Anda di halaman 1dari 15

EVIDANCE BASED NURSING PRACTIC

ACUTE MIOCARD INFARK (AMI)

Febrianti Ningsih, S. Kep


NIM: 1911438064

Preceptor Akademik: Wan Nishfa Dewi, S.Kp., MNg, Ph.D


Preceptor Klinik: Ns. Sarina Dewi, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING (GUIDED
IMAGERY) MENURUNKAN NYERI PASIEN PASCA SERANGAN
JANTUNG

Rizka Febtrina1, Winta Febriana2


1
Ns. Rizka Febtrina, M.Kep., Sp.Kep.M.B, Program Studi Profesi Ners, STIKes Payung Negeri Pekanbaru,
2
Winta Febriana, S.Kep, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Email: rizka.febtrina@gmail.com

ABSTRAK
Serangan jantung atau yang biasa disebut juga dengan Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi yang
mengancam jiwa pasien yang di tandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium.
Kondisi yang biasa di rasakan oleh pasien pasca serangan jantung yaitu rasa nyeri di bagian dada. Nyeri
merupakan respon ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu. Apabila nyeri tidak di atasi maka akan
menimbulkan dampak yang tidak nyaman terhadap pasien baik secara fisik ataupun psikologis. Salah satu
intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri adalah teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi imajinasi terbimbing terhadap penurunan
nyeri pasien pasca serangan jantung di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Sampel pada
penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis IMA yang mengalami nyeri sedang. Jenis penelitian ini
adalah adalah kuantitatif desain yang di gunakan adalah quasi experimen “pretest posttest without control
group”, sebelum dan setelah diberikan intervensi dilakukan pengukuran skala nyeri. Analisa yang di gunakan
adalah uji paired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (Guided Imagery) terhadap penurunan nyeri pasien pasca serangan jantung p value 0,002 (p value
< α). Penelitian ini merekomendasikan untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian faktor-faktor yang
menpengaruhi nyeri pada pasien IMA.

Kata Kunci : Nyeri, Relaksasi Imajinasi Terbimbing, Serangan Jantung

ABSTRACT
Heart attack or commonly referred to as acute myocardial infarction (AMI) is a life-threatening condition that
is marked by the formation of local necrotic area within the myocardium. The usual condition felt by the
patient after heart attack is the pain in the chest. Pain is a sensation of individual discomfort felt by the
patient. If the pain is not solved it will result in an uncomfortable to the patient either physically or
psychologically. One of the interventions that can be used to reduce pain is a guided imagery relaxation
technique (Guided Imagery). The purpose of this study was to determine the effect of guided imagery
relaxation techniques (Guided Imagery) to decrease the patient's pain after a heart attack at the Flamboyan
Lounge Arifin Achmad Hospital in Riau province. The samples in this study were patients with AMI medical
diagnoses who experienced moderate pain. The type of this research is quantitative design that is used is quasi
experiment "pretest posttest without control group", before and after given intervention measurement of pain
scale. The analysis used is paired sample t test. The result of this research shows that there is influence of
Guided Imagery relaxation technique to the patient's pain relief after heart attack p value 0,002 (p value <α).
This study recommends to develop and carry out research on factors that affect pain in AMI patients.

Keywords : Guided Imagery, Heart Attack, Pain

PENDAHULUAN darah sehingga menyebabkan penyumbatan

Gangguan kardiovaskular yang sering pembuluh darah (Agustini, 2013). Menurut

terjadi saat ini adalah Penyakit Jantung World Health Organization WHO (2008)

Koroner (PJK). PJK di sebabkan karena PJK merupakan penyebab kematian utama

kekakuan dan endapan plak pada pembuluh di dunia (12,2%). Angka ini akan terus

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 41


meningkat dan diperkirakan mencapai 23,3 Guided imagery atau imajinasi terbimbing
juta kematian pada tahun 2030 yang merupakan sebuah proses menggunakan
disebabkan oleh penyakit jantung dan kekuatan fikiran dengan mengarahkan
stroke. Penyakit jantung dan pembuluh tubuh untuk menyembuhkan diri
darah di Indonesia terus meningkat dan memelihara kesehatan melalui komunikasi
memberikan dampak kesakitan, kecacatan dalam tubuh melibatkan semua indra
dan beban sosial ekonomi bagi keluarga (visual, setuhan, penciuman, penglihatan,
penderita penyakit jantung tersebut. dan pendengaran) sehingga terbentuk
keseimbangan antara tubuh dan jiwa.
Serangan jantung atau Infark Miokard Akut Guided imagery bertujuan untuk
(IMA) adalah kondisi yang mengancam menghasilkan dan mencapai keadan yang
jiwa yang ditandai dengan pembentukan optimal yang digunakan untuk mengalihkan
area nekrotik lokal di miokardium. Keluhan perhatian dari sesnsasi yang tidak
yang biasa dirasakan oleh pasien IMA yaitu menyenangkan (Bulechek, Butcher &
rasa nyeri di bagian dada (Black & Hawks, Dochterman, 2013).
2014). Nyeri didefinisikan sebagai sensasi
yang tidak mengenakan yang bersifat Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
individual yang disarakan oleh pasien dilakukan oleh peneliti di RSUD Arifin
tersebut. Pasien merespon nyeri yang Achmad Provinsi Riau, di peroleh data dari
dialami dengan cara seperti berteriak, Rekam medis (RM) jumlah pasien yang
meringis dan lain-lain. Perawat harus dirawat di ruang rawat inap Flamboyan
mampu mengkaji dan memahami nyeri pada bulan Januari sampai bulan Maret
yang dirasakan pasien, karena nyeri bersifat 2017 dengan diagnosis medis STEMI dan
sabjektif (Asmadi, 2008). NSTEMI berjumlah 41 orang pasien. Hasil
obsevasi yang dilakukan dilapangan,
Intervensi yang di berikan kepada pasien apabila pasien merasakan nyeri yang begitu
IMA meliputi pendekatan farmakologi dan hebat maka pasien akan di berikan obat anti
non-farmakologi yang digunakan untuk nyeri dan juga pasien tersebut akan
mengurangi rasa nyeri (Yeti, 2009). Salah diberikan tidakan non-farmakologi seperti
satu tindakan non farmakologi untuk pemberian teknik relaksasi nafas dalam.
mengurangi rasa nyeri pada pasien adalah
teknik imajinasi terbimbing.

42 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


Apabila nyeri tidak segera diatasi maka purposive. Kriteria inklusi pada penelitian
akan menimbulkan dampak yang tidak ini adalah pasien dengan diagnosis medis
nyaman terhadap pasien baik secara fisik STEMI dan NSTEMI yang memiliki skala
ataupun psikologis, jadi nyeri harus segera nyeri sedang.
diatasi dengan pendekatan farmakologi
ataupun nonfarmakologi. Perbedaan teknik Instrumen pada penelitian ini adalah
relaksasi imajinasi terbimbing (Guided Numeric Rating Scale (NRS) yang
Imagery) dengan teknik relaksasi lainnya digunakan oleh peneliti untuk mengukur
adalah teknik ini menggunakan kekuatan skala nyeri pasien pasca serangan jantung.
fikiran pasien untuk membayangkan hal Lembar observasi yang berisikan tentang
positif dengan mengarahkan tubuh untuk Standart Operating Prosedur (SOP) yang
menyembuhkan diri, memelihara kesehatan berisikan langkah-langkah dalam
melalui komunikasi dalam tubuh yang pemberian guided imagery. Prosedur
melibatkan semua indra. pengumpulan data mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan pengumpulan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui data. Analisa data yang digunakan adalah
pengaruh teknik relaksasi imajinasi uji t dependent sample untuk mengetahui
terbimbing (Guided Imagery) terhadap beda skala nyeri pasien yang diberikan
penurunan nyeri pasien pasca serangan Guided Imagery setelah dilakukan post test.
jantung di Ruang Flamboyan RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. HASIL
Karakteristik responden pada penelitian ini
METODE dapat dilihat pada tabel 1.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi responden di ruang
kuantitatif dengan desain penelitian quasi
Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
eksperimen. dengan rancangan penelitian
Karakteristik Frek (%)
pretest-posttest without control group. Usia:
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Arifin 36-45 1 8,4
46-55 8 66,6
Achmad Provinsi Riau di ruang Flamboyan. 56-65 3 25
Responden pada penelitian ini berjumlah 12
Jenis
orang pasien dengan nyeri akibat serangan Kelamin:
jantung yang diambil dengan teknik Laki-laki 9 75
Perempuan 3 25

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 43


Pendidikan Berdasarkan tabel 2 dapat dilihaat bahwa
SD 4 34
responden yang di berikan intervensi teknik
SMP 3 25
SMA 5 41 relaksasi imajinasi terbimbing di dapatkan
rata-rata sekala nyeri 4,17 sedangkan
Pekerjaan
Ibu Rumah 3 25 setelah intervensi rata-rata nilai skala nyeri
Tangga(IRT)
turun menjadi 3,25.
Wiraswasta 4 34
Buruh 2 16
Tabel 3. Perbedaan Skala nyeri sebelum dan
Tabel 1 menunjukan bahwa responden yang sesudah intervensi teknik relaksasi imajinasi

paling banyak terkena serangan jantung di terbimbing (Guided Imagery) di ruang Flamboyan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad
Mean P
Provinsi Riau pada usia 46- 55 tahun Nyeri Mean SD
diff value
sebanyak 8 responden (66,6%) dan berjenis Sebelum 4,17 1,267
0,833 0,002
Sesudah 3,25 1,765
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9
responden (75%). Responden yang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
berpendidikan SD 34% Sebanyak 4
bahwa rata-rata skala nyeri pasien sebelum
responden, SMP 25% sebanyak 3
dilakukan intervensi guided imagery yaitu
responden, dan yang berpendidikan SMA
4,17 dengan standar deviasi 1,267, sesudah
41% Sebanyak 5 responden. Responden
dilakukan intervensi guided imagery
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga 25%
menjadi 3,25 dengan standar deviasi 1,765
sebanyak 3 responden, bekerja sebagai
terdapat penurunan nyeri sebesar 0,833.
wiraswasta 34% sebanyak 4 responden,
Hasil uji paired t test di dapatkan p value
bekerja sebagai buruh 16% sebanyak 2
0,002 (p value < α) sehingga H0 ditolak
responden dan responden yang bekerja
yang menunjukan bahwa ada pengaruh
sebagai petani 25% sebanyak 3 responden.
yang signifikan teknik relaksasi imajinasi
terbimbing (guided imagery) terhadap
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi teknik penurunan nyeri pasien pasca serangan
relaksasi imajinasi terbimbing (Guided Imagery) di jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin
ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi Achmad Provinsi Riau.
Riau
Nyeri Mean SD SE
Sebelum 4,17 1,267 0,366
Sesudah 3,25 1,765 0,509

44 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


PEMBAHASAN penyakit jantung diantaranya adalah faktor

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin, dengan angka

sebagian besar responden berada pada kejadian pada laki-laki jauh lebih banyak

rentang usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 8 dibandingkan pada perempuan akan tetapi

orang (66,6%). Kejadian penyakit jantung kejadian pada perempuan akan meningkat

ini meningkat seiring bertambahnya usia. setelah menopause sekitar usia 50 tahun

Menurut Delima (2015) penyakit jantung (Supriyono, 2008). Hasil penelitian ini tidak

koroner terjadi seiring dengan bertambah sejalan dengan penelitian yang dilakukan

nya usia. Maka dengan bertambahnya usia oleh Didi, Ibrahim, & Putri (2015)

maka semakin besar kemungkinan untuk menyimpulkan bahwa angka kejadian

terserang penyakit jantung koroner. Hasil penyakit jantung ini lebih tinggi terjadi

penelitian ini sejalan dengan penelitian pada wanita di bandingkan pada pria.

Cipto (2015) yang menyimpulkan bahwa


kejadian penyakit infark miokard akut ini Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan

terjadi pada usia 40 tahun keatas. hasil bahwa paling banyak responden di
Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad

Menurut Mannan (2013), pada saat terjadi Provinsi Riau sebagai wiraswasta yaitu

pertambahan usia sampai mencapai tua, sebayak 4 responden (34%). Hasil

terjadi pula resiko peningkatan penyakit penelitian ini tidak sejalan dengan

yang meliputi kelainan kejiwaan, kelainan penelitian Livia (2014) tentang faktor-

jantung dan pembuluh darah serta faktor yang berpengaruh terhadap kejadian

berkurangnya fungsi panca indera dan gagal jantung pada pasien infark miokard

kelainan metabolisme. Dari penjelasan di akut menyimpulkan bahwa kejadian

atas dapat disimpulkan bahwa umur penyakit infark miokard ini terjadi

mempengaruhi terjadinya penyakit disebabkan karena pola hidup yang tidak

serangan jantung. sehat dengan kebiasaan merokok dan tidak


melakukan olahraga atau melakukan

Jenis kelamin responden di ruang aktivitas lainnya dan bukan berdasarkan

Flamboyan RSUD Arifin Achmad Provinsi pekerjaan.

Riau terbanyak adalah laki-laki yaitu


sebanyak 9 orang (75%), sedangkan wanita Hasil penelitian yang dilakukan kepada 12

hanya 3 orang (25%). Penyebab tejadi responden pemberian teknik relaksasi

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 45


imajinasi terbimbing (guided imagery) rata- keperawatan untuk mengatasi masalah
rata nyeri sebelum dilakukan intervensi tersebut. Intervensi keperawatan yang dapat
yaitu 4,17 dan rata-rata setelah di berikan diberikan salah satunya adalah guide
intervensi 3,25. Pada penelitian ini di imagery.
dapatkan ada ada 9 orang pasien yang
mengalami penurunan nyeri dari nyeri yang Hasil uji bivariat di dapatkan p value 0,002
sedang menjadi ringan dan 3 orang pasien (p value < α), berarti ada pengaruh yang
yang di berikan intervensi tidak mengalami signifikan teknik relaksasi imajinasi
penurunan nyeri. terbimbing terhadap penurunan nyeri pasien
pasca serangan jantung di RSUD Arifin
Perry & Potter (2009) menyatakan nyeri Achmad Provinsi Riau. Interevensi non-
adalah kondisi perasaan yang tidak farmakologis yang bisa diberikan kepada
menyenangkan yang bersifat subjektif pasien pasca serangan jantung yaitu dengan
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap memberikan pasien manajemen nyeri yaitu
individu nyeri yang dirasakan oleh pasien berupa teknik relaksasi nafas dalam dan
yang terkena serangan jantung sering juga pengaturan posisi yang nyaman yang
disalah artikan sebagai nyeri karena bisa mengurangi nyeri yang di rasakan oleh
gangguan pencernaan ataupun nyeri pasien, dan juga pasien bisa diberikan
pinggang. Perasaan nyeri tersebut bisa tindakan teknik relaksasi yang lain untuk
menjalar ke bagian leher, rahang, lengan mengurangi nyeri tersebut (Mutaqqin,
serta punggung. Keluhan nyeri dirasakan 2009).
mulai dari ringan sampai tak tertahankan.
Pasien sering mengabaikan nyeri yang Guide imagery merupakan metode relaksasi
dirasakan dan terlambatuntuk mencari untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian
pengobatan. Nyeri pada pasien pasca berhubungan dengan perasaan relaksasi
serangan jantung terjadi akibat yang menyenangkan. Khayalan tersebut
tersumbatnya aliran darah arteri koroner ke memungkinkan pasien memasuki keadaan
miokardium, hal in akan mengakibatkan atau pengalaman relaksasi (Kaplan &
perasaan nyeri yang sangat hebat (Black & Sadock, 2010). Menurut Gorman (2010) the
Hawks, 2009). Perawat sebagai salah satu power of guided imagery telah lama di
tim kesehatan harus mamu melakukan gunakan masyarakat pada masa kuno dan
pengkajian dan melakukan tindakan mempercayai bahwa imajinasi positif akan

46 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


bisa mempercepat penyembuhan. menerapkan teknik relaksasi imajinasi
Pemberian Guided imagery merupakan terbimbing (Guided Imagery) untuk
salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri.
penanganan rasa nyeri yang dirasakan
pasien serangan jantung. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Penelitian lain yang mendukung dengan “pengaruh teknik relaksasi imajinasi
hasil penelitian ini adalah penelitian yang terbimbing (Guided Imagery) terhadap
dilakukan oleh Novarenta (2013) tentang penurunan nyeri pasien pasca serangan
“guide imagery untuk mengurangi rasa jantung di ruang Flamboyan RSUD Arifin
nyeri saat menstruasi di dapatkan hasil Achmad Provinsi Riau” dapat disimpulkan
guided imagery dapat mengurangi rasa bahwa ada pengaruh teknik relaksasi
nyeri saat menstruasi”. Hal ini juga sejalan imajinasi terbimbing (Guided Imagery)
dengan penelitian yang dilakukan oleh terhadap penurunan nyeri pasien pasca
Aprianto (2013) yang mnyebukan bahwa serangan jantung di ruang Flamboyan
teknik relaksaasi imajinasi terbimbing RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
efektif terhadap penurunan kecemasan pada
pasien pre operasi dibandingkan dengan Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan
teknik relaksasi nafas dalam. kepada institusi pelayanan kesehatan untuk
dapat menerapkan teknik relaksasi imajnasi
Berdasarkan analisa tersebut maka dapat terbimbing (Guided Imagery) dalam
disimpulkan bahwa teknik relaksasi memberikan asuhan keperawatan terhadap
imajinasi terbimbing (Guided Imagery) pasien yang mengalami nyeri dalam rentang
dapat berpengaruh terhadap penurunan ringan dan sedang. Hasil penelitian ini
nyeri pasien pasca serangan jantung. Terapi dapat dijadikan sebagai masukan bahan
ini meningkatkan relaksasi pada pasien, referensi penelitian selanjutnya untuk
mengalihkan konsentrasi dan perhatian dari mengembangkan dan melaksaksanakan
rasa nyeri serta berangsur-angsur penelitian tentang faktor-faktor yang
menurunkan persepsi terhadap rasa yang mempengaruhi nyeri pada pasien infark
dirasakan. Sehingga diharapkan setiap miokard akut.
pasien yang mengalami nyeri dapat

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 47


REFERENSI

Agustini. (2013). Nyeri serangan jantung. Fakultas ilmu keperawatan universitas


padjajaran. Diperoleh dari http://pmb.psikpadjajaran.ac.id di akses pada 21 juni 2017

Aprianto, D, Kristyawati, S.P, & Purnomo, E.C. (2013). Efektivitas teknik relaksasi
imajinasi terbibing dan nafas dalam terhadap kecemasan pada pasien pre
operasi.Diperolehdarihttp://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukepera
watan/article/view 166 diakes pada 15 April 2017

Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:Salemba Medika

Baransyah, L. (2014). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung


pada pasien infark miokard akut. Di peroleh dari http//e-journal.com/faktor-
faktor.IMA.2014/10 di akses pada 24 Juli 2015

Black. J.M. & Hawks. J.H. (2009). Keperawatan medikal bedah; Edisi 8. Jakarta; salemba
medika

Cipto. S. (2015). Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada
penyekit jantung koroner. Diperoleh dari http.//www.e-
journal.com/2015/14/identifikasi/IMA.html di akses pada 25 Juli 2017

Dellma. (2015). Info kesehatan jantung lengkap. Di peroleh dari


http.//info.kesehatan.jantung/2015 di akses pada 24 Juli 2017

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Lingkungan sehat, jantung sehat.


Diperoleh dari http://www.depkes.go.id.article/view/201410080002/lingkungan-
sehat.html#sthash.QSEHw1Xr.dpuf diakses pada 1 April 2017

Didi, K., Ibrahim, K. & Putri, A.P. (2015). Pengalaman pasien pertama mengalami
serangan jantung pertama kali yang dirawat di ruang ICU. diperoleh dari
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/102 diakses pada 11 mei 2017

Gorman, B. (2010). The power of Guided Imagery. University of Minnesota : Mandala

Jefri. (2011). Fakor-faktor penyebab kejadian IMA. DI peroleh dari


hhp://journal.Ima.ac.id/download/455. Di akses pada 20 Juli 2015
Kaplan & Sadock. (2010). Sinopsis psikiatri keperawatan klinis , jilid 5. Tangerang; Bina
Rupa Ashara Publizer

Mannan. (2013). Pengaruh usia terhadap perjalanan penyakit. Di peroleh dari


http//kumpulan.buku.elektronik.2013. di akses pada 23 Juli 2017

Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular


dan hematologi. Jakarta; Salemba Medika

48 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017


Novrenta, .A. (2013). Guided imagery untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi.
Diperoleh dari http//e-jounal.com/2013/guided imagery.htm. diakses pada 5 mei 2017

Oman. (2008). Pengalaman pasien terserang penyakit jantung. Di peroleh dari http//e-
journal.com/2012/penyakit jantung.co.id Di akses pada 10 juni 2017

Porter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan; Edisi 7, Jakarta;
Salemba Medika

Supriyono. (2008). Faktor usia, jenis kelamin terhadap kejadian penyakit IMA. Di peroleh
dari http//.books.google.co.id di akses pada 22 juli 2017

Yeti. (2009). Penanganan nyeri farmakologi. Di peroleh dari http://books.google.co.id di


akses pada 20 juni 2017

Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017 49


Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091

KECEPATAN PENURUNAN NYERI KLIEN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN PEMBERIAN


OKSIGENASI

Wiwin Susilodewi
RSU Haji Surabaya

ABSTRAK

Penyakit infark miokard akut adalah penyakit gawat darurat jantung dengan yang tersering adalah
adanya nyeri dada, oleh karena itu sangat penting untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan nyeri
dada tersebut. Di Ruang Intensif Care RSU Haji Surabaya melakukan pelayanan pada klien infark miokard
akut dengan keluhan nyeri dada tersebut.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecepatan
penurunan skala nyeri dada dengan pemberian oksigenasi tambahan pada klien infark miokard akut di
Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya. Adapun metode penelitian adalah quasy eksperiment dengan
teknik two group pratest-posttest design. Sampel penelitian ini sebanyak 17 klien, variabel penelitian ini
adalah pemberian oksigenasi dan skala nyeri dada, untuk tes uji statistik menggunakan tes uji wilcoxon match
paired. Hasil penelitian didapatkan hasil tes uji wilcoxon match paired F = -3,729 dengan ά = 0,000 yang
berarti Ho ditolak. Disimpulkan ada kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark miokard akut dengan
pemberian oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya

Kata-kata kunci: nyeri, oksigen

DECREASE PAIN OF ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION CLIENTS WITH GIVING


OXYGENATION

ABSTRACT

Acute myocardial infarction is a disease emergency heart disease with the most common are chest
pain, therefore it is very important to reduce or eliminate the complaints of chest pain. In the Intensive Care
unit RSU Haji Surabaya do service to clients acute myocardial infarction with complaints of chest pain. this
study was to determine the pace of decline chest pain scale with the provision of additional oxygenation in
acute myocardial infarction client in the Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya. The research method is quasy
experiment with techniques group pratest two-posttest design. The study sample as many as 17 clients, this
research variable is the provision of oxygenation and chest pain scale, to test statistical test using the test
match paired Wilcoxon test. The result showed the test results match paired Wilcoxon test F = -3.729 with ά
= 0,000 which means that Ho is rejected. Concluded that there is a decrease in the speed of chest pain in
acute myocardial infarction clients by providing oxygenation in the Intensive Care Unit RSU Haji Surabaya

Key words: pain, oxygen

PENDAHULUAN merupakan gejala khas dari penyakit jantung


terutama infark miokard akut. Oleh karena itu,
Penyakit infark miokard akut atau yang sangat penting untuk menurunkan atau
selanjutnya disebut IMA adalah penyakit gawat menghilangkan keluhan nyeri dada sehingga
darurat jantung. IMA merupakan penyebab dapat dilakukan pengobatan selanjutnya yang
kematian yang tidak dapat diketahui jumlah lebih tepat dan segera (Paisal, 2008).
insidennya. American Heart Association (AHA) Keluhan nyeri dada tersebut dapat terjadi
atau Asosiasi Ahli Jantung Amerika oleh karena kurangnya suplai oksigen pada otot
memperkirakan 900.000 orang yang terserang jantung atau iskemia miokardium (Hyhiena,
IMA dari mereka berjumlah 245.500 orang 2008). Adapun tanda dan gejala khas selama
meninggal (Hudak & Gallo, 2005) dan di Inggris nyeri dada adalah perasaan seperti diremas-
pada tahun 2005 penyebab kematian akibat IMA remas, ditekan berat, atau nyeri di daerah dada,
berjumlah 150.000 orang. beberapa keluhan yang terutama di belakang tulang dada. Nyeri yang
sering terjadi adalah adanya keluhan nyeri dada timbul seringkali menjalar ke leher, dagu, lengan,
baik sebelah kanan maupun kiri yang menjalar ke punggung, bahkan ke gigi. Klien biasanya juga
leher, bahu hingga ke lengan akibat dari iskemia mengeluh kembung, nyeri ulu hati, lemah,
miokard jantung (Ahmad, 2008). Nyeri dada berkeringat, mual, kram, dan napas pendek yang

JURNAL KEPERAWATAN 29
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091

disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen Berdasarkan data jumlah klien IMA yang
akibat penyempitan pembuluh darah jantung ada di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya selama
karena penumpukan lemak atau arteriosklerosis tahun 2007 sebanyak 203 klien dengan rata-rata
(Faqih, 2006). tiap bulannya sebanyak 17 klien (8,37%),
Terapi pemberian oksigen adalah sedangkan pada tahun 2008 meningkat sebanyak
merupakan salah satu dari terapi pernafasan 242 klien sehingga rata-rata tiap bulannya
dalam mempertahankan oksigenasi pada jaringan sebanyak 21 klien (8,68%) pada tahun tersebut.
yang adekuat, secara klinis pemberian oksigenasi Dari rata-rata jumlah tersebut semuanya
bertujuan untuk 1) untuk mengatasi nyeri dada mengalami keluhan nyeri dada mulai ringan
akibat dari suatu keadaan hipoksemia; 2) untuk sampai berat.
menurunkan daya kerja nafas dan 3) menurunkan Untuk pengobatan dan terapi apabila nyeri
daya kerja miokard jantung. Adapun syarat-syarat dada yang muncul secara efektif, selain
dari pemberian oksigenasi adalah meliputi : 1) pemberian oksigenasi maka sebelumnya yang
Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat perlu dilakukan adalah istirahat sejenak dan
terkontrol, 2) Tidak terjadi penumpukan oksigen, menenangkan diri klien tersebut, tubuh harus
3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, dibuat senyaman mungkin hingga gejala
4) efisien dan ekonomis dan (5) nyaman untuk berkurang (Hyhiena, 2008). Berdasarkan uraian
klien (Ikhsanudin, 2004). tersebut timbul pertanyaan ingin diketahui
Pemberian terapi oksigen pada klien infark bagaimana kecepatan penurunan nyeri dada pada
miokard akut yang mengalami keluhan nyeri dada klien infark miokard akut dengan pemberian
dapat dengan cara kanula nasal atau dengan oksigenasi
menggunakan masker, tergantung dari berat
ringannya nyeri dada. Keunutungan dari terapi BAHAN DAN METODE
oksigen dengan menggunakan kanula nasal
memudahkan klien untuk tetap beraktiftas seperti Rancangan pada penelitian ini adalah
makan-minum dan berbicara namun asupan quasy eksperiment dengan teknik two group
oksigen kurang dari 45%, sedangkan pemberian pratest-posttest design, yaitu rancangan
oksigen dengan masker asupan oksigen yang penelitian dengan perlakuan tertentu setelah itu
masuk lebih besar (> 45%) namun membuat dilakukan pengukuran terhadap variabel
tidak bebas bergerak maupun beraktifitas bagi dependentnya (Wasis, 2008). Populasi penelitian
klien (Razi, 2008). ini adalah semua klien Infark Miokard akut yang
Adapun secara teknisnya pemberian terapi dirawat di ruang Intensif Care Unit RSU Haji
oksigen nasal atau oksigen aliran rendah akan Surabaya. Sampel dalam penelitian ini adalah 17
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung klien IMA yang dipilih secara simple random
pada tipe pernafasan dengan patokan volume sampling. Variabel independen dalam penelitian
tidal klien. Pemberian oksigen sistem aliran ini adalah pemberian oksigenasi secara nasal dan
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan masker sedangkan variabel dependen adalah
oksigen tetapi masih mampu bernafas dengan penurunan tingkat nyeri. Klien IMA yang telah
pola pernafasan normal, misalnya klien dengan setuju menjadi subyek penelitian diukur scala
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan nyeri menggunakan skala nyeri Bourbanis.
pernafasan 16 – 20 kali permenit, sedangkan Selanjutnya diberikan oksigen nasal 1-6 l/menit
pada terapi oksigen masker atau terapi oksigen selama 30 menit atau oksigen masker 5-8 l/menit
aliran tinggi adalah suatu tehnik pemberian selama 30 menit. Setelah pemberian oksigen
oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak selama 30 menit diukur skala nyeri ke dua. Alat
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga pengumpul data pada penelitian ini adalah berupa
dengan tehnik ini dapat menambahkan lembar observasi yang diisi oleh peneliti untuk
konsentrasi oksigen yang lebihtepat dan teratur. mengukur / mengetahui skala nyeri dada pada
Artinya gas yang dialirkan dari tabung menuju ke klien yang diberikan terapi oksigen pada kelompok
masker yang kemudian akan dihimpit untuk terapi oksigen kanula nasal dan kelompok terapi
mengatur suplai oksigen sehingga tercipta oksigen masker. Data yang telah terkumpul di
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat tabulasi dan disajikan dalam distribusi frekuensi.
dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri pada
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 pemberian oksigenasi secara nasal dan masker
L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55% dilakukan tes uji statistik menggunakan wilcoxon
(Ikhsanuddin, 2004) sehingga perlu dikaji match paired, dengan nilai α = 0,05 . Jika α <
bagaimana pengaruh pemberian oksigenasi 0,05 berarti Ho ditolak dengan demikian ada
terhadap kecepatan penurunan nyeri dada pada kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark
klien infak miokard akut. miokard akut dengan pemberian oksigenasi
(Sugiyono, 2007).

JURNAL KEPERAWATAN 30
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091

perlu perawatan secara intensif dengan penyakit


HASIL DAN PEMBAHASAN kritis mulai yang akut sampai kronis seperti
kegawatan jantung, klien dengan kondisi kritis
Penelitian tentang kecepatan penurunan akibat komplikasi dari penyakitnya. Jumlah tempat
nyeri dada pada klien infark miokard akut dengan di Ruang ICU sebanyak 9 tempat tidur. Adapun
pemberian oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit klien dengan kegawatan jantung seperti infark
RSU Haji Surabaya dilaksanakan tanggal 01 miokard akut yang perlu pemberian oksigen baik
Agustus 2009 sampai dengan tanggal 16 Agustus dalam jangka waktu sementara maupun dalam
2009. Hasil penelitian dikelompokkan menjadi jangka waktu yang lama mendapatkan pelayanan
data umum dan data khusus. Data umum yang lebih ketat, pemberian terapi oksigen dapat
menjelaskan gambaran lokasi penelitian dan diberikan mulai nasal sampai dengan masker.
karakteristik sampel yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, lama sakit yang Karakteristik Klien IMA
dialami dan riwayat oksigenasi. Data khusus
menampilkan kecepatan penurunan nyeri dada Pada penelitian ini didapatkan klien IMA
pada klien infark miokard akut dwngan pemberian berjumlah 17 orang. Adapun data umum pada
oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji penelitian ini menampilkan distribusi klien
Surabaya. berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, lama sakit yang dialami dan riwayat
Gambaran umum tempat penelitian oksigenasi. Karakteristik klien IMA adalah
sebagian besar klien berusia diatas 51 tahun,
Ruang Perawatan Intensif atau yang pendidikan SLTA, pekerjaan swasta, waktu sakit
sering disebut Ruang ICU di RSU Haji Surabaya infark miokard 0 - 1 tahun dan pertama kali
merupakan tempat pelayanan bagi klien yang mendapatkan terapi oksigen ( tabel 1)

Tabel 1 Karakteristik Klien Infark Miokard Akut di Ruang Intensif Care


Unit RSU Haji Surabaya
Karakteristik Frekuensi %
Umur
30 - 40 tahun 1 5,88
41 - 50 tahun 2 11,76
51 - 60 tahun 8 47,07
> 60 tahun 6 35,29
Jumlah Total 17 100
Pendidikan
SLTP 0 0
SLTA 11 64,72
D-3 4 23,53
S-1 2 11,76
Jumlah Total 17 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 4 23,53
Swasta 9 52,94
PNS 4 23,53
TNI 0 0
Jumlah Total 17 100
Lama Sakit IMA
0 – 1 tahun 12 70,59
2 – 3 tahun 5 29,41
> 3 tahun 0 0
Jumlah 17 100
Riwayat Oksigenasi
Pertama 11 64,72
Kedua 3 17,64
Ketiga 3 17,64
Keempat 0 0
Jumlah 17 100

JURNAL KEPERAWATAN 31
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091

Skala Nyeri Dada Sebelum dan Setelah mengalami nyeri ringan. Setelah pemberian
Pemberian Oksigenasi oksigen selama 10 menit kondisi nyeri dada masih
tetap. Pada pemberian oksigen setelah 20 menit
Hasil penelitian menunjukkan skala nyeri berikutnya terjadi pergeseran sebagian besar
klien IMA saat awal masuk ruang ICU sebagian (64,72%) klien mengalami nyeri ringan dan tidak
besar (76,47%) mengalami nyeri berat terkontrol ada yang mengalami nyeri tidak terkontrol dan
dan sebagian kecil (5,88%) mengalami nyeri sebagian kecil nyeri berat terkontrol (5,88%)
berat yang tidak terkontrol dan tidak ada yang (tabel 2).

Tabel 2 Skala Nyeri Dada Sebelum dan sesudah Pemberian Oksigenansi Nasal, Pada Klien Infark
Miokard Akut di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Surabaya
Pemberian Oksigen
Skala
Awal 10 Menit 20 Menit
Nyeri Dada
f (%) f % f %
Nyeri ringan - - - - 11 64,72
Nyeri sedang 3 17,64 3 17,64 5 29,41
Nyeri berat terkontrol 13 76,47 13 76,47 1 5,88
Nyeri berat tidak terkontrol 1 5,88 1 5,88 - -
Jumlah 17 100 17 100 17 100
0,000 < 0,05F = -3,729 dengan =0,000

Hasil tes uji statistik wilcoxon match yang hebat. Untuk mengatasi keluhan nyeri dada
paired didapatkan hasil hitung F = -3,729 dengan yang hebat tersebut diberikan pengobatan
p=0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari salahsatunya dengan pemberian oksigenasi
taraf nyata (p=0,000 <= 0,05) terdapat masker dengan konsentrasi 40-60% dengan
perbedaan kecepatan penurunan nyeri dada pada harapan asupan oksigenasi dapat lebih banyak
klien infark miokard akut dengan pemberian dan kontinyu sehingga dapat mensupply
oksigenasi di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji kekurangan oksigen yang lebih cepat sehingga
Surabaya. dapat mengurangi keluhan nyeri dada
Menurut Masud (1997) nyeri dada yang (Ikhsanuddin, 2004).
hebat akibat dari penyempitan dinding pembuluh Pemberian oksigenasi masker lebih cepat
darah sehingga mengakibatkan suplai oksigen menurunkan keluhan nyeri dada oleh karena
menuju jantung berkurang, selama 20 menit akan miokardium lebih cepat mendapat supply oksigen
terjadi iskemia jantung. Pemberian oksigenasi sehingga dapat menurunkan rangsangan impuls
merupakan salah satu terapi untuk menurunkan nyeri oleh karena terjadi keseimbangan aktifitas
nyeri dada, pemberian oksigenasi nasal diberikan neuron delta A dan C melepaskan substansi P
karena beberapa perimbangan diantaranya klien untuk menstransmisi impuls melalui mekanisme
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan pertahanan dari neuro transmitter penghambat
normal, namun asupan oksigen tidak lebih dari akibat terpenuhinya asupan oksigen yang lebih
44% (Ikhsanuddin, 2004), sehingga kecepatan cepat didapat.
penurunan nyeri dada berlangsung lambat Menurut Ikhsanuddin (2004) pemberian
(Asmadi, 2008). oksigenasi dapat mempengaruhi penurunan kerja
Pemberian oksigenasi nasal memberikan miokard akibat beban yang berlebihan dengan
asupan yang hanya 44% sehingga berdampak ketentuan konsentrasi oksigen yang terkontrol,
pada lambatnya penurunan nyeri dada pada klien mempunyai tahan jalan nafas yang rendah.
infark miokard akut, pemberian oksigenansi nasal Pemberian oksigenasi dapat diberikan melalui
diberikan oleh karena klien masih mampu nasal atau masker tergantung dari berat
beraktifitas secara terbatas seperti bergerak, ringannya gangguan kerja miokard jantung yang
berbicara dan atau masih mampu makan dan ditandai dengan berat ringannya nyeri dada
minum. Sehingga penurunan nyeri dada klien (Pusdiknakes, 2003).
tersebut berlangsung lambat seiring dengan
adanya kemampuan aktifitas klien tersebut
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) KESIMPULAN DAN SARAN
pemberian oksigenasi diberikan oleh karena
kurangnya pasokan darah yang membawa oksigen Hasil penelitian tentang pemberian
dari arteri koronaria ke miokardium sehingga oksigenasi dan kecepatan penurunan nyeri dada
mengakibatkan timbulnya keluhan nyeri dada pada klien infark miokard akut dapat disimpulkan

JURNAL KEPERAWATAN 32
Vol. VIII No 1 April 2015 ISSN 1979 - 8091

bahwa Hampir seluruhnya klien infark miokard Masud (1999). Dasar-Dasar Fisiologi
akut mengalami skala nyeri dada berat terkontrol Kardiovaskuler, Jakarta, EGC
sebelum pemberian oksigenasi. Sebagian besar
klien infark miokard akut mengalami nyeri dada Notoatmodjo, S (2002). Metodologi Penelitian
ringan sesudah pemberian oksigenasi. Terdapat Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
pengaruh pemberian oksigenasi terhadap
kecepatan penurunan nyeri dada pada klien infark Nursalam (2003). Konsep Dan Penerapan
miokard akut di Ruang Intensif Care Unit RSU Haji Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Surabaya. Terkait hasil penelitian peneliti Salemba Medika, Jakarta
menyarankan pembuatan prosedur tetap tentang
pemberian oksigenasi baik nasal maupun masker Nursalam & Siti Pariani. (2001). Metodologi Riset
yang baku oleh komite keperawatan. Keperawatan. Info Medika. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Pusdiknakes (2003). Proses Keperawatan Pada


Pasien Dengan Gangguan Sistem
Arikunto S. (2005). Prosedur suatu Pendekatan Kardiovaskuler, EGC, Jakarta
Praktis Penelitian , Bumi Aksara,
Yogyakarta Qittun (2008). Konsep Dasar Nyeri,
http://qittun.blogspot.com/2008/10/kons
Asmadi (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan ep-dasar-nyeri.html
Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta
RAZI (2008). Terapi Oksigen,
Faqih (2006). Asuhan Keperawatan Pada Pasien http://razimaulana.wordpress.com/2008/
Dengan Gangguan Kardiovaskuler, EGC, 11/02/tera pi-oksigen/
Jakarta
Riduwan (2007). Rumus Dan Data Dalam Analisis
Hyhiena (2008). Nyeri Dada Waspada Serangan Statistika, Alfabeta, Bandung
Jantung,
http://www.tanyadokteranda.com/artikel Sugiono (2005). Statistika Untuk Penelitian,
/2008/01/nyeri-dada-waspada-se Alfabeta, Bandung
rangan-jantung
Tarwoto & Wartonah (2006). Kebutuhan Dasar
Ikhsanuddin (2004).Terapi Oksigen Dalam Manusia Dan Proses Keperawatan,
Asuhan Keperawatan, Makalah, Program Salemba Medika, Jakarta
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Wahid (2005). Statistik Non Parametrik, Andi,
Yogyakarta
Long B.C. (2000). Perawatan Medikal Bedah Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan, Volume Wasis (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk
2, Alih Bahasa Yayasan Ikatan Profesi Perawat, EGC, Jakarta
Pendidikan Keperawatan, Bandung,
Yayasan Ikatan Pendidikan Keperewatan

JURNAL KEPERAWATAN 33

Anda mungkin juga menyukai