Anda di halaman 1dari 19

POLA HUBUNGAN KERJA PERAWAT DALAM

MELAKUKAN PRAKTEK PROFESIONAL

Disusun oleh :
1. Jumiyati Yaroliah (P07120118031)
2. Restu Amalia R (P07120118033)
3. Fanni Rifqoh (P07120118035)
4. Ratri Riszi K (P07120118037)
5. Intan Dwita S (P07120118039)
6. Oni Prabandari (P07120118041)
7. Aulia Rahmawati (P07120118044)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan memiliki hubungan keterlibatan yang banyak dengan segmen manusia dan kemanusiaan.
Keperawatan memandang manusia secara utuh dan unik, sehingga praktek keperawatan membutuhkan penerapan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien.
Keunikan hubungan perawat dan pasien harus dipelihara untuk menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal
dan internal yang semuanya membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dan nyata dengan keterlibatan berbagai pihak
yang terkait dan berkepentingan. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab utama dan komitmen di atas, maka PPNI
harus memberikan respon, sensitif, serta peduli untuk mengembangkan standar praktek keperawatan.
Diharapkan dengan pemberlakuan standar praktek keperawatan di Indonesia, akan menjadi titik inovasi baru yang
dapat digunakan sebagai falsafah dasar pengembangan aspek - aspek keperawatan di Indonesia, salah satu tolak ukur
efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan, dan perwujudan diri sebagai perawat professional.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana hubungan kerja perawat dengan pasien?
 Bagaimana hubungan kerja perawat dengan sejawat?
 Bagaimana hubungan kerja perawat dengan profesi lain (dokter dan tenaga medis lainnya)?
 Bagaimana hubungan kerja perawat dengan institusi kerja?
 Bagaimana hubungan kerja perawat dengan masyarakat?
1.3 Tujuan
 Tujuan umum
Setelah penulisan makalah ini penulis memahami hubungan perawat dan pasien terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan.
 Tujuan khusus
Setelah penulisan makalah ini penulis dapat :
1. Memahami etika hubungan tim keperawatan.
2. Memahami hubungan perawat - pasien – dokter.
3. Memahami hubungan perawat – pasien dalam konteks etik.
4. Penerapan hubungan antara perawat – pasien, perawat dan perawat, perawat – profesi lain dan perawatan
dengan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN PASIEN


Pasien atau klien adalah fokus dari upaya asuhan keperawatan yang diberikan kepada perawat, sebagai salah satu
komponen tenaga kesehatan. Dasar hubungan antara perawat dan pasien adalah hubungan yang saling menguntungkan
(mutual humanity). Perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan keperawatan seoptimal
mungkin dengan pendekatan bio, psiko, social spiritual sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Hubungan yang baik antara perawat dan pasien akan terjadi bila:
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak tersebut,salah satunya
adalah hak untuk menjaga privasi pasien
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi pasien yang
disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain kelemahan fisik dan ketidakberdayaan dalam menentukan
sikap atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak dan kewajibannya dengan baik
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap memperhatikan
pertimbangan etis dan moral
5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin timbul selama pasien dalam
perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi pasien dengan cara
membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman sejawat serta dokter untuk kepentingan pasien
 Merencanakan interaksi perawat dengan pasien dengan mempertimbangkan fase - fase berikut :
1. Fase orientasi : awal pertemuan perawat dengan pasien, dilakukan kontak verbal
2. Fase kerja : landasan saling percaya antara perawat dengan pasien dibangun dan hubungan diperkuat dengan
pertemuan yang bertujuan
3. Fase terminasi : persiapan untuk pemulangan pasien dan mengakhiri hubungan
2.2 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN SEJAWAT
Dalam membina hubungan antar sesama perawat, baik dengan lulusan SPK maupun DIII Keperawatan
(perjenjangan) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat
mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan
tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi
sikap saling curiga dan benci.
 Menunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara :
 Silih Asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan mengingatkan bila sejawat
melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina hubungan yang serasi.
 Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling menghargai satu sama lain, saling menghargai
antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh
hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
 Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai atau tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat mengamalkan ilmu yang
telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.
2.3 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN PROFESI LAIN YANG SALING TERKAIT
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain
tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga rontgen, dan tenaga medis lainnya. Setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien, hanya pendekatannya saja yang
berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi masing-masing.
Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik
profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik,
walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik.
2.4 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN INSTITUSI TEMPAT PERAWAT BEKERJA
Seorang perawat yang telah menyelesaikan pendidikan, baik tingkat akademi maupun tingkat sarjana memerlukan
suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya baik di bidang pengetahuan, keterampilan, maupun
profesionalisme, sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang benar - benar sesuai dengan kemampuan standar yang
telah digariskan.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi untuk bekerja. Bila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan
keinginan dan kemampuan, maka motivasi kerja akan meningkat, tetapi bila pekerjaan yang didapatkan tidak sesuai
dengan keinginan dan cita - cita, maka akan terjadi penurunan motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara
nilai - nilai sebagai perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja.
 Agar dapat terbina hubungan kerja yang baik antara perawat dengan institusi tempat bekerja, perlu diperhatikan
hal - hal sebagai berikut:
1. Perlu ditanamkan dalam diri perawat bahwa bekerja itu tidak sekedar mencari uang, tapi juga perlu hati yang
ikhlas.
2. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti bahwa hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang dilakukan dengan
sungguh - sungguh dan penuh rasa tanggung jawab akan dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin.
3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi dengan baik sesuai
dengan nilai - nilai yang ia miliki.
4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas keperawatan dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi tempat kerja.
5. Menjalin kerjasama dengan baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi kebijakan bahwa tugas
dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan sesuai IPTEK.
2.5 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN MASYARAKAT
Menurut Ruth B. Freeman (1981), keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan
dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri
sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan
tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Dalam hal ini mencakup perawatan kesehatan keluarga (Nurse health family) dan juga meliputi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri serta memecahkan
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada merek sebelum mereka meminta bantuan
kepada orang lain.
Winslow (1920) adalah seorang ahli kesehatan masyarakat (Satu tokoh Public Health) , membuat batasan yang
sampai saat ini masih relevan, yakni Public Health atau Kesehatan masyarakat. Public Health adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk :
 Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir
 Perbaikan kesehatan lingkungan
 Mencegah dan memberantas penyakit menular
 Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perorangan Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan
tenaga kesehatan dalam satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya
masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
 Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahaan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya :
1. Pelayanan keperawatan secara langsung ( direct care) tcrhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General Community) dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue kcsehatan masyarakat dapat mcmpengaruhi keluarga, individu
dan kelompok.
Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
2. Menetapkan masalah kesehatan dan mempriorotaskan masalah tersebut.
3. Merumuskan serta memecahkan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 MASALAH
Dua perawat di ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari dipolisikan. Kedua perawat yang dipolisikan, yakni
BH dan Y, dilaporkan dr. Augustina Hehanusa atas dugaan malpraktek terhadap anak kliennya, David Jewish Hehanusa (5
tahun) yang terjadi di RSUD Manokwari pada 30 Desember 2017.
David Jewish Hehanusa dilarikan ke RSUD Manokwari pada 29 Desember 2017, dengan keluhan sakit. Kemudian,
korban didiagnosis mengalami penyakit Malaria Vivax. Korban masuk ke ruang IGD untuk menjalani perawatan dan
diberikan Paracetamol Infus 100 ml (mengandung 1000 mg) sebanyak 1 botol. Pada siang harinya, perawat kembali memberi
Paracetamol Infus 100 ml kepada korban sebanyak 1 botol.
Letak kesalahan kesalahan perawat adalah bertindak tidak sesuai prosedur, seharusnya 200 mg Paracetamol Infus yang
diberikan kepada korban, tetapi yang mereka berikan 2.000 mg, jadi tidak sesuai instruksi dokter anak sehingga korban
sudah menghabiskan 2 botol Paracetamol Infus sekaligus dalam kurun waktu 12 jam tanpa dicampur.
Berdasarkan keterangan dan resep dokter anak, seharusnya korban diberikan Paracetamol Infus sebanyak 200 mg dan
harus dicampur dengan NHCL. Akibat overdosis itulah, korban mengalami nyeri perut, muntah-muntah, lemas, pucat, dan
keringat bercucuran deras tanpa henti, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Siloam Internasional, Karawaci untuk
mendapatkan perawatan intensif.
3.2 ANALISIS
Dua perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Manokwari dilaporkan ke kepolisian karena telah melakukan
malpraktek terhadap pasien yang terserang penyakit malaria. Kasus tersebut terjadi karena perawat bertindak tidak sesuai
prosedur, seharusnya 200 mg Paracetamol Infus yang diberikan kepada korban, tetapi yang mereka berikan 2.000 mg,
tindakan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan instruksi dokter anak.
Kasus ini memaparkan sikap perawat yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan.
Dalam hubungannya dengan pasien, tidak terjadi hubungan yang baik antara perawat dan pasien. Hal tersebut ditunjukkan
dengan tidak adanya sikap tanggung jawab dari perawat tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Dalam kasus ini hak pasien
untuk pulih tidak terpenuhi karena terjadi kelalaian dari perawat.
Kemudian, dalam hubungannya dengan sejawat tidak terjadi kerjasama yang baik. Kedua perawat melakukan kesalahan
yang sama. Seharusnya jika salah satu perawat melakukan kesalahan, perawat yang lain berkewajiban untuk mengingatkan.
Pola hubungan kerja lain yang terjalin yaitu pola hubungan perawat dengan profesi lain, yaitu dokter. Kesalahan yang
terjadi disebabkan karena perawat tidak mengikuti prosedur yang diinstruksikan oleh dokter anak. Sebagai tenaga medis
dalam hal ini adalah perawat, dituntut agar lebih cermat supaya tidak terjadi kesalahan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Etika keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan.Yaitu menerapkan nilai etika terhadap bidang
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Etika keperawatan adalah pedoman resmi untuk tindakan
profesional. Artinya, diikuti orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota
profesional.
Pada dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah. Dalam interaksi perawat
dan pasien, peran yang dimiliki masing – masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien
mempunyai peran dan hak sebagai pasien dan perawat dapat melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran dan
hak sebagai perawat.
Karena itu, seorang perawat dituntut harus bisa menjaga hubungan disetiap kalangan, hubungan perawat dengan
pasien, hubungan perawat dengan perawat, hubungan perawat dengan propesi lain, dan hubungan perawat dengan
masyarakat.Setiap perawat harus mampu mejaga komunikasi dengan setiap kalangan masyarakat, dan bisa menciptakan
kondisi hubungan yang baik.
4.2 SARAN
 Untuk diri sendiri : sebagai calon tenaga kesehatan, hendaknya kita menjalin kerjasama yang baik dengan pasien,
rekan sejawat, profesi lain, institusi tempat kita bekerja, dan masyarakat.
 Untuk institusi : sebaiknya institusi lebih selektif dalam menerima calon tenaga medis supaya nama baik institusi
tetap terjaga.
 Untuk pemerintah : sebaiknya pemerintah rutin melakukan pemantauan di lapangan agar kinerja tenaga medis dan
institusi dapat berjalan dengan baik.
 Untuk organisasi : sebaiknya PPNI harus memberikan respon sensitive, serta peduli untuk mengembangkan
standar praktek keperawatan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai