Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK INSTRUMEN


“PENENTUAN KROM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR
TAMPAK”

Nama : Ermawati
Nim : A1C118002
Kelas : Reguler B 2018
Kelompok : satu (1)
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Februari 2021

Dosen Pengampu :
Dr. Dra.Zurweni,M.Si

Aulia Sanova,S.T.,M.Pd.

Nama Asdos :
Muhammad Rifky Saifuddin
(A1C117080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PERCOBAAN KE-

I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara menggunakan alat spectronik-20 secara
spectrofometri sinar tampak
2. Untuk menentukan spesiasi ion logam krom secara spectrofometri sinar
tampak.

II. LANDASAN TEORI


Spektrofotometri sinar tampak adalah teknik analisis yang
didasarkan pada serapan cahaya tampak oleh molekul atau ion dalam suatu
sampel larutan berwarna. Bila larutan tidak berwarna harus dijadikan
berwarna menggunakan kompleks tertentu yang spesifik. Pada pratikum ini
digunakan alat spectronic-20. Langkah awal dari analisis secara
spektrofotometri sinar tampak adalah mendapatkan daerah kerja yang baik
dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu melalui
spektrum absorbansi agar diperoleh panjang gelombang tertentu yang
maksimum. Pada setiap pengukuran %T atau absorbansi ( A = - log T )
digunakandua atau lebih kuvet : kuvet blangko, kuvet standar dan kuvet
sampel. Kuvet ini harus matched atau saling berpadanan. Akurasi
pengukuran menggunakan spektrometer sangat bergantung pada
ketersediaan kuvet yang berkualitas dan sepadan. Kuvet-kuvet tersebut
harus dikalibrasi terhadap sesamanya untuk memperoleh kuvet yang
sepadan pada interval waktu tertentu untuk mendeteksi adanya perbedaan
sebagai akibat penggunaan dalam waktu yang lama atau tergores. sama
pentingnya adalah bagaimana dinding luar kuvet di bersihkan sesaat
sebelum dimasukkan ke spektrometer khususnya bagian sisi windows
melalui mana reaksi elektromagnetik dilewatkan dalam hal ini
direkomendasikan untuk membersihkan dinding luar kupet dengan kain
pembersih kacamata yang dicelupkan ke dalam metanol sehingga sisi
Windows bebas dari pengganggu. Menggunakan kain pembersih yang
kering tidak dianjurkan karena cenderung akan menghasilkan residu atau
lapisan film pada dinding kuvet daerah radiasi yang digunakan dalam
spektrofotometri sinar tampak adalah pada 380-750 nm (Tim Kimia Analitik
Instrumen, 2021).
Kromium merupakan logam industri yang penting karena
rerupakan polutan utama, yang bersifat karsinogen, mutagenik, dan sangat
beracun. Kromium memiliki dua bentuk oksidatif dalam lingkungan
perairan. Pertama adalah Cr(VI) yang diketahui sebagai bentuk Cr yang
sangat beracun, dan yang lain adalah Cr(III) yang sedikit pergerakannya,
tidak beracun, dan bahkan merupakan unsur yang esensial bagi manusia dan
hewan Kromium dalam lingkungan umumnya berada dalam bentuk Cr(III)
atau Cr(VI). Cr(III) terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada
bebatuan dan tanah dalam bentuk senyawa Cr2O3. Sedangkan Cr(VI) secara
alami jarang terdapat di alam. Kehadirannya dalam bentuk kromat (CrO42-)
dan dikromat (Cr2O72-) dalam lingkungan biasanya disebabkan oleh
limbah maupun emisi dari kegiatan industry dan rumah tangga. Cr(VI)
banyak digunakan dalam industry logam seperti pembuatan logam Cr, aloi
Cr, dan pelapisan logam serta industry kimia sebagai agen pengoksidasi.
Cr(III) terutama sebagai garamnya umumnya digunakan dalam industry
tekstil, industry penyamakan, industry keramik dam gelas serta fotografi (
Harvey, 2000).
Distribusi senyawa yang mengandung Cr(III) dan Cr(VI)
tergantung pada potensial redoks, pH, adanya senyawa oksidator atau
reduktor, kinetika reaksi redoksnya, pembentukan kompleks Cr(III) atau
garam Cr(III) tak larut, dan konsentrasi kromium total (WHO, 1996).
Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk menentukan kadar Cr
terutama Cr(VI) menggunakan spektrofotometri sinar tampak umumnya
menggunakan reagen organik yang dapat dioksidasi dan pembentukan ion
asosiasi. Reagen yang paling umum digunakan untuk menentukan kadar
Cr(VI) secara spektofotometri sinar tampak yaitu 1,5 difenilkarbazida. Akan
tetapi gangguan dari Fe(III), No(VI), Cu(II), dan Hg(II) sangat
mempengaruhi hasil yang diperoleh dan hanya membentuk kompleks yang
stabil selama 30 menit dengan adanya buffer fosfat ( Day, dkk, 1989 ).
Salah satu jenis metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya yaitu
Spektrofotometri. Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar
tampak biasa disebut spektroskopi UV-Vis. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat
berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa
atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.Sinar
atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi
elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya
atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan
dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya
spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom24. Kromium merupakan logam tahan korosi
(tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Kromium adalah logam
non-esensial yang sangat toksik (beracun) bagi mikroorganisme dan
tanaman. Karena penggunaannya yang luas dalam industri,kromium (Cr)
telah menjadi polutan yang serius dalam setting lingkungan yang beragam.
Keberadaan Cr dalam lingkungan akan menyebabkan efek negatif.
Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan
dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakanpada tulang
hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker.
Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun
tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya.
Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat
racunnya dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat
mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis (Faputri,
dkk, 2017 ).
Logam kromium merupakan salah satu logam berat yang
merupakan polutan. Dalam lingkungan air kromium terdapat dalam dua
bentuk ion spesies, yaitu ion Cr(III) dan ion Cr(VI). Spesies ion Cr(III)
merupakan suatu spesi yang ada dalam makanan yang digunakan untuk
mengontrol metabolisme glukosa dan lipid dalam membran sel, sedangkan
ion Cr(VI) memiliki sifat karsinogenik dan mutagenik serta sangat beracun
bagi makhluk hidup2) perbedaan sifat antara ion Cr(III) dan ion Cr(VI) yang
sangat bertentangan menyebabkan adanya perbedaan pada analisis spesiasi
ion logam kromium. Metode pengkompleksan menggunakan asam tanat
merupakan suatu metode alternatif dalam analisis ion logam yang perlu
dikembangkan. Analisis spesiasi adalah metode analitik yang dapat
mengidentifikasi atau mengukur secara kuantitatif satu atau lebih individual
spesiasi kimia dalam suatu sampel Analisis kromium yang dapat dilakukan
adalah dengan pembentuk kompleks kromium dengan ligan secara
Spektrofotometri Ultraungu-Tampak. Hal ini dikarenakan Spektrofotometer
Ultraungu-Tampak merupakan instrumen yang mampu menganalisis
kestabilan senyawa kompleks yang terbentuk pada panjang gelombang
maksimum yang berbeda antara Cr(III) dan Cr(VI). Metode ini juga dapat
bekerja secara selektif, akurat dan cepat bila dibandingkan dengan metode
konvensional lain, seperti titrimetri atau gravimetri (Supriyanto, 2011)

III. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
3.1 Alat
1. Labu volumetri 100 ml
2. Spectronik-20
3.2 Bahan
1. Kalium Khromate
IV. PROSEDUR KERJA

Labu volumetri

Dibuat sederet larutan standar khrom dengan


konsentrasi diantara 0-20 ppm dengan
mengencerkan larutan induk yang telah dibuat
sebelumnya

Ditentukan panjang gelombang serapan


maksimum dengan jalan membuat spektrum
absorpsi antara 400-600 nm

Digunakan larutan stndar dengan konsentrasi


yang ditengah diantara sederetan larutan standar
yang dibuat pada kegiatan 1

Dibuat kurva kalibrasi menggunakan larutan-larutan


standar diatas panjang gelombang maksimum yang
telah ditentukan pada kegiatan 2

Diukur % T larutan sampel krom untuk mengetahui


absorbansi

Dibuat spektrum absorpsi krom (Cr) pada kertas


grafik

Ditentukan kandungan krom dalam sampel


menggunakan kurva kalibrasi diatas

Diditimbang K2CrO4 untuk mendapatkan larutan


standar krom 1000 ppm

Hasil

V. DATA PENGAMATAN
5.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) K2CrO4
5.1.1. Larutan standar 4 ppm (21 μM)
Pengukura Panjang Gelombang Absorbansi
n ke- (nm) (A)
1. 400 0.09
2. 410 0.10
3. 420 0.09
4. 430 0.07
5. 440 0.04
6. 450 0.02
7. 460 0.01
8. 470 0.01
9. 480 0.04
10. 490 0.01
11. 500 0.00
12. 510 0.00
13. 520 0.00
14. 530 0.00
15. 540 0.00
16. 550 0.00
17. 560 0.00
18. 570 0.00
19. 580 0.00
20. 590 0.00
21. 600 0.00

Panjang gelombang maksimum (λmaks) K2CrO4 4 ppm adalah : 410 nm

5.1.2. Larutan standar 8 ppm (41 μM)


Pengukura Panjang Gelombang Absorbansi
n ke- (nm)
1. 400 0,17
2. 410 0,19
3. 420 0,18
4. 430 0,14
5. 440 0,08
6. 450 0,04
7. 460 0,03
8. 470 0,02
9. 480 0,02
10. 490 0,01
11. 500 0,01
12. 510 0,01
13. 520 0,01
14. 530 0,00
15. 540 0,00
16. 550 0,00
17. 560 0,00
18. 570 0,00
19. 580 0,00
20. 590 0,00
21. 600 0,00

Panjang gelombang maksimum (λmaks) K2CrO4 8 ppm adalah : 410 nm

5.1.3. Larutan standar 12 ppm (62 μM)


Pengukura Panjang Gelombang Absorbansi
n ke- (nm)
1. 400 0,25
2. 410 0,29
3. 420 0,28
4. 430 0,21
5. 440 0,13
6. 450 0,07
7. 460 0,04
8. 470 0,03
9. 480 0,03
10. 490 0,02
11. 500 0,01
12. 510 0,01
13. 520 0,01
14. 530 0,01
15. 540 0,01
16. 550 0,01
17. 560 0,01
18. 570 0,00
19. 580 0,00
20. 590 0,00
21. 600 0,00

Panjang gelombang maksimum (λmaks) K2CrO4 12 ppm adalah : 410 nm

5.1.4. Larutan standar 16 ppm (82 μM)


Pengukura Panjang Gelombang Absorbansi
n ke- (nm)
1. 400 0,33
2. 410 0,39
3. 420 0,37
4. 430 0,28
5. 440 0,17
6. 450 0,09
7. 460 0,06
8. 470 0,04
9. 480 0,03
10. 490 0,02
11. 500 0,01
12. 510 0,01
13. 520 0,01
14. 530 0,01
15. 540 0,01
16. 550 0,01
17. 560 0,01
18. 570 0,01
19. 580 0,01
20. 590 0,00
21. 600 0,00

Panjang gelombang maksimum (λmaks) K2CrO4 16 ppm adalah : 410 nm

5.2. Membuat kurva kalibrasi


Konsentrasi Panjang Gelombang Absorbansi
(C) Maksimum (λmaks)
4 ppm 410 0,10
8 ppm 410 0,19
12 ppm 410 0,29
16 ppm 410 0,39

VI. PERHITUNGAN
6.1 Membuat larutan induk khrom 100 ppm dalam 100 ml air
100 ppm=100µg/ml
¿ 0,1 mg/ ml
¿ 10 mg dalam100 ml air
¿ 0,01 gr dalam 100 ml air

6.2 Membuat Larutan Standar Krom dari larutan Induk 100 ppm
dengan berbagai konsentrasi (4, 8, 12 dan 16 ppm)
 Larutan Standar Krom 4 ppm
C 1 . V 1=C 2 . V 2
100 ppm .V 1 =4 ppm. 100 ml
100. V 1=400 ml
V 1=4 ml
 Larutan Standar Krom 8 ppm
C 1 . V 1=C 2 . V 2
100 ppm .V 1 =8 ppm .100 ml
100. V 1=800 ml
V 1=8 ml
 Larutan Standar Krom 12 ppm
C 1 . V 1=C 2 . V 2
100 ppm .V 1 =12 ppm. 100 ml
100. V 1=1200 ml
V 1=12 ml
 Larutan Standar Krom 16 ppm
C 1 . V 1=C 2 . V 2
100 ppm .V 1 =16 ppm .100 ml
100. V 1=1600 ml
V 1=16 ml

6.3 Mengkonversi satuan “ppm” menjadi “µM”

¿ ppm x 1000
µM =
Berat Molekul
 Larutan standar 4 ppm
4 ppm x 1000
µM =
194
¿ 20,62 µ M
¿ 21 µ M
 Larutan standar 8 ppm
8 ppm x 1000
µM =
194
¿ 41,24 µ M
¿ 41 µ M
 Larutan standar 12 ppm
12 ppm x 1000
µM =
194
¿ 61,85 µ M
¿ 62 µ M
 Larutan standar 16 ppm
16 ppm x 1000
µM =
194
¿ 82,48 µ M
¿ 82 µ M

6.4 Menentukan konsentrasi krom dengan persamaan regresi linier dari


kurva hubungan panjang gelombang maksimum terhadap absorbansi
Diketahui :
Absorbansi (y) = 1,62 A
Persamaan regresi linear y = 0,0243x

Ditanya : konsentrasi khrom (c)…?

Jawab :
y=0,0243 x
1,62=0,0243 x
1,62
x=
0,0243
¿ 66,67 M

VII. PEMBAHASAN
Kromium adalah logam kristalin yang putih,tak begitu liat dan tak dapat
ditempa dengan berarti, ia melebur pada 176,5OC. Logam ini larut dalam asam
klorida encer atau pekat. Ion kromuim (II) dapat dioksidasi menjadi kromat.
Spektrofotometer merupakan instrumen untuk mengukur absorbansi
menggunakan monokromator untuk menentukan panjang gelombang. Instrumen
simple yang digunakan untuk menyerap molekul UV/Vis disebut filter fotometer
yang menggunakan absorpsi atau penyarian interferensi untuk mengisolasi pita
radiasi. Instrumen yang menggunakan monokromator untuk memilih panjang
gelombang disebut spektrometer. Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi
dalam daerah UV- tampak karena mereka mengandung elektron, baik sekutu
maupun mneyendiri, yang dapat dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi.
Panjang gelombang yang mana absorpsi itu terjadi brgantung pada berapa kuat
elektron itu terikat dalam molekul itu.
Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blanko. Larutan
blanko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya observasi terhadap larutan jika
tanpa analit. larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai
larutan pembanding dalam analisis dapat dikatakan juga sebagai larutan penetral
Karena untuk menstabilkan obsorbsi akibat perubahan voltase dari sumber
cahaya. sehingga saat pengujian dengan spektrofotometri pengujian harus selalu
diawali pengujian terhadap larutan blanko terdahulu baru pengujian pada larutan
yang akan dianalisis.Larutan dalam kuvat yang kemudian masuk ke dalam sampel
pada spektrometri nantinya akan dikenai sinar dari lampu. sinar ini akan terserap
oleh molekul pada larutan. Namun tidak semua sinar terabsorbsi oleh molekul
karena ada sebagian sinar yang diteruskan, sinar yang diteruskan inilah yang
kemudian masuk ke detektor dan diubah ke dalam sinyal listrik sinyal listrik yang
dihasilkan sangat lemah sehingga harus diamplifikasi dan baru dapat terbaca
sebagai data pada recorder (absorbansi).
Percobaan kali ini dilakukan secara virtual lab. Pada pratikan ini tidak
dilakukan pembuatan larutan induknya, tetapi langsung pada penentuan panjang
gelombang yang mana larutannya sudah tersedia karena praktikan dilakkan secara
virtual lab. Namun berdasarkan literatur yang saya baca cara pembuatan larutan
induknya adalah hal yang dilakukan pertama dalam pembutannya adalah dengan
melarutkan 0.0283 gram kristal kalium dikromat dalam labu takar 100 mL
kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas. Kristal kalium dikromat akan
terdisosiasi menjadi ion-ion kromat yang berwarna kuning. Kemudian Langkah
selanjutnya membuat larutan 1,5-difenilkarbazida 0.5%. Larutan ini berfungsi
sebagai larutan pengkomplek dalam analisis Cr(VI). Larutan ini dibuat  dengan
melarutkan 0.25 gram serbuk 1,5-difenilkarbazid dalam labu takar 50 mL
kemudian ditambahkan aseton sampai tanda batas sebagai pelarutnya.
Analisis Cr(VI) dalam percobaan kali ini menggunakan
metode spektrofotometri sinar tampak dengan reagen1,5-difenilkarbazida.
Sebelum menganalisis kadar krom dalam sempel terlebih dahulu menentukan
panjang gelombang maksimum dan pembuatan kurva standar. 
7.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) K2CrO4
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk menentukan panjang gelombang
maksimum K2CrO4. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan larutan
standar 4 ppm (21 μM). Pada percobaan ini digunakan panjang gelombang 400
nm-570 nm dengan rentang 10 nm dan didapat absorbansi yang randem, sehingga
didapatlah panjang gelombang maksimumnya adalah 410 dengan nilai absorbansi
0.09 A.
0.12

0.1

0.08
Absorbansi

0.06 f(x) = − 0 x + 0.25


R² = 0.67
0.04

0.02

0
350 400 450 500 550 600 650
Panjang Gelombang

Berdasarkan kurva diperoleh persamaan garis yaitu y = 0.0005x + 0.2508


dengan nilai R2= 0.6659
Kemudian percobaan yang kedua dengan menggunakan larutan standar 8
ppm (41 μM). Pada percobaan ini digunakan panjang gelombang 400 nm-600 nm
dengan rentang 10 nm dan didapat absorbansi yang randem, sehingga didapatlah
panjang gelombang maksimumnya adalah 410 dengan nilai absorbansi 0.19 A.

Berdasarkan kurva diperoleh persamaan garis yaitu y = -0.0009x + 0.479


dengan nilai R2= 0.667.
Pada percobaan yang ketiga dengan menggunakan larutan standar 12 ppm (62 μM
). Pada percobaan ini digunakan panjang gelombang 400 nm-600 nm dengan
rentang 10 nm dan didapat absorbansi yang randem, sehingga didapatlah panjang
gelombang maksimumnya adalah 410 dengan nilai absorbansi 0.29 A.

Berdasarkan kurva diperoleh persamaan garis yaitu y = -0.0013x + 0.7215


dengan nilai R2= 0.6605.
Pada percobaan yang terakhir yaitu ke empat dengan menggunakan larutan
standar 16 ppm (82 μM). Pada percobaan ini digunakan panjang gelombang 400
nm-600 nm dengan rentang 10 nm dan didapat absorbansi yang randem, sehingga
didapatlah panjang gelombang maksimumnya adalah 410 dengan nilai absorbansi
0.39 A.

Berdasarkan kurva diperoleh persamaan garis yaitu y = -0.0017x + 0.9514


dengan nilai R2= 0.6467.
7.2. Membuat kurva kalibrasi
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui persamaan linier kurva
kalibrasi. Pada percobaan ini digunakan konsentrasi larutan yang digunakan psa
saat penentuan panjang gelombang di atas yaitu 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm dan 16
ppm dan panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang
maksimum pada konsentrasi masing-masing yaitu 410, 410,410,dan 410 nm,
kebetulan panjang gelombang maksimum yang di dapat peraktikan sama pada
konsentrasi yang berbeda sehingga didapakan absorbaansi berturut-turut adalah
0,10 A, 0,19 A, 029 A, 0,39 A.
0.45
0.4
0.35 f(x) = 0.02 x − 0
R² = 1
0.3
ABSORBANSI

0.25
0.2
Absorbansi
0.15 Linear (Absorbansi)
0.1
0.05
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi

Persamaan linier kurva kalibrasi : y = 0,0243x


R2 = 0,9994

Berdasarkan kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis yaitu y = 0.0243x


dengan nilai R2= 0.9994.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).

VIII. TUGAS

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometri sinar tampak adalah teknik analisis yang didasarkan
pada serapan cahaya tampak oleh molekul atau ion dalam suatu sampel
larutan bewarna.bila larutan tidak bewarna harus dijadikan bewarna
menggunakan pengomplek tertentu yang spesifik. Pada praktikum ini
menggunakan alat spectronik-20 langkah awal dari analisis ini adalah
secara spectrofometri sinar tampak adalah mendapatkan daerah kerja
yang baik dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang
tertentu melalui spectrum absorbansi agar diperoleh panjang gelombang
yang maksimum. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.
2. Ion logam kromium memiliki sifat yang berbeda dan bertentangan
sehingga memerlukan adanya perbedaan pada analisis spesiasi ion
logam kromium. Metode analisis spesiasi merupakan metode analitik
yang dapat mengukur atau mengidentifikasi secara individual atau
kuantitatif spesies kimia pada suatu sampel. Spesies logam kromium
dapat dianalisis melalui pembentukan kompleks kromium dengan ligan
secara spektrofotometri ultra ungu-tampak.

X. DAFTAR PUSTAKA
Day, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta : Erlangga.
Faputri, Achmad Faisal, dkk, 2017, Analisa Kandungan Bahan Kimia Krom
Dan Timbal Pada Limbah Cair Hasil Percobaan Praktikum Mahasiwa
Pada Perguruan Tinggi Politeknik Akamigas Palembang, Jurnal
Teknik Patra Akademika Vol 8. No.1.
Sumar, Hendayana, 1994, Kimia Analtik Instrumen, Semarang : IKIP
Semarang Press.
Supriyanto, R, 2011, Studi Analisis Spesiasi Ion Logam Cr(Iii) Dan Cr(Vi)
Dengan Asam Tanat Dari Ekstrak Gambir Menggunakan Spektrometri
Uv-Vis, J. Sains MIPA, Vol. 17, No. 1, Hal.: 35 – 42 ISSN 1978-1873.

Tim Kimia Analitik Instrumen, 2021, Penuntun Pratikum Kimia Analitik


Instrumen, Jambi : Universitas Jambi.

XI. LAMPIRAN

Penentuan larutan standar 4 ppm


(21 μM) dengan panjang
gelombang 420 nm

Penentuan larutan standar 8 ppm (41


μM) dengan panjang gelombang 400
nm
Penentuan larutan standar 12 ppm
(62 μM) dengan panjang gelombang
600 nm

Penentuan larutan standar 16 ppm


(82 μM) dengan panjang gelombang
400 nm
Penentuan absorbansi pembuatan
kurva kalibarasi

Anda mungkin juga menyukai