PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini
baik
kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi
B. RUMUSAN MASALAH
menjalankan tugasnya.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
pancasila.
3. Mengetahui Peran dan manfaat keperawatan dari segi ideologi
pancasila
menjalankan tugasnya.
PEMBAHASAN
akhlak\
pekerti dalam
menjalankan
pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada
harapan sembuh.
PANCASILA.
1. Makna senyuman
Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk
yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif.
Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa
lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan
daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan
kenyataan.
Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu
rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya
menjalani pengobatan.
mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh
orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”.
Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah
bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan
merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan
terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah,
penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.
2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan
Pancasila
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah
bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan
sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat
dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari
pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan
faktor penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan
sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit
mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep
ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit
untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya.
Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah
rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus
yang memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah
Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah,
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam
Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh
rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat
juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa
perasaan klien.
diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua
faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri
IDEOLOGi PANCASILA
berikut:
kemampuan profesional.
dengan perannya.
1.) Menerapkan konsep, teori, dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial,ilmu
keperawatan.
4.) Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan disiplin ilmu laindengan
yangmencakup:
keperawatan.
MENJALANKAN TUGASNYA.
Z,1964 ).
-Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
-Dan keadilan
yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara perawat dan
pasien.
( akhirat ).
intuisinya.
Baik buruk kemauan itu tergantung pada tujuannya dan tujuan itu
ditentukan oleh :
itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan
pembicaraan adalah penting untuk si sakit dan lingkungannya.
hal – hal si sakit dengan orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu
sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Persada
Yogyakarta.
EGC