affect pain in AMI patients.
terjadi saat ini adalah Penyakit Jantung World Health Organization WHO (2008)
Koroner (PJK). PJK di sebabkan karena PJK merupakan penyebab kematian utama
kekakuan dan endapan plak pada pembuluh di dunia (12,2%). Angka ini akan terus
paling banyak terkena serangan jantung di terbimbing (Guided Imagery) di ruang Flamboyan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad
Mean P
Provinsi Riau pada usia 46- 55 tahun Nyeri Mean SD
diff value
sebanyak 8 responden (66,6%) dan berjenis Sebelum 4,17 1,267
0,833 0,002
Sesudah 3,25 1,765
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9
responden (75%). Responden yang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
berpendidikan SD 34% Sebanyak 4
bahwa rata-rata skala nyeri pasien sebelum
responden, SMP 25% sebanyak 3
dilakukan intervensi guided imagery yaitu
responden, dan yang berpendidikan SMA
4,17 dengan standar deviasi 1,267, sesudah
41% Sebanyak 5 responden. Responden
dilakukan intervensi guided imagery
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga 25%
menjadi 3,25 dengan standar deviasi 1,765
sebanyak 3 responden, bekerja sebagai
terdapat penurunan nyeri sebesar 0,833.
wiraswasta 34% sebanyak 4 responden,
Hasil uji paired t test di dapatkan p value
bekerja sebagai buruh 16% sebanyak 2
0,002 (p value < α) sehingga H0 ditolak
responden dan responden yang bekerja
yang menunjukan bahwa ada pengaruh
sebagai petani 25% sebanyak 3 responden.
yang signifikan teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (guided imagery) terhadap
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi teknik penurunan nyeri pasien pasca serangan
relaksasi imajinasi terbimbing (Guided Imagery) di jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Achmad Provinsi Riau.
Riau
Nyeri Mean SD SE
Sebelum 4,17 1,267 0,366
Sesudah 3,25 1,765 0,509
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin, dengan angka
sebagian besar responden berada pada kejadian pada laki-laki jauh lebih banyak
rentang usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 8 dibandingkan pada perempuan akan tetapi
orang (66,6%). Kejadian penyakit jantung kejadian pada perempuan akan meningkat
ini meningkat seiring bertambahnya usia. setelah menopause sekitar usia 50 tahun
Menurut Delima (2015) penyakit jantung (Supriyono, 2008). Hasil penelitian ini tidak
koroner terjadi seiring dengan bertambah sejalan dengan penelitian yang dilakukan
nya usia. Maka dengan bertambahnya usia oleh Didi, Ibrahim, & Putri (2015)
terserang penyakit jantung koroner. Hasil penyakit jantung ini lebih tinggi terjadi
penelitian ini sejalan dengan penelitian pada wanita di bandingkan pada pria.
terjadi pada usia 40 tahun keatas. hasil bahwa paling banyak responden di
Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad
Menurut Mannan (2013), pada saat terjadi Provinsi Riau sebagai wiraswasta yaitu
terjadi pula resiko peningkatan penyakit penelitian ini tidak sejalan dengan
yang meliputi kelainan kejiwaan, kelainan penelitian Livia (2014) tentang faktor-
jantung dan pembuluh darah serta faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
berkurangnya fungsi panca indera dan gagal jantung pada pasien infark miokard
atas dapat disimpulkan bahwa umur penyakit infark miokard ini terjadi
Aprianto, D, Kristyawati, S.P, & Purnomo, E.C. (2013). Efektivitas teknik relaksasi
imajinasi terbibing dan nafas dalam terhadap kecemasan pada pasien pre
operasi.Diperolehdarihttp://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukepera
watan/article/view 166 diakes pada 15 April 2017
Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:Salemba Medika
Black. J.M. & Hawks. J.H. (2009). Keperawatan medikal bedah; Edisi 8. Jakarta; salemba
medika
Cipto. S. (2015). Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada
penyekit jantung koroner. Diperoleh dari http.//www.e-
journal.com/2015/14/identifikasi/IMA.html di akses pada 25 Juli 2017
Didi, K., Ibrahim, K. & Putri, A.P. (2015). Pengalaman pasien pertama mengalami
serangan jantung pertama kali yang dirawat di ruang ICU. diperoleh dari
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/102 diakses pada 11 mei 2017
Oman. (2008). Pengalaman pasien terserang penyakit jantung. Di peroleh dari http//e-
journal.com/2012/penyakit jantung.co.id Di akses pada 10 juni 2017
Porter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan; Edisi 7, Jakarta;
Salemba Medika
Supriyono. (2008). Faktor usia, jenis kelamin terhadap kejadian penyakit IMA. Di peroleh
dari http//.books.google.co.id di akses pada 22 juli 2017
Wiwin Susilodewi
RSU Haji Surabaya
ABSTRAK
Penyakit infark miokard akut adalah penyakit gawat darurat jantung dengan yang tersering adalah
adanya nyeri dada, oleh karena itu sangat penting untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan nyeri
dada tersebut. Di Ruang Intensif Care RSU Haji Surabaya melakukan pelayanan pada klien infark miokard
akut dengan keluhan nyeri dada tersebut.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan
penurunan skala nyeri dada dengan pemberian oksigenasi tambahan pada klien infark miokard akut di
Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya. Adapun metode penelitian adalah quasy eksperiment dengan
teknik two group pratest-posttest design. Sampel penelitian ini sebanyak 17 klien, variabel penelitian ini
adalah pemberian oksigenasi dan skala nyeri dada, untuk tes uji statistik menggunakan tes uji wilcoxon match
paired. Hasil penelitian didapatkan hasil tes uji wilcoxon match paired F = -3,729 dengan ά = 0,000 yang
berarti Ho ditolak. Disimpulkan ada kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark miokard akut dengan
pemberian oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya
ABSTRACT
Acute myocardial infarction is a disease emergency heart disease with the most common are chest
pain, therefore it is very important to reduce or eliminate the complaints of chest pain. In the Intensive Care
unit RSU Haji Surabaya do service to clients acute myocardial infarction with complaints of chest pain. this
study was to determine the pace of decline chest pain scale with the provision of additional oxygenation in
acute myocardial infarction client in the Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya. The research method is quasy
experiment with techniques group pratest two-posttest design. The study sample as many as 17 clients, this
research variable is the provision of oxygenation and chest pain scale, to test statistical test using the test
match paired Wilcoxon test. The result showed the test results match paired Wilcoxon test F = -3.729 with ά
= 0,000 which means that Ho is rejected. Concluded that there is a decrease in the speed of chest pain in
acute myocardial infarction clients by providing oxygenation in the Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya
JURNAL KEPERAWATAN 29
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091
disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen Berdasarkan data jumlah klien IMA yang
akibat penyempitan pembuluh darah jantung ada di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya selama
karena penumpukan lemak atau arteriosklerosis tahun 2007 sebanyak 203 klien dengan rata-rata
(Faqih, 2006). tiap bulannya sebanyak 17 klien (8,37%),
Terapi pemberian oksigen adalah sedangkan pada tahun 2008 meningkat sebanyak
merupakan salah satu dari terapi pernafasan 242 klien sehingga rata-rata tiap bulannya
dalam mempertahankan oksigenasi pada jaringan sebanyak 21 klien (8,68%) pada tahun tersebut.
yang adekuat, secara klinis pemberian oksigenasi Dari rata-rata jumlah tersebut semuanya
bertujuan untuk 1) untuk mengatasi nyeri dada mengalami keluhan nyeri dada mulai ringan
akibat dari suatu keadaan hipoksemia; 2) untuk sampai berat.
menurunkan daya kerja nafas dan 3) menurunkan Untuk pengobatan dan terapi apabila nyeri
daya kerja miokard jantung. Adapun syarat-syarat dada yang muncul secara efektif, selain
dari pemberian oksigenasi adalah meliputi : 1) pemberian oksigenasi maka sebelumnya yang
Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat perlu dilakukan adalah istirahat sejenak dan
terkontrol, 2) Tidak terjadi penumpukan oksigen, menenangkan diri klien tersebut, tubuh harus
3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, dibuat senyaman mungkin hingga gejala
4) efisien dan ekonomis dan (5) nyaman untuk berkurang (Hyhiena, 2008). Berdasarkan uraian
klien (Ikhsanudin, 2004). tersebut timbul pertanyaan ingin diketahui
Pemberian terapi oksigen pada klien infark bagaimana kecepatan penurunan nyeri dada pada
miokard akut yang mengalami keluhan nyeri dada klien infark miokard akut dengan pemberian
dapat dengan cara kanula nasal atau dengan oksigenasi
menggunakan masker, tergantung dari berat
ringannya nyeri dada. Keunutungan dari terapi BAHAN DAN METODE
oksigen dengan menggunakan kanula nasal
memudahkan klien untuk tetap beraktiftas seperti Rancangan pada penelitian ini adalah
makan-minum dan berbicara namun asupan quasy eksperiment dengan teknik two group
oksigen kurang dari 45%, sedangkan pemberian pratest-posttest design, yaitu rancangan
oksigen dengan masker asupan oksigen yang penelitian dengan perlakuan tertentu setelah itu
masuk lebih besar (> 45%) namun membuat dilakukan pengukuran terhadap variabel
tidak bebas bergerak maupun beraktifitas bagi dependentnya (Wasis, 2008). Populasi penelitian
klien (Razi, 2008). ini adalah semua klien Infark Miokard akut yang
Adapun secara teknisnya pemberian terapi dirawat di ruang Intensif Care Unit RSU Haji
oksigen nasal atau oksigen aliran rendah akan Surabaya. Sampel dalam penelitian ini adalah 17
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung klien IMA yang dipilih secara simple random
pada tipe pernafasan dengan patokan volume sampling. Variabel independen dalam penelitian
tidal klien. Pemberian oksigen sistem aliran ini adalah pemberian oksigenasi secara nasal dan
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan masker sedangkan variabel dependen adalah
oksigen tetapi masih mampu bernafas dengan penurunan tingkat nyeri. Klien IMA yang telah
pola pernafasan normal, misalnya klien dengan setuju menjadi subyek penelitian diukur scala
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan nyeri menggunakan skala nyeri Bourbanis.
pernafasan 16 – 20 kali permenit, sedangkan Selanjutnya diberikan oksigen nasal 1-6 l/menit
pada terapi oksigen masker atau terapi oksigen selama 30 menit atau oksigen masker 5-8 l/menit
aliran tinggi adalah suatu tehnik pemberian selama 30 menit. Setelah pemberian oksigen
oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak selama 30 menit diukur skala nyeri ke dua. Alat
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga pengumpul data pada penelitian ini adalah berupa
dengan tehnik ini dapat menambahkan lembar observasi yang diisi oleh peneliti untuk
konsentrasi oksigen yang lebihtepat dan teratur. mengukur / mengetahui skala nyeri dada pada
Artinya gas yang dialirkan dari tabung menuju ke klien yang diberikan terapi oksigen pada kelompok
masker yang kemudian akan dihimpit untuk terapi oksigen kanula nasal dan kelompok terapi
mengatur suplai oksigen sehingga tercipta oksigen masker. Data yang telah terkumpul di
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat tabulasi dan disajikan dalam distribusi frekuensi.
dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri pada
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 pemberian oksigenasi secara nasal dan masker
L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55% dilakukan tes uji statistik menggunakan wilcoxon
(Ikhsanuddin, 2004) sehingga perlu dikaji match paired, dengan nilai α = 0,05 . Jika α <
bagaimana pengaruh pemberian oksigenasi 0,05 berarti Ho ditolak dengan demikian ada
terhadap kecepatan penurunan nyeri dada pada kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark
klien infak miokard akut. miokard akut dengan pemberian oksigenasi
(Sugiyono, 2007).
JURNAL KEPERAWATAN 30
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091
JURNAL KEPERAWATAN 31
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091
Skala Nyeri Dada Sebelum dan Setelah mengalami nyeri ringan. Setelah pemberian
Pemberian Oksigenasi oksigen selama 10 menit kondisi nyeri dada masih
tetap. Pada pemberian oksigen setelah 20 menit
Hasil penelitian menunjukkan skala nyeri berikutnya terjadi pergeseran sebagian besar
klien IMA saat awal masuk ruang ICU sebagian (64,72%) klien mengalami nyeri ringan dan tidak
besar (76,47%) mengalami nyeri berat terkontrol ada yang mengalami nyeri tidak terkontrol dan
dan sebagian kecil (5,88%) mengalami nyeri sebagian kecil nyeri berat terkontrol (5,88%)
berat yang tidak terkontrol dan tidak ada yang (tabel 2).
Tabel 2 Skala Nyeri Dada Sebelum dan sesudah Pemberian Oksigenansi Nasal, Pada Klien Infark
Miokard Akut di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya
Pemberian Oksigen
Skala
Awal 10 Menit 20 Menit
Nyeri Dada
f (%) f % f %
Nyeri ringan - - - - 11 64,72
Nyeri sedang 3 17,64 3 17,64 5 29,41
Nyeri berat terkontrol 13 76,47 13 76,47 1 5,88
Nyeri berat tidak terkontrol 1 5,88 1 5,88 - -
Jumlah 17 100 17 100 17 100
0,000 < 0,05F = -3,729 dengan =0,000
Hasil tes uji statistik wilcoxon match yang hebat. Untuk mengatasi keluhan nyeri dada
paired didapatkan hasil hitung F = -3,729 dengan yang hebat tersebut diberikan pengobatan
p=0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari salahsatunya dengan pemberian oksigenasi
taraf nyata (p=0,000 <= 0,05) terdapat masker dengan konsentrasi 40-60% dengan
perbedaan kecepatan penurunan nyeri dada pada harapan asupan oksigenasi dapat lebih banyak
klien infark miokard akut dengan pemberian dan kontinyu sehingga dapat mensupply
oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji kekurangan oksigen yang lebih cepat sehingga
Surabaya. dapat mengurangi keluhan nyeri dada
Menurut Masud (1997) nyeri dada yang (Ikhsanuddin, 2004).
hebat akibat dari penyempitan dinding pembuluh Pemberian oksigenasi masker lebih cepat
darah sehingga mengakibatkan suplai oksigen menurunkan keluhan nyeri dada oleh karena
menuju jantung berkurang, selama 20 menit akan miokardium lebih cepat mendapat supply oksigen
terjadi iskemia jantung. Pemberian oksigenasi sehingga dapat menurunkan rangsangan impuls
merupakan salah satu terapi untuk menurunkan nyeri oleh karena terjadi keseimbangan aktifitas
nyeri dada, pemberian oksigenasi nasal diberikan neuron delta A dan C melepaskan substansi P
karena beberapa perimbangan diantaranya klien untuk menstransmisi impuls melalui mekanisme
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan pertahanan dari neuro transmitter penghambat
normal, namun asupan oksigen tidak lebih dari akibat terpenuhinya asupan oksigen yang lebih
44% (Ikhsanuddin, 2004), sehingga kecepatan cepat didapat.
penurunan nyeri dada berlangsung lambat Menurut Ikhsanuddin (2004) pemberian
(Asmadi, 2008). oksigenasi dapat mempengaruhi penurunan kerja
Pemberian oksigenasi nasal memberikan miokard akibat beban yang berlebihan dengan
asupan yang hanya 44% sehingga berdampak ketentuan konsentrasi oksigen yang terkontrol,
pada lambatnya penurunan nyeri dada pada klien mempunyai tahan jalan nafas yang rendah.
infark miokard akut, pemberian oksigenansi nasal Pemberian oksigenasi dapat diberikan melalui
diberikan oleh karena klien masih mampu nasal atau masker tergantung dari berat
beraktifitas secara terbatas seperti bergerak, ringannya gangguan kerja miokard jantung yang
berbicara dan atau masih mampu makan dan ditandai dengan berat ringannya nyeri dada
minum. Sehingga penurunan nyeri dada klien (Pusdiknakes, 2003).
tersebut berlangsung lambat seiring dengan
adanya kemampuan aktifitas klien tersebut
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) KESIMPULAN DAN SARAN
pemberian oksigenasi diberikan oleh karena
kurangnya pasokan darah yang membawa oksigen Hasil penelitian tentang pemberian
dari arteri koronaria ke miokardium sehingga oksigenasi dan kecepatan penurunan nyeri dada
mengakibatkan timbulnya keluhan nyeri dada pada klien infark miokard akut dapat disimpulkan
JURNAL KEPERAWATAN 32
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091
bahwa Hampir seluruhnya klien infark miokard Masud (1999). Dasar-Dasar Fisiologi
akut mengalami skala nyeri dada berat terkontrol Kardiovaskuler, Jakarta, EGC
sebelum pemberian oksigenasi. Sebagian besar
klien infark miokard akut mengalami nyeri dada Notoatmodjo, S (2002). Metodologi Penelitian
ringan sesudah pemberian oksigenasi. Terdapat Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
pengaruh pemberian oksigenasi terhadap
kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark Nursalam (2003). Konsep Dan Penerapan
miokard akut di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Surabaya. Terkait hasil penelitian peneliti Salemba Medika, Jakarta
menyarankan pembuatan prosedur tetap tentang
pemberian oksigenasi baik nasal maupun masker Nursalam & Siti Pariani. (2001). Metodologi Riset
yang baku oleh komite keperawatan. Keperawatan. Info Medika. Jakarta
JURNAL KEPERAWATAN 33