Anda di halaman 1dari 14

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST FIKSASI

EKSTERNAL (Gips) e.c FRACTURE COLLES TYPE FRYKMANN III DI

RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas


dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

Achmad Mulyaddin
J100141023

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014/2015
PBNGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskatr Publikasi llmiah dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi

Pada Kasus Post Fiksasi Ekstemal (Gips) e.c Fracture colles tyW Frybtann III di

KaProdi Fisioterapi FIK LrMS

SIW
(Isnaini Herawati, S.Fis., S.Pd., M.Sc.)
PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN CASE POST external fixation
(GIPS) ec FRACTURE COLLES FRYKMANN TYPE III
in Hospital Dr Moewardi Surakarta
(achmad mulyaddin, 2014, 69 page)
Abstract

Background: Post external fixation plaster 1/3 distal radius fractures ec or so-
called Colles' fracture has some problems caused by long immobilization,
including pain, edema, limited range of motion (ROM)
Objective: To determine the benefits of Infrared, transcutaneous electric nerve
stimulation (TENS) and exercise therapy to reduce pain, decrease edema, increase
range of motion (ROM) flexion, extension, ulnar defiasi, defiasi radial wrist joints
and flexion metacarpo phalangeal joints, proximal interphalang , and distal
interphalang.
Results: After therapy 6 times showed pain assessment. In tenderness T1: 3 to T6:
1, painful motion T1: 5 to T6: 3, increase range of motion of wrist S: T1: 410-00-
300 be T6: 600-00-500, F: T1: 150- 00-200 becomes T6: 190-00-260, increase range
of motion Metacharpo phalangeal S: T1: 250-00-250 be T6: 250-0-680, increase
range of motion of the proximal interphalang S: T1: 00-00-670 be T6 : 00-0-780,
increase range of motion of the distal interphalang S: T1: 00-00-140 be T6: 00-00-
190, increase muscle strength right forearm flexor T1: 4 to T6: 5, the strength of
the right forearm extensor muscles T1:4 to T6: 5, edema reduction processus
styloideus T1: 19cm into T6: 18.5cm.
Conclusion: Infrared and TENS can reduce pain, forced passive movement and
hold relax can increase range of motion, active resisted can improve muscle
strength, and free active exercise can reduce edema.
Keywords: Fracture COLLES, Infrared, transcutaneous electric nerve stimulation
(TENS), exercise therapy (ET), forced passive exercise, free of active exercise,
active resisted exercise, Hold relaxed.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akibat yang ditimbulkan dari fraktur colles salah satunya adalah

stiffness wrist joint. Immobilisasi yang lama menggunakan fiksasi eksternal

GIPS pada sendi wrist dapat menyebabkan stiffness joint atau kaku sendi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada kasus Post external

fixation (Gips) e.c close fracture colles dextra type frykmann III, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut : (1) apakah IR dan TENS

dapat menurunkan derajat nyeri sendi wrist dekstra? (2) Apakah free active

exercise dapat mengurangi odema,? (3) Apakah active resisted exercise dapat

meningkatkan kekuatan otot fleksor dan ekstensor lengan kanan? (4) Apakah

forced passive exercise dan hold relaxed menambah luas gerak sendi Wrist ,

Metacarpo phalangeal, Proximal interphalang, dan Distal interphalang

dextra?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul

Penatalaksanaan Terapi pada Post external fixation (Gips) e.c close fracture

colles dextra type frykmann III yaitu : Menjawab pertanyaan dari Rumusan

Masalah.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

a. Fraktur & fraktur colles

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang.

(Solomon, 2010). fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas,

fraktur metafisis distal radius dengan jarak kurang lebih 2,5cm dari

permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya kearah

posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi dari

prosesus stiloideus ulna (Mansjoer 2000)

2. Etiologi

Faktor utama penyebab dari keterbatasan gerak dari sendi wrist dan

sendi-sendi yang berada didistal sendi tersebut, dapat terjadi karena

kurangnya aktifitas pada sendi wrist saat pemasangan eksternal fiksasi

(Gips).

3. Patologi

Pada kasus fraktur colles dekstra dengan Immobilisasi yang lama

menggunakan fiksasi eksternal Gips pada sendi wrist dapat menyebabkan

stiffness joint atau kaku sendi. Kekakuan sendi terjadi karena oedem dan

fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot di sekitar sendi atau perlekatan

jaringan lunak satu dengan yang lain maupun dengan tulang yang berada

di bawahnya. Hal ini diperburuk dengan immobilisasi yang lama dimana

sendi tidak dilakukan latihan untuk memulihkan gerakan (Appley, 1995).


PENATALAKSANAAN STUDI KASUS

Pada pasien laki-laki dengan usia 55 tahun dengan diagnosa medis

close fraktur distal radius kanan colles type frykmann III post (GIPS) pada

pemeriksaan awal diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada

sendi wrist dextra, oedem pada sendi wrist dekstra, keterbatasan lingkup

gerak sendi wrist, metacarpo phalangeal, proximal interphalang, dan distal

interphalang dextra. penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor lengan

bawah, serta mengalami penurunan atau keterbatasan dalam melakukan

aktivitas fungsional seperti menulis, dan menggenggam benda-benda kecil.

Pelaksanaan terapi dimulai dari tanggal 8, sampai 25 juli 2014.

Modalitas fisioterapi yang diberikan yaitu IR, TENS dan Terapi latihan yang

diberikan berupa, forced passive exercise, free active exercise, resisted active

exercise, dan hold relaxed. Tujuan yang hendak dicapai pada kondisi ini

adalah mengurangi oedem, nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi,

meningkatkan kekuatan otot, dan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan

kemampuan fungsional.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil evaluasi Nilai nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)

Setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan evaluasi

dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), diperoleh hasil nyeri

tekan berkurang dari 3 menjadi 1 dan nyeri gerak berkurang dari 5 menjadi

3. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali diperoleh hasil sebagai berikut,

Hasil evaluasi derajat nyeri dengan skala Numeric Reting Scale (NRS):

Diagram 4.1 Hasil Evaluasi nyeri dengan NRS


10
8
6 Nyeri diam
4
Nyeri tekan
2
Nyeri gerak
0

Gambar 4.1

2. Hasil evaluasi lingkar segmen (oedem) sendi dengan pita ukur

Dari hasil evaluasi pengukuran anthropometri dengan

menggunakan midline/pita ukur didapatkan berkurangnya oedem setelah

dilakukan 6 kali terapi.


Diagram 4.2 evaluasi odema dengan pita ukur
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13 P. styloideus
12
11
10
9 5cm keatas
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 4.2

Dari data diagram 4.2 Hasil evaluasi lingkar segmen dengan pita

ukur terlihat adanya penurunan oedem pada wirst dextra. Pengukuran

antropometri pada titik ukur proccessus styloideus wrist dextra, pada T1

19cm dan hasil dari T6 menjadi 18.5cm. kemudian pada 5cm keatas titik

proccessus styloideus, T1 didapatkan hasil 23.5cm dan T6 23.9cm.

3. Hasil evaluasi nilai kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Pengukuran kekuatan otot adalah menggunakan Manual Muscle

Testing. Dari data yang diperoleh setelah 6 kali terapi bahwa terdapat

peningkatan kekuatan otot.

Diagram 4.3 evaluasi kekuatan otot menggunakan MMT


5
4
3
2 Otot fleksor
1 lengan bawah
0

Gambar 4.3
Dari data diagram 4.3. Hasil Evaluasi nilai kekuatan otot dengan

MMT dapat dilihat adanya peningkatan nilai kekuatan otot fleksor dan

ekstensor lengan bawah. Pada T1 nilai kekuatan otot fleksor lengan bawah

dengan nilai 4 dan hasil dari T6 menjadi 5. Sedangkan untuk nilai

kekuatan otot ekstensor phalang pada T1 dengan nilai 4 dan mengalami

peningkatan nilai kekuatan otot menjadi 5 pada T6.

4. Hasil evaluasi Lingkup Gerak Sendi (LGS) menggunakan ghoneometer

Diagram 4.4 Hasil evaluasi nilai lingkup gerak sendi wrist (LGS)
dengan goniometer
60
55
50
45
40 Fleksi
35
30
25
20 Ekstensi
15
10
5
0 Ulnar deviasi
Radial deviasi

Gambar 4.4

Diagram 4.5 Evaluasi nilai LGS, Metacharpo phalangeal(MCP),


Proksimal interphalang(PIP) dan Distal interphalang(DIP) dengan
Ghoneometer

80
75
70
65
60
55
50
45 fleksi MCP
40
35
30
25 Fleksi PIP
20
15
10
5 Fleksi DIP
0
Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.5
Dari data diagram 4.3 dan 4.4 dapat disimpulkan bahwa setelah

dilakukan terapi sebanyak enam kali terlihat adanya peningkatan LGS.

Pada sendi Wrist, untuk gerakan fleksi dari T1: 30 menjadi T6: 50,
ekstensi dari T1: 41 menjadi T6: 60, ulnar deviasi dari T1: 20 menjadi T6:

26, dan radial deviasi dari T1: 15 menjadi T6: 19. Kemudian dalam bidang

sendi Metacarpo phalangeal (fleksi) dari T1: 25 menjadi T6 : 68, dalam

bidang sendi Proksimal interphalang (fleksi) dari T1: 67 menjadi T6: 78,

dan dalam bidang Distal interphalang (fleksi) dari T1: 14 menjadi T6: 19.

Hal itu dapat terjadi seiring dengan menurunnya nyeri, spasme otot, maka

pasien lebih mudah untuk menggerakkan sendi yang semula terbatas.

Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan LGS yaitu berupa

forced passive exercise dan hold relaxed.

B. Pembahasan

1. Nyeri

Berkurangnya nyeri tersebut karena pemberian sinar infa merah

dan TENS. Penyinaran menggunakan sinar infra merah yang mempunyai

efek panas yang dapat memperlancar peredaran darah sehingga pemberian

nutrisi dan kebutuhan jaringan akan O2 terpenuhi dengan baik dan

pembuangan zat P akan lancar sehingga rasa nyeri berkurang atau

hilang. Begitu juga dengan pemberian TENS. Newton 1990 dalam

(Parjoto, 2006) mengatakan, Penurunan nyeri dengan aplikasi TENS

menggunakan Teori Gate Kontrol mekanismenya yaitu sebagai berikut.

Ransangan terhadap serabut nosiceptor (A Delta & C) menyebabkan

substansi gelatinosa tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini

memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehinggga sensasi

nyeri dirasakan. Bila terjadi aktifitas pada serabut aferen yang berdiameter
besar (A Beta) maka akan mengaktivasi sel-sel interneuron dan substansi

gelatinosa dengan kata lain substansi gelatinosa menjadi aktif sehinggga

terjadi peningkatan kontrol presinapsis sehingga gerbang akan menutup

yang berujung terhinbisinya transmisi impuls nyeri ke sistam sentral

sehingga kualitas nyeri akan menurun.

2. Oedem

Proses pengurangan oedem dengan gerak aktif pada prinsipnya

adalah memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi pumping action otot

sehingga dengan kontraksi kuat, otot akan menekan vena dan cairan odem

dapat dibawa vena ikut dalam peredaran darah (Kisner, 2007).

3. MMT

Dengan diberikan resisted active exercise telah terjadi

peningkatan kekuatan otot. Menurut kisner dan Colby (2007) jika suatu

tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka otot tersebut akan

beradaptasi den menjadi lebih kuat. Dan juga kekuatan otot dapat

meningkat seiring berkurangnya nyeri.

4. LGS

Penggunaan tekhnik forced passive exercise sangatlah efektif

dalam peningkatan LGS dan menjaga fleksibilitas otot, khususnya pada

kasus imobilisasi yang lama. Untuk menjaga LGS normal, segmen harus

bergerak melalui rentang tersedia secara berkala, baik itu adalah tersedia

bersama jangkauan atau otot jangkauan.


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa fraktur

colles dapat disebabkan karena trauma atau cedera langsung.

Pelaksanaan terapi latihan dilakukan sebanyak enam kali dan

didapatkan hasil berupa penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot fleksor

dan ekstensor lengan bawah, peningkatan luas gerak sendi wrist, MCP, PIP,

dan DIP.

B. Saran

1. Kepada pasien

Pasien disarankan untuk melakukan latihan-latihan yang telah

diajarkan terapis seperti menekuk dan meluruskan pergelangan tangan

kananya dan jarinya secara aktif atau dengan bantuan dari tangan pasien

sendiri.

2. Kepada fisioterapis

Dalam memberikan pelayanan hendaknya sesuai dengan prosedur

yang ada oleh karena itu perlu suatu pemeriksaan yang teliti, dan terarah.

3. Kepada masyarakat

Bagi masyarakat umum untuk berhati-hati dalam melakukan

aktivitas yang mempunyai resiko terjadinya trauma atau cedera.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina 2010. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Stiffness Ankle Joint


Sinistra Akibat Post Fracture Cruris. (Karya Tulis Ilmiah). Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Apley, GA and Solomon, L. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley; Edisi
ketujuh, Widya Medika, Jakarta.
Barbara (1999). Phusical agent Theory and Pratice for the Physical Therapis
Assistant.I Philadelpia : F.A. Davis Company

Christiani S. 2013. Fraktur colles. Diakses tanggal 17 oktober 2014.


http://si2l7191.blogspot.com/2013/05/bedah-colles-fracture.html
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005; Standar Profesi Fisioterapi
di Rumah Sakit

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf

Johnson M, 2002; The Analgesic Effect and Clinical Use of AL-TENS, Physical
Therapy, Review 3.

Kepmenkes. 2007. Standart Profesi Fisioterapi Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. Nomor 376/Menkes/SK/III/2007 dan Nomor
1575/Menkes.Jakarta/per/XI/2005http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod
_kepmenkes/KMK%20No.%20376%20ttg%20Standar%20Profesi%20Fisi
oterapi.pdf

Kisner,C and Colby LA. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques.
5th Ed: F.A Davis Company. Philadelphia
Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media Aeculapius
: Jakarta
Moore, keith and agur AM. R 2013. Anatomi klinik dasar, hipokrates, Jakarta.

Newton AR, 1990; Contemporary Views on Pain and The Role Played by
Thermal Agents in Managing Pain Symptoms; FA Davis Company,
Philadelphia.

Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: IFI Cabang
Semarang
Putz, R dan Pabst, R, 1997. Sobotta Atlas Anatomi Manusia; Edisi 20, Jilid 2,
Alih bahasa Septilia Inawati Wanandi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Revana D. 2012. Pemasangaan gips pada fraktur. Diakses: 13 oktober 2014.
http://celanacingkrang.blogspot.com/2012/06/memahami-pemasangan-
gips-pada-fraktur.html
Sander.A. 2010. Fraktur colles. Diakses 12 november 2014.
https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/20/fraktur-colles

Schoen, DC .2011. Adult Orthopaedic Nursing. Lippincott Williams & Wilkins:


USA
Snell, Richard S, 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Bagian 2.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Solomon L. 2010. Buku Ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley.Nugroho E.


Widya Medika. Jakarta

Sujatno, 2002. Sumber Fisis; Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi,


Surakarta.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Editor Monica Ester, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai