Anda di halaman 1dari 21

I.

JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Cl-


II. TANGGAL PERCOBAAN :
Mulai : Senin, 12 Maret 2019; pukul 07.50 WIB
Selesai : Senin, 12 Maret 2019; pukul 10.20 WIB
III. TUJUAN PERCOBAAN : Untum menegtahui kadar klorida dalam sampel air
IV. DASAR TEORI :
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Air
digunakan manusia untuk minum, mandi, mencuci, sanitasi dan transportasi baik di
sungai maupun dilaut. Selain untuk kebutuhan tersebut, air juga diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan
teknologi. Macam-macam air yang sering digunakan sebagai sumber air minum dan
sanitasi antara lain air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah. Air yang
digunakan untuk keperluan sanitasi dan minum harus bebas dari logam berat, zat
organik maupun ion-ion lain yang dapat membahayakan tubuh manusia. Oleh
Sebab itu, semakin banyak limbah buangan sampah organik rumah tangga dan
limbah beracun dari industri yang meresap kedalam tanah, mengakibatkan
banyaknya zat organik maupun anorganik dan ion-ion berbahaya yang terkandung
di dalam air (Asmadi, 2012).
Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan syarat-syarat
kualitas air sesuai peruntukannya. Salah satu syarat yang penting adalah ukuran
banyaknya ion klorida yang terdapat dalam air. Oleh karena itu, penentuan jumlah
klorida dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas
air, karena bisa menjadi salah satu ukuran seberapa jauh tingkat pencemaran pada
suatu perairan. Adanya kandungan klorida dalam air menunjukan bahwa air
tersebut telah tercemar. Makin tinggi kandungan zat klorida didalam air, maka
semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar (Asmadi, 2012).
Penentuan Kadar Klorida
Di Indonesia untuk mendensifeksi air minum banyak digunakan Chlorine.
Selain karena harganya yang murah Chlorine lebih stabil dan dapat disimpan lebih
lama dari pada serbuk pengelantang. Menurut linsley (1991), Chlorine telah
terbukti merupakan desinfektan yang ideal, bila di masukkan kedalam air akan
mempunyai pengaruh yang segera akan membinasakan kebanyakan makhluk

1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
mikroskopis. Chlorine juga dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan
manusia selain dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak pada air. Sebagai
contoh Chlorine dapat bersifat merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, selain
itu Chlorine juga berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan.
Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida
adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di perairan alami dalam
jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat
dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl) dan kalsium
klorida (CaCl2). Klorida tidak bersifat toksik pada makhluk hidup, bahkan berperan
dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Kadar klorida dalam setiap senyawa
berbeda-beda. Untuk menentukan kadar ion klorida dalam air dapat menggunakan
metode argentometri (Effendi, 2003).
Titrasi Argentometri
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak
ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir
titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan tetapi
metode tua seperti penetuan Cl-¸ Br -, I- dengan Ag (disebut juga metode
argentomeri) adalah sangat penting. (Khopkar, 1990).
Berdasarkan indikator yang digunakan maka titrasi argentometri dibedakan
menjadi tiga yaitu (Underwood, 1999) :
1. Metode Mohr ; menggunakan indikator kalium kromat
2. Metode Volhard; menggunakan indikator larutan Fe3+
3. Metode Fajans; menggunakan indikator adsorpsi seperti fluoresein (C20H12O5)
dan tetrabromo fluoresein(C20H8Br4O5)

Metode Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion-ion perak,


tiosianat, dan ion-ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Untuk dapat
dijadikan indikator, konsentrasi kalium kromat harus ditentukan dengan cermat
agar tidak terjadi reaksi antara ion kromat dengan titran sebelum ion klorida habis
bereaksi dengan titran. Titrasi argentometri metode Mohr didasarkan pada reaksi:
AgNO3(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) + NO3- (aq)

2
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
K2Cr2O7 (aq) + 2 AgNO3(aq) → Ag2Cr2O7 + 2KNO3(aq)

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa terjadi pengendapan bertingkat.


Mula-mula akan terbentuk endapan AgCl karena adanya reaksi ion klorida pada
titrat dengan ion perak pada titran. Setelah ion klorida habis bereaksi maka akan
terjadi reaksi antara ion perak dengan ion kromat dari indikator. Reaksi antara ion
kromat dengan titran ini akan mengakibatkan perubahan warna pada endapan
menjadi merah kecoklatan. Pada kondisi ini tercapai titik akhir titrasi. Agar tidak
terjadi reaksi antara indikator dengan titran sebelum ion klorida habis maka perlu
ditentukan dengan pasti konsentrasi ion kromat yang digunakan. Berdasarkan data
hasil kali kelarutan maka pada titik ekivalen konsentrasi ion perak sama dengan
konsentrasi ion klorida.
Titrasi dengan cara Mohr harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan
sedikit alkalis, pH 6,5– 9,0. Dalam suasana asam, ion kromat sebagian berubah
menjadi Cr2O72- dan dalam suasana basa menyebabkan terbentuknya endapan
AgOH yang lebih lanjut akan terurai menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan
akan menjadi lebih banyak. Reaksi yang terjad pada suasana asam dan basa dapat
dituliskan sebagai berikut:

Asam : 2H+(aq) + 2CrO42-(aq) ↔ Cr2O72-(aq) + H2O(l)


Basa : 2Ag+(aq) + 2OH-(aq) ↔ 2AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O(l)

Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari


terjadinya kelebihan titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang
terbentuk kemudian. Akibat selanjutnya adalah titik akhir menjadi tidak tajam.
Perhitungan kadar Cl- dalam sampel air yaitu (Tim Dosen, 2018):
(𝐴−𝐵)𝑥 𝑁𝑥35,450𝑥1000
Cl(mg/L) = 𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
A = mL titrasi dari sampel
B = mL titrasi dari blanko
N = normalitas AgNO3

3
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Standar Baku Mutu Air
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higine Sanitasi, Kolam Renang, Sour Per Aqua, dan Pemandian Umum.
Penetapkan Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 kadar klorida maksimum yang
diperbolehkan yaitu 250 mg/liter.
Bentonit
Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan
utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan

4
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
koloidal tinggi. Berdasarkan sifat fisiknya bentonit dibedakan atas Na-Bentonit dan
Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na+ yang besar ada antar lapisnya,
memiliki sifat mengembang akan tersuspensi bila didispersikan ke dalam air. Pada
Ca-Bentonit, kandungan Ca2+ dan Mg2+ relatif lebih banyak bila dibandingkan
dengan kandungan Na+. Ca-bentonit bersifat sedikit menyerap air dan jika
didispersikan ke dalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi.
Bentonit dapat digunakan sebagai penyangga katalis, sedangkan bentonit yang telah
dimodifikasi dapat digunakan sebagai katalis (Riyanto, 1992).
Adsorpsi merupakan penyerapan zat baik ion atau molekul pada permukaan
adsorben. Bentonit dapat digunakan sebagai bahan adsorpsi karena memiliki
kation-kation yang dapat ditukarkan. Namun kemampuan adsorpsinya terbatas
sehingga perlu diaktifkan baik secara kimia atau fisika. Proses aktivasi secara kimia
dapat menggunakan larutan asam kuat seperti HCl, sedangkan secara fisika dapat
melalui proses pemanasan di furnace (Adel dkk., 2003). Pemanasan pada suhu 100-
200°C menyebabkan bentonit kehilangan molekul air yang mengisi ruang antar
lapis. Pemanasan diatas suhu 500-700°C menyebabkan proses pengeluaran
molekul air dari rangkaian kristal sehingga dua gugus –OH yang berdekatan saling
melepaskan satu molekul air.

Gambar 1. Bentuk dan Struktur Bentonit

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Buret 1 buah
2. Corong kaca 2 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas kimia 250 mL 4 buah
5. Gelas kimia 500 mL 2 buah

5
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
6. Kaca arloji 2 buah
7. Magnetic stirrer 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Pipet tetes 1 buah
10. Spatula aluminium 1 buah
11. Statif + klem 1 set
b. Bahan
1. Air PDAM 100 mL
2. Kertas saring 2 lembar
3. Larutan AgNO3 0,1 N secukupnya
4. Larutan K2Cr2O7 0,1 N secukupnya
5. Sampel air 100 mL
6. Bentonit 15 gram

VI. ALUR PERCOBAAN


1. Perubahan Blanko

25 mL air PDAM

- Dimasukkan dalam erlenmeyer


- Ditambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01N hingga larutan berubah
warna menjadi merah bata
- Dicatat volume AgNO3 yang dibutuhkan

Volume AgNO3

Reaksi :
Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s)
Cr2O72- + 2Ag+ (s) → Ag2Cr2O7 (s)
endapan merah bata

6
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
2. Penentuan Kadar Cl- dalam sampel air

25 mL air PDAM

- Dimasukkan dalam erlenmeyer


- Ditambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01N
hingga larutan berubah warna menjadi
merah bata
- Dicatat volume AgNO3 yang
dibutuhkan

Volume AgNO3

- Diulangi titrasi 3x & Dihitung kadar Cl-

Kadar Cl-

Reaksi :
Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s)
Cr2O72- + 2Ag+ (s) → Ag2Cr2O7 (s)
endapan merah bata

7
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
VII. HASIL PENGAMATAN

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Percobaan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
1. Perubahan Blanko - Air PDAM: - Air PDAM + Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s) Air PDAM setelah dititrasi
25 mL air PDAM tidak berwarna larutan dengan AgNO3 menghasilkan
- Larutan K2Cr2O7: Cr2O72- + 2Ag+ (s) → larutan merah bata dan terdapat
- Dimasukkan dalam erlenmeyer K2Cr2O7: larutan Ag2Cr2O7 (s) endapan merah endapan. Volume AgNO3 yang
- Ditambahkan 1 mL larutan larutan berwarna bata dibutuhkan pada titrasi ini
K2Cr2O7 berwarna kuning adalah 3,7 mL.
kuning - + AgNO3 :
- Dititrasi dengan larutan AgNO3
- Larutan larutan merah
0,01N hingga larutan berubah
AgNO3 : larut bata
warna menjadi merah bata
dan tidak - Volume
- Dicatat volume AgNO3 yang berwarna AgNO3: 3,7
dibutuhkan mL
Volume AgNO3
2 Penentuan kadar Cl- dalam sampel air - Sampel air: - Sampel + Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s) Kadar Cl- pada sampel air
25 mL air PDAM keruh K2Cr2O7: sebesar 45,84 mg/L. Pada
- Sampel air + 3 larutan 2Ag+ (s) + Cr2O72- → sampel + 3 gram bentonit
- Dimasukkan dalam erlenmeyer gram bentonit: berwarna Ag2Cr2O7 (s) sebesar 96,42 mg/L
keruh dan kuning (endapan merah bata) Sampel air + 5 g bentonit
- Ditambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7
berwarna - + AgNO3: mengandung Cl- sebesar
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01N
kecoklatan larutan warna Kadar Cl- maksimum 109,659 mg/L dan pada sampel
hingga larutan berubah warna menjadi - Sampel air + 5 merah bata berdasarkan Permenkes RI air + 7 g bentonit memiliki
merah bata gram bentonit: - volumeAgNO3: Tahun 2002, yaitu sebesar 250 kadar Cl- sebesar 144,636
- Dicatat volume AgNO3 yang keruh V1 : 6,6 mL mg/L. mg/L.
dibutuhkan kecoklatan V2 : 6,8 mL Semakin banyak penambahan
- Sampel air + 7 V3 : 7,4 mL bentonit pada sampel air,
Volume AgNO3 gram bentonit: - Sampel 3 g semakin banyak kadar Cl- di
keruh bentonit + dalamnya. Hal ini menandakan
- Diulangi titrasi 3x & Dihitung kadar Cl-
kecoklatan K2Cr2O7: bahwa pengadsorpsian dengan
- Larutan larutan bwarna bentonit tidak bekerja dengan
Kadar Cl- K2Cr2O7: kuning maksimal.
8
-
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl
larutan - + AgNO3: Dari 4 sampel tersebut,
berwarna larutan warna semuanya tidak melebihi
kuning merah bata standar baku maksimum yang
- Larutan - volume AgNO3: sudah diatur, sehingga sampel
AgNO3 : larut V1 : 10,8 mL air yang digunakan masih layak
dan tidak V2 : 10,3 mL pakai.
berwarna V3 : 10,4 mL
- Sampel 5 g
bentonit +
K2Cr2O7:
larutan bwarna
kuning
- + AgNO3:
larutan warna
merah bata
- volume AgNO3:
V1 : 11,5 mL
V2 : 11,5 mL
V3 : 11,3 mL
- Sampel 7 g
bentonit +
K2Cr2O7:
larutan bwarna
kuning
- + AgNO3:
larutan warna
merah bata
- volume AgNO3:
V1 : 13,9 mL
V2 : 14,1 mL
V3 : 13,7 mL

9
-
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percoban ke-5 dengan judul “Penentuan kadar Cl-“ ini bertujuan untuk
mengetahui kadar Cl- dalam sampel air. Sampel air yang digunakan diambil dari
sungai Asemrowo di Jl. Margomulyo Industri Raya No. 49, Greges, Asemrowo,
Kota Surabaya, Jawa Timur. Sampel air yang digunakan diambil pada permukaan
sungai dan disimpan dalam wadah botol plastik sebanyak ±2100 mL. Sifat dari Cl-
adalah tidak memiliki daya desinfektan sehingga tidak dapat membasmi
mikroorganisme seperti bakteri, amoeba ataupun ganggang dan lain sebagainya.
Kelemahan lainnya adalah klor telah direduksi menjadi Cl- sehingga kemampuan
untuk mengoksidasi ion-ion logam dan memecah molekul organik tidak dapat
dilakukan lagi. Oleh karena itu untuk mengetahui kelayakan air di daerah tersebut
dilakukan pengujian kadar Cl- dengan menggunakan titrasi argentometri
menggunakan metode Mohr.
Titrasi argentometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
digunakan untuk menentukan kadar suatu zat yang ditandai dengan terbentukkan
endapan merah bata karena sisa Ag+ yang bereaksi dengan Cr2O72-. Metode Mohr
biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion-ion perak, tiosianat, dan ion-ion
halogen yang salah satunya adalah ion klorida.
Pada percobaan ini titrasi dilakukan dengan 2 alur, yaitu titrasi pada air
PDAM sebagai larutan blanko dan titrasi pada larutan sampel. Titrasi pada larutan
sampel dilakukan dengan 4 variasi yaitu sampel air tanda perlakuan, sampel air
dengan penambahan 3 gram bentonit, sampel air dengan penambahan 5 gram
bentonit, dan sampel air dengan penambahan 7 gram bentonit. Titrasi pada larutan
sampel dilakukan dengan tiga kali pengulangan (tripo) sedangkan pada larutan
blanko dilakukan satu kali pengulangan (single).
Sampel air yang digunakan sebelum diuji harus dipreparasi terlebih dahulu.
Preparasi sampel dilakukan ±4 minggu sebelum percobaan penentuan kadar Cl-
dilakukan yaitu dengan cara 250 ml sampel air dimasukkan dalam gelas kimia.
Kemudian ditambahkan bentonit dengan variasi sebanyak 3 gram; 5 gram; dan 7
gram. Setelah itu diaduh dengan magnet stirer selama 30 menit dan didiamkan
selama 24 jam. Setelah endapan terpisah dengan larutan makan sampel air di saring

10
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
menggunakan corong Buchner dan kertas saring. Warna sampel air sebelum dan
sesudah penambahan bentonit ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Warna sampel air sebelum dan sesudah penambahan bentonit
Warna
Sampel
Sebelum Sesudah
Tanpa perlakuan Keruh Keruh
+ bentonit 3 gram Keruh Keruh kekuningan
+ bentonit 5 gram Keruh Kekuningan
+ bentonit 7 gram Keruh Kekuningan jernih
Penambahan bentonit berfungsi sebagai adsorben dalam sampel air. Sehingga
diharapkan semakin banyak bentonit yang ditambahkan dalam sampel air maka ion
Cl- dalam air semakin berkurang, dalam hal ini berarti kadar Cl- semakin sedikit.
Sebelum percobaan penentuan kadar Cl- dalam sampel dilakukan, terlebih
dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Persiapan ini dilakukan
untuk mempermudah dan mempersingkat waktu percobaan. Pastikan jika alat-alat
yang akan digunakan telah dicuci terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar tidak ada
bahan pengotor yang ikut dalam percobaan, yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
1. Perubahan Blanko
Pada alur pertama yaitu titrasi pada larutan blanko. Titrasi ini digunakan
sebagai pembanding dengan larutan sampel air yang akan diuji. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengukur air PDAM yang berupa larutan tidak
berwarna sebanyk 25 mL dengan gelas ukur. Pengukuran larutan menggunakan
gelas ukur karena mamiliki tingkat keakuratan lebih tinggi dibandingkan
dengan gelas kimia. Air PDAM yang sudah diukur kemudian dimasukkan
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N yang berupa
larutan kuning jernih. Dihasilkan larutan berwarna kuning jernih. Larutan
K2Cr2O7 berfungsi sebagai indikator dalam titrasi argentometri dengan
menggunakan metode Mohr. Setelah itu sampel dititrasi dengan larutan AgNO3
0,1N yang berupa larutan tidak berwarna hingga dihasilkan larutan berwarna
merah bata. Larutan yang berwarna merah bata menandakan bahwa titik akhir
titrasi telah tercapai. Volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi sebanyak 3,7
mL. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

11
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s) [endapan putih]
Cr2O72- (aq) + 2Ag+ (aq) → Ag2Cr2O7 (s) [endapan merah bata]
2. Penentuan Kadar Cl- dalam Sampel Air
Pada alur kedua yaitu titrasi pada laruran sampel, dimana digunakan 4
variasi yaitu sampel air tanda perlakuan, sampel air dengan penambahan 3
gram bentonit, sampel air dengan penambahan 5 gram bentonit, dan sampel air
dengan penambahan 7 gram bentonit. Pada titrasi ini bertujuan untuk
mengetahui kadar Cl- dalam sampel dengan berbagai variasi.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur masing-masing
sampel sebanyak 25 ml dengan gelas ukur. Pengukuran larutan menggunakan
gelas ukur karena mamiliki tingkat keakuratan lebih tinggi dibandingkan
dengan gelas kimia. Air sampel yang sudah diukur kemudian dimasukkan
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N yang berupa
larutan kuning jernih. Dihasilkan larutan berwarna kuning jernih. Larutan
K2Cr2O7 berfungsi sebagai indikator dalam titrasi argentometri dengan
menggunakan metode Mohr. Setelah itu sampel dititrasi dengan larutan AgNO3
0,1N yang berupa larutan tidak berwarna hingga dihasilkan larutan berwarna
merah bata. Larutan yang berwarna merah bata menandakan bahwa titik akhir
titrasi telah tercapai. Titrasi dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali.
Volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Volume AgNO3 yang dibutuhkan dalam titrasi sampel air
Sampel Replikasi mL sampel mL AgNO3
Sampel Air I 25 mL 6,6 mL
II 25 mL 6,8 mL
III 25 mL 7,4 mL
Sampel Air + 3 gram I 25 mL 10,8 mL
Bentonit II 25 mL 10,3 mL
III 25 mL 10,4 mL
Sampel Air + 5 gram I 25 mL 11,5 mL
Bentonit II 25 mL 11,5 mL
III 25 mL 11,3 mL
Sampel air + 7 gram I 25 mL 13,9 mL
Bentonit II 25 mL 14,1 mL
III 25 mL 13,7 mL
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

12
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s) [endapan putih]
Cr2O72- (aq) + 2Ag+ (aq) → Ag2Cr2O7 (s) [endapan merah bata]
Dalam proses titrasi ini, AgNO3 dengan Cl- akan lebih dulu membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah AgCl mengendap seluruhnya,
barulah mulai terbentuk Ag2Cr2O7 yang berwarna merah bata. Jika dilihat dari
Ksp-nya, yaitu Ksp Ag2Cr2O7 sebesar 2x10-12 yang lebih kecil dari Ksp AgCl
yakni sebesar 1x10-10, sehingga yang seharusnya terlebih dahulu mengendap
adalah Ag2Cr2O7. Namun karena AgCl merupakan garam monokovalen
sedangkan Ag2Cr2O7 adalah garam divalent maka Ag2Cr2O7 memerlukan lebih
banyak titran untuk mengendap dibandingkan dengan AgCl yang bervalensi
satu. Adapun reaksi yang terjadi dalam titrasi ini adalah sebagai berikut :
Cl- (aq) + Ag+ (aq) → AgCl (s) KspAgCl1x10-10
Cr2O72- (aq) + 2Ag+ (aq) → Ag2Cr2O7 (aq) KspAg2Cr2O7 2x10-12
Penambahan bentonit berfungsi sebagai adsorben dalam sampel air.
Bentonit akan menyerap ion Cl- dan ketika bentonit disaring maka ion Cl- akan
hilang bersama bentonit sehingga kadar Cl- dalam sampel menjadi berkurang.
Tetapi tidak dalam percobaan ini, dimana sampel air dengan penambahan
bentonit yang semakin banyak, dibutuhkan volume titran dalam titrasi yang
semakin banyak. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori, dimana semakin
banyak bentonit yang ditambahkan dalam sampel air maka ion Cl- dalam air
semakin berkurang, dalam hal ini berarti kadar Cl- semakin sedikit. Hal tersebut
dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya :
a. Kesalahaan ketika preparasi, dimana sampel yang digunakan dalam
pengujian kadar Cl- telah dipreparasi jauh-jauh hari (±4 minggu sebelum
pengujian kadar Cl- dilakukan) sehingga pengotor yang tidak diharapkan
termasuk Cl- sisa mengendap kembali.
b. Kesalahan ketika penyimpanan, dimana larutan sampel yang digunakan
sudah terkontaminasi dengan udara atau pengotor lainnya karena kurang
rapatnya penutup plastik yang digunakan.
c. Kesalahan waktu titrasi, dimana alat dan bahan yang digunakan kurang
bersih hingga masih terdapat pengotor yang mempengaruhi volume titrat
dalam titrasi.

13
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
d. Kesalahan praktikan, kurang teliti atau jelinya praktikan dalam melakukan
titrasi dan pengamatan perubahan warna yang terjadi. Dimana pengamatan
perubahan warna dalam titrasi dilakukan secara subjektif, sehingga
penilaian setiap orang berbeda-beda.
Setelah dilakukan titrasi maka dapat dihitung kadar Cl- dalam sampel air
dengan rumus sebagi berikut:
(𝐵 − 𝐴) × 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 35,450 × 1000
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑙 − =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Dimana,
A = mL titrasi dari sampel
B = mL titrasi dari blanko
N = normalitas AgNO3
Sehingga kadar Cl- dalam sampel air ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Kadar Cl- dalam sampel air
Sampel Replikasi Kadar Cl- (mg/L) Rata-rata (mg/L)
Sampel Air I 41,122
II 43,958 45,849
III 52,466
Sampel Air + 3 I 100,678
gram Bentonit II 93,588 96,424
III 95,006
Sampel Air + 5 I 110,604
gram Bentonit II 110,604 109,659
III 107,768
Sampel air + 7 I 144,636
gram Bentonit II 147,472 144,636
III 141,800
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 kadar klorida maksimum yang
diperbolehkan yaitu 250 mg/Liter, sehingga dapat dikatakan bahwa air sungai
Asemrowo di Jl. Margomulyo Industri Raya No. 49 Greges Asemrowo Surabaya
tersebut masih layak untuk digunakan karena kadar Cl- dalam sampel air baik tanpa
perlakuan atau dengan perlakuan (penambahan bentonit) masih dibawah ambang
batas.

14
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, dapat disimpulkan bahwa
penentuan kadar Cl- dalam sampel air dapat dilakukan dengan titrasi argentometri
dengan metode Mohr dan dihasilkan kadar Cl- yang berbeda pada setiap variasi
(sampel tanpa perlakuan, sampel air dengan penambahan 3 gram bentonit, sampel
air dengan penambahan 5 gram bentonit, dan sampel air dengan penambahan 7
gram bentonit) yaitu 45,849 mg/L; 96,424 mg/L; 109,659 mg/L; dan 144,636 mg/L.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa air sungai Asemrowo di Jl.
Margomulyo Industri Raya No. 49 Greges Asemrowo Surabaya masih layak untuk
digunakan karena kadar Cl- dalam sampel air baik tanpa perlakuan atau dengan
perlakuan (penambahan bentonit) masih dibawah abang batas yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 bahwa kadar klorida maksimum
yang diperbolehkan yaitu 250 mg/Liter.

X. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, & Suharno. (2012). Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Yog-yakarta: Gosyen Publishing.

Day, R. A. J., & Underwood, A. . 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta Kuswanti, T, dkk. 2007. Macam-macam Kesadahan.
Sains Kimia 3.Bumi Aksara: Jakarta.

Linsley, R.K. dan J. Franzini. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Penerjemah Djoko
Sasongko. Jakarta: Erlangga

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4: Yayasan


Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

15
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Lampiran 1. Perhitungan
Sampel Replikasi mL sampel mL AgNO3 Kadar Cl- (mg/L)
PDAM I 25 mL 3,7 mL
Sampel Air I 25 mL 6,6 mL 41,122
II 25 mL 6,8 mL 43,958
III 25 mL 7,4 mL 52,466
Sampel Air + 3 I 25 mL 10,8 mL 100,678
gram Bentonit II 25 mL 10,3 mL 93,588
III 25 mL 10,4 mL 95,006
Sampel Air + 5 I 25 mL 11,5 mL 110,604
gram Bentonit II 25 mL 11,5 mL 110,604
III 25 mL 11,3 mL 107,768
Sampel air + 7 I 25 mL 13,9 mL 144,636
gram Bentonit II 25 mL 14,1 mL 147,472
III 25 mL 13,7 mL 141,800

(𝐴−𝐵) 𝑥 𝑁 𝑥 35,45 𝑥 1000


Rumus : Cl- (mg/L) = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Ket : A = mL titrat dari sampel


B = mL titrat dari blanko
N = Normalitas AgNO3 (0,01 N)

Ditanya : kadar Cl- air sampel?


1. Sampel Air
Replikasi I :
𝑚𝑔 (6,6 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 41,122 ⁄𝑙

Replikasi II :
𝑚𝑔 (6,0 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 43,958 ⁄𝑙

16
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Replikasi III :
𝑚𝑔 (7,4 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 52,466 ⁄𝑙

Rata – Rata = 45,849 mg/L

2. Sampel Air + 3 gram bentonit


Replikasi I :
𝑚𝑔 (10,8 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 100,670 ⁄𝑙

Replikasi II :
𝑚𝑔 (10,3 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 93,588 ⁄𝑙

Replikasi III :
𝑚𝑔 (10,4 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 95,006 ⁄𝑙

Rata – Rata = 96,424 mg/L

3. Sampel Air + 5 gram bentonit


Replikasi I :
𝑚𝑔 (11,5 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 110,604 ⁄𝑙

Replikasi II :
𝑚𝑔 (11,5 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 110,604 ⁄𝑙

Replikasi III :

17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
𝑚𝑔 (11,3 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 107,768 ⁄𝑙

Rata – Rata = 109,659 mg/L

4. Sampel Air + 7 gram bentonit


Replikasi I :
𝑚𝑔 (13,9 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 144,636 ⁄𝑙

Replikasi II :
𝑚𝑔 (14,1 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 147,472 ⁄𝑙

Replikasi III :
𝑚𝑔 (13,7 − 3,7) 𝑥 0,01 𝑥 35,45 𝑥 1000
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) =
25 𝑚𝐿
𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝐶𝑙( ⁄𝑙 ) = 141,800 ⁄𝑙

Rata – Rata = 144,636 mg/L

18
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Lampiran 2. Gambar Kerja
Foto Keterangan

Gambar 1. Air PDAM tidak


berwarna sebelum diberi
perlakuan.

Gambar 1.

Gambar 2. Air PDAM setelah


ditambahkan larutan K2Cr2O7
berubah menajdi warna kuning.

Gambar 2.

Gambar 3. Air PDAM setelah


dititrasi dengan AgNO3 berubah
warna menjadi merah bata.

Gambar 3.

19
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Gambar 4. Sampel air (tanpa
bentonit) sebelum diberi
perlakuan.

Gambar 4.

Gambar 5. Sampel air setelah


ditambahkan larutan K2Cr2O7
berubah menjadi warna kuning.

Gambar 5.

Gambar 6. Sampel air setelah


dititrasi dengan AgNO3 berubah
warna menjadi merah bata.

Gambar 6.

20
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-
Gambar 7. Sampel air + 3 gram
bentonit setelah dititrasi dengan
setelah dititrasi dengan AgNO3
berubah warna menjadi merah
bata.

Gambar 7.

Gambar 8. Sampel air + 5 gram


bentonit setelah dititrasi dengan
setelah dititrasi dengan AgNO3
berubah warna menjadi merah
bata.

Gambar 8.

Gambar 9. Sampel air + 7 gram


bentonit setelah dititrasi dengan
setelah dititrasi dengan AgNO3
berubah warna menjadi merah
bata.

Gambar 9.

21
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN : PENENTUAN KADAR Cl-

Anda mungkin juga menyukai