Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi

pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang

dihadapi perawat adalah juga manusia.

Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan

pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses

penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika

yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang

lebih akrab dengan pasien.

Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling

menghormati dan menghargai di antara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam

menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,

sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam

masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para

perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan

seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori

dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini

tidak dapat dipisah – pisahkan.


Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama

baik

rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari

masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan

dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai – pegawai

kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi

pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala

jabatan, termasuk jabatan perawat

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa arti budi pekerti dalam perawatan

2. Apa itu Senyum tulus perawat merupakan pengamalan pancasila.

3. Apa Peran dan manfaat keperawatan dari segi ideologi pancasila

4. Dapat Pertimbangan moral bagi perawat dalam

menjalankan tugasnya.

5. Apa Sikap dan pribadi dalam pekerjaan

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui arti budi pekerti dalam perawatan

2. Mengetahui itu Senyum tulus perawat merupakan pengamalan

pancasila.
3. Mengetahui Peran dan manfaat keperawatan dari segi ideologi

pancasila

4. Mengetahui Pertimbangan moral bagi perawat dalam

menjalankan tugasnya.

5. Mengetahui Sikap dan pribadi dalam pekerjaan


BAB II

PEMBAHASAN

A. ARTI BUDI PEKERTI DALAM PERAWATAN

Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan

akhlak\

seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi

pekerti dalam

perawatan khususnya berarti tata susila yang berhubungan dengan

cita – cita adat dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang perawat

dalam menunaikan pekerjaannya.

1. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat

Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk

kepribadian yang baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik

adalah penting, karena perawat adalah seorang yang memberikan

pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap

orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian

untuk sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga

merupakan pekerjaan yang suci.

2. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita

Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan

menjalankan
pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada

penderita yang dirawatnya. Amal jasmani dan rohani yang diberikan

dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada penderita, merupakan

faktor penting untuk kesembuhan penderita tersebut. Seringkali

perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan yang bertalian dengan

pengertian akhlak dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini,

perawat bias menjadi penolong yang berguna untuk memberi

kekuatan jiwa terutama kepada mereka yang tidak mempunyai

harapan sembuh.

B. SENYUM TULUS PERAWAT MERUPAKAN PENGAMALAN

PANCASILA.

1. Makna senyuman

Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk

dilakukan. Senyuman mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang

luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.

Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah

kekuatan universal yang menarik sekali. Disebutnya demikian, karena ia

berpandangan bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang positif. Senyum

yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif.

Akan memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling)

yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain.

Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa

lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan

menyenangkan bagi orang lain.


Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya “Penampilan Pribadi yang

Simpatik”, menyatakan bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah

membeli dan persediannya luar biasa banyaknya, senyum ternyata memiliki

daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan

semangat yang terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi

kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu

memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan

modal utama bagi seorang perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan

rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya

sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam

menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang

menunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar

mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh

orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”.

Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah

bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan

merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan

terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah,

penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.
2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan

Pancasila

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan

signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah

hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional dengan penekanan pada

bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan

dapat memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien

untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam

menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-

butir yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai

manusia yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.

Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari

butir-butir pengamalan Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut

agar berpedoman pada Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang

perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa

keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila

sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat

maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk sosial, berkecimpung di

bidang kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat

maupun mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat

yang sedang menjalani pengobatan (pasien).


Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan

“mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia”. Ini berhubungan

dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan seorang perawat harus

memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling

mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan

tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima

’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi seorang perawat harus

dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari

golongan bawah maupun golongan atas.

Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien

Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan

kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari

pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan

kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah

menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana

caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.

Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu

faktor penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan

para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah

sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit

mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep

ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit

tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan


“tidak tersenyum” saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah

bersaing dengan rumah sakit lainnya.

Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut

untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya.

Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah

rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus

Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga

mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya adalah:

Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik

Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan

yang memberi

Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah

berakhir selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu

mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.

Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah,

perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality

in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008),

yaitu: Mulailah dengan Senyum.

Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam

lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.

Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh

faktor kuratif yaitu:

Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan

rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat
juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan

kesehatan pada klien.

Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat

meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.

Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar

menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat

menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi

dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa

yang dialami klien.

Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.

Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan

perasaan klien.

Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan

keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola

pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan

mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan personal klien.

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang

mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan

eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.


Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu

mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan

paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan

diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien

perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang bersifat profokatif.

Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam

tentang diri sendiri.

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua

aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan

profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan

faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri

sebelum mamahami orang lain.

C. PERAN DAN MANFAAT KEPERAWATAN DARI SEGI

IDEOLOGi PANCASILA

Perawat profesional pemula mempunyai peran dan funsgi sebagai

berikut:

“Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem

pelayanan kesehatan sesuai kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan

pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu,

keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah” yaitu :

1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab

dalam mengelola asuhan keperawatan.


2. Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang

keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan

jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.

3. Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien

dalam kemandirian untuk hidup sehat.

4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningatkan

kemampuan profesional.

5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang

sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.

Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang reaktif, produktif, terbuka

untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai

dengan perannya.

A. Melakukan profesi keperawatan secara akontabel dalam suatu

sistempelayanan kesehatan sesuai dengan kebijaksanaan

pemerintahberlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan dasar sampai

dengantingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada individu,

keluarga,dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan mencakup :

1.) Menerapkan konsep, teori, dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial,ilmu

biomedik, dan ilmu keperawatan dalam melaksanakanpelayanan dan/atau

asuhan keperawatan kepada individu,keluarga, dan komunitas.


2.) Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan melaluipengkajian, penetapan

diagnosa keperawatan, perencanaan,implementasi dan evaluasi keperawatan

baik bersifat promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif kepada

klien/keluarga denganmasalah keperawatan dasar dan rumit, sesuai dengan

bataskewenangan, tanggung jawab, dan kemampuan perawat,

yangberlandaskan pada etika profesi keperawatan.

3.) Mendokumentasikan seluruh tahapan proses keperawatan secaraakurat,

sistematik, dan memanfaatkannya dalam upayameningkatkan kualitas asuhan

keperawatan.

4.) Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan disiplin ilmu laindengan

menerapkan prinsip manajemen dalam menyelesaikanmasalah kesehatan yang

berorientasi pada pelayanan dan asuhankeperawatan.

B. Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat rendah

secarabertanggungjawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan

yangmencakup:

1.) Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan yang sesuaidengan kondisi

setempat dalam mengelola pelayanan/asuhankeperawatan.

2.) Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, danpengawasan

terhadap perawat pemula; dalam mengelolapelayanan/asuhan keperawatan.


3.) Bertindak sebagai pemimpim formal dan tidak formal untukmeningkatkan

movitasi dan kinerja staf keperawatan dalammengelola asuhan keperawatan.

4.) Menggunakan berbagai strategi perubahan untuk mengelolapelayanan

keperawatan.

5.) Menjadi contoh peran profesional dalam mengelola manajemen

D. PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM

MENJALANKAN TUGASNYA.

Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang

umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat

tertentu sebagai “yang salah” atau “yang benar” ( Berkowit

Z,1964 ).

Pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya

sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang “baik”

dan “benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya

justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis,

teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-

benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya.

Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi

prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk

bertindak, namun sebagai suatu pedoman umum untuk memilih

apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau

salah. Beberapa kategori prinsip diantaranya :


-Kebijakan ( dan realisasi diri )

-Kesejahteraan orang lain

-Penghormatan terhadap otoritas

-Kemasyarakatan / pribadi-pribadi

-Dan keadilan

Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas

yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat

dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan

merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan

pasien dan si pasien sendiri merasa puas atas pelayanan perawatan

yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara perawat dan

pasien.

Selain prinsip-prinsip moralitas yang dikemukakan diatas, ajaran

moralitas dapat juga berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung

dalam sila-sila pancasila, misalnya dalam sila I dan sila II.

1. Sila I ( Ketuhanan Yang Maha Esa )

Bahwa kita menyakini akan adanya Tuhan ( Allah SWT ), yang

akan selalu mengawasi segala tindakan-tindakan kita. Begitu juga

dengan perawat. Bila perawat melakukan Malpraktik, mungkin ia bias


lolos dari hukuman dunia. Tetapi hokum Tuhan sudah menanti disana

( akhirat ).

Jadi perawat harus mampu menjaga perilaku dengan baik, merawat

pasien sebagai mana mestinya.

2. Sila II ( Kemanusiaan Yang adil dan Beradap )

Disini jelas bahwa moralitas berperan penting, khususnya

moralitas perawat dalam menangani pasien. Perawat harus mampu

bersikap adil dalam menghadapi pasien, baik itu kaya-miskin, tua-

muda, besar-kecil, semua diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan

penyakit yang diderita pasien.

E. SIKAP DAN PRIBADI DALAM PEKERJAAN

Sikap dan pribadi menentukan segala perbuatan dan tingkah laku

manusia. Keadaan sikap dan pribadi seseorang dipengaruhi oleh

kekuatan batinnya : pikiran, perasaan, kemauan dan ilham /

intuisinya.

Kemauan seorang perawat merupakan bakat atau pemberian dari

jiwanya. Ia dapat memilih dengan kekuatan pikiran, sehingga ia dapat

memastikan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Baik buruk kemauan itu tergantung pada tujuannya dan tujuan itu

ditentukan oleh :

a. Keluhuran budi manusia

b. Kesosialan manusia Berbicara tentang budi pekerti, tidak lepas

dengan yang namanya kejujuran. Dalam dunia perawatan kejujuran

itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan
pembicaraan adalah penting untuk si sakit dan lingkungannya.

Perawat hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang

hal – hal si sakit dengan orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu

dan yang tidak mengerti soal perawatan penderita, meskipun orang

tersebut keluarga si sakit sendiri. Sebaiknya diserahkan kepada

Dokter yang bersangkutan. Kemungkinan akibat yang tidak baik akan

terjadi jika perawat menceritakan perihal penyakit penderita kepada

orang lain / penderita itu sendiri mengetahui penyakitnya yang

sebenarnya.

Selain perawat harus jujur dalam menunaikan tugasnya, ia juga harus

mengerti kata – kata apa yang dapat dikeluarkan sehubungan dengan

penderita dan penyakitnya. Hal ini penting sekali karena berhubungan

dengan jiwa dan keselamatan manusia.

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi

pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang

dihadapi perawat adalah juga manusia.

Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan

pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses

penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika

yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang

lebih akrab dengan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

*Prof. Drs. H.A.W. Widjaja. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan

Pancasila pada Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo

Persada

*Drs. Kaelam. M.S. 1995. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.

Yogyakarta.

Penerbit : Paradigma Yogya

*Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2004. Etika Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

*Asih, Luh Gede Yasmin. 1993. Prinsip – prinsip Merawat Berdasarkan

Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Anda mungkin juga menyukai