Anda di halaman 1dari 15

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

UNTUK MENGURANGI NYERI, OEDEMA DAN


MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI PADA KASUS
POST ORIF FRAKTUR HUMERUS 1/3 PROKSIMAL DEXTRA
DI RUMAH SAKIT UMUM DR. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
Dewi Nasari
J100160098

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN UNTUK
MENGURANGI NYERI, ODEMA DAN MENIGKATKAN LINGKUP
GERAK SENDI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR HUMERUS 1/3
PROKSIMAL DEXTRA DI RUMAH SAKIT UMUM DR. LOEKMONO
HADI KUDUS
Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempengan epiphyseal atau
permukaan rawan sendi. Fraktur Humerus adalah terputusnya hubungan tulang
humerus disertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah ). Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam
mengurangi nyeri, oedema dan menigkatkan lingkup gerak sendi ( LGS ) dengan
modalitas Infra Red Dan Terapi Latihan.setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali
didapatkakn hasil penurunan nyeri pada nyeri diam T0: 3 menjadi T3: 1, nyeri
tekan T0: 4 menjadi T3: 2, dan nyeri gerak T0: 7 menjadi T3: 3, adanya
penurunan oedema yang diukur dari titk refefrensi acromion kanan 5 cm ke bawah
dari T0: 43 cm menjadi T3: 41 cm, yang diukur dari titik referensi acromion
kanan 10 cm ke bawah pada T0: 44 cm menjadi T3: 42 cm, dan yang diukur dari
titik referensi acromion kanan 15 cm kebawah pada T0: 43 cm menjadi T3: 41 cm
dan adanya penigkatakan lingkup gerak sendi ( LGS ) pada gerakan fleksi
shoulder T0: 90° menjadi T3: 95° dan gerakan abduksi shoulder T0: 95° menjadi
T3: 100°. Infra Red Dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri oedema dan
menigkatkan lingkup gerak sendi pada kasus post orif fraktur humerus 1/3
proksimal dextra.
Kata kunci : fraktur humerus, nyeri, oedema, LGS, infra red, dan terapi latihan.

Abstract
Fracture is a breakdown of bone continuity, an epiphyseal plate or joint prone
surface. Humeral fracture is the disconnection of the humeral bone accompanaied
by damage to soft tissue (muscle, skin, nerve, and blood vessels ). To determine
the management of physiotherapy in reducing pain, edema, and increasing rang of
motion joint with Infra Red Modalities And Exercise Therapy.after therapy fot 3
times the result of pain reduction in silent pain were obtained T0: 3 become T3: 1,
tenderness pain were obtained T0: 4 become T3: 2, and motion pain were
obtained T0: 7 become T3: 3, there is a decrease in edema measures from
acromion point 5 cm go down T0: 43 cm become T3: 41, measured from
acromion 10 cm go down T: 44 become T3: 42 cm, measured from acromion 15
cm go down T0: 43 become T3: 41 cm and there is an increase in ROM flekxion
shoulder To: 90° become T3: 95° and increase in ROM abduction shoulder T0:
95° become T3: 100°. Infra Red And Exercise Therapy can reduce pain, edema,
and increase the ROM in cases post orif humeral fracture 1/3 proximal dextra.
Keyword : humeral fracture, pain, edema, range of motion (ROM), infra red,
exercise therapy

1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempengan epiphyseal atau
permukaan rawan sendi. Tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, sehingga
tekanan fisik dapat menyebabkan terjadinya fraktur serta menimbulkan pergeseran
mendadak pada fragmen fraktur yang dapat menghasilkan cedera jaringan lunak
disekitarnya (Hardisman dan Riski, 2014). Menurut World Health Organization
(WHO, 2017), kasus fraktur terjadi didunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun
2016, sementara pada tahun 2017 terdapat kurang lebih 18 juta orang, terjadinya
fraktur tersebut termasuk dialaminya akibat insiden kecelakaan, cedera olahraga,
bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya
Problematik fisioterapi yang sering muncul pada kasus fraktur adalah
nyeri, bengkak, penurunan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot pada
area fraktur. Modalitas dan terapi latihan fisioterapi yang dapat digunakan adalah
infra red untuk mengurangi nyeri dan terapi latihan untuk mengurangi bengkak
dan meiningkatkan lingkup gerak sendi pada kasus post orif fraktur humerus.
Menurut Sujatno, 1993, infra red adalah salah satu modalitas fisioterapi yang
memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri dengan dosis terapi selama 10-15
menit, intensitas toleransi pasien serta jarak pengaplikasian sekitar 35-45 cm
tegak lurus dari area yang diterapi. Terapi latihan merupakan salah satu modalitas
fisioterapi yang menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive
untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner,2012).
Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan diatas, penulis ingin
membahas lebih lanjut tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus fraktur
humerus 1/3 proksimal dextra. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
mengambiljudul “ Penatalaksanaan Infra Red Dan Terapi Latihan Untuk
Mengurnagi Nyeri, Oedema Dan Menigkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada Kasus
Post Orif Fraktur Humerus 1/3 Proksimal Humerus Dextra Di RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus”.

2
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.2.1 Tujuan Umum
untuk menigkatkan kemampuan dalam hal mengindetifikasi masalah
dan mengambil kesimpulan pada kasus post orif fraktur humerus 1/3
proksimal dextra.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dengan infra red
untuk mengurangi nyeri pada kasus post orif fraktur humerus
1/3 proksimal dextra.
1.2.2.2 Mengetahui penatalaksaan fisioterapi dengan terapi latihan
untuk mengurangi nyeri dan oedema pada kasus post orif
fraktur humerus 1/3 proksimal dextra.
1.2.2.3 Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dengan terapi latihan
untuk mengkatkan lingkup gerak sendi pada kasus post orif
fraktur humerus 1/3 proksimal dextra.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.3.1 Bagi Penulis
1.3.1.1 Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan
pelayanan fisioterapi pada kasus post orif fraktur humerus 1/3
proximal dextra.
1.3.1.2 Menambah pemahaman tentang penatalaksanaan modalitas
fisioterapi pada kasus post orif fraktur humerus 1/3 proximal
dextra.
1.3.2 Bagi Institusi
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi
objektif berdasarkan pengalaman empiris dan referensi tentang
pengaruh infra red dan terapi latihan terhadap problematika yang timbul
pada kasus post orif fraktur humerus 1/3 proximal dextra..

3
1.3.3 Bagi Masyarakat
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan pengetahuan tentang bagaimana penanganan fisioterapi pada kasus
post orif fraktur humerus 1/3 proximal dextra kepada masyarakat.
2. METODE
2.1 Teknologi Intervensi Fisioterapi
2.1.1 Infra Red ( IR)
Infra red adalah salah satu modalitas fisioterapi yang memiliki manfaat
untuk mengurangi nyeri dengan dosis terapi selama 10-15 menit,
intensitas toleransi pasien serta jarak pengaplikasian sekitar 35-45 cm
tegak lurus dari area yang diterapi.
Efek fisiologis dari infra red yaitu menghasilkan efek panas lapisan
epidermis superfisial sehinggga menimbulkan vasodilatasi yang akan
menigkatkan sirkulasi darah di daerah tersebut dan menigkatkan suplai
oksigen dan pasokan nutrisi yang akan menghilangkan nyeri serta efek
sedative pada ujung saraf yang akan menimbulkan penurunan spasme
otot, sedangkan efek terapeutik dari infra red yaitu mengurangi nyeri,
relaksasi otot dan meningkatkan suplai darah (singh, 2005).
2.1.2 Terapi latihan
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler , mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rilkesasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional(kisner, 2012).
Macam-macam terapi latihan yaitu :
2.1.2.1 Gerak aktif
Gerak aktif adalah gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
secara aktif yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara
lingkup gerak sendi dan menigkatkan kekuatan otot serta
memompa keluarnya cairan oedema, merangsang

4
perlengketan jaringan lunak dan membantu proses
penyembuhan fraktur (kisner, 2012).
2.1.2.2 Gerakan pasif
Latihan pasif adalah suatu latihan yang dilakukan oleh terapis
pada pasien, sementara pasien dalam keadaan rilek atau pasif
gerakan dilakukan oleh terapis. Tujuan gerakan pasif adalah
mengetahui nilai lingkup gerak sendi, end feel, provokasi
nyeri, kelenturan otot pada kasus fraktur.
2.1.2.3 Hold relax
Hold relax adalah salah satu teknik khusus exercise dari
Proprioceptive Neuromuscular Fasilitation ( PNF) yang
menggunakan kontraksi isometrik secara optimal pada
kelompok otot antagonis (Alamsyah,Tirtayasa Dan Imron,
2017).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pada pasien dengan kondisi post orif fraktur humerus 1/3 proksimal dextra
setelah dilakukan pemeriksaan dijumpai adanya problematik fisioterapi yaitu
adanya nyeri, oedema, penuruna lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan
otot danpenurunan aktivitas fungsional. Modalitas fisioterapi yang digunakan
adalah dengan infra red dan Terapi Latihan untuk mengurangi problematik
yang ada. Setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali terapi kepada pasien atas
nama Ny. SR usia 45 tahun dengan diagnose post orif fraktur humerus 1/3
proksimal dextra diperoleh adanya peningkatan dibandingkan sebelum
mendapatkan penanganan terapi, adapun hasil terapi yaitu sebagai berikut :

5
3.1.1 Hasil Evaluasi Nyeri

EVALUASI NYERI
8
6 7
4 5
2 4 4
3 2 3 1 2 1 2 3
0
T0 T1 T2 T3
Nyeri Diam 3 2 1 1
Nyeri Tekan 4 3 2 2
Nyeri Gerak 7 5 4 3

Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak

Gambar 1. Grafik Evaluasi Nyeri


Pada grafik 1 menunjukkan adanya penurunan nyeri diam, nyeri gerak
dan nyeri tekan setelah diberikan terapi sebanyak 3 kali di RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus dimana nyeri diam berkurang dari T0: 3 menjadi
T3: 1, Nyeri tekan berkurang dari T0: 4 mnejadi T3: 2 dan nyeri gerak
berkurang dari T0: 7 mnejadi T3: 3
3.1.2 Hasil Evaluasi Oedema

Gambar 2. Grafik Evaluasi Oedema

Pada grafik 2 diatas menunjukkan adanya penurunan oedema yang


diukur dari titik referensi acromion kanan 5 cm ke bawah dari T0: 43
cm menjadi T3: 41 cm, yang diukur dari titik referensi acromion kanan

6
10 cm ke bawah pada T0: 44 cm menjadi T3: 42 cm dan yang diukur
dari titik referensi acromion kanan 15 cm ke bawah pada T0: 43 cm
menjadi T3: 41 cm.

3.1.3 Hasil Evaluasi LGS

Gambar 3. Grafik Evaluasi LGS


Pada grafik 3 diatas menunjukkan adanya peningkatan LGS untuk
gerakan fleksi shoulder dari T0: 90° meningkat menjadi T3: 95° dan
gerakan abduksi shoulder dari T0: 95° meningkat menjadi T3: 100°.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Nyeri
Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Nyeri tidak lagi dipandang sebagai kondisi alami cidera atau trauma
yang akan berkurang secara bertahap seiring waktu karena nyeri yang
tak mereda dapat menyebabkan komplikasi, penigkatakan lama rawat
inap di rumah sakit dan distress (helmi, 2013).
Efek terapeutik penurunan nyeri dari infra red terlihat saat terapu
ke-2 sampai terapi ke-3 pada gambar diagram 1. Rasa hangat
ditimbulkan infra red dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan
superfisial sehingga dapat memperlancar metabolism dan
menyebabkan efek relaks pada uung saraf sensorik efek terapeutik
adalah mengurangi nyeri (singh, 2005).

7
3.2.2 Oedema
Pemberian latihan static contraction memberikan efek pumping action
pembuluh darah balik yaitu terjadinya penigkatan perifer resistance of
blood vessels. Dengan adanya hambatan pada peroefr maka akan
didapatkan penigkatan blood pressure dan cardiac output meningkat
sehingga mekanisme metabolism menjadi lancar dan oedema
berkurang.
Pada kontraksi isometric memanfaatkan sifat vena yang
dipengaruhi oleh kontraksi statik dari otot sehingga dengan adanya
kontraksi yang kuat akan menekan vena dan cairan oedema dapat
dibawa menuju vena proksimal dan ikut dalam peredaran darag
sehingga oedema berkurang.
3.2.3 Lingkup Gerak Sendi
Gambar grafik 3 evaluasi LGS menunjukkan adanya peningkatan LGS
sendi sebnayak 5° pada gerakan fleksi dan abduksi shoulder pada
terapi ke-4 dengan pemberian modalitas fisioterapi yaitu hold relax.
Hold relax adalah salah satu teknik khusus exercise dari
proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) yang menggunakan
kontraksi isometrik secara optimal pada kelompok otot antagonis (
Alamsyah, Tirtayasa, Dan Imron, 2017).
Teknik pemberian hold relax diawali dengan kontraksi isometrik
otot antagonis yang berdampak terstimulusnya golgy tendon organ
sehingga membangkitkan mekanisme inhibitiryyang menghambatr
kekuatan impuls motorik menuju otot antagonis sehingga hambatan
kinerja otot agonis menjadi turun, akibatnya gerakan ke agonis
menjadi lebih mudah dan luas yang mengakibatkan peningkatan
lingkup gerak sendi ( Shankar, 2010).
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah dilakukan fisioterapi sebanyak 3 kali pada pasien atas nama Ny. SR
usia 45 tahun dengan diagnosa post orif fraktur humerus 1/3 proksimal dextra

8
di RSUD dr. loekmono hadi kudus dengan modalitas infra red dan terapi
latihan. Penulis dapat menyimpulkan bahwa :
4.1.1 Penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas infra red dapat
mengurangi nyeri pada kasus post orif fraktur humerus 1/3 proksimal
dextra.
4.1.2 Penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas terapi latihan dapat
mengunrangi nyeri dan bengkak pada kasus post orif fraktur humerus
1/3 proksimal dextra
4.1.3 Penatalaksanaan fisioterapi dengan modalitas terapi latihan dapat
meningkatkan lingkup gerak sendi shoulder pada kasus post orif
fraktur humerus 1/3 proksimal dextra.
4.2 Saran
Pada akhir penulisan karya tulis ilmiah ini penulis akan menyampaikan
beberapa saran demi terciptanya tuuan terapi secara optimal, terutama pada
fisioterapi sebagai penyedia layanan kesehatan, pasien dan keluarga pasien.
4.2.1 Bagi fisioterapi
Dengan ditulisnya karya tulis ilmiah ini, diharapkan agar pemberian
modalitas infra red dan terapi latihan dapat diterapkan kepada pasien
dengan kasus post orif fraktur humerus 1/3 proksimal dextra.
4.2.2 Bagi pasien
Pasien diharapkan dapat memahami dan menerapkan latihan yang
telah diberikan oleh fisioterapi secara rutin dan edukasi yang telah
diberikan berupa kompres dingin pada area oedema, memposisikan
lengan kanan lebih tinggi / elevasi lengan kanan, mengurangi
melakukan pekerjaan berat menggunakan lengan kanan dan
mengulangi latihan yang telah diajarkan terapis.
4.2.3 Bagi keluarga pasien
Penulis mengharapkan adanya kontribusi penuh dari pihak keluarga
pasien dalam pemberian motivasi dan pengawasan pada pasien
terhadap program terapi yang telah diberika oleh fisioterapi agar dapat
mengoptimalkan progress terapi pada pasien.

9
DAFTAR PUSTAKA
A, S., & A, A. (2014). Effect of Isometric Quadriceps Exercise on Muscle
Strength,Pain , and Function in Patients with Knee Osteoarthritis : A
RandomizedControlled Study, 2–5.
Darke, R.L. Vogl, A. Wayne and Mitchell, A. 2012. Gray Basic Anatomy.
Elsevier Chrucill Livingstone. Singapore
Djaja, S., Widyastuti, R., Tobing, K., Lasut, D., & Irianto, J. (2016).
GAMBARAN Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia , Tahun 2010-2014
Description of Traffic Accident in Indonesia , Year 2010-2014, 2007, 30–42.
Dorland, W.A. 2015. Kamus Kedokte ran DORLAND. Jakarta : Kedokteran ECG.
Herawati, i., & wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Helmi, Nz. 2012. Buku ajar gangguan Muskuloskletal. Salemba Medika.
Khosrojerdi, H., Tajabadi, A., Amadani, M., Akrami, R., & Tadayonfar, M. (2018).
The Effect of Isometric Exercise on Pain Severity and Muscle Strength of
Patients with Lower Limb Fractures : A Randomized Clinical Trial Study,
7(1). https://doi.org/10.5812/msnj.68104.Research
kisner, carolyn, & Colby, lynn allen. (2012). therapeutic exercise foundations
and techniques (sixth edit). davisplus.
Launonen, A. P., Lepola, V., & Saranko, A. (2015). Epidemiology of proximal
humerus fractures. Arch Osteoporos. https://doi.org/10.1007/s11657-015-
0209-4
Launonen, A. P., Lepola, V., Flinkkilä, T., Laitinen, M., & Paavola, M. (2015).
Treatment of proximal humerus fractures in the elderly, 86(3), 280–285.
https://doi.org/10.3109/17453674.2014.999299
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi pada
Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. ECG.
Olerud, P., Ahrengart, L., Ponzer, S., Saving, J., & Tidermark, J. (2011). Internal
fixation versus nonoperative treatment of displaced 3-part proximal humeral
fractures in elderly patients : a randomized controlled trial. Journal of
Shoulder and Elbow Surgery, 20(5), 747–755.

10
https://doi.org/10.1016/j.jse.2010.12.018
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.
Pristianto, a., wiianro, & rahman, f. (2018). Terapi Latihan Dasar . surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Putra, yudha wahyu. (2012). Efektifitas jarak infra merah terhadap ambang nyeri.
Efektifitas Jarak Infra Merah Terhadap Ambang Nyeri, 1–8.
Rasjad, C. 2011. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Makassar. Bintangn
Lamumpatue.
Riski, R. dan Hardisman, 2014. Penatalaksanaan Orthopedi Hardisman
dan Terkini untuk Dokter Layanan Primer. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Snell, R.S. 2012. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : ECG
Width, P. (2017). Pengendalian Dosis Inframerah pada Alat Terapi Menggunakan
Pulse Width Modulation (PWM), 6(2), 194–204.
Widowati, R., Murti, B., & Pamungkasari, E. P. (2013). Effectiveness of
Acupuncture and Infrared Therapies for Reducing Musculoskeletal Pain in
the Elderly, 41–51.

11

Anda mungkin juga menyukai