Disusun Oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ikatan ionik
2. Untuk mengetahui pembentukan ikatan ionik
3. Untuk mengetahui sifat-sifat ikatan ionik
4. Untuk mengetahui kecenderungan pada jari-jari ionik
5. Untuk mengetahui model ionik dan ukuran ion
6. Untuk mengetahui kecenderungan pada titik leleh
7. Untuk mengetahui struktur kristal ionik
8. Untuk mengetahui atom dan rasio jari-jari atom
9. Untuk mengetahui contoh ikatan ionik dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
Z = Muatan inti
S = Tetapan saringan
Jari – jari ion positif lebih kecil daripada jari – jari atomnya, karena muatan inti
efektifnya bertambah, sedangkan jari – jari negatif lebih besar dari jari – jari atomnya,
karena muatan inti efektifnya berkurang.
Dengan difraksi sinar- X, jarak ion positif dan ion negatif pada alkil halida dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Harga Δ yang hampir konstan, memberi petunjuk, bahwa jari – jari ion dapat
dianggap tetap ion – ion merupakan bola dan ion – ion tersebut saling bersinggungan
Bila ion – ion dalam kristal, berbentuk bola, maka jarak antarion – ion adalah:
d = r++ r–( r+adalah jari –jari kation, dan r– adalah jari – jari anion).
Bila jari- jari salah satu ion diketahui, maka jari – jari ion yang lain dapat dihitung
karena harga d yaitu jarak antar ion-ion dapat ditentukan secara eksperimen. Dari
eksperimen dengan sinar- X dapat diketahui susunan ion positif dan ion negatif pada
kristal LiBr dan KBr.
Jari – jari ion Li+ yang mempunyai susunan elektron 1s2 lebih kecil dari jari- jari
ion Br– dengan susunan elektron 1s2 2s 22p 6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p2. Karena itu
susunan ion dalam kristal LiBr sangat ditentukan oleh ukuran jari – jari ion Br-. Jari –
jari ion Br- adalah ½ x jarak d yang diperoleh pada eksperimen. Bila jarak antara inti
K+ dan inti Br- juga dietahui dari eksperimen yaitu b, maka jari – jari ion K+ dapat
dihitung yaitu b – ½ d.
Untuk ion yang isoelektrik, jari – jari ion akan berkurang bila muatan inti
bertambah, misalnya rMg2+< r Na+< rF–< rO2- Untuk ion – ion pada golongan yang
sama jari – jari ion bertambah bila masa atomnya bertambah, misalnya rF–< rCl–< rBr–
< rI– Untuk unsur yang dapat membentuk dua macam atau lebih ion positif, makin
besar muatan positif, makin kecil jari – jarinya. Misalnya : rFe3+< rF2+
Untuk unsur transisi, ion – ion yang bermuatan sama Ti2+à Ni2+, bertambahnya
nomor atom tidak banak mempengaruhi ukuran jari – jarinya, karena penambahan
muatan inti dan penambahan elektron pada orbital 3d saling mengimbangi.
Pada tahun 1927, Pauling menentukan harga jari –jari ion yang sekarang
dipergunakan , dengan metode semiempiris, yaitu dengan anggapan bahwa ion – ion
dengan susunan elektron yang sama (isoelektronik) seperti ion K+ dan ion Cl–, jari –
jarinya berbanding terbalik dengan muatan efektifnya atau rK+ : rCl– = :
Sebagai contoh dapat dilihat pada kristal KCl. Tetapan saring untuk ion K+ dan
ion Cl– yang isoelektronik adalah 10,87 e ( e= muatan elektron ). Muatan inti efektif
ion K+ adalah ( 19 – 10,87 ) e = 8,13e dan untuk ion Cl– adalh ( 17 – 10,87 ) = 6,13
e.Bila jarak antarion K dan ion Cl = 3,14Å Jari – jari ion K+ = x 3,14 Å = 1,35 Å Jari –
jari ion Cl– = x 3,14 Å = 1,79 Å
Jari – jari ion pada tabel yang ditentukan dengan cara Pauling diperoleh dengan
anggapan bahwa ion – ion beripa bola yang satu sama lain bersinggungan.
Bagaimanappun, susunan elektron yang mengelilingi inti sebenarnya adalah diffuse,
sehingga sukar ditentukan batas orbital, dan 2 ion yang sangat berdekatan akan saling
tumpang tindih sehingga terjadi deformasi kristal, artinya dalam kristal yang berbeda
bentuknya deformasi ion – ion juga berbeda. Harga ion –ion yang bermuatan tunggal.
Jari – jari ion harus sedemikian rupa sehingga jari – jari kristal dari sepasang ion
positif dan ion negatif yang bersinggungan di dalam kristalnya sama dengan jarak
kesetimbangan anatarion. Jarak kesetimbangan ion tersebut tergantung pada konfigurasi
elektron dalam ion, susunan kristal dan angka banding jari – jari ion positif dan ion
negatif.
Untuk jari – jari yang bervalensi ganda atau jari – jari kristal, diperlukan faktor
koreksi. Jari – jari kristal pada umumnya lebih kecil dari jari – jari ion, karena muatan
ion yang lebih besar menyebabkan gaya tarik antarion juga menjadi lebih besar.
Bilangan koordinasi yang berbeda juga menyebabkan berubahnya besar jari – jari ion.
Dalam satu golongan pada SPUdari atas ke bawah, jari – jari ion bertambah
secara teratur, karena muatan inti positif diimbangi oleh efek saringan. Jari – jari ion
negatif lebih besar dari jari – jari ion positif yang isoelektronik, karena bertambahnya
tarikan inti pada ion positif. Untuk deret isoelektronik Na+, Mg2+ , Al3+, jari – jari
kristalnya makin kecil karena bertambahnya muatan positif inti yang dapat menarik
elektron lebih dekat ke inti.
Kimia bukanlah subjek yang sederhana, dan dalam senyawa yang sangat ionik
sekalipun sesungguhnya terdapat sifat kovalen parsial walaupun hanya berderajat
rendah; semakin berkurang derajt ioniknyasemakin bertambah derajt kovalensinya, dan
dalam keadaan demikian ini model bola keras bagi suatu ion dalam berbagai senyawa
tidal lagi tepat. Sebagai contoh, raksa ( II ) sulfida, HgS, mempunyai tingkat kovalensi
yang cukup tinggi sehingga dapat dipertimbangkan sebagai senyawa dengan jaringan
kovalen seperti intan dan silikon dioksida. Tingginya sifat kovalensi ini memungkinkan
pemilihan geometri tetrahedron- struktur ZnS, sebagaimana sering dijumpai bagi
senywa Hg (II).
Sifat kovalen parsial juga terdapat dalam litium iodida (ion iodida mudah
terpolarisasi). Pemilihan bangun geometri-struktur NaCl pada senyawa ini sunggguh
tidak masuk akal jika alasannya didasarkan pada harga standar jari – jariioniknya. Ion
Li+ terlalu kecil ukurannya dalam rongga oktahedral anion iodida sehingga akan
mengakibatkan posisi kation tidak fit ( pas) tetapi bergejolak terus – menerus. Studi
struktur kristal menunjukkan bahwa rapatan elektron litium tidak berupa bola (sferis)
melainkan mencuat keluar ke arah keenam atom iodin disekelilingnya; oleh karena itu,
litium iodida tidak dapat dipertimbangkan sebagai senyawa yang benar – benar ionik,
dan diduga mengandung 30% karakter kovalen.
Selain itu ditemukan bukti bahwa perbedaan energi antara kemasan geometri
sering sangat kecil. Sebagai contoh rubidium klorida, RbCl, umumnya mengadopsi
geometri struktur –NaCl yaitu kubus pusat muka, dan bukan struktur-CsCl yaitu kubus
sederhana sebagaimana diramalkna. Namun, kristalisasi dibawah tekanan dapat
menghasilkan geometri struktur-CsCl. Jadi perbedaan energi pengemasan antara kedua
bangun geometri tentulah sangat penting.
Akhirnya, perlu diingat bahwa nilai jari – jari ionik tidaklah tetap dari
lingkungan-- tetangganya yang satu ke yang lain. Sebagai contoh, ion Cs+ mempunyai
jari – jari ionik sebesar 181 pm hanya ketika ion ini dikelilingi oleh enam anion
tetangga , dan dengan delapan anion tetangga seperti dalam CsCl, Cs+ mempunyai jari
– jari ionik seedikit lebih besar, 188 pm. Untuk ion – ion berukuran besar, perrbedaan
ini bukanlah merupakan faktor utama, tetapi untuk ion – ion berukaran kecil
perbedaanya sangat signifikan. Litium, dalam lingkungan koordinasi empat,
mempunyai jari – jari 73 pm, tetapi dalam lingkungan koordinasi enam, Li+
mempunyai jari – jari 90 pm.
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan :
1. Ikatan ionik adalah ikatan yang terbentuk karena adanya gaya elektrostatik antara
ion – ion yang berlawwanan muatannya.
2. Ionisasi potensial yang kecil, afinitas elektron yang besar , dan energi isi yang besar,
merupakan faktor yang mempermudaj terbentuknya senyawa ionis dari unsur-
unsurnya.
3. Beberapa sifat senyawa ionis adlah dalam keadaan padar berbentuk kristal, lelehan
dan larutannya dapat menghantarkan listrik, mempunyai titik leleh dan titik didih
yang tinggi, dan dapat larut dalam pelarut polar.
4. Energi kisi dapat ditentukan melalui pendekatan matematik dengan
memperhitungkan antaraksi ke segala arah yang terdapat pada sel satuan kristal,
serta dengan cara Born- Haber, dengan menggunakan hukum Hess.
5. Panjang jari – jari ion ditentukan oleh gaya tarik antara muatan inti positif yang
efektif dan elektron yang terdapat pada orbital energi tertinggi ion tersebut. Jarak ion
positif dan ion negatif dalam kisi kristal dapat ditentukan melalui eksperimen.
6. Bilangan koordinasi yang memungkinkan kristal ionik menjadi stabil dengan unsur
tertentu, ditentukan oleh harga perrbandingan ion positif dan ion negatif.
7. Semakin besar bilangan koordinasi kation atau anion,akan memperbesar jari –
jarinya. Pada suatu kisi kristal, atom – atom atau ion – ion yang terdapat di pojok –
pojok sel satuan harus merupakan atom – atom atau ion – ion yang sama
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat berbagai kekurangan dalam berbagai
hal. oleh karena itu, tim penulis sangat membutuhkan berbagai saran dan kritik yang
membangun, agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyarto, Kristian. H dan Retno D. Suyanti. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Surdia, Noor Mansdsjoeriah. 1993. Ikatan dan Struktur Molekul. Bandung : ITB.
Syrifuddin, Nuraini. 1994. Ikatan Kimia. Yogyakarta :Gadjah Mada Universitry Press.
Petrucci, H.Ralph. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.