Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr 3+)
diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia.
Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut
penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium merupakan
logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.
Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada
ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada
sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang
dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat.
(Yayan sunarya dan agus setiabudi 2010 ).
Kromium adalah logam berkilau, getas dan keras, serta berwarna perak abuabu. Ketika dipanaskan, kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam
ini tidak stabil pada oksigen dan segera menghasilkan lapisan oksida tipis.
Kromium ditambang sebagai bijih kromit (FeCr2O4). Penambangan bijih
kromium antara lain terdapat di Afrika Selatan, Zimbabwe, Finlandia, India,
Kazakihstan, dan Filipina (Anonim, 2014).
Prinsip dasar dari analisis multikomponen dengan spektrometri absorpsi
molekular yaitu bahwa total absorbansi larutan adalah jumlah absorbansi dari
tiap-tiap komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponenkomponen tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa
saja terdapat banyak komponen tetapi dalam praktek, lebarnya puncak
absorpsi dalam spektrometri UV-sinar tampak memastikan bahwa tidak ada
panjang gelombang yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan
jumlah komponen yang banyak (Wiryawan, 2011).
Terdapat dua kemungkinan apabila dua komponen yang berlainan
dicampurkan dalam satu larutan. Adanya interaksi akan merubah spektrum
absorpsi dimana absorpsi larutan campuran akan merubah jumlah aljabar dari
absorpsi dua larutan dari masing masing komponen yang terpisah. Jadi
spektrum absorpsinya merupakan campuran bersifat aditif. Analisa yang
benar yang dapat dilakukan dengan perhitungan menggunakan hukum
Lambert Beer :
A=abc
Bila menggunakan kuvet yang sama maka:
A=kC
Karena dalam percobaan ini hanya ada dua komponen maka diperlukan dua
persamaan dari dua panjang gelombang yang berlainan agar C 1 dan C2 dapat
juga dihitung, jadi :
A1 = k11C1 + k12C2
A2 = k21C1 + k22C2
k dapat diperoleh dari kemiringan kurva standar sedangkan A dari hasil
pengukuran (Tim Dosen Kimia Analitik, 2014).
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sisstem pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak
(visible) mempunyai
panjang
gelombang
III.
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan krom (III)
klorida 0,05 M, larutan kobalt (II) klorida 0,188 M, aquades, tissue dan
cutton bud.
IV.
Prosedur Kerja
1. Keaditifan absorbans larutan Cr3+ dan Co2+
a. Menyiapkan larutan
Cr3+ 0,02 M
Co2+ 0,075 M
Larutan campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M Cr3+ dan
0,075 Co2+ dengan perbandingan 1 : 1
b. Mengukur absorban ketiga larutan di atas pada panjang gelombang 200900 nm, menggunakan air/aquades sebagai blanko.
Membuat dalam satu kertas grafik spektrum absorbsi masing-masing
dari ketiga larutan tersebut berdasarkan data yang diperoleh kemudian
menjumlahkan
spektrum
absorpsi
Cr3+ dan
Co2+.
Memeriksa
keaditifannya.
2. Nilai k
a. Menentukan nilai atau letak puncak maksimum spektrum Cr 3+ dan Co2+
dari grafik di atas.
b. Menyiapkan larutan Cr3+ dan Co2+ dengan konsentrasi:
Cr3+ : 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05 M
Co2+: 0,0188; 0,0376; 0,0564; 0,0752 M
Mengukur absorbans masing-masing pada Cr dan Co, maka dapat
dibuat 4 (empat) kurva standar :
Cr3+ pada Cr
Cr3+ pada Co
Co2+ pada Cr
Co2+ pada Co
Menghitung nilai k pada masing masing panjang gelombang tersebut.
3. Analisa contoh campuran
Menetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan mengukur
A (absorban) larutan itu pada Cr dan Co dan dari nilainilai k yang sudah
diperoleh di atas.
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil Pengamatan
1. Keaditifan absorbansi larutan Cr3+ 0,02 M, Co2+ 0,075 M dan larutan
campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M dan 0,075 M.
maks
418,22
3+
Cr
0,356
Absorbannsi (A)
Co2+
Campuran Cr3+ + C02+
-
508,38
518,51
0,570
-
0,242
2. Nilai K
a. Untuk Larutan Cr3+
Sampel
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
A (maks Cr
= 418,22)
0,164
0,348
0,462
0,644
0,818
A (maks Co
= 508,38)
0,207
0,266
0,312
0,397
0,411
A (maks Cr
= 418,22)
0,204
0,274
0,294
0,327
A (maks Co
= 508,38)
0,346
0,486
0,684
0,717
A (maks Cr
= 418,22
0,210
C = 0,030
A (maks Co
= 508,38
0,388
C = 0,0230
V 2 M2
M1
V 1=
25 ml x 0,02 M
0,05 M
V 1=10 ml
a. Larutan Cr3+
25 ml x 0,01 M
0,05 M
V 1=5 ml
25 ml x 0,02 M
0,05 M
V 1=10 ml
Larutan 0,03 M Cr3+
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,03 M
0,05 M
V 1=15 ml
25 ml x 0,04 M
0,05 M
V 1=20 ml
25 ml x 0,05 M
0,05 M
V 1=25 ml
Pembuatan larutan Co2+ 0,075 M dari larutan kobalt (II) klorida
0,0188 M
Larutan 0,075 M Co2+
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,075 M
0,188 M
V 1=9,97 ml
b. Larutan Co2+
Larutan 0,0188 M Co2+
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,0188 M
0,188 M
V 1=2,5 ml
25 ml x 0,0376 M
0,188 M
V 1=5 ml
25 ml x 0,0564 M
0,188 M
V 1=7,5 ml
25 ml x 0,0752 M
0,188 M
V 1=10 ml
2. Penentuan Regresi
a. Untuk Cr3+ pada Cr
Konsentrasi
Absorbans
(x)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15
(y)
0,164
0,348
0,462
0,644
0,818
y = 2,436
x2
xy
0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2
x = 0,0055
0,00164
0,00696
0,01386
0,02576
0,04090
xy= 0,08912
x=
x 0,15
=
=0,03
n
5
y=
y 2,436
=
=0,4872
n
5
b=
b=
n ( xy ) ( x ) ( y )
n ( x 2 ) ( x)2
5 ( 0,08912 ) ( 0,15 ) (2,436)
3
2
5 ( 5,5.10 ) (0,15)
b= 16,04
y= y +b ( xx )
y 1=0,4872+16,04 ( 0,010,03 ) = 0,1664
y 2=0,4872+16,04 ( 0,020,03 ) = 0,3268
y 3=0,4872+16,04 ( 0,030,03 ) = 0,4872
y 4 =0,4872+ 16,04 ( 0,040,03 ) = 0,6476
y 5=0,4872+16,04 ( 0,050,03 ) = 0,8080
Sebelum regresi
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2 0.16
0.1
0
0.35
0.46
0.64
0.82
Absorbansi
Konsentrasi
Setelah regresi
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2 0.17
0.1
0
0.33
Absorbansi
Konsentrasi
dy
dx
k=
(0,32680,1664)
(0,020,01)
k =16,04
0.49
0.65
0.81
Konsentrasi
Absorbans
(x)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15
(y)
0,207
0,266
0,312
0,397
0,411
y = 1,593
x=
y=
b=
b=
x2
xy
0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2
x = 0,0055
0,00207
0,00532
0,00798
0,01588
0,02055
xy = 0,0518
x 0,15
=
=0,03
n
5
y 1,593
=
=0,3186
n
5
n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)
b= 4,01
y= y +b ( xx )
y 1=0,3186+ 4,01 ( 0,010,03 ) = 0,2384
y 2=0,3186+ 4,01 ( 0,020,03 ) = 0,2785
y 3=0,3186+ 4,01 ( 0,030,03 ) = 0,3186
y 4 =0,3186+4,01 ( 0,040,03 )
= 0,3587
0.27
0.31
0.4
0.41
Absorbansi
Konsentrasi
Setelah Regresi
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25 0.24
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.28
Absorbansi
Konsentrasi
dy
dx
k=
(0,27850,2384)
(0,020,01)
0.32
0.36
0.4
k =4,01
c. Untuk Co2+ pada Cr
Konsentrasi
Absorbans
(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188
(y)
0,204
0,274
0,294
0,327
y = 1,099
x=
x 0,188
=
=0,047
n
4
y=
y 1,099
=
=0, 27475
n
4
b=
b=
x2
xy
3,5344.10-4
1,41376.10-3
3,18096.10-3
5,65504.10-3
x2 = 0,0106032
0,00383
0,01030
0,01658
0,02459
xy = 0,05530
n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)
b= 2,0637
y= y +b ( xx )
y 1=0,27475+2,0637 ( 0,01880,047 )
= 0,2165
0.27
0.29
0.33
Absorbansi
Konsentrasi
Setelah Regresi
0.35
0.3
0.25
0.2 0.22
0.15
0.1
0.05
0
0.26
Absorbansi
Konsentrasi
dy
dx
k=
(0,25530,2165)
(0,03760,0188)
0.29
0.33
k =2,0638
d. Untuk Co2+ pada Co
Konsentrasi
Absorbans
(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188
(y)
0,346
0,486
0,684
0,717
y = 2,233
x=
x 0,188
=
=0,047
n
4
y=
y 2,233
=
=0, 55825
n
4
b=
b=
x2
xy
3,5344.10-4
1,41376.10-3
3,18096.10-3
5,65504.10-3
x2 = 0,0106032
0,00650
0,01827
0,03857
0,05391
xy = 0,11725
n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)
b= 6,95959
y= y +b ( xx )
y 1=0,55825+6,95959 ( 0,01880,047 ) = 0,3619
y 2=0,55825+6,95959 ( 0,03760,047 )
= 0,4928
0.68
0.49
Absorbansi
Konsentrasi
Setelah Regresi
0.8
0.75
0.62
0.6
0.49
0.4 0.36
Absorbansi
0.2
0
1.8800000000000046E-2
Konsentrasi
dy
dx
k=
(0,49280,3619)
(0,03760,0188)
k =6,9627
0.72
a. Cr3+
0,01 M
A
C= k
C=
C = 0,01 M
0,02 M
A
C= k
C=
0,462
16,04
C = 0,03 M
0,04 M
A
C= k
C=
0,348
16,04
C = 0,02 M
0,03 M
A
C= k
C=
0,164
16,04
0,644
16,04
C = 0,04 M
0,05 M
A
C= k
C=
0,818
16,04
C = 0,05 M
b. Co2+
0,0188 M
C=
A
k
C=
0,346
6,9627
C = 0,0496 M
0,0376 M
A
C= k
C=
C = 0,0698 M
0,0564 M
A
C= k
C=
0,486
6,9627
0,684
6,9627
C = 0,0982 M
0,0752 M
A
C= k
C=
0,717
6,9627
C = 0,1029 M
4. Menentukan Komposisi Campuran
A1 = k11C1 + k12C2..............(1)
A2 = k21C1 + k22C2 ..............(2)
0,210 = (16,04 x C1) + (4,01 x C2 )
x 2,0638
0,388 = (2,0638 x C1) + (6,9627 x C2) x 16,04
0,4333
= 33,1033 C1 + 8,2758 C2
6,2235
= 33,1033 C1 + 111,6817 C2
-5,7902
= -103,4059 C2
C2 = 0,0559 M
Subtitusi nilai C2 pada persamaan (2)
0,388 = (2,0683 x C1) + (6,9627 x 0,0559)
0,388 = 2,0683 C1 + 0,3892
2,0683 C1 = 0,388 0,3892
C1
= -0,0005 M
5.3 Pembahasan
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium adalah logam berkilau, getas
dan keras, serta berwarna perak abu-abu. Kobalt adalah suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom
27. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam
berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau.
Prinsip dasar dari analisis multikomponen dengan spektrometri absorpsi
molekular yaitu bahwa total absorbansi larutan adalah jumlah absorbansi
dari tiap-tiap komponennya. Pada percobaan ini dilakukan analisis
multikomponen campuran krom dan kobalt, menggunakan krom (III) dan
kobalt (II). Sampel yang digunakan adalah CrCl3 berwarna hijau dan
untuk larutan Co2+ 0,075 M. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh tidak
tepatnya volume larutan pada saat dilakukan pengenceran.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Absorpsi campuran Cr3+ dan Co2+ bersifat aditif karena memiliki
absorbansi yang berbeda dengan komponennya.
2. Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi di mana semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansi begitupun
sebaliknya.
3. Dari percobaan ini diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing
masing panjang gelombang yaitu, k11 sebesar 16,04; k12 sebesar 4,01; k21
sebesar 2,0638 dan k22 sebesar 6,9627.
4. Dari nilai k yang ada dapat diperoleh komposisi campuran,untuk C1
diperoleh -0,0005 M dan C2 diperoleh 0,0559 M.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, N. 2012. Prinsip Kerja Instrumen Spektroskopi. http://nuryadinabdillah.blogspot.com. Diakses pada 25 November 2014. Palu.
Anggianto. 2011. Kobalt dan Sifat-Sifat Umumnya. http://birohmah.unila.ac.id.
Diakses pada 25 November 2014. Palu.
Anonim. 2014. Analisis Multi Komponen Campuran Kobalt dan Krom.
http://cool98chem.blogspot.com. Diakses pada 30 November 2014. Palu.
Anonim. 2014. Kobalt: Co. Fakta, Sifat, Kegunaan & Efek Kesehatannya.
http://www.amazine.com. Diakses pada 25 November 2014. Palu.
Anonim. 2014. Kromium: Cr. Fakta, Sifat, Kegunaan & Efek Kesehatannya.
http://www.amazine.com. Diakses pada 25 November 2014. Palu.
LAMPIRAN
Gambar 4 Stavol
Gambar 7 Monitor
CROM (CR)
Kromium adalah logam berkilau, getas dan keras,
serta berwarna perak abu-abu. Ketika dipanaskan,
kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam ini
tidak stabil pada oksigen dan segera menghasilkan
lapisan oksida tipis. Kromium ditambang sebagai
bijih kromit (FeCr2O4). Penambangan bijih kromium
antara lain terdapat di Afrika Selatan, Zimbabwe,
Finlandia, India, Kazakihstan, dan Filipina .