Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat

bagi manusia dan ada yang membawa kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya

serangga perusak tanaman dan nyamuk. Kehadiran nyamuk sering dirasakan

mengganggu kehidupan manusia dari gigitannya yang menyebabkan gatal hingga

peranannya sebagai vektor (penular) penyakit-penyakit berbahaya bagi manusia

misalnya penyakit kaki gajah, malaria dan demam berdarah dengue,. Secara garis

besar, cara hidup atau siklus hidup semua nyamuk adalah sama, tetapi ada sedikit

perbedaan dalam perilaku. Usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan

pengendalian nyamuk penular penyakit (vektor) dengan menggunakan repelent

0dan penyemprotan insektisida kesarang-sarang nyamuk.[1]

Penyakit menular yang disebabkan oleh parasit malaria, yang ditularkan

pada manusia melalui gigitan nyamuk jenis Anopheles Sp. Penyakit ini dapat

menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin. Malaria masih merupakan penyakit

endemis di beberapa daerah.[2]

Malaria adalah hasil akhir terjadinya proses tranmisi dari nyamuk yang

infektif Plasmodium pada inang yang reseptif. Proses penularan dapat terjadi

karena ditemukan gamelosit infektif, penduduk yang tidak memiliki imunitas,

faktor lingkungan (Curah hujan) dan kepadatan populasi vektor. Bionomi dari
nyamuk Anopheles berpeluang menularkan malaria disamping aspek manusia

sendiri. Bionomi adalah studi tentang perilaku dan adaptasi dari suatu organisme

di habitat alaminya sedangkan bionomi nyamuk dapat didefinisikan sebagai studi

tentang kepadatan populasi, perilaku menggigit, periode hidup dan polimorfisme

genetik dari suatu organisme. [3]

Di kawasan garut selatan malari ini masih mewabah. Sehingga selama ini

dinyatakan sebagai wilayah endemis jenis penyakit tersebut. Pada 2009 lalu,

sekurangnya telah menyerang 278 penduduk, maka pada setiap Puskesmas

disediakan tablet klorouin dan primaquin, ungkap Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten setempat dr H. Hendy Budiman, M.kes Kepada Garut News.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

adalah dengan penggunaan larvasida nabati. Penggunaan larvasida nabati selain

dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah

dibandingkan dengan larvasida sintesis. Larvasida nabati dapat dibuat secara

sederhana bisa berupa larutan perasan, rendaman, ekstrak, atau rebusan bagian

tanaman atau tumbuhan, yakni berupa akar, batang, daun, biji dan buah. [4]

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan yang penting di

dunia. Akhir-akhir ini terjadi perdebatan, pro dan kontra terhadap tembakau,

munculnya perdebatan tersebut menuntut kepada para peneliti untuk alternatif

pemanfaatan tembakau selain bahan baku rokok. Pemikiran tersebut didasari

bahwa daun tembakau mengandung senyawa-senyawa kimia. [5]


Kandungan senyawa tembakau yang menunjang larvasida nabati

terdapatnya senyawa flavanoid dan senyawa saponin dan bahan utama dari

senyawa ini adalah alkanoid.

Oleh karena itu tembakau mempunyai potensi untuk digunakan sebagai

pestisida, selain untuk keperluan industri farmasi.[6]

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun tembakau terhadap kematian larva

nyamuk Anopheles Sp?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengertahui pengaruh ekstrak tembakau terhadap kematian

larva nyamuk Anopheles Sp.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kematian larva nyamuk

Anopheles Sp. pada beberapa tingkat volume yaitu 10ml, 20ml dan

30ml

b. Untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun tembakau terhadap

angka kematian larva nyamuk Anopheles Sp.


D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bermanfaat sebagai referensi tambahan untuk bahan ajar mahasiswa

kesehatan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan alternatif larvasida yang alami.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Nyamuk termasuk kelas insekta, ordo diptera dan famili culicidae.

Nyamuk dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya serta

berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang yang penyebabnya

terdiri atas berbagai macam parasit.

Nyamuk dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya

serta berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang yang

penyebabnya terdiri dari berbagai penyakit. Familli culicidae dibagi menjadi 3

tribus, yaitu tribus anophelini (Anopheles), tribus culicini (Culex, Aedes,

Mansonia) dan tribus toxorhynchitini (Toxorhynchitex) (sutanto dkk, 2008).

1. Nyamuk Anopheles

Malaria berasal dari bahasa italia yaitu mal = buruk dan arce = udara. Jadi

secara harfiah malaaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daraah

dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk.

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan ditularkan oleh

nyamuk Anopheles.
Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang

yang sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadis, penyebab

utama penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk,

pertumbuhan dan perkembangan bangsa serta kepergian ke daerah endemik.

2. Klaifikasi Anopheles

Kelaa : Insecta

Ordo : Diptera

Sub ordo : Nematocera

Familia : Culicidae

Sub famili : Anophlinae

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles Sp

(Koes Irianto, 2009)


3. Morfologi Nyamuk Anopheles Sp

1.a

1. b

1. c

Gambar 1. Larva Anopheles sp: (1.a) Thorax, (1.b) Palmate hairs, dan (1.

c)Ventralbrush.

(Sumber:http://fr.impactmalaria.com/web/formation_paludisme/morphologie

_taxonomie/larves_nymphes_anopheles/morphologie_larves).

Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian

bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di

atas permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di


bagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar

dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada

bagian posterior abdomen, batu palma pada bagian lateral abdomen, dan

“tergal plate” pada bagian tengah setelah dorsal abdomen (Gambar 1). Pada

stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratory trumpet

yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari

udara. Stadium dewasa Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang

hampir sama dengan panjang probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi

pada bagian apikal berbentuk gada yang disebut club form sedangkan pada

nyamuk betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak sedikit

lancip. Kosta dan vena 1 atau sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisiksisik

yang berkelompok sehingga membentuk belang-belang hitam putih. (Safar,

2010).
4. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Sp

a. Telur

Gambar 1

Telur Anopheles Sp

(Sumber:http://medicalfitria.blogspot.co.id/2011/02/malaria.html?m=1)

Telur Anopheles berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya

konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan di air langsung yang

diletakkan secara terpisah yaitu satu persatu. Nyamuk dewasa mampu

menghasilkan telur 50 – 200 butir telur. Telur menetas dalam waktu 2 – 3 hari

(Safar, 2010).
b. Larva

Gambar 2

Larva Anopheles sp.

(Sumber: Pangastuti, 2015)

Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air, karena

mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang

lebih hari, dan hidup dengan memakan algae, bakteri dan mikroorganisme

lain yang terdapat dipermukaan (Safar, 2010).


c. pupa

Gambar 3

Pupa Anopheles Sp perbesaran ()

(Sumber:http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos.ht

m)

Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut

respiratoru trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk

mengambil O2 dari udara. Bentuk fase pupa seperti kma, dan setelah beberapa

hari pada bagian terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa (Safar,

2010).
d. Nyamuk dewasa

Gamabar 4

Nyamuk Anopheles Sp

(Sumber:http://rumahkusarangmu.wordpress.com/2010/11/23/nyamuk-

anopheles/)

Nyamuk Anopheles jantan dapat hidup sampai satu minggu,

sedangkan nyamuk betina mampu bertahan hidup selama 1 bulan. Nyamuk

dewasa mempunyai prombocis yang berfungsi sebgai menghisap darah atau

makanan lainnya (missal: nectar atau cairan lainnya sebagai sumber gula).

Perkawinan terjadi setelah beberapa hari menetas dan kebanyakan

perkawinan terjadi sekitar rawa (breeding place). Untuk membantu

pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum

bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk Anopheles adalah pada saat posisi

istirahat menungging.
5. Prilaku Hidup Nyamuk Anopheles

Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit karena

memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Pada saat nyamuk aktif

mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling untuk mencari

rangsangan dari hospes yang cocok. Beberapa faktor seperti keberadaan

hospes, tempat menggigit, frekwensi menggigit dan waktu menggigit

merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan

perilaku nyamuk menghisap darah.

Berdasarkan obyek yang digigit (hospes), nyamuk dibedakan

menjadi antrofilik, zoofilik, dan indiscriminate biter. Nyamuk antrofilik

adalah nyamuk yang lebih suka menghisap darah manusia, dan dikategorikan

zoofilik apabila nyamuk lebih suka menghisap darah hewan. Apabila nyamuk

menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes disebut

indiscriminate biter. Nyamuk akan menghisap darah dari hospes lain yang

tersedia apabila darah hospes yang disukai tidak ada. Hal ini disebabkan

adanya suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan nyamuk berorientasi

terhadap hospes tertentu dengan jarak yang cukup jauh dan adanya bau

spesifik dari hospes (Depkes, 2004).

Selain berdasarkan objek yang digigit, berdasarkan tempat menggigitnya

nyamuk juga dapat dibedakan menjadi eksofagik dan endofagik. Nyamuk

dikatakan eksofagik apabila nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah dan

dikatakan endofagik apabila nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.


Namun nyamuk yang bersifat eksofagik dapat bersifat endofagik apabila

terdapat hospes yang cocok di dalam rumah (Rumbiak, 2006).

6. Tanaman Tembakau

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan yang

penting di dunia. Akhir-akhir ini terjadi perdebatan, pro dan kontra terhadap

tembakau, munculnya perdebatan tersebut menuntut kepada para peneliti

untuk alternatif pemanfaatan tembakau selain bahan baku rokok. Pemikiran

tersebut didasari bahwa daun tembakau mengandung senyawa-senyawa

kimia. Kandungan utama dari tembakau adalah alkanoid dan terpenoid.

Adanya konsentrasi alkanoid dalam tanaman tembakau menjadikan efek

racun bagi serangga (hama) tapi tidak beracun bagi tanaman tembakau itu

sendiri.
7. Klasifikasi Temabakau

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Nicotiana

Species ; Nicotiana tabacum

Gambar

Tanaman Tembakau

(http:/majalah.stfi.ac.id/9-manfaat-tembakau-selain-sebagai-bahan-rokok/)
8. Morfologi Tembakau

Tembakau terdiri atas dua bagian yaitu vegetatif dan generatif.

Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian

generatif terdiri atas bunga dan buah. Pada bagian bawah batang terdapat

akar tunggang yang panjangnya sekitar 50-76 cm dan mempunyai banyak

akar serabut dan bulu akar. Tanaman tembakau memiliki batang yang tegak

dengan tinggi sekitar 2,5m. Batangnya berwarna hijau dan hampir

seluruhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih.

Bagian terpenting dari tanaman tembakau adalah daun karena

bagian inilah yang nantinya akan dipanen. Daun tembakau berbentuk bulat

panjang, ujungnya meruncing, tepinya licin dan bertulang sirip. Satu

tanaman biasanya memiliki sekitar 24 helai daun. Ukuran daun cukup

bervariasi menurut keadaan tempat tumbuh dan jenis tembakau yang

ditanam. Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian

ujung, kemudian bagian bawahnya.


9. Kandungan dan Manfaat Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau mempunyai kandugan utama untuk larvasida yaitu :

a. Alkaloid

Senyawa yang bersifat basa mengandung satu atau lebih atom

nitrogen disebut senyawa alkaloid. Alkaloid mengandung senyawa atom

karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen yang dapat digumakan sebagai

insektisida.

b. Flavanoid

Flavanoid merupakan salah satu senyawa fenolik yang terdapat

pada jaringan tumbuhan dan berperan sebagai antioksidan. Senyawa

flavanoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom

hidrogennya.(Abdi. 2010)

c. Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan glikosida

triterpanoid ataupun glikosida steroida yang bersifat seperti sabun.Saponin

dapat dideteksi dengan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa

sel darah merah. Saponin merupakan senyawa yang memmiliki rasa pahit

dan bersifat racun.


B. Kerangka Pemikiran

Malaria adalah hasil akhir terjadinya proses tranmisi dari nyamuk

yang infektif Plasmodium pada inang yang reseptif. Proses penularan dapat terjadi

karena ditemukan gamelosit infektif, penduduk yang tidak memiliki imunitas,

faktor lingkungan (Curah hujan) dan kepadatan populasi vektor. Bionomi dari

nyamuk Anopheles berpeluang menularkan malaria disamping aspek manusia

sendiri. Bionomi adalah studi tentang perilaku dan adaptasi dari suatu organisme

di habitat alaminya sedangkan bionomi nyamuk dapat didefinisikan sebagai studi

tentang kepadatan populasi, perilaku menggigit, periode hidup dan polimorfisme

genetik dari suatu organisme.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan penggunaan larvasida nabati. Penggunaan

larvasida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif

lebih murah dibandingkan dengan larvasida sintesis. Larvasida nabati dapat dibuat

secara sederhana bisa berupa larutan perasan, rendaman, ekstrak, atau rebusan

bagian tanaman atau tumbuhan, yakni berupa akar, batang, daun, biji dan buah.

Dalam penelitian ini tembakau (Nicotiana Tobaccum) melalui

beberapa proses terlebih dahulu sebelum dapat digunakam sebagai insektisida

alami. Tembakau (Nicotiana Tobaccum) yang kering akan langsung dihaluskan

terlebih dahulu lalu dilakukan pengenceran sehingga diperoleh suatu ekstrak yang

dapat digunakan sebagai bahan insektisida alami.


C. Kerangka Konsep

Penambahan Tembakau
(Nicotiana Tabacum)
Daya tahan larva Anopheles
Sp terhadap ekstrak
tembakau dengan volume
Larva Anopheles Sp

D. Hipotesis

1. H0 : Tidak ada pengaruh ekstrak tembakau ( Nicotiana Tobaccum) terhadap

angka kematian larva nyamuk Anopheles Sp pada beberapa tingkat volume.

2. H1 : Ada pengaruh ekstrak tembakau (Nicotiana Tobaccum) terhadap angka

kematian larva nyamuk Anopheles Sp pada beberapa tingkat volume


E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Opersional Skala

Variabel Bebas: Tembakau yang telah kering, Nominal

dihaluskan lalu selanjutnya


Ekstrak Tembakau (Nicotiana
dilakukan pengenceran
Tobaccum) dengan volume

Variabel Terikat: Kematian larva nyamuk diamati Nominal

dengan tidak ada pergerakan saat


Kematian larva nyaamuk
disentuh di daerah siphon atau
Anopheles Sp
lehernya

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakaan dalam penelitian ini adalah penelitian ekperimen.

Volume ekstra tembakau (Nicotiana Tobaccum) yang digunakan adalah 3ml,

5ml, 10ml dengan lama perlakuan setiap volume selamaa 1jam.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (Indepedent variabel) dalam penelitian ini adalah

ekstrak tembakau (Nicotiana Tobbacum) dengan volume yang berbeda

yaitu 10ml, 20ml, dan 30ml.

2. Varibel Terikat

Variabel terikat (Dependet variable) dalam penelitian ini adalah

efektifitas ekstrak tembakau terhadap larva Anopheles Sp.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


 Lokasi

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Laboratorium

Biologi Kampus 1 STIKes Karsa Husada Garut

 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni

D. Instrumen Penelitian
 Bahan

Bahan yang digunakan dipenelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai

beikut :

Tsbel

Daftar bahan yang akan digunakan dalam penelitian

NO Nama Bahan Spesifikassi Jumlah

1 Air Aquadest Secukupnya

2 Sampel Lsrva Anopheles 50 ekor

Sp

3 Serbuk tembakau -

4 Serbuk Mg - Secukupnya

5 HCL 2N 1,7ml

6 Alkohol : HCL 1:1 2 ml

 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :
Tabel

Daftar alat yang akan digunakan dalam penelitian

NO Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1 Batang Pengaduk Gelas 2 buah

2 Blender - 1 buah

3 Botol Semprot - 1 buah

4 Gelas Kimia 100 ml 5 buah

5 Kertas Timbang - Secukupnys

6 Kaki Tiga Besi 2 buah

7 Bunsen - 2 buah

E. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah dengan menghitung jumlah larva yang

mati pada setiap volume ekstrak. Perhitungan larva yang matin dilakukan

dalam waktu 1jam setelah waktu kontak larva dengan ekstrak tembakau

(Nicotinia Tobbacum), dicatat dalam bentuk tabel. Larva yang mati

merupakan larva yang tenggelam ke dasar gelas kimia, tideak bergerak,

meninggalkan larva lain yang dapat bergerak dalam jelas dan tidak

memberi respon terhadap rangsangan


1. Identifikasi Sampel

Sampel larva Anopheles Sp dimasukan pada gelas kimia kemudian

secara makroskopis dengan melihat ukuran siphonya.

2. Pembuatan Ekstrak Tembakau

Tembakau dikeringkan di dalam oven. Setelah dikeringkan kemudian

dihaluskan dengan menggunakan blender

3. Uji Kualitatif Senyawa Kimia

Sebelum dilakukan uji pada larva nyamuk Anopheles Sp terlebih

dahulu dilakukan uji kualitatif terhadap tembakau melalui

pemeriksaan flavonoid dan saponin.

1) Flsvonoid

Sebanyak 1 gram ekstrak tembakau ditambahkan kedalam 100 ml

air panas, kemudian didihkan selama 15menit lalu saring. Sebanyak 5 ml

filtrat ditambahkan dengan serbuk Mg dan 2 ml larutan alkohol ( 1 : 1),

selain itu ditambahkan amil alkohol, lalu kucuk kuat kemudian biarkan

memisah. Warna merah, jingga atau kuning pada lapisan amil

menunjukan hasil positif adanya flavonoid (Depkes RI,1979)

2) Saponin
Sebanyak 1 gram ekstrak tembakau ditambahkan ke dalam 100 ml

air panas, didihkan selaama 15 menit lalu saring. Sebanyak 10 ml filtrat

dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok secara vertikal

selama 100 detik dan diamkan selama 10 menit. Hasil positif

menunjukan terbentuknya nusa yang bila ditambahkan 1 tetes HCL 2N

busanya tidak hilang (Depkes RI,1979)

4. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak tembakau

Serbuk tembakau yang sudah dikeringkan kemudian di buat variasi

volume ekstrak tembakau 5ml, 10ml, 12ml dengan cara menimbang

ekstrak tembakau tersebut sebanyak 5 gram, 10 gram, 12 gram yang

masing-masing dilarutkan dalam 100 ml aquades sampai homogen.

5. Uji kontrol dan uji larva

Gelas kimia yang telah berisi variasi volume tembakau masing-

masing diberikan label dan gelas kimia berisi aquadest pun diberi

label sebagai uji kontrol.

Masukkan larva nyamuk Anopheles Sp. Ke dalam masing-masing

gelas kimia sebanyak 1 ekor pada 30 wadah dengan volume 5 ml, 10

ml, 12 ml dimana pada setiap volume terdiri dari 30 wadah. Dan juga

masing-masing 1 ekor pada 30 gelas kimia berisi aquades kemudian


tutup masing-masing wadah dengan kain kasa dan ikat. Amati

perkembangaan larva 1 jam setelah perlakuan.

Dilihat larva nyamuk Anopheles Sp. Yang mati dan yang hidup pada

setiap wadah.

F. Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing : Kegiatan ini meliputi pemeriksaan atas kelengkapan

pengisian data

b. Coding : Melakukan pengkodean untuk tiap perlakuan, fungsinya

untuk mempermudah pengolahannya

c. Entry Data : Memasukan data yang diperoleh dengan menggunakan

bantuan komputer.

G. Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Mei Juni

1 Penelitian

2 Pembuatan ekstrak dan

pengumpulan sampel

3 Pengolahan data dan

penyusunan KTI

4 Sidang KTI
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Kardinan. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk.Agromedia Pustaka.

Jakarta. 2003.

2. Koes Irianto. Parasitologi Medis. Alfabeta. Bandung. 2013.

3. Thin,T.O.,Storch,V. And Becker,N.. Studies on the bionomics of Anopheles dirus

(Culicidae:Diptera) in Mudon, Mon State,Myanmar,Journal of vektor Ecology;

2002, 44-55

4. Sudarmo. (2005). Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yokyakarta :

Kanisius (12)
5. Tso, T.C. (1990), Production, Physiology, and Biochemistry of Tobacco Plant,

IDEALS, Inc, Maryland, Amerika Serikat.

6. Booker C.J., Rohan Bedmutha, Tiffany Vogel, Alex Gloor, Ran Xu, Lorenzo

Ferrante, Ken K.-C. Yeung, Ian M. Scott, Kenneth L. Conn. Franco Berutti,

Cedric Briens. 2010, Experimental Investigations Into the Insecticidal, Fungicidal,

and Bactericidal Properties Of Pyrolysis Bio-Oil From Tobacco Leaves Using A

Fluidized Bed Pilot Plant. Industrial & Engineering Chemistry Research, 2010; 49

(20):10074.

7. Rosidiana Safar, 2010. Parasitologi kedokteran : protozoologi, Helminiologi,

Entomologi, Cetakan I, Yrama Widya, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai